NovelToon NovelToon

Jodoh Pilihan Ayah

PROLOG

Tasya mendudukkan tubuhnya di kursi taman yang berada di depan kelasnya, sesekali Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Kenapa kak Ryo belum menjemputku juga?" gumamnya. Lalu mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya hendak menelpon seseorang namun diurungkannya saat laki-laki yang di tungguinya sedari tadi sudah berdiri di hadapannya.

"Sayang, maaf ya. Tadi agak macet jadi aku telat menjemputmu." ucap Ryo mendudukkan tubuhnya di samping Tasya

Ryo Wijaya adalah kakak senior Tasya di Universitas H kebetulan mereka satu jurusan. Rio memiliki postur tubuh yang tinggi dan wajah yang tampan sehingga banyak wanita yang ingin menjadikannya kekasih bahkan ada dari jurusan lain yang juga sangat tergila-gila dengannya apalagi Ryo seorang pemain basket yang handal sehingga banyak wanita yang menggemarinya.

"Oh, tidak apa-apa kok kak." Tasya tersenyum lalu beranjak berdiri

"Ayo." ajaknya lalu mengenggam tangan Ryo

Setelah tiba di parkiran, mereka berjalan menuju tempat dimana motor Ryo di parkir, setelah itu Ryo memasangkan helm di kepala Tasya.

"Makasih kak."

"Mau langsung pulang atau kita jalan-jalan aja dulu?"

"Hm, terserah kakak saja." ujarnya lalu mendudukan tubuhnya di atas motor, kemudian Ryo melajukan motornya dengan kecepatan sedang merekapun meninggalkan parkiran kampus.

"Sayang, kita ke mall saja ya." ujar Ryo sedikit mengeraskan suaranya

"Baiklah terserah kakak saja." jawabnya lalu Tasya mengeratkan pelukannya.

Sekitar tiga puluh menit merekapun tiba di salah satu mall terkenal yang ada di kota itu, Ryo memarkirkan motornya di lantai dua, kebetulan tempat parkir motor berada di lantai dua mall. Ryo membantu Tasya melepaskan helmnya kemudian Ryo merekatkan tangannya di sela-sela jemari Tasya lalu melangkahkan kaki mereka memasuki mall.

"Sayang, kita makan dulu ya kamu pasti lapar." ujar Ryo dan berjalan menuju cafe seafood yang ada di mall itu, Tasya mengikuti langkah kekasihnya. Setelah tiba di cafe, Ryo mencari tempat dan mereka memilih duduk di sudut cafe yang terlihat begitu lengang. Ryo menarik salah satu kursi dan mempersilahkan Tasya untuk duduk.

"Duduklah." Tasya hanya menganggukan kepalanya kemudian ia mendudukan tubuhnya di kursi yang telah disiapkan Ryo untuknya, Ryo juga ikut mendudukan tubuhnya di kursi tepat berada di hadapan Tasya.

"Sayang, minggu depan aku akan wisuda apa sebaiknya kita langsung berbelanja pakaian?" tanya Ryo menatap Tasya yang sedari tadi hanya terdiam dan menatap kesembarang arah, merasa tidak ada jawaban, Ryo memegang tangan Tasya yang berada di atas meja.

"Sayang!" panggilnya. Merasa tangannya di sentuh Tasya langsung membuyarkan lamunannya.

"Eh iya ada apa kak?" tanya Tasya bingung, Ryo menatap Tasya sambil mengerutkan dahinya.

"Apa yang kau pikirkan?" tatapan Ryo penuh selidik, apa yang di pikirkan Tasya?

"Eh ti-tidak ada kak." Tasya memalingkan wajahnya takut jika ketahuan sedang berbohong.

"Oh iya baiklah, kalau ada sesuatu ceritalah kepadaku." ucap Ryo sambil mengusap-usap punggung tangan Tasya. Tak berselang lama seorang waiters datang menghampiri mereka lalu menyodorkan buku menu.

"Sayang, kau mau makan apa?" Rio mulai membuka lembaran buku menu yang diambilnya dari waiters tadi.

