NovelToon NovelToon

Mereka Ada & Nyata

Bab 1

Bab 1

Dalam kamar yang gelap, seorang wanita wanita berjalan mendekati ranjang dimana sang suami sedang bersama anak mereka yang masih bayi.

"Mas...." wanita itu menyentuh pundak suaminya dan saat sang suami menoleh, wanita itu tercengang bahkan menahan napas saat melihat sang suami mencabuti gigi anak mereka satu persatu. Wanita itu ingin berteriak, namun suaranya tertahan di tenggorokannya, ia ingin berlari, namun kakinya tak bisa di gerakkan.

Sementara di depannya, suaminya justru kembali mencabuti gigi anaknya satu persatu hingga ranjang itu pun di penuhi darah. Dan...

"Yanti..."

"Yanti! Bangun...."

"Aghhh..."

Yanti terbangun dari tidurnya dengan napas yang memburu, keringat dingin membanjiri tubuhnya. "Kamu mimpi buruk?" Tanya sang suami yang melihat Yanti tampak tegang. "Makanya, jangan tidur setelah ashar, itu tidak baik," tukas sang suami lagi.

"Mas Ahmad, tadi aku mimpi ... mimpi kamu mencabut gigi Arif, Mas." Yanti merinding mengingat mimpinya yang sangat menyeramkan.

"Arif? Arif siapa?" Tanya Ahmad yang membuat Yanti mengernyit bingung.

"Ya anak kita lah, Mas," tukas Yanti kesal dan saat ia menoleh....

"Ahhh...." Yanti berteriak melihat bayi yang tidur di sebelahnya berbentuk sangat aneh, seperti hanya kulit dan daging.

"Ma-Mas.... Arif kenapa?" Pekik Yanti panik namun suaminya tak menanggapi, ia hanya menatap bayi itu dengan tatapan kosong. Yanti mencoba menggendong bayi itu dan benar saja, bayi itu tidak memiliki tulang, bayi itu meleyot di tangannya.

"Yanti...."

"Aahhh...." Yanti kembali berteriak histeris dan ia kembali terbangun dari tidurnya.

"Ya Allah, Yanti...." gumam Ahmad yang kini duduk di tepi ranjang. "Harus berapa kali aku mengingatkanmu supaya tidak tidur setelah ashar," ucap suaminya itu. "Kamu sudah sholat ashar, belum?"

Yanti tak menjawab, ia memperhatikan sekelilingnya, kemudian tatapannya tertuju pada suaminya yang masih menatapnya dengan bingung. Kini perhatian Yanti tertuju pada Arif, putranya yang masih berusia 8 bulan dan hanya memiliki 4 gigi saja.

"Alhamdulillah, ya Allah. Hanya mimpi," gumam Yanti sembari mengelus dadanya. Anak dan suaminya terlihat baik-baik saja, bahkan anaknya kini cekikikan saat menatapnya.

"Mimpi buruk?" Tanya Ahmad dan Yanti mengangguk. "Itu hanya mimpi, bunga tidur," ucap Ahmad karena istrinya itu terlihat sangat ketakutan.

Sebagai ibu yang masih menyusui, Yanti memang sering tertidur tanpa sengaja saat menyusui putranya itu.

...***...

Sementara di sisi lain, Anaa, gadis berusia 15 tahun yang merupakan adik Ahmad kini berada di padepokan tempatnya belajar mengaji.

Sambil menunggu waktu maghrib tiba, anak-anak berkumpul dan bercerita banyak hal. Bahkan ada yang bercerita ayahnya mengalahkan setan, ada juga yang bercerita ayahnya melihat hantu dan tak bisa lari, dan ada juga yang mengaku melihat api terbang di langit kemudian api itu turun ke rumah warga, dan mereka meyakini, itu adalah sihir atau santet yang di kirim pada seseorang.

Anaa yang mendengar cerita teman-temannya itu hanya tertawa, ia tidak takut, karena ia tidak percaya pada sihir atau santet. Ia percaya pada adanya setan tapi tidak dengan adanya hantu.

"Minta ayah kalian berhenti berhalusinasi," tukas Anaa. "Ini zaman modern, sihir itu tidak ada, apalagi mengirimkan api ke seseorang, terbang di langit, itu tidak masuk akal." lanjutnya.

