Sial ! Dia mengumpat lagi sambil menggelengkan kepalanya dan tertawa tidak percaya kepada dirinya sendiri.
"Aku pasti sudah gila!" Ucapnya.
"ini semua salah Gery, ya..ini salahnya." katanya tajam, matanya menyipit mencari cari kesalahan Gery supirnya, dia mengacak lagi rambutnya, seandainya saja dia tidak lewat jalan itu, aku tak akan begitu memikirkannya.
"Sial ! Demi Tuhan! dia seorang pengantar makanan...ada apa dengan kepalaku? mungkin aku hanya terkejut atau mungkin juga kagum, baru kali ini aku menyaksikan hal seperti itu. Tapi mengapa wajahnya selalu muncul di kepalaku, sinar matanya..rambut hitamnya..dan wajah cantiknya."
Sial ! kali ini dia berdiri menatap ke jendela kaca yang terbentang luas sambil memasukkan tangannya ke saku celananya. Ia menghembuskan napas. Aku Alec Alexander Yung seorang CEO dari Golden enterprise dan berbagai perusahaan telah separuh kumiliki di Asia maupun daratan Amerika, tepatnya aku seorang miliarder. Hari itu...ya hari itu, aku melihatnya...
Dijalan besar zebra cross di Seattle, menamengi beberapa orang yang babak belur. Sebenarnya dia tidak menarik perhatianku, mana mungkinkan? tentu saja tidak, dia hanyalah pengantar makanan siap saji dengan sepeda motor bututnya. Mana mungkin gadis itu akan menarik perhatianku. Tidak sama sekali, bahkan mustahil.
Hari itu sangat padat dan macet, mobil-mobil kusam yang mengelupas beradu dijalanan besar kota Seattle.
"Ada apa Gery? tanyaku, kenapa jalanan macet seperti ini?" bentakku. "Sial sepuluh menit lagi aku rapat dengan pengusaha asal Perancis."
"Erm...maaf tuan Alec, sepertinya hari ini hari buruh nasional, dan mereka demo..seperti tahun-tahun lalu."
Dengan acuh dan bosan aku hanya menatap orang-orang yang teriak teriak dijalan besar itu.
"Upaya yang konyol, kalau mereka salah satu pekerjaku aku akan memecatnya tanpa diskusi apapun."
Gery yang setia hanya membungkuk dan mengangguk. Dia sudah paham betul dengan tuannya ini. Pemarah, keras kepala, arogan, pebisnis sejati dan kontrol kuat di tangannya.
Dia bersandar di kursi mobil mewahnya dan menatap jalanan besar sambil memikirkan kerja sama dengan pengusaha Perancis yang pasti menguntungkannya.Tiba-tiba mobil berhenti.
"Ada apa Gery, kenapa kau berhenti?"
Tapi tanpa Gery bicarapun aku sudah melihatnya...seorang pendemo yang mengamuk. "Oh please ! yang benar saja!" Aku menggertakkan gigi sambil menatap jijik para pemukul dan korban yang melawan tanpa senjata dan akhirnya ambruk.
"Sepertinya mereka bukan para pendemo tuan Alec."
Aku tak peduli sebenarnya, dia mati atau apapun itu sama sekali tidak penting bagiku, aku hanya memikirkan kerja sama perusahaan ku. "Oh ya", kataku sambil lalu. Tapi.....sesuatu telah menarik perhatianku, bukan cuma aku sebenarnya, siapa saja di lokasi itu menatap gadis itu dengan ngeri. Berani sekali dia, pikirku remeh dia mungkin belum merasakan hidup yang sebenarnya.
Dia berdiri diantara wajah-wajah yang berdarah, aku memiringkan kepala ingin menatap jelas wajahnya. Rambutnya hitam panjang sebahu diikat tapi beberapa rambutnya lepas hingga menutupi matanya. Dia memakai baju putih dengan celemek hitam panjang selutut, jeans biru pudar yang robek di sana sini di bagian lututnya.
