"DASAR MUR*HAN!!!"
Plakkk...
Sebuah tamparan keras mendarat mulus di pipi kanan gadis itu. Serra tidak tau apa yang terjadi sampai-sampai kepulangannya disambut dengan t*mparan keras oleh sang ayah.
Serra memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh ayahnya dan menatap paruh baya itu penuh tanya. "Pa, apa-apaan kau ini?! Kenapa kau menamparku tanpa sebab?" Tanya Serra meminta penjelasan.
Tuan Valentino kemudian melemparkan puluhan lembar foto kearah Serra dengan marah. "Kau tanya kenapa?! Buka matamu lebar-lebar dan lihat apa yang telah kau lakukan!!" Bentak tuan Valentino murka.
Serra kemudian memunguti semua foto-foto itu dan matanya membelalak terkejut. "Pa, ini tidak seperti yang kau bayangkan. Kau hanya salah paham. Foto ini tidak benar, aku dijebak. Lagipula aku tidak mungkin melakukan hal memalukan seperti itu. Pa, aku mohon percaya padaku." Mohon Serra. Namun tak dihiraukan oleh tuan Valentino.
Nyonya Amber keluar sambil membawa semua barang-barang milik Serra lalu melemparnya kearah gadis itu. "Pergi kau dari rumah ini. Rumah ini tidak layak ditempati oleh gadis murahan sepertimu!!"
"Ma!!" Teriak Serra. "Kenapa kau juga, aku ini putrimu, putri kandungmu. Tapi kenapa kau selalu memperlakukanku seperti orang lain?!"
"Diam kau anak pembawa s!al. Aku tidak pernah merasa telah melahirkan anak sepertimu. Pergi dari rumah ini dan jangan pernah kembali lagi!!"
Serra menyeka air matanya. "Baik jika memang itu yang kalian inginkan, tapi lihat dan tunggu saja. Suatu hari nanti aku pasti akan kembali sebagai neraka kalian semua. Aku akan menghancurkan dan membuat hidup kalian menderita. Tunggu saja!!" Serra menarik kopernya dan membawanya pergi meninggalkan kediaman orang tuanya.
Dalam hatinya Serra bersumpah akan membalas perbuatan mereka semua. Apa yang dia alami hari ini pasti akan Serra kembalikan pada mereka suatu saat nanti. Dia akan membuat mereka semua membayar perbuatannya hari ini berpuluh-puluh kali lipat. Dan Serra akan memastikan mereka merasakan hidup bagaikan di neraka. Dan itu adalah sumpahnya.
-
-
Sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di depan Serra ketika gadis itu hendak menyebrang jalan. Seorang laki-laki berpakaian formal dan berkacamata keluar dari balik kemudi lalu menghampirinya.
"Nona, Tuan Muda ingin bertemu dengan Anda. Dan beliau menunggu di dalam mobil."
Mata Serra memicing. "Tuan Muda? Siapa?" Dia memastikan.
"Anda akan tau setelah masuk ke dalam mobil," jawabnya.
Karena penasaran pada si Tuan Muda. Kemudian Serra masuk ke dalam mobil tersebut. Seorang lelaki berdarah China tengah menatapnya dengan tatapan dingin dan datar. Wajahnya sangat tampan namun juga terlihat cantik diwaktu bersamaan.
Dan Serra tau betul siapa orang ini, dia adalah salah satu pebisnis muda asal negeri tirai bambu yang sukses diusianya yang masih terbilang sangat muda, 27 tahun.
Lelaki itu memberi isyarat pada Serra supaya masuk ke dalam mobilnya.
"Langsung saja pada intinya. Aku adalah pria yang di Hot*l bersamamu semalam. Sebenarnya bukan dirimu target dari mereka. Mereka salah Terget dan memasukkanku ke dalam kamar yang salah. Dan aku ingin membuat kesepakatan denganmu." Pria itu membuka menoleh dan menatap langsung ke dalam sepasang mutiara Hazel itu.
Mata Serra memicing. "Kesepakatan seperti apa? Lalu apa keuntungan yang bisa aku dapatkan dari kesepakatan itu?" Tanya gadis itu.
"Menikahlah denganku, dan sama-sama kita hancurkan orang-orang itu. Kau baru saja terusir dari rumahmu bukan, ini adalah kesempatan yang bagus untukmu." Ujar pria itu.
"Kau menyelidikiku?" Serra menatap pria itu dengan tatapan menyelidik.