"Terserah kakak saja." jawabnya. Mendengar jawaban Tasya, Ryo menghela napas panjang. Ada apa dengan Tasya hari ini? Kenapa dia begitu enggan berbicara dan bahkan sedari tadi jawabannya hanya terserah.

"Baiklah aku memesan 2 porsi udang balado dan kentang goreng, minumnya jus jeruk." ujar Ryo kepada waiters tersebut.

"Baik tuan." jawabnya. Lalu meninggalkan meja yang di tempati Ryo dan Tasya.

"Apa aku ceritakan saja tentang perjodohan itu, tapi aku tidak mau putus sama kak Ryo."

"Hm, nanti saja baru kuceritakan." gumam Tasya dalam hati.

"Sayang, besok ada pertandingan basket, apa kau mau ikut denganku?" tanya Ryo membuka obrolan dan meletakan ponselnya di atas meja.

"Jam berapa pertandingannya kak?"

"Jam 4 sore, apa kau kuliah sore besok?"

"Tidak ada kuliah kok besok sore, aku akan ikut denganmu." jawabnya sambil tersenyum

"Baiklah." Ryo tersenyum senang akhirnya Tasya bisa diajak pergi biasanya wanita itu sangat sulit untuk di ajak kemana-mana.

Beberapa saat kemudian, seorang waiters membawa nampan berisi makanan yang telah dipesan oleh Ryo tadi. Lalu waiters tersebut memindahkan makanan yang ada di nampan ke atas meja.

"Selamat menikmati." ucap waiters tersebut lembut seraya tersenyum ramah.

"Makasih mba." Tasya menjawab seraya tersenyum kearah waiters tersebut.

"Makanlah!" ujar Ryo lalu mengambil sendok dan mulai menyantap makanannya. Sesekali ia melirik ke arah Tasya.

"Syaa." panggilnya.

"Hm." jawab Tasya menolehkan kepalanya ke arah Ryo.

"Kenapa tidak dimakan makanannya?" Ryo mengerutkan dahinya, melihat Tasya yang begitu enggan untuk menyentuh makanannya.

"Eh iya, ini kak baru mau dimakan." Tasya tersenyum lebar lalu mengambil sendok dan mulai menyantap makanannya itu

"Habis makan kita belanja ya sekalian beli baju untuk acara wisudaku nanti."

"Baik kak."

*

Seusai menghabiskan makan mereka, Ryo mengajak Tasya menuju boutique yang berada di mall tersebut.

"Pililah baju yang kau suka, nanti aku yang akan membayarnya." Ryo mendudukan tubuhnya di kursi yang ada di dalam boutique.

"Ta-tapi kak, aku tidak enak. Aku bisa membayarnya sendiri kok."

"Sayang, kita sudah pacaran hampir dua tahun. Kenapa kau masih sering menolak pemberianku?" pinta Ryo beranjak berdiri lalu ia mengusap-usap puncak kepala Tasya.

"Tapi aku takut dibilang matre, cuma ngejar-ngejar hartamu saja." ucap Tasya menundukan kepalanya. Ya perkataan itu sangat benar adanya, karena ia sering kali mendengar perkataan itu keluar dari mulut ibu dari kekasihnya.

"Huh, siapa yang bilang kau matre? lagian aku yang menyuruhmu bukan kau yang memintanya." Ryo kembali mendudukan tubuhnya di kursi

"Kak Ryo tidak ikut mencari pakaian?" tanya Tasya yang masih berdiri mematung.

"Kau carilah dulu aku masih ingin beristirahat."

"Baiklah." Tasya mulai memilih-milih baju yang berada di boutique itu.

Setelah memilih baju untuk dirinya kemudian Tasya memilihkan Ryo baju juga. Mereka memilih baju couple batik berwarna abu-abu dengan garis-garis hitam.

"Syaa, ayo kita pulang aku ada urusan lain." panggil Ryo yang baru saja menghampiri Tasya. Tasya menganggukan kepalanya lalu mereka menuju meja kasir untuk membayar pakaian mereka. Kemudian Ryo menggenggam tangan Tasya melangkahkan kakinya keluar dari boutique itu.