Aku menghembuskan napas, gadis itu ingin mati muda rupanya. Seperti tidak ada kerjaan saja. Tapi aku penasaran apa yang akan dilakukannya? Sebelum aku berkedip, dia lari secepat kilat dengan kayu di tangannya, menyerang dengan ahlinya, menendang dan memukul tanpa sedikitpun terluka.
Lelaki bergerombol itu satu persatu berjatuhan di jalan dan berdarah darah. Dengan pandangan datar seolah-olah tak pernah terjadi apapun, gadis itu jalan dengan sikap santai lalu menatap dengan wajah jijik korbannya, dan tanpa ada yang menghalanginya satu pukulan tepat di wajah salah satu pria Afro Amerika itu. Aku menatapnya tajam.
Dia lalu berjalan menuju kendaraanya, aku menatap kotak di belakang motor bututnya tertulis good eat good chicken, gadis itu seorang pengantar makanan. Dia berjalan ke motornya tanpa memakai helmnya, dia tidak memperdulikan orang-orang yang menatap kagum dan heran padanya. Sepertinya gadis itu akan melewati mobilku, aku menatapnya dan wajah yang kulihat adalah wajah cantik yang dingin, ekspresi datar dan matanya...ya, dia memiliki mata Pembunuh.
~Az Kim Alexandria
Hujan kian deras, jaket yang dipakainya tidak hangat lagi, basah kuyup dan menetes-netes di bajunya, gadis itu berdiri di emperan toko kedai makanan. Sepertinya kota ini adalah tujuannya, sekian lama dia mencarinya tapi gadis itu tak kunjung menemukannya, mungkin di kota ini atau di kota selanjutnya. Kata itu adalah mantra di kepalanya, sehingga dia tidak putus asa karenanya.
Hujan kian deras dan dia sama sekali tidak memiliki uang. Dia akan kemana? Sudah lama gadis itu hidup sulit tapi dia tidak mengeluh, sakit hati pun tidak bahkan air mata, tidak sama sekali dia tumpahkan. Gadis itu menyebut dirinya makhluk abadi, konyol bukan jika dia mengeluh.
Dia mencium aroma sedap dari toko itu, bau apa ini? tiba-tiba perutnya berbunyi. Gadis itu menyebut dirinya seorang pembunuh, konyol jika dia kelaparan, mungkin satu atau dua pembunuhan di dalam kedai itu akan menghentikan perutnya yang terus berbunyi.
Gadis itu memutuskan akan masuk dan membunuh pemiliknya dan siapa saja yang ada di dalam dan...makan! dia mengerutkan alisnya, membunuh untuk makan, oh ya...setelah itu dia berpikir untuk meraup uang mereka, toh dia akan membutuhkannya diperjalanannya ini.
Dengan langkah kaki yang berat karena basah oleh air hujan, gadis itu memasuki kedai itu. Sebelum ingin menjalankan aksi brutalnya itu, sepertinya dia sedikit terlambat, pemilik toko telah di hajar oleh beberapa preman. Seorang pria paruh baya sedang meringis kesakitan sambil melindungi wanita paruh baya dibelakangnya. Dia menatap tajam preman di hadapannya. Salah besar dia mengatai preman itu tak berotak, tentu saja itu menyulut kemarahan mereka.
Salah satu preman pirang berhidung besar maju dengan kursi di tangannya. Seperkian detik sebelum preman itu menerjang, gadis itu menemukan dirinya telah menendang pria pirang jelek itu. Mereka semua berbalik menatapnya. Akhirnya semua preman mendengus, yah...dia akan melakukan hal yang sama yaitu mendengus jika dia juga seorang preman dan yang dia hadapi adalah seorang gadis.
Mereka maju, gadis itu menatap pemukul baseball yang ada di dinding mengambilnya cepat dan menghajarnya sehingga mereka semua terjatuh dan wajah mereka bengkak luar biasa.
Dia menaikkan alis dan tersenyum tipis pada mereka.