"Tidak juga. Hanya sekedar tau saja. Aku akan memberimu waktu untuk berpikir, jika kau setuju, aku bisa memberikan kekuasaan padamu untuk menjadi seorang penguasa, bagaimana?"
Serra menyeringai. "Kedengarannya menarik, dan sangat sayang jika sampai di lewatkan. Baiklah aku setuju, dan aku juga memiliki sebuah syarat untukmu."
"Katakan."
"Aku masih memikirkannya dan akan ku-beritahukan syaratku nanti. Lalu kapan kita akan menikah? Apakah kau akan mengadakan sebuah pesta yang sangat besar atau~"
"Tidak ada pesta!!" Pria itu menyela cepat. Lalu dia memberikan sebuah akta nikah pada Serra. "Kau dan aku sekarang sudah menjadi suami-istri, dan pernikahan ini sah dimata hukum dan agama." Jelasnya memaparkan.
Serra tertawa. Sungguh lucu, tanpa ada upacara dan lain sebagainya, tiba-tiba dirinya menjadi istri orang. Rasanya semua ini seperti mimpi, tapi yang terjadi dan dia alami ini bukankah mimpi, melainkan sebuah kenyataan.
"Sangat luar biasa. Benar kata orang, jika uang itu berkuasa. Karena jika ada uang, apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Dan akta nikah ini adalah buktinya. Karena kita sudah menikah dan menjadi suami-istri, aku harap hubungan ini bisa berjalan dengan baik."
Pria itu menatap Serra dengan serius. "Tapi jalan yang nantinya akan kau lalui tidaklah mudah. Kau akan berhadapan langsung dengan kakekku, karena dia akan menjadi orang pertama yang menentang pernikahan ini. Karena dia ingin supaya aku menikah dengan cucu dari sahabatnya."
Serra mengangkat bahunya acuh. "Bukan masalah, lagipula itu adalah perkara yang mudah. Aku tidak terbiasa membiarkan orang lain menindasku, meskipun keluargaku sendiri sering kali memperlakukanku dengan buruk!!" Terang Serra.
"Baguslah, itu artinya yang aku nikahi bukanlah wanita bodoh yang tidak mengerti apa-apa. Frans, jalan." Perintah pria itu pada sang asisten pribadi.
Frans mengangguk. "Baik, Tuan Muda." Jawabnya.
.
.
Mereka tiba disebuah mansion mewah. Sebuah bangunan bergaya Eropa klasik yang memiliki tiga lantai. Bangunan mewah yang jauh dari keramaian kota, bisa dibilang itu adalah satu-satunya bangunan yang berdiri di sebuah tanah yang memiliki luas puluhan hektar ini.
Serra menatap kagum bangunan berlantai tiga itu. Mansion ini 10X lebih besar dari rumahnya. Sangat mewah dan elegan, seperti rumah-rumah yang berada di negeri dongeng.
"Tunggu, jadi ini rumahmu dan disini aku akan tinggal mulai sekarang?" Serra menatap pria itu. Dia mengangguk.
"Ya, dan hidup barumu baru saja di mulai, Nona. Frans, bawa barang-barangnya ke kamar utama." Perintah pria itu.
Frans mengangguk. "Baik, Tuan Muda." Ucapnya dan pergi begitu saja. Frans membawa koper itu menuju kamar sang majikan yang ada di lantai dua mansion mewah ini.
Serra menahan lengan pria yang sejak beberapa waktu lalu itu menjadi suaminya. Dia belum tau siapa nama pria ini. "Aku masih belum tau siapa namamu. Bisakah kau memberitahuku?" Serra menatap pria di depannya itu penuh harap.
Pria itu menatap Serra dengan intens dan langsung ke dalam mata Hazel-nya. Dan di tatap sedalam itu membuat Serra gugup setengah mati. Dia membuang muka untuk menghindari kontak mata tersebut.
"Namaku adalah, Lucas Xiao!!"
-
-
Bersambung.
"ANAK SETAN, KALIAN KEMANAKAN UANG-UANGKU?!"
Teriakan keras itu berkaur di dalam telinga Lucas dan Serra yang baru menginjakkan kakinya di mansion mewah tersebut. Bagi Lucas itu adalah hal yang sangat-sangat biasa, tetapi bagi Serra tentu saja ini pertama kalinya.
Lucas menoleh pada gadis itu. "Jangan terkejut, dan mulai hari ini biasakan dirimu. Adik kembarku adalah pemuda-pemuda Badung yang sulit diatur, sedangkan kakekku adalah orang dengan tempramen yang sangat buruk." Terang Lucas.