Meskipun Anaa hidup di desa dengan segala kepercayaan kunonya, namun Anaa lebih suka berfikir realistis. Ia tidak percaya pada beberapa keyakinan di desanya, salah satunya pada sihir, juga pada sesajen.

Beberapa bulan yang lalu, tetangga Anaa yang bernama Kona pernah sakit keras, mereka mendatangkan dukun dan dukun bilang setan dari sungai tempat Kona mandi lah yang membuat Kona sakit. Kemudian dukun itu memberi tahu bahwa setan itu minta sesajen berupa nasi putih, telur ayam dan kepala ayam. Semua orang percaya dan meletakkan sesajen itu di sungai.

Dan keesokan harinya, Anaa melihat sesajen itu di makan ayam, saat itu Anaa tertawa dan berkata. "Di belahan dunia mana pun, tidak ada setan yang makan nasi dengan telur dan ayam." Sejak saat itu Anaa tidak percaya dukun, sesajen atau semacamnya.

"Kamu nggak percaya karena kamu belum melihatnya, An. Awas saja kalau nanti kamu lihat, jangan lari, ya," ejek temannya yang bernama Rudi.

"Huaa.... Hantu di belakangmu!" Via, yang merupakan sahabat Anaa menakuti Rudy dengan memakai mukenanya.

Rudy terkejut dan itu membuat semua teman-temannya tertawa.

Sama seperti Anaa, Via bukanlah gadis penakut. Bahkan ia sering pulang tengah malam dari padepokan ke rumahnya, dimana jalannya harus melewati sumur dan sangat sepi.

"Aku penasaran, bentuk hantu itu seperti apa, ya?" Celetuk Anaa.

"Mbak..." Anaa menoleh saat Yuna menarik bajunya, Yuna adalah gadis berusia 9 tahun, putri Kona, yang di titipkan pada Anaa agar ikut mengaji di padepokan.

"Kenapa?" Tanya Anaa.

"Orang bilang, jangan nantangin hantu. Nanti beneran di datangi," tukas Yuna.

"Nanti aku ajak kenalan," ucap Anaa dengan entengnya kemudian ia dan Via sama-sama tertawa.

Hingga terdengar suara Adzan maghrib yang berkomandang, mereka semua pun masuk dan bersiap untuk sholat berjemaah.

...***...

Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, seperti biasa, Yanti akan bangun karena anaknya yang ingin menyusu. Sementara Ahmad saat ini sedang melakukan sholat tahajud.

Saat Yanti sedang menyusui putranya, ia melihat seperti ada percikan api di atas ranjangnya. Yanti terkejut, namun karena bayangan itu hanya sekilas, ia berfikir itu hanya halusinasinya semata.

Ahmad tampak khusyuk berdo'a setelah sholat tahajud, hingga tiba-tiba hatinya merasa resah. Ahmad meletakkan tangannya di dadanya kemudian ia membaca do'a, meminta perlindungan pada Allah dari segala mara bahaya.

Setelah sholat, Ahmad naik ke atas ranjang. "Mas, kamu sudah minta maaf belum sama Paman Agung?" Tanya Yanti dengan raut wajah yang tampak cemas.

"Minta maaf untuk apa?" tanya Ahmad bingung.

"Kamu sudah menegur dia di depan orang banyak, Mas. Dia pasti malu, apalagi kita semua tahu, Paman Agung itu mudah tersinggung, mudah marah. Dan kata orang, dia itu ... dia punya santet," cicit Yanti yang membuat Ahmad justru tertawa.

"Jangan dengar apa kata orang, Yanti. Dan tidak ada bukti bahwa Paman Agung punya santet, kalau kamu asal berbicara seperti, nanti jatuhnya jadi fitnah," tegur Ahmad dan Yanti pun hanya bisa menghela napas berat.

Dua hari yang lalu, di sebuah pengajian mingguan di desa, Ahmad memang sempat menegur pamannya sendiri yang bernama Agung, karena Agung salah menjelaskan hukum pada warga desa. Secara spontan Ahmad meralat-nya, apalagi ini hukum agama.