"Masih belum cukup? pergi...!" gertaknya.
Lalu menghempaskan pemukul dengan cepat ke wajah mereka dan berhenti tepat di wajahnya. "Kalau kalian masih ingin hidup."
Mereka menggeram marah, dan akhirnya terseok Seok berjalan keluar pintu sambil memegang bagian badannya yang kesakitan.
Selesai sudah, kini gilirannya menghabisi pemilik kedai. Mereka berdua berbalik menatapnya lalu tersenyum.
Kenapa? Dia kan ingin membunuh mereka juga. Wanita yang sembunyi di belakang pria itu maju dan tersenyum hangat. "Thank you..."
"Sebagai ucapan terima kasih, maukah kau makan disini?" kata wanita itu.
Gadis itu melotot dan tanpa sadar mengangguk.
"Aku melihatmu berdiri lama di depan kedai kami, kupikir karena hujan deras telah menghalangi tujuanmu, kau mau kemana?"
Dia menatap wanita itu dan berpikir, dia mau kemana? dia lalu menggeleng tidak bersuara.
"Kau punya tujuan?" tanyanya lagi.
Gadis itu mengernyitkan alisnya, tujuan? tentu saja dia memiliki tujuan. Dia berbicara dalam kepalanya sendiri.
Wanita itupun tersenyum. "jika kau belum memutuskan kemana kau ingin pergi, bagaimana jika kau bekerja disini? Sebenarnya kami lagi membutuhkan bantuan, kalau kau tertarik."
Gadis itu menatapnya, wajah penuh senyum ini mengingatkannya pada seseorang yang hangat...itu yang dirasakannya, lalu kepalanya mengangguk seketika.
Mereka berdua mulai membersihkan kedainya yang berantakan. Gadis itu menatap kedai ayam itu, memiringkan kepalanya dan mencoba membaca tulisan di etalase kaca, tanpa sadar dia membacanya agak keras.
"Good eat..er good cheaken." Dia tersentak kaget mendengar suaranya sendiri, wanita itu berbalik menatapnya dan tersenyum lemah, dia berpikir salah mengucapkannya? wanita itu lalu mengucapkan pujian padanya, kemudian dia bertanya. "Kau tak bisa berbahasa Inggris?" Dia mengerjap bingung dengan pertanyaannya.
"English?" katanya mengikuti wanita itu.
"Kau berasal dari mana?" tanyanya lagi.
Tentu dia mengerti yang diucapkannya.
"I am from Asia, erm japan" kata gadis itu pelan. Dia membelalak kaget .
"Jepang? Wow aku suka jepang." Dia tersenyum, wajahnya bersinar bahagia. Gadis itu menatap dan meneliti wanita tua itu, perasaan hangat itu lagi, hangat...hingga dia ikut tersenyum, hal yang jarang dia lakukan. Di masa lalunya yang gelap, senyum tak pernah ada di wajahnya, datar tak berbentuk...
"Ayah, anak ini berasal dari jepang lho." suaminya yang tinggi berambut pirang yang menua lalu menatapnya, wajahnya tak kalah ramah dengan wajah istrinya yang Asia.
"Benarkah? fantastis aku juga memiliki beberapa teman dari jepang."
Mereka memberinya makan, dan makanannya sangat lezat, beberapa menit makanan itu habis tak bersisa. Gadis itu melihat mereka berbincang dengan cepat sekali, lalu menatapnya seperti menilai, wanita itu menghampirinya .
"Kau mau bekerja di sini, sepertinya kau belum memiliki tempat tinggal?" dia tersenyum kecut meminta maaf. Gadis itu juga menatapnya menilai, dia hidup dengan kewaspadaan, sulit mempercayai seseorang bahkan mustahil. Dengan menunggu jawaban darinya, mereka saling menatap.
Dia pun mengangguk, sejujurnya gadis itu sama sekali tak punya tempat tinggal bisa disebut seorang gelandangan. Mereka tersenyum lega.