"Lalu di rumah ini selain kalian berempat ada siapa lagi?" Tanya Serra penasaran.
"Ada istri mendiang pamanku dan kedua anaknya. Mereka bertiga diijinkan untuk tinggal disini karena bagaimana pun juga mereka masih bagian dari keluarga ini, meskipun Paman sudah tidak ada lagi." Terang Lucas.
"Lalu mereka orang seperti apa? Apa baik dan ramah atau~" Serra menggantung ucapannya.
"Buruk!!" Lucas menyela cepat. "Wanita itu dan kedua anaknya adalah orang yang sangat licik. Jadi kau harus berhati-hati dengan mereka bertiga." Jelas Lucas.
"Sepertinya benar-benar tidak mudah untukku tinggal disini, apalagi kakakmu adalah orang dengan tempramen yang sangat buruk. Tapi jangan panggil aku Serra Valentino jika tidak bisa meluluhkan hatinya." Ucap Serra penuh percaya diri.
Lucas tak menghiraukan dan hanya menatap Serra dengan datar. Keduanya kemudian berjalan beriringan memasuki mansion mewah tersebut.
Setibanya di dalam, Serra dan Lucas dihadapkan dengan sebuah pertunjukkan yang bisa dibilang sangat-sangat menggelikan, dimana seorang laki-laki tua yang sedang dikerjai oleh dua pemuda yang wajahnya bak pinang dibelah dua. Mereka sebenarnya bukan anak kecil lagi, karena usia mereka sudah hampir 20 tahun.
"Ayolah,Kakek. Kau itu jangan pelit, lagipula uangmu yang kami ambil juga tidak banyak. Hanya 10 juta won waja (Rp.109.000.000)," ucap Deriel memaparkan.
"Tidak banyak gundulmu!! 10 juta won cukup untuk makan satu bulan dan kau bilang tidak banyak?!"
"Ayolah, Kakek. Hanya 10 juta won saja, bahkan Lu-Ge bisa memberikan pada kami lebih dari itu. Apalagi jarang-jarang sekali kami meminta padamu, paling sebulan cuma 5 kali. Itupun yang meminta langsung, tapi yang ngambil sedikit demi sedikit tidak terhitung jumlahnya." Ujar Daniel panjang lebar.
"Kalian~"
"Cukup!!" Kakek Xiao menggantung ucapannya setelah mendengar suara dingin seseorang masuk ke dalam telinganya.
Sontak ketiganya menoleh dan mendapati Lucas menghampiri mereka dengan seorang perempuan muda nan cantik berjalan beriringan dengannya. Wajah tampan itu tak menunjukkan ekspresi apapun, datar.
Mengabaikan si kembar. Kakek Xiao lalu menghampiri Lucas. "Siapa dia, dan kenapa kau membawa wanita asing ke rumah ini?"
"Dia bukan wanita asing. Aku dan dia sudah menikah, namanya Serra. Bersikaplah baik padanya, karena mulai detik ini dia adalah Nyonya baru di rumah ini!!"
Mata kakek Xiao sontak membelalak sempurna. Dia menatap Lucas dengan pandangan bertanya. "Apa maksudmu? Kau berhutang sebuah penjelasan pada Kakek, Lu." Ucap kakek Xiao sambil menatap cucunya itu dengan serius.
"Apa lagi yang perlu aku jelaskan. Bukankah semua sudah jelas, aku dan dia sudah menikah dan kami berdua sekarang adalah suami-istri. Dan mulai hari ini perhatikan sikapmu padamu, aku tidak akan tinggal diam jika kau berani menindasnya!!" Terang Lucas menegaskan.
"Lucas, kau!!"
"Serra, ayo. Kau pasti lelah, aku akan mengantarmu untuk istirahat." Lucas meraih pergelangan tangan Serra dan membawanya ke kamar utama dilantai dua. Bahkan Lucas tak mendengarkan teriakan Kakek Xiao yang memintanya untuk berhenti.
Ini adalah hidupnya. Dan Lucas memiliki hak penuh atas dirinya sendiri. Menikah dengan siapa pun itu adalah haknya, dan dia tidak perlu ijin dari orang lain, termasuk kakeknya. Karena yang menjalani bahtera ini bukan mereka semua, tetapi Lucas sendiri.
