NovelToon NovelToon

Istri Kecil Sang Dokter

Perkenalan

Di sebuah ruangan bernuansa putih, seorang pria tampan sedang duduk termenung sambil menatap kertas undangan dari wanita yang dia cintai.

Dr.Arif Akbar Praja berprofesi sebagai dokter umum, bekerja di sebuah rumah sakit ternama milik sahabatnya sendiri.

Di rumah sakit itulah dia bertemu dengan seorang dokter wanita yang masih Bekerja sebagai Koas, dokter Siska namanya, wanita yang berhasil membuat seorang Arif jatuh cinta, entah apa kelebihan dari Siska hingga Arif melabuhkan hatinya.

“Hah, aku harus ikhlas” desahnya pelan.

Sebenarnya Arif sudah tahu dari awal kalau Siska tidak mencintainya, tapi Arif masih berbesar hati untuk tetap berusaha merebut hati wanita itu.

Sebelum janur kuning melengkung maka masih ada jalan untuk memilikinya.

Semboyan itulah yang selalu membuat Arif semangat, namun sekarang janur itu telah melengkung, di depan matanya sudah ada surat undangan dari Siska.

Patah hati itu pasti, tapi Arif tidak ingin menunjukan kepada siapapun bagaimana perasaan nya sekarang, baginya percuma harus mengumbar semua itu, tak ada gunanya, toh hatinya masih akan tetap seperti ini dan Siska masih akan terus melanjutkan pernikahan nya.

Hanya satu kata yang terucap dari bibir lelaki itu.

Selamat menempuh hidup baru wanita yang ku cintai !!!!!

-

-

Ayesa Khanza Gunawan, wanita cantik yang masih menempuh pendidikan nya di bangku kuliah semester 4, anak dari panglima TNI angkatan darat yang bernama Hadi Gunawan.

Khanza tumbuh menjadi wanita yang keras, Manja dan semaunya sendiri itu karena dia sering di tinggal oleh sang Ayah pergi bertugas, sementara ibunya sudah tiada saat melahirkan Khanza.

Dari kecil Khanza di asuh oleh Bik Sri wanita yang sering di panggil Ibu oleh Khanza itu sangat menyayangi dirinya, Bik Sri membesarkan Khanza dengan penuh kasih sayang, dimana Khanza tak mendapatkan kasih sayang dari ibu kandungnya.

Begitupun dengan sang Ayah, semenjak istrinya meninggal karena melahirkan putrinya, Pak Hadi sama sekali tak ada niatan untuk menikah lagi, dia hanya fokus bekerja dan membesarkan Khanza, bagaimana supaya Khanza mendapatkan kasih sayang yang lebih.

Bagi Pak Hadi anaknya sudah cukup mendapatkan kasih sayang dari nya dan juga Bik Sri, tapi apa yang terjadi Khanza masih sering membantah omongan nya dan selalu bersikap seenaknya jika Khanza ada keinginan saat itu juga harus di turuti.

“Pak kok non Khanza belum pulang ya ?? ini udah hampir malama saya khawatir Pak” ucap Bik Sri kepada Pak Hadi yang saat itu juga sedang duduk di teras rumah sambil menunggu kepulangan putri satu-satunya.

“Tunggu sebentar lagi Sri, jika dia belum pulang juga biar ku susul”

Selang 30 menit sebuah mobil mewah memasuki perkarangan rumah tersebut, baik Pak Hadi maupun Bik Sri saling pandang karena heran mobil siapa itu.

Tidak berapa lama seorang perempuan cantik keluar dengan mengenakan kaca mata hitamnya, melihat Pak Hadi dan Bik Sri ada di depan rumah, Khanza langsung berlari dan memeluk tubuh kekar Ayahnya.

“Ayah” Khanza berlari dan menerjang tubuh sang Ayah, Pak Hadi menyambut pelukan putrinya walau masih dalam keadaan bingung dengan mobil yang di bawah putrinya.

“Dari mana kamu Nak ??” tanya sang Ayah

“Habis jalan-jalan sama teman Yah”

“Terus itu mobil siapa yang kamu bawah ?? mana mobil kamu”

Khanza melepaskan pelukan nya dia memandang wajah sang Ayah dengan tersenyum.

“Ini mobil Khanza Yah, gimana bagus gak ??”

Tanya Khanza sambil mendekati mobil barunya.

Sang Ayah hanya melongoh tak percaya begitupun dengan Bik Sri pasalnya 2 minggu yang lalu Khanza baru saja mengganti mobilnya dengan alasan mobil yang lama sudah jelek tak layak pakai, dan sekarang apalagi.

Pak Hadi mengusap wajahnya dengan kasar, putri yang sangat dia sayangi menjadi manja seperti ini, entah apa yang salah dalam mendidiknya.

“Kamu beli mobil baru lagi ?? mobil yang kemaren mana ??”

“Khanza jual, kebetulan ada teman Khanza yang suka sekali sama mobil itu karena kasian ya udah Khanza jual aja terus uangnya aku beliin mobil ini, nambah dikit lah ”

“Astaga Khanza, Ayah kan udah bilang jangan menghamburkan uang !! kamu gak kasian sama Ayah ??”

Pak Hadi ingin sekali marah, tapi melihat wajah polos Khanza, akhirnya Pak Hadi mengurungkan niatnya.

“Sana masuk !!” titah Pak Hadi dengan tegas.

Khanza menurut dia masuk kedalam rumah dengan wajah cemberut, sekarang tinggalah Pak Hadi dan Bik Sri.

“Non Khanza sangat manja pak, harunya Bapak lebih keras lagi agar Non Khanza bisa bersikap dewasa sedikit” ujar Bik Sri.

“Aku hanya takut Sri, aku hanya takut kalau Khanza marah padaku, Sudah cukup dia kehilangan ibunya.”

Bik Sri hanya bisa pasra, Pak Hadi lebih berhak menentukan kehidupan Khanza dari pada dirinya.

Pak Hadi pamit duluan untuk masuk kedalam rumah, setelah itu Pak Hadi langsung masuk kedalam kamarnya..

Di dalam kamar dia menatap foto sang istri yang sedang tersenyum manis.

“Apa yang salah dalam mendidik Khanza ?? sehingga dia tumbuh menjadi gadis manja seperti ini Mel ??” ucap Pak Hadi sambil berbicara kepada Foto Almarhum istrinya,yang bernama Melati.

“Aku sudah berusaha keras untuk mendidiknya tapi tetap saja Khanza seperti ini,jika saja saja kamu masih ada mungkin saja