"Syaa maaf ya, kita tidak bisa nonton dulu. Soalnya mommy menyuruhku pulang."

"Iya, tidak apa-apa." jawabnya lalu mereka berjalan menuju parkiran.

45 menit kemudian

Tasya tiba di kosnya yang masih berada di area lingkungan kampus diantar oleh Ryo tentunya.

"Sayang, maaf ya." ucap Ryo membantu melepas helm yang Tasya pakai.

"Tidak apa-apa kak." senyumam yang mengembang lebar di bibir Tasya semakin Ryo merasa tidak enak hati.

Ryo mengusap-usap kepala Tasya kemudian berkata "Besok selesai kuliah aku jemput ya."

"Baiklah, sampai jumpa." Tasya tersenyum lebar. Kemudian Ryo melajukan motornya meninggalkan Tasya yang masih berdiri mematung.

Setelah Ryo tak dilihatnya lagi Tasya bergegas masuk ke dalam kamar kosnya, kemudian melempar tasnya ke sembarang arah dan mengambil ponselnya yang sedari tadi berdering namun ia sengaja tak mengangkatnya karena ia tahu siapa yang menelponnya hingga berkali-kali. Tasya menghembuskan napas kasar kemudian merebahkan tubuhnya di kasur lantai lalu menjawab telpon dari ayahnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading ❤️❤️❤️

Membujuk

"Tasyaa." teriak ayah dari seberang sana, seketika tasnya menjauhkan ponselnya dari telinganya dan beranjak duduk.

"A-ada apa pa?" tanya Tasya saat mendekatakan kembali ponselnya ke telinganya.

"Dari mana saja kamu? kenapa tidak mengangkat telpon papa?" tanyanya masih dengan suara tinggi.

"Ma-aaf pa, tadi Tasya baru pulang dari rumah teman."

"Teman atau kekasihmu yang tidak tau diuntung itu?"

"Papa!" bentak Tasya tak terima namun masih terdengar sopan. Tasya tahu kalau ayahnya sangat tidak menyukai Ryo semenjak Ryo menolak tawaran ayahnya untuk menikahinya karena alasan belum siap.

"Papa sudah bilang, putuskan saja kekasihmu itu. Untuk apa punya kekasih yang tidak mau diajak nikah."

"Bukan tidak mau pa, tapi Ryo belum siap." ujarnya membela.

"Sudahlah, papa sudah mengirimkanmu nomor ponsel calon suamimu." ujarnya dengan suara melunak. Tasya memutar kedua bola matanya seraya menghembuskan napas kasar.

"Ta-tapi pa, aku tidak mau dijodohkan. Aku sangat mencintai Ryo dan Ryo juga sangat mencintaiku."

"Jika dia mencintaimu kenapa dia masih betah berpacaran, dan menolak usul papa."

"Kan papa tahu sendiri Ryo baru akan menyelesaikan studynya dan minggu depan Ryo akan wisuda." Tasya menghela napas kemudian ia melanjutkan ucapannya "Pa, beri satu kesempatan lagi untuk membujuk Ryo pa. Tasya mohon." Tasya memelaskan suara agar papanya itu mau memberinya satu kesempatan lagi.

Haris menghela napas panjang kemudian menghembuskannya.

"Baiklah, papa kasi waktu 1 minggu lagi. Kalau minggu depan dia masih menolakmu, papa benar-benar menjodohkanmu dengan anak sahabat papa."

"Baiklah, aku akan memberitahu papa minggu depan. Makasih pa, I love you."

"Sudahlah, papa mau mandi." ujarnya, "Oh iya, Apa uang yang papa kirim kemarin masih ada?"

"Masih pa, masih belum kesentuh malah."

"Oh, baiklah papa matikan dulu telponnya."

"Iya pa, sekali lagi terima kasih."

"Jaga dirimu baik-baik."

"Siap Bigbos." ucap Tasya lalu Haris memutuskam sambungan teleponnya. Seketika Tasya langsung berdiri dan berloncat-loncat riang.