"Kakek, sebaiknya kau nyerah saja untuk menjodohkan Lu-Ge dengan ulet bulu itu. Lagipula Lu-Ge mana cocok dengan perempuan seperti dia, lebih baik restui saja Lu-Ge dengan Nunna cantik itu. Benar kan, Dan?" Ujar Deriel, Daniel mengangguk.
"Diam kalian berdua. Memangnya siapa yang meminta pendapat kalian!!" Kakek Xiao meninggalkan mereka berdua. Tengkuknya langsung terasa berat, mungkin karena emosinya yang meluap-luap.
-
-
Serra merebahkan tubuhnya yang terasa lelah pada tempat tidur Lucas yang super besar dan nyaman. Dia tidak merasa sungkan sama sekali, toh mereka sudah menikah juga dan Lucas tidak memberikan larangan padanya untuk masuk ke area pribadinya.
"Apa dikamar ini juga aku akan tinggal mulai hari ini?" Serra menatap Lucas yang sedang melepas jasnya.
Pria itu mengangguk. "Kita adalah suami-istri, jadi tidak ada ceritanya jika orang yang telah menikah tidur di kamar terpisah." Jawabnya.
"Lalu dimana aku akan meletakkan semua barang-barang pribadi milikku? Aku juga butuh tempat untuk menyimpan semua pakaianku." Ucap Serra.
Lucas menggeleng. "Kau tidak perlu lagi memakai semua barang-barang lamamu. Aku sudah meminta Frans untuk membuangnya, bagaimana pun juga sekarang kau adalah Nyonya Xiao yang terhormat. Segala sesuatu yang berhubungan denganmu harus pantas dan layak, termasuk yang kau kenakan dari ujung rambut sampai kakimu." Terang Lucas panjang lebar.
"Apa?! Tapi di koper itu masih banyak pakaian yang baru dan ber-tag!! Bukankah kau tadi meminta asisten pribadimu itu untuk membawanya kemari?"
Lucas mengabaikan Serra lalu membuka lemari berpintu kaca yang ada dibelakangnya. Kedua mata Serra membelalak melihat puluhan pakaian wanita yang sangat cantik dan elegan memenuhi lemari itu. Selain pakaian ada puluhan pasang sepatu, tas, pergiasan dan juga make up.
Serra bangkit dari posisinya lalu menghampiri lemari pakaian itu. Kemudian dia mengambil sepasang sepatu transparan yang mirip dengan sepatu kaca yang ada di film Cinderella lalu memakainya. Pas ukuran kakinya 36.
"Bagaimana, apa kau menyukainya?" Sontak Serra menoleh saat mendengar suara Lucas yang begitu dekat dengannya. Nyaris saja Serra terjatuh kebelakang jika saja Lucas tidak menangkapnya tepat waktu.
Kontak mata diantara mereka pun tak bisa terhindarkan. Mata berbeda warna milik mereka saling menatap dalam diam selama beberapa detik. Tak ingin terlihat gugup dan konyol, buru-buru Serra melepaskan diri dari Lucas.
"Aku menyukainya, semua sangat luar biasa. Kau boleh membuang semua barang-barang milikku. Tapi dimana kamar mandinya, tiba-tiba aku kebelet pipis." Kemudian Serra mengikuti arah tunjuk Lucas. Ia pun segera pergi dan melesat pergi ke kamar mandi.
Jika orang lain wajahnya memerah saat sedang panik, maka tidak dengan Serra, gadis itu malah kebelet ingin buang air kecil saat gugup melanda dirinya, kadang-kadang Serra juga akan cegukan saat sedang gugup. Konyol memang, namun itulah yang terjadi padanya.
Lucas mendengus dan menggelengkan kepala melihat tingkah wanita yang sekarang telah resmi menjadi istrinya tersebut.
-
-
Bersambung.
Suara decitan pada pintu mengalihkan perhatiannya. Pria tampan yang sedang sibuk berkutat dengan laptopnya itu tampak mengangkat wajahnya dan menatap datar sosok tua yang berjalan menghampirinya.
"Tidak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dulu sebelum masuk kemari? Dan ada perlu apa kau datang menemuiku?!" Tanya pria tampan itu yang pastinya adalah Lucas.
Kakek Xiao menghampiri Lucas di ruang kerjanya. Akan tetapi kedatangannya tak begitu dihiraukan olehnya. Pria itu hanya menatap sekilas pada sang kakek dan kembali fokus pada pekerjaannya. Sebenarnya, tanpa penjelasan sekali pun, tentu Lucas atau apa tujuan kakek Xiao datang menemuinya.