"Siapa namamu?" tanya wanita itu.
"Erm...Nama..namaku Az Kim Alexandria."
"Nama yang indah, boleh aku memanggilmu Andria?"
Andria menatapnya dan mengangguk. Mata yang teduh dan damai pernah dia melihat mata itu dulu...dulu sekali, samar teringat.
"Andria kau boleh menempati kamar ini mulai sekarang, jangan sungkan. Sebenarnya aku dan suamiku memang lagi mencari karyawan, rumah kami sangat sepi, oh ya..kami memiliki seorang putra tapi dia lagi di Portland sekarang, biasanya dia pulang kalau lagi ada waktu, ok..istirahatlah, kamu pasti lelah." Senyumnya lalu menutup pintu.
Kamar yang cukup luas dan ramah, jendela itu langsung menghadap ke matahari, pemandangan yang indah, dia duduk di depan jendela menatap gelapnya malam, berpikir tentang masa lalunya. "Aku makhluk immortal." Begitulah dia menyebut dirinya dan orang yang mengenalnya.
Samar teringat mereka memanggil-manggilnya dengan Az bukannya Andria, tapi dia tak membantahnya dan tidak keberatan, dia perlu nama lain. Andria membuka jendela kamar menghirup wangi aroma malam, bau tanah yang terkena hujan sangat dia sukai membuatnya rileks tanpa kekakuan. Memikirkan bagaimana memulai pencariannya, ya...untuk sementara dia akan tinggal di sini dan mulai mencarinya.
Andria membuka matanya, padahal fajar belum tampak, ini hal wajar yang selalu dia lakukan, kewaspadaan menjelma menjadi bagian dirinya, setelah mandi dan berganti baju, Andria turun ke kedai dan mendapati suami istri itu sedang sibuk memasak dan menyiapkan makanan yang akan dijualnya. Andria berdiri di tengah ruangan, bingung tak tahu apa yang harus dia lakukan.
Wanita yang menyebut dirinya Mrs Weltson selain mendatanginya, lalu memberikan kunci motor kepadanya.
"Andria kau bisa mengendarai sepeda motor?"
Andria berbalik dan menatap motor merah tua dengan boks segi empat, dia kemudian mengangguk.
"Bagus, nah inilah yang nanti kau lakukan, jasa mengantar makanan, apa kau bisa?"
Andria menatapnya dan mengangguk.
"Nah, sarapanlah dulu sebentar lagi kita akan sibuk."
Andria melangkah ke meja makan dan memikirkan tentang pekerjaan ini, ya..ini adalah pekerjaan pertamanya.Telepon berdering dan Mr.Weltson menatapnya.
"Andria bawalah pesanan ini di alamat ini, sambil menyerahkan kertas. "Menurutmu kau bisa?"
Andria mengangguk, tentu saja aku bisa Pikir Andria, dia berkeliling kota hingga sampai di kota ini.
"Ya aku bisa." dia lalu tersenyum menyemangati.
Andria memakai baju putih yang di sediakan di kedai itu dengan celemek hitam panjang dengan tulisan besar di bagian depan, "Good eat good chicken." Andria memakai topi dan helm merah dengan box segi empat besar di taruh di belakangnya.
"Hati-hatilah Andria." Senyum mereka berdua menyemangati. Andria kembali mengangguk.
Jalanan tampak padat, dia tak tahu mengapa, setelah mengantar makanan ke alamat yang di berikan, Andria segera kembali menuju kedai, tapi di tengah jalan banyak orang berkerumun dan memegang spanduk besar. Diapun berhenti pada saat lampu merah, menunggu pejalan kaki melintas di zebra cross.
Setelah beberapa lama menunggu, Andria mendengar teriakan-teriakan marah dan beberapa lelaki dan wanita dengan anaknya berlarian. pria-pria berjas hitam itu berenam, dan pria itu memukul dengan membabi buta di tengah hiruk pikuk para pendemo, wanita itu berteriak histeris, menghalangi sang pemukul, Andria mengernyitkan alisnya, dia benci mendengar teriakan-teriakan itu, kepalanya sakit, sangat sakit berdentum-dentum, dia menggertakkan giginya. Lalu disinilah Andria berdiri menamengi diantara para pria berjas.