"Besok aku harus membujuk Ryo lagi." gumamnya lalu meletakkan ponselnya ke sembarang arah dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

***

Malamnya, Tasya hendak mengerjakan tugas kuliahnya namun ponselnya terus berdering. Tasya meraih ponselnya yang tergeletak di samping laptopnya, dan dilihatnya nama Ryo tertera di layar ponselnya, dengan segera ia menggeser icon hijau kemudian mendekatkam benda pipih itu ke daun telinganya.

"Hallo sayang." sapa Ryo dari seberang sana.

"Iya ada apa?"

"Aku merindukanmu."

"Apaan sih kak." celetuknya dengan pipi yang merona.

"Emang nggak bisa ya rindu sama pacar sendiri."

"Bukan begitu kak, tapikan kita baru ketemu tadi sore."

"Ketemuan lagi yuk!" ajaknya

"Kak, inikan sudah malam."

"Selalu saja, kenapa kau susah sekali diajak keluar malam." cetus Ryo, ya itulah Tasya sangat susah jika diajak keluar malam, mungkin jika dihitung-hitung selama hampir dua tahun mereka berpacaran hanya beberapa kali saja mereka keluar malam bersama.

"Bu-bukan begitu kak, aku masih harus mengerjakan tugas kuliahku."

"Hm, justru itu kita ke cafe saja nanti aku akan membantumu mengerjakan tugas." ujarnya. Tasya hendak manyahuti perkataan Ryo namun ia urungkan karena tidak memiliki alasan lagi.

"Baiklah."

"Yeahh, serius kau mau?" tanyanya dengan suara yanh terdengar girang.

"Iya, tapi cafe di sekitaran kampus saja ya kak."

"Baiklah terserah kau saja, bersiap-siaplah aku akan menjemputmu 15 menit lagi."

"Baiklah." Tasya memutuskan sambungan teleponnya dan segera mengganti pakaiannya tak lupa ia mamakai liptint di bibirnya agar tidak terlihat pucat.

10 menit kemudian terdengar suara motor Ryo yang baru saja tiba. Tasya segera mamakai tasnya dan mengambil laptop kemudian ia keluar dari kamar kosnya dan menghampiri Ryo.

"Kau memakai make up?" tanyanya memperhatikan wajah Tasya

"Nggak, aku hanya memakai liptint saja."

"Kenapa kau cantik sekali?" tanyanya, seketika pipi Tasya memerah.

"Apaan sih kak. Gombal deh." serunya memukul bahu Ryo pelan. Ryo terkekeh lalu memakaikan helm di kepala Tasya.

"Ayo naik." ujarnya. Lalu Tasya segera mendudukan tubuhhya di atas motor. Kemudian Ryo malajukan motornya mencari cafe yang sekiranya nyaman untuk di tempati.

***

"Ayo." ajak Ryo menggenggam tangan Tasya. Namun Tasya menggelengkan kepalanya.

"Kak, ini terlalu ramai."

"Syaa, ini sudah cafe ke-5 yang kita kunjungi, cafe sebelum-sebelumnya kau bilang ramai juga." Ryo memutar badanya menghadap Tasya, wajah pria itu terlihat memelas, mungkin ia sudah merasa jenuh. Melihat wajah itu membuat Tasya menjadi kasihan kepada Ryo karena sudah memutar-mutari jalan mencari cafe yang tidak begitu ramai, namun tetap saja dikala malam semua cafe di sana terlihat penuh akan mahasiswa yang mengerjakan tugas atau tidak hanya sekedar nongkrong.

"Baiklah." ucap Tasya seraya menganggukan kepalanya. Ryo tersenyum kemudian ia menarik tangan Tasya untuk masuk ke dalam cafe.

Di dalam cafe, Ryo dan Tasya memilih tempat duduk yang berada di sudut cafe yang agak lengang. Saat Tasya hendak berjalan menuju kursi yang telah dipilihnya tiba-tiba ia menabrak seseorang dan hampir saja terjatuh karena yang ditabraknya itu pria bertubuh tinggi dan berbadan kekar yang dibaluti jas berwarna abu-abu.