"Lucas, segera ceraikan wanita itu dan usir dia keluar dari sini!!" Pinta kakek Xiao menuntut.
Lucas mengangkat wajahnya dan menatap pria tua itu dengan tajam. "Suka tidak suka, mau tidak mau, Serra adalah istriku dan dia memiliki hak untuk tinggal disini. Dan sebaiknya mulai sekarang kakek berhenti ikut campur urusanku lagi. Aku bukan lagi anak kecil yang bisa kau manfaatkan dan kau kendalikan seperti boneka!!"
"Lucas, kau~!!"
"Aku masih banyak pekerjaan, sebaiknya Kakek keluar. Dan satu lagi, jika Kakek memang tidak suka melihat keberadaan Serra disini, Kakek bisa pergi. Karana aku tidak akan menahan apalagi menghentikan Kakek!!" Tegas Lucas.
"Kau~!!" Kakek Xiao menggantung ucapannya melihat Lucas memberi kode dengan mengangkat tangannya. Pria tua itu mengeram marah lalu melenggang pergi meninggalkan ruang kerja cucunya.
Lucas melepas kaca matanya dan menghela napas berat. Dia paling benci jika ada orang lain yang suka ikut campur urusan pribadinya, meskipun orang itu adalah kakeknya sendiri. Kakek Xiao sudah terlalu banyak ikut campur tentang masalah pribadinya dan Lucas tidak menyukainya.
Lucas memiliki kekuasaan yang besar di mansion ini. Karena mansion yang di tinggali selama ini bukanlah milik kakek Xiao, melainkan milik mendiang orang tua Lucas yang kemudian diwariskan padanya dan kedua adiknya. Dialah tuan rumah yang sebenarnya, seperti yang lain, kakek Xiao juga hanya menumpang saja.
Derap langkah kaki seseorang yang datang menyita perhatiannya. Lucas mengangkat wajahnya dan mendapati Serra menghampirinya.
"Aku buatkan kopi untukmu, ini pahit dan non gula. Pelayan yang memberitahuku." Ujar Serra lalu meletakkan cangkir berisi cairan hitam itu diatas meja kerja Lucas.
"Hn,"
Serra menatap Lucas sekilas. Jika boleh jujur, Lucas adalah pria paling dingin yang pernah Serra temui di dalam hidupnya. Irit bicara, tidak pernah tersenyum dan selalu memasang muka datar. Membuat Serra menjadi bingung sendiri bagaimana caranya harus berinteraksi dengannya.
"Kau lanjutkan saja pekerjaanmu, aku akan keluar sekarang." Ucap Serra dan beranjak dari ruang kerja Lucas, namun langkahnya segera dihentikan olehnya.
"Serra, tunggu!!" Seru Lucas dan menghentikan langkah Serra.
Serra berhenti lalu berbalik badan. Lelaki itu bangkit dari kursinya lalu menghampirinya. Serra kebingungan ketika Lucas mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya.
Pria itu meraih tangannya lalu menyematkan sebuah cincin berlian di jari manisnya. "Ini adalah cincin pernikahan kita. Cincin ini milik mendiang ibuku dan sudah turun temurun di dalam keluarga ini. Karena kau adalah menantu sah dari keluarga Xiao, itu artinya kau berhak memakai dan memilikinya." Terang Lucas panjang lebar.
Serra menatap cincin yang melingkari jari manisnya dengan tatapan tak terbaca. Lalu dia mengangkat wajahnya dan menatap Lucas. "Apa aku layak memakainya, bukankah aku masih belum diterima oleh keluargamu. Terutama oleh kakekmu," Ucap Serra.
"Tidak perlu menunggu restu dari mereka, lagipula kita tidak membutuhkannya. Kau boleh keluar sekarang, aku masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan," Serra mengangguk. Kemudian dia meninggalkan ruang kerja Lucas dan kembali ke kamarnua.
Serra masih belum terbiasa dengan kehidupan barunya. Meskipun dia sudah berstatus sebagai Nyonya Xiao, akan tetapi dia perlu menyesuaikan diri.
-
-
"Apa kau bilang? Lucas pulang membawa seorang istri?"
Wanita berpakaian maid itu mengangguk membenarkan. "Benar sekali, Nyonya. Tuan besar sangat marah dan meminta Tuan Muda untuk menceraikan wanita itu. Tetapi Tuan Muda menolaknya, bahkan beliau meminta supaya Tuan Besar tidak mencampuri masalah pribadinya lagi."