Dan sejak saat itu, semua orang khawatir pada Ahmad, sama seperti Yanti. Karena sudah bukan rahasia lagi bahwa Agung punya santet. Namun Ahmad tidak mempercayai hal itu karena ia tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri, terlebih, Agung masih keluarganya.

Bab 2

Saat adzan subuh berkumandang, Nia membangunkan Anaa dan Yuna, mereka harus pergi ke sumur untuk mengambil wudhu sebelum anak-anak yang lain bangun dan mereka pasti harus antri di sumur.

Meski masih merasa sangat mengantuk, mereka bertiga pun pergi ke sumur dengan hanya mengandalkan senter kecil Yuna.

Namun saat mendekati sumur, langkah Yuna dan Anaa terhenti saat mereka melihat seorang gadis berdiri di dekat sumur sementara Via terus melangkah seolah tidak melihat siapa-siapa.

"Ni-Nia. Siapa itu?" Tanya Anaa gelagapan karena kini Nia tepat berada di hadapan gadis kecil itu.

"Siapa apanya?" Tanya Nia bingung.

"Itu, Mbak. Di depanmu...." dengan takut Yuna menunjuk gadis itu namun Nia tetap tak melihatnya.

"Jangan bercanda deh, ayo cepat! Nanti yang lain keburu datang," seru Nia yang membuat Anaa dan Yuna semakin ketakutan.

"Nia! Ada anak kecil di depan kamu!" Teriak Anaa akhirnya namun Nia tak melihatnya.

"Anak kecil? Dimana?" Tanya Nia, ia mencari anak yang di maksud namun ia tak melihat siapapun.

Anaa dan Yuna sudah menjerit histeris dan mengajak Nia pergi, namun Nia masih mencari anak itu hingga tiba-tiba anak itu menghilang.

"Dimana?" tanya Nia lagi.

"Di belakang ... kepala!" Teriak Anaa dan Yuna bersamaan, karena di tepi sumur, ada kepala yang bergerak-gerak. Nia menoleh dan seketika ia menjerit histeris karena kini ia melihat hantu itu.

"AAHHHH!"

Ketiganya langsung berlari terbirit-birit kembali ke padepokan bahkan Yuna sampai kehilangan sandalnya.

***

Kejadian tadi subuh membuat Anaa dan kedua temannya itu hanya bisa menggigil, apalagi saat mereka menceritakannya pada teman-teman yang lain, mereka justru di tertawakan, dan ada yang bilang Anaa kualat karena tidak percaya hantu.

Di perjalanan pulang ke rumahnya, Anaa melihat ada sesajen yang merupakan seikat bunga, botol yang berisi air dan juga sesuatu yang di bungkus dengan daun pisang berada di bawah pohon bambu.

"Sesajen, Mbak," kata Yuna yang bergidik.

"Paling nanti juga di makan ayam, mubazir itu makanan di buang-buang," tukas Anaa sinis.

Sesampainya di rumah, Anaa merasa bingung karena tiba-tiba rumahnya sudah ramai, ada beberapa tetangganya yang datang.

Anaa menghampiri Rumi, kakak perempuannya yang saat ini sedang bersama dua adik laki-laki Anaa, Alif yang berusia 9 tahun dan Iqbal yang berusaha 13 tahun, sementara kedua orang tua mereka merantau di kota.

"Ada apa, Mbak? Kok banyak orang?" Tanya Anaa berbisik.

"Mbak Yanti sakit, Kata orang Mbak Yanti kena santet," celetuk Alif yang langsung di bekap mulutnya oleh Iqbal.

"Sakit? Kemarin masih sehat," ucap Anaa.

"Sebaiknya kamu bawa adik-adik ke kamar!" titah Rumi dan Anaa pun menurut saja.

Ahmad sendiri tidak habis fikir kenapa istrinya tiba-tiba jatuh sakit padahal saat tengah malam tadi masih sehat.

Saat Ahmad membangunkan istrinya untuk sholat subuh, tiba-tiba sang istri tampak kesakitan dan ia tak bisa bersuara, selain itu, ASI-nya juga tak keluar sehingga Arif terus menangis karena haus.