Setelah memastikan mereka tak akan menyerang lagi, dia berbalik, banyak mata-mata memandangnya, pemandangan seperti ini selalu dirasakannya ketika dia berada di panti asuhan, tanpa menggunakan helmnya gadis itu menstarter motor bututnya dan pergi.
"Kau menyaksikan itu Ronan? gadis itu keren sekali bukan?"
Sambil membolak-balik buku yang di pegangnya dan menutupnya dengan keras.
"Yah, kau benar tentu saja hebat Riley, satu dari sepuluh wanita yang pernah kulihat, mengalahkan enam pria berotot, aku ragu kau bisa mengalahkan pria-pria itu."
Sambil mendengus, lelaki itu menyandarkan sikunya ke jendela mobil sportnya.
"Hah, Ibu akan bertanya-tanya kenapa aku terlambat, dan aku belum membeli kado untuk ulang tahunnya, anak yang perhatian bukan?"
Riley mendengus dan perhatiannya sejenak teralihkan.
"Ronan, Ronan", panggilnya .
"Apa!" Ucap Ronan, Riley kemudian menunjuk gadis yang berkelahi tadi lalu menunjuk motor yang ada box besar di belakangnya.
"Lihat di samping mu." Pria bernama Ronan berbalik dan menatap gadis yang tadi dilihatnya di zebra cross. Riley tertawa mengejek .
"Kau berani menyapanya?" tantangnya pada Ronan.
Ronan masih memandangnya, lalu berbalik dan tersenyum sinis .
"Kau akan lihat kawan." Dia membuka kaca mobil sport itu, dan menatap lurus ke arah gadis itu, dia berdehem.
"Hay, halo.."
Tapi tiba-tiba wajah ronan berubah ketika dia memandangi kotak box di belakangnya. Gadis itu memandangnya lurus tanpa berkedip ekspresinya datar tanpa sepatah katapun.
"Maksudku aku..."
Tapi sebelum Ronan menyelesaikan kalimatnya, lampu di jalan telah berubah menjadi hijau, dan dia menancap gas motornya, Riley lalu tertawa keras.
"Kau kenapa Ronan? gadis itu bahkan tidak menjawab pertanyaanmu."
Ronan memikirkan sesuatu, mungkin cuma kebetulankan, nama makanan seperti itu banyak juga yang pakai.
"Riley turunkan aku di toko itu, aku ingin membeli bunga buat Mom."
~
Hujan kembali turun dengan deras, dan seorang gadis bernama Andria yang bekerja di kedai itu sedang sibuk memperbaiki sesuatu di gudang milik Mrs Welson. Dia cukup senang dengan nama barunya walaupun ekspresi datar patennya selalu terlihat di wajahnya.
Dia memiliki wajah yang separuh Asia dan latin yang berpadu membuat wajahnya terlihat unik, rambutnya hitam kecoklatan, kulitnya putih gading, dan mata coklatnya yang dalam, dia penuh tanda tanya dan rahasia, peristiwa apa yang membuat gadis itu berwatak seperti itu? keluarga yang menampungnya bernama Welson, merek bersedia menampungnya sejak peristiwa itu.
~
Terdengar suara mobil yang dibanting tergesa-gesa, beberapa sepatu berlarian ingin menghindari hujan, Ronan menatap kedai makanan itu, dan luapan kegembiraan terpeta di wajahnya, Suara-suara ribut terdengar di rumah itu.
"Ronan sayang...ibu sangat merindukanmu,
kupikir kau tak akan datang." Sambil memeluk anaknya.
"Tentu aku datang mom, inikan ulang tahunmu, erm...ini untuk mom." Sambil tersenyum lebar dia memberikan bunga lili kuning kesukaan ibunya. Riley berdiri disampingnya tersenyum dan mendengus memandang Ronan.