Kabar tentang kedatangan Serra ke kediaman Xiao telah sampai ke telinga Anita dan putrinya. Anita sendiri adalah istri dari mendiang Paman Lucas. Anita dan Andien, nama putri Anita, mereka baru saja kembali dari luar kota. Salah satu pelayan kepercayaan merekalah yang memberitahunya.
"Astaga, apa dia sudah g*la. Bagaimana bisa dia menikah dan membawa pulang orang asing ke rumah ini tanpa membahasnya dulu dengan keluarga Xiao. Sebenarnya dia menganggap kita semua seperti apa?!" Ujar Andien.
Anita menggeleng. "Mama juga tidak tau."
"Sampah, apa lagi?!" Sahut seseorang dari belakang. Ketiganya sontak menoleh, terlihat Deriel dan Daniel menghampiri mereka.
"Memangnya kalian siapa, sampai-sampai Lu-Ge harus meminta ijin pada kalian terlebih dulu jika ingin menikah dan membawa pulang istrinya ke rumah ini?!" Ucap Daniel menimpali.
"Jangan lupa siapa dirimu, Bibi. Kau dan anak-anakmu itu hanya numpang makan tidur disini, jadi sebaiknya jangan banyak bertingkah!!" Imbuh Deriel.
"Dan daripada kalian berdua sibuk ikut campur urusan pribadi Lu-Ge, lebih baik berikan uang pada kami. Kami ingin pergi main tapi tidak punya uang," ucap Daniel.
"Uang?! Kau pikir aku ini B*nk berjalan, kalau ingin uang minta saja pada kakak kalian yang sok paling berkuasa itu!!"
"Aiya, Bibi kenapa kau pelit sekali. Jangan lupa loh, kartu AS-mu ada pada kami, jika tidak ingin rahasia kalian bocor dan meledak, sebaiknya kalian~"
"Iya, iya. Aku sudah transfer pada kalian. Berhenti mengancam dan cepat hapus video itu!!" Perintah Anita menuntut.
Daniel dan Deriel menggeleng. "Tidak mau, kalau kami menghapusnya bagaimana kita bisa mendapatkan lebih banyak uang darimu. Bibi, kau memang yang terbaik. Kami pergi dulu ya, bye-bye." Ucap si kembar dan pergi begitu saja.
"Bocah setan, kenapa kalian tidak mati saja?!" Teriak Anita emosi.
"Ma, kenapa kau tidak menghabisi mereka langsung saja sih, sangat merepotkan. Bagaimana jika mereka sampai menyebarkan video itu, kita berdua bisa dalam masalah besar!!"
"Diamlah, Ndien!! Jangan membuat Mama semakin pusing saja. Nanti biar Mama pikirkan caranya untuk mengatasi dua setan kecil itu!! Sebaiknya sekarang kita istirahat dulu saja, Mama sangat lelah."
"Bukan cuma Mama saja yang lelah, tapi aku juga!!"
Anita dan Andien selalu dibuat frustasi oleh tingkah si kembar. Daniel dan Deriel memiliki sebuah kartu AS yang bisa menghancurkan keduanya. Mereka sengaja tidak menunjukkan pada siapa pun tentang video itu. Alasannya sangat simpel, yakni supaya mereka berdua bisa manfaatkan ibu dan anak itu untuk mendapatkan uang jajan tambahan.
-
-
"Apa ini?!"
Serra menatap pria tua yang berdiri dihadapannya. Kakek Xiao melemparkan satu milyar won keatas meja dan meminta supaya Serra pergi dari rumah ini dan meninggalkan Lucas. Tetapi sayangnya permintaan Kakek Xiao di tolak tegas oleh Serra.
"Di dalam koper itu ada uang yang nilainya fantastik, segera kemasi barang-barangmu dan angkat kaki dari rumah ini. Tinggalkan Lucas dan pergi sejauh mungkin dari hidupnya!!"
Serra menggeleng. "Aku menolaknya!! Kami saling mencintai, jadi untuk apa berpisah. Lagipula aku tidak kekurangan uang, jadi aku tidak membutuhkan uangmu. Silahkan keluar dan bawa pergi uang-uang ini, karena aku tidak berminat sama sekali!!"
"Kau~!!!"
Kakek Xiao memilih pergi, sepertinya Serra bukanlah wanita yang mudah untuk dihadapi. Dia harus mencari cara untuk membuat Serra meninggalkan Lucas selamanya. Karena yang layak bersanding dengan Lucas adalah gadis pilihannya.
-
-
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!