"Maaf." ucap Tasya menundukkan pandangannya.

"Syaa, kau tidak apa-apa?" tanya Ryo memperhatikan tubuh mungil Tasya.

"Aku nggak apa-apa kok kak."

"Kalau jalan lihat-lihat dong." ketus Ryo menatap pria yang berada di depannya itu kesal. Namun pria itu tak bergeming, ia malah berlalu pergi meninggalkan Tasya dan juga Ryo yang masih berdiri mematung.

"Huh, dasar." umpat Ryo lalu mengajak Tasya untuk kembali melangkahkan kakinya menuju tempat yang mereka tuju.

"Syaa, kamu benar-benar nggak apa-apa kan?" tanya Ryo yang mendudukan tubuh Tasya di kursi yang sudah di tariknya tadi.

"Iya aku nggak apa-apa kok."

"Baiklah."

"Kau mau pesan apa?" tanya Ryo yang sudah duduk di hadapan Tasya.

"Jus jeruk aja kak." jawabnya sambil membuka laptop yang dibawanya tadi.

"Kau tidak mau makan?"

"Aku sudah makan tadi."

"Baiklah, Syaa aku tinggal ke toilet dulu." ujarnya. Tasya hanya menganggukkan kepalanya. Tak berselang lama seorang waiters datang sambil memegang nampan berisi pesanan yang sudah di pesan Ryo tadi lalu memindahkanya ke meja.

"Selamat menikmati." ujarnya tersenyum ramah.

"Makasih mba." ucap Tasya tersenyum lalu waiters tersebut meninggalkan meja Tasya. Tasya kembali fokus mengerjakan tugasnya sesekali ia melirik ke arah jalan menuju toilet.

"Kenapa Ryo lama sekali." gumamnya.

Duaarr.. Ryo mengagetkan Tasya, seketika Tasya langsung menoleh.

"Kak, kau mengagetkanku." Tasya mengelus-elus dadanya "Sejak kapan kakak berada di belakangku?" tanyanya.

"Sejak tadi." ujarnya santai sambil mendudukan tubuhnya di kursi yang berada di samping Tasya. Tasya langsung mengerutkan dahinya.

"Kenapa aku tidak melihat kakak?" tanyanya bingung.

"Kau sih terlalau fokus dengan laptopmu sampai-sampai kau mengabaikanku."

"Siapa yang mengabaikan kakak?"

"Itu buktinya kau tidak melihatku saat aku menghampirimu."

"Oh iya juga ya." Tasya tersenyum lebar manampakkan gigi rapihnya seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dengan tinggah Tasya yang seperti itu membuat Ryo gemas, ia langsung mengusap-usap puncak kepala Tasya.

"Minumlah dulu." pintanya. Tasya menganggukkan kepalanya dan segera maraih gelas berisi jus jeruk itu dan meminumnya.

"Mana tugasmu? coba aku lihat." tanyannya lalu Tasya memutar laptopnya dan mengarahkan ke arah Ryo. Ryo dengan lihay mengerjakan tugas Tasya yang tersisa beberapa nomor lagi itu.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading ❤️❤️

Membicarakan kembali

Pagi setelahnya, dua pria paru baya yang tengah duduk dan saling-saling berbincang-bincang di salah satu cafe. Perbincangan mereka terlihat begitu serius

"Bagaimana, apa anakmu menyetujuinya?" tanya om Vino menatap Haris

"Maaf Vin, anakku masih tidak ingin dijodohkan. Tapi akan ku usahakan agar dia mau dijodohkan dengan anakmu."

"Maaf ya Har, aku jadi memaksamu untuk menjodohkan anakmu dengan anakku. Aku khawatir jika Reyhans tidak ingin menikah, dia begitu enggan melirik wanita, aku semakin khawatir apalagi usianya yang sudah tidak mudah lagi." ujar om Vino dengan raut wajah sedih.

Om Vino benar-benar khawatir jika anak sulungnya itu enggan untuk menikah semenjak kekasihnya meninggal dunia, Reyhans berubah menjadi pria yang sangat dingin terhadap wanita bahkan ayahnya berkali-kali menjodohkannya namun ia selalu menolak, dan perjodohan kali ini merupakan upaya terakhir yang dilakukan olehnya.