Orang-orang berdatangan dan meyakini Yanti telah terkena sihir namun Ahmad masih yakin, istrinya mungkin hanya sakit biasa.

"Orang bilang, santet yang di kirimkan itu biasanya berbentuk api," tukas Boni yang merupakan suami Kona.

Ahmad yang mendengar itu langsung teringat pada cerita istrinya tadi sebelum tidur, yang mengatakan seperti melihat percikan api di atas ranjang.

"Apa kamu melihat tanda-tanda yang aneh, Ustadz Ahmad?" tanya Boni.

"Kata Yanti, dia melihat percikan api di atas ranjang saat aku masih sholat," jawab Ahmad yang membuat orang-orang semakin yakin bahwa itu sihir.

"Mereka pasti menargetkan Ustadz. Tapi karena Ustadz masih sholat, akhirnya sihir itu tidak bisa masuk dan justru masuk ke ke istrimu," tukas warga yang lain.

"Apa mungkin si Agung yang melakukannya?" Sambung warga yang lain.

"Astagfirullah, hati-hati jika kita berbicara apalagi tidak ada bukti sedikitpun!" Tegas Ahmad. "Segala penyakit yang ada, pasti datangnya dari Allah dan Allah yang akan memberi kesembuhan. Aku akan membawa Yanti ke Dokter hari ini, aku yakin dia hanya sakit biasa," tuturnya panjang lebar.

Hari itu juga, Ahmad membawa Yanti ke Dokter seorang diri, sementara Rumi di tugaskan untuk menjaga Arif dan adik-adiknya di rumah.

Karena jarak rumah sakit yang cukup jauh, juga jalan desa yang kecil serta masih bebatuan, butuh waktu yang lama bagi mereka untuk sampai ke rumah sakit.

Sementara di rumah, Anaa menceritakan tentang hantu yang di lihatnya pada adik-adiknya namun adik-adiknya justru tertawa, menganggap Anaa hanya berbohong.

Tak lama kemudian Rumi mendatangi Anaa, ia meminta Anaa menjaga Arif karena Rumi harus pergi ke sungai untuk mencuci baju.

Anaa manut saja, sementara kedua adiknya pergi bermain entah kenapa.

Anaa tiduran di samping keponakannya yang masih tertidur, hingga tiba-tiba Anaa merasakan ada tangan yang meraba tangannya. Berfikir itu tangan keponakannya, Anaa justru memainkan jari jemari kecil itu yang terasa begitu lembut dan dingin, Anaa bahkan tertawa sendiri saat ia menggelitik telapak tangan bayi itu, berfikir keponakannya pasti akan merasa geli, namun tiba-tiba Anaa melihat kedua tangan Arif bertumpu di atas perut Arif. .

Anaa yang terkejut langsung beranjak duduk, ia menatap ke sekelilingnya namun ia tak melihat apapun. Anaa menatap tangannya sendiri, sentuhan tangan bayi itu terasa begitu nyata namun Anaa mencoba mengabaikan hal itu.

Bab 3

Setelah selesai di periksa, Dokter tidak mengalami Yanti memiliki penyakit apapun, semuanya sehat, luar dan dalam.

Dan yang lebih membuat Ahmad dan Yanti bingung, kini Yanti bisa bersuara meskipun ia masih mengeluhkan tenggorokannya yang sakit, yang menurutnya, seperti ada yang membelit disana. Namun sekali lagi Dokter mengatakan tenggorokan Yanti baik-baik saja.

Karena hari sudah sangat siang, Ahmad pun membawa Yanti pulang apalagi nanti malam Ahmad harus mengisi kajian di masjid. Dan di perjalanan, Yanti kembali membicarakan tentang santet.

"Kalau nanti sampai rumah aku kembali tidak bisa bicara, berarti ada sesuatu disana, Mas," kata Yanti namun Ahmad tak menanggapi ucapan istrinya itu.

"Mas...." rengek Yanti.