"Riley? senang kau bisa datang." kata Mrs Welson memandangnya.
"Aku sangat menantikan ini Mrs Weltson bepergian ke Settle tentu saja dan ngomong-ngomong selamat ulang tahun Mrs Welson." Sambil menyerahkan beberapa beberapa minuman kepadanya.
"Oh terima kasih Riley, senang kau datang." ucap Mrs Weltson.
Mereka tertawa sambil menuju ke meja makan, nyonya Welson mengganti tulisan di kaca kedainya dengan tulisan close.
Ronan berbalik menatap tulisan di kaca kedai makanan, hm...nama itu sangat sedikit yang menggunakannya, pikirnya..
"Dimana dad, mom?" tanyanya sambil mengambil beberapa makanan di atas meja.
"Aku di sini son." Pria itu tersenyum lebar.
"Kau datang juga, ibumu sampai panik dia sudah masak banyak." ucapnya.
"Kita makan sekarang?" tanya Ronan, sambil membawa kue tart coklat dari kulkas dan menaruhnya di atas meja. Mrs welson menatap lantai atas.
"Bob, Andria Sudah kembali?" tanya Mrs Welson ke suaminya.
"Aku tadi mendengar suara motor dari gudang." Ronan berbalik menatap ibunya.
"Andria? siapa andria mom."
"Sepertinya dia ada di garasi, biar aku yang memanggilnya." kata Mrs Welson, dia beranjak dan memanggilnya.
"Mom siapa andria?" tanyanya lagi.
"Dia karyawan baruku, dia sangat membantu ibu." Mereka berempat duduk sambil menunggu kedatangan Andria. Suara langkah kaki pelan memasuki ruangan, wajah datar muramnya menatap empat orang yang duduk saling berhadapan.
"Kemarilah andria kita makan bersama." panggil nyonya Weltson.
Ronan dan Riley seketika berbalik, dan wajahnya langsung melotot heran menatap gadis yang berjalan kearah mereka.
Riley menyemburkan soda dari mulutnya. Ronan membelalak menatap Riley.
"Ada apa Riley?" Mrs Weltson menatapnya. Riley dengan cepat membersihkan soda dari wajahnya.
"Duduklah Andria kita makan bersama."
Andria duduk dihadapan Ronan sambil mengangguk sopan pada mereka.
"Ini Andria", kata Mrs Weltson memperkenalkan kepada mereka berdua.
"Ini Ronan anakku, dan riley teman kantornya." ucapnya, Ronan menatap Andria dan berdehem.
"Hay Andria, senang bertemu denganmu." senyumnya sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Ronan."
Andria menatapnya sebentar lalu menjulurkan tangannya, mencoba bersikap ramah.
"Aku Andria." ucap Andria kaku.
Suasana nampak canggung, Ronan menatap gadis di depannya. Pendiam, dia terlalu sunyi, suasana yang dibawanya membuat orang-orang disekitarnya tidak rileks bahkan tidak nyaman, sulit untuk memulai pembicaraan. Mrs Welson memecah keheningan dengan menceritakan peristiwa ketika mereka berdua sedang di serang sekelompok preman.
"Yah..aku sangat bersyukur Andria datang tepat waktu, kalau tidak, aku tidak bisa bayangkan apa yang akan terjadi." Mrs Weltson berbalik dan tersenyum pada Andria yang masih menyantap makanannya seolah-olah tidak mendengar ucapan Mrs Welson. Dia tidak mempermasalahkan Sikap Andria selama ini, walaupun dia tahu gadis ini sangat diam dan penuh misteri.
Ronan menatap Andria, lalu berpaling ke kedua orangtuanya memberikan isyarat dengan sikap Andria. Ayahnya hanya mengangkat bahu tak mempermasalahkannya.
"Erm Andria, aku sangat berterimakasih kasih padamu telah menolong orang tuaku."