"Aku mengerti dengan keadaanmu, aku juga ingin menikahkan Tasya segera agar dia terbebas dari fitnah, apalagi dia kuliah di luar kota dan aku tidak bisa memantau dan memastikan keadaannya setiap saat."

"Itulah yang aku inginkan, bukankah Tasya dan Reyhans tinggal di kota yang sama? jika mereka menikah maka kau tidak akan mengkhawatirkan Tasya lagi karena Reyhans akan menjaganya." tutur om vino, Haris membenarkan perkataan sahabatnya itu lalu ia menganggukkan kepalanya.

"Aku ingin bulan depan mereka akan segera melaksanakan pernikahannya." ujar om Vino.

"Tapi Vin, apa Reyhans mau dijodohkan dengan anakku?" tanya Haris menatap om Vino.

"Aku belum memberitahunya."

"Kenapa? kalau anakmu menolak bagaimana?"

"Aku sudah menyusun rencanaku dengan baik agar dia tidak menolak perjodohan ini."

"Baiklah, aku percaya padamu." ujar Ayah menepuk-nepuk pelan bahu sahabatnya itu.

***

Tasya melangkahkan kakinya dengan terburu-buru keluar dari kelasnya menuju parkiran karena sudah ditunggui oleh Ryo sejak tadi.

"Maaf kak, udah buat kakak nunggu lama soalnya ada sosialisai jadi agak telat keluarnya." ujar Tasya yang sudah berdiri di hadapan Ryo.

"Nggak apa-apa kok."

"Kamu sudah makan siang?" Ryo beranjak turun dari atas motornya.

"Belum kak."

"Baiklah kita cari makan dulu, masih 2 jam lagi pertandingan basketnya." ujarnya sambil mengelus puncak kepala Tasya. Tasya hanya menganggukan kepalanya, lalu Ryo membantu Tasya memasangkan helm ke kapala Tasya. Kemudian ia bergegas menaiki motor dan menghidupkan mesinnya.

"Ayo." Tasya segera mendudukan tubuhnya di atas motor dan memeluk Ryo erat.

Di cafe yang berada tak jauh dari lingkungan kampus, Tasya mendudukan tubuhnya di kursi yang sudah di tarikkan oleh Ryo. lalu Ryo mendudukan tubuhnya di hadapan Tasya.

"Kau mau makan apa?" tanyanya sambil membuka lembaran buku menu.

"Terserah kakak saja."

"Baiklah." Ryo segera memanggil waiters dan memesan beberapa menu makanan.

"Ehm kak, ada yang mau aku omongin." ujar Tasya dengan wajah serius. Sontak Ryo langsung mengerutkan dahinya tidak biasanya Tasya terlihat begitu serius.

"Ada apa?"

"Ehm kak, papa memintaku agar kau segera menikahiku" ujar Tasya menundukkan kepalanya. Rey langsung menggenggam tangan Tasya yang diletakannya di atas meja seraya berkata

"Syaa, aku sudah bilang. Aku belum siap dan aku masih sangatlah mudah, aku masih ingin menikmati masa mudahku" Tasya hanya menarik napas panjang, ia sudah menduga jika Ryo akan menolaknya lagi.

"Tapi papa terus memaksaku kak." ujarnya dengan wajah memelas.

"Syaa, aku akan menikahimu tapi tidak sekarang. Ini sangatlah cepat, dan kau belum menyelesaikan studymu juga. Apa kau mau kuliah sambil mengurus anak?" tanya Ryo menatap wajah Tasya. Tasya hendak menyahuti pertanyaan Ryo namun ia urungkan saat waiters datang dan membawa nampan berisi makanan. Kemudian waiters itu memindahkan piring dan gelas berisi makanan dan minuman itu ke atas meja.

"Selamat menikmati." ujarnya tersenyum ramah lalu berlalu pergi meninggalkan meja pelanggangnya itu.

"Makanlah." pinta Ryo. Tasya hanya menganggukkan kepalanya dan mulai menyantap makanannya tersebut.