"Dari pada kamu ngoceh tidak jelas, lebih baik berdzikir. Kamu tahu? Di dalam Al-Qur'an, Allah menjelaskan bahwa setan itu sangat lemah, manusia jauh lebih kuat. Jadi berhenti berfikir yang tidak-tidak, karena bisa jadi, setan akan memanfaatkan ketakutanmu dan fikiran negatifmu itu!" Tegas Ahmad dan Yanti pun hanya menggumam kesal karena sang suami tak mempercayainya.

...***...

Yanti dan Ahmad sampai di rumah, dan Ahmad meminta Yanti berbicara untuk membuktikan ketakutan Yanti akan sihir itu, dan saat Yanti mencoba bersuara, ia bisa melakukannya.

" Lihat! Kamu bisa berbicara, mungkin tadi pagi kamu cuma serak, kurang minum air putih," ucap Ahmad eteng.

"Tadi pagi ASI-ku tidak keluar, Mas."

"Itu hanya kebetulan."

Yanti berfikir sejenak, ia menatap suaminya itu yang hendak mandi.

...***...

Karena ini malam jumat, Anaa tidak pergi ke padepokan, Anaa, Rumi dan kedua adiknya ikut Ahmad ke masjid untuk mengikuti kajian yang rutin di lakukan oleh Ahmad.

Keluarga Ahmad memang sederhana, namun para warga sangat menghormati keluarga itu karena Ahmad adalah Ustadz yang terkenal baik dan sholeh.

Setelah kajian selesai, Ahmad membawa ke empat adiknya itu pulang dan sesampainya di rumah, Ahmad meminta mereka langsung tidur.

Setelah melihat hantu di sumur, Anaa takut tidur sendiri, karena itulah ia tidur di kamar kedua adiknya.

Sementara di kamar Yanti, Yanti dan Ahamd sudah tertidur pulas. Hingga tiba-tiba Yanti terbangun karena mendengar suara Alif.

"Mbak, ayo bangun, Mbak...."

Yanti mengerang kesal, ia membuka matanya yang terasa berat itu dan ia melihat Alif memakai baju koko putih. "Apa sih, Lif? Sudah malam," tegur Yanti kemudian ia kembali memejamkan mata.

"Bangun, Mbak. Ada orang di luar, ayo cepat bangun!"

"Nggak ada siapa-siapa, Lif. Balik ke kamarmu, Lif!"

"Mbak, orangnya sudah dekat, mau masuk ke rumah. Bangun, Mbak!"

Yanti yang kesal karena Alif terus mendesaknya akhirnya bangun namun saat melihat ke sekitarnya, tidak ada siapapun disana.

Yanti langsung turun dari ranjang, ia memeriksa pintu kamarnya yang masih terkunci dari dalam. Kemudian Yanti hendak membangunkan Ahmad namun ia mengurungkan niatnya itu, berfikir mungkin tadi hanya mimpi.

Sementara di kamar Alif, Anaa terbangun dan ia melihat Alif yang berdiri di dekat lemari. "Sudah malam, Lif. Kamu ngapain disana?" Tanya Anaa dengan suara seraknya namun saat berbalik, Anaa melotot terkejut karena Alif masih tidur di samping Iqbal.

"Mimpi, itu cuma mimpi, ya Allah." Anna kembali memejamkan matanya dengan sangat erat, namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang meraba punggungnya.

Anaa masih berusaha menganggap itu hanya mimpi, atau hanya halusinasi, ia mencoba mengabaikan hal itu namun tangan itu terus menyentuhnya, seperti tangan bayi, yang begitu kecil, dingin dan lembut.

"Cuma mimpi, nggak takut, nggak akut...." Anaa mencoba menenangkan dirinya sendiri namun saat tangan itu hampir menyentuh lehernya, Anaa langsung berteriak histeris dan melompat dari tempat tidurnya.

"Aaaahh..."

Anna berlari terbirit-birit dari kamarnya sampai akhirnya ia di datangi oleh Arumi. Anna menceritakan apa yang terjadi namun Arumi justru menertawakannya dan menyuruhnya membaca do'a sebelum tidur.

"Mbak, Anna nggak bohong," ujar Anna memelas.

"Kebanyakan mengkhayal kamu itu," tukas kakaknya mengabadikan ketakutan Anna. Anna hanya bisa menelan ludahnya dan berharap itu memang hanya halusinasinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!