Ronan menatap Andria, merasa Andria seperti tak mendengarnya, andria beralih dari makanannya lalu menatap Ronan. Lalu dia hanya mengangguk dan kembali fokus pada makanannya, Riley dan Ronan saling menatap.
~
"Dia sakit." Kata Riley pada Ronan dikamarnya setelah selesai makan malam.
"Apa ibumu tidak bertanya padanya dari mana dia berasal? mana orangtuanya? kenapa dia seorang diri di tengah malam dan umurnya yang masih 18 tahun dan masih sekolah."
Ronan yang baru selesai mandi dan mengeringkan rambutnya dengan handuk lalu duduk di salah satu kursi.
"Ya..kupikir anak itu memang aneh, dia tak banyak bicara, wajahnya terlihat sedikit sedih, aku tak tahu, dia seperti penuh misteri."
"Penuh misteri tapi cantik", tambah Riley tertawa.
~
Gedung pencakar langit di tengah kota Seattle menjulang di mana-mana, malam telah larut dan pria itu belum beranjak dari kantornya, menatap kaca besar pemandangan malam kota Seattle, waktu menunjukkan pukul 01.00 malam. Terdengar ketukan pelan dari pintu besar berwarna coklat.
"Masuk." bentaknya. Lamunannya terhenti dan dia berdiri memakai jasnya.
"Tuan, mobil anda telah siap di bawah."
Sambil melonggarkan dasinya, dia melangkah keluar ruangan dengan tidak bersemangat, dia masuk kedalam lift bersama sopirnya Gery. Pria itu kemudian masuk kedalam mobil hitam mewahnya.
"Langsung ke apartemen Gery." perintahnya.
"baik tuan."
Bunyi handphone mengembalikan tatapannya dari jalanan yang kosong.
"Aku tahu Simon, usahakan dia menanda tanganinya, ok...aku tak membuang waktuku dengan omong kosong itu, jangan biarkan mereka mengambil keuntungan, aku menunggu laporanmu Simon." Dia menutup handphonenya, kembali melonggarkan dasinya dan bersedekap sambil menatap jalanan malam kota Seattle, tanpa diminta wajah dingin berambut hitam terbayang kembali di benaknya, dia mengumpat keras.
"Sial." Membuat Gery berbalik.
"Anda baik-baik saja tuan?"
Pria itu mengacak rambutnya. "tentu saja." Jawabannya dingin. Sial demi tuhan kenapa wajahnya selalu muncul di kepalaku, kemudian Matanya berkilat bersinar aneh, ide untuk mencarinya muncul begitu saja.
~
Kegelapan terasa pekat, seluruh penghuni rumah telah terlelap, bunyi serangga malam dan tetesan air hujan masih terdengar dari luar jendela yang terbuka, Ronan sedang berdiri di salah satu jendela kamarnya dan memandang gelapnya malam lalu menyandarkan kedua tangannya ke jendela dan menghirup udara dalam-dalam. Lalu dia memalingkan wajahnya ke sosok gadis yang tengah memandang langit malam. Lama dia memandangnya ingin mengetahui apa yang dipikirkannya.
Andria menyadari seseorang memperhatikannya.
"Hey..mm sorry, aku tak bermaksud mengganggu." kata Ronan kikuk.
"Kau belum tidur?"
Andria menatap lurus pada manik mata biru Ronan.
"Aku hanya ingin menghirup udara malam." kata Andria pelan.
Ronan tersenyum. "Kalau begitu kita sama, kita butuh sedikit udara segarkan." dia lalu tersenyum tipis.
"Sebaiknya kau tidur Andria, besok kau mulai sekolah kan?"
Andria mengangguk. "ya, selamat malam." Andria menutup jendelanya, tak lama kemudian Ronan menutup jendela kamarnya.
Dia gadis yang aneh pikir Ronan.
©
Slmat membaca teman2 readers 😉😀 jgn lupa coment saran n kritiknya serta ulasannya 😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!