"Syaa, aku akan segera menikahimu jika aku sudah mendapat pekerjaan dan juga kau sudah menyelesaikan studymu". ujarnya, namun Tasya tak menghiraukannya ia masih tetap fokus menyantap makanannya.

*

"Kita langsung ke lapangan basket saja ya, soalnya teman-temanku sudah menungguku." ujar Ryo saat sudah berada di parkiran cafe. Tasya hanya menganggukkan kepalanya dan segera memakai helm yang diraihnya dari tangan Ryo. Lalu ia mendudukan tubuhnya di atas motor kemudian Ryo melajukan motornya menuju lapangan basket yang ada di kampusnya itu.

20 menit kemudian.

Ryo memarkirkan motornya di parkiran motor yang berada di dekat lapangan basket.

"Syaa tunggulah di sini aku mau mengganti baju dulu."

"Iya, jangan lama kak."

"Baiklah." Ryo mengelus puncak kepala Tasya dan tersenyum. Kemudian ia segera menuju ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. 10 menit kemudian Ryo manghampiri Tasya yang masih duduk di kursi taman yang berada di parkiran.

"Ambillah." Ryo menyodorkan minuman kemasan kepada Tasya lalu Tasya segera megambilnya dan meneguknya hingga habis karena ia begitu sangat kehausan apalagi cuaca yang begitu panas membuat dahaganya kering.

"Minumnya pelan-pelan aja sayang." pinta Ryo saat melihat Tasya yang meneguk minumannya dengan sangat tergesah-gesah. Lalu ia mengajak Tasya untuk berkumpul dengan teman-temannya yang sudah berada di lapangan basket.

"Ayo." ajaknya hendak melangkahkan kakinya namun tangannya ditarik oleh Tasya.

"Kak, aku malu sama teman-teman kakak."

"Syaa, ini sudah kesekian kalinya aku mengajakmu ke sini. Kenapa masih saja malu?" tanya Ryo yang sudah memutar badanya menghadap kekasihnya itu.

"Ta-api ka--k." Tasya hendak menyahuti pertanyaan Ryo namun tangannya sudah ditarik oleh Ryo dan melangkahkan kakinya menuju lapangan.

"Hay Syaa." sapa teman Ryo yang bernama Zayn. Tasya hanya membalas sapaan itu dengan senyuman.

"Jangan coba-coba mendekatinya apalagi menggodanya" pinta Ryo memukul bahu temannya yang baru saja menghampirinya itu. Zayn hanya memutar kedua bola matanya kemudian mengikuti langkah Ryo dan juga Tasya menuju teman-teman Ryo yang sudah berkumpul dan duduk di kursi yang berada di pinggiran lapangan.

"Hay bro." sapa teman Ryo lalu beranjak dari duduknya dan memeluk tubuh Ryo.

"Tasya ayo duduk." ujar Vano menggeser tubuhnya dan memberikan ruang untuk Tasya duduk. Lalu Tasya tersenyum dan melangkahkan kakinya mendekati Vano dan segera mendudukan tubuhnya di kursi. Lama mereka berbincang-bincang dan juga mengatur posisi untuk bertanding. Beberapa menit kemudian mereka segera berdiri dan bersiap-siap untuk memulai pertandingan.

"Syaa doain ya biar aku menang." ujarnya mengusap kepala Tasya yang tenga duduk.

"Kau tidak mau pindah ke kursi penonton?" tanyanya.

"Tidak kak, aku di sini aja. Udah nyaman juga."

"Baiklah. Zayn awas saja jika kau menggodanya." ancam Ryo melirik ke arah Zayn yang duduk tak jauh dari kursi yang di duduki oleh Tasya.

"Mana berani." ucap Zayn namun tak dihiraukan oleh Ryo.

"Syaa, aku main dulu ya " Ryo memberikan usapan di kepala kekasihnya itu

"Semangat kak." ujarnya tersenyum lebar. Ryo ikut tersenyum kemudian ia melangkahkan kakinya menuju lapangan.

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading ❤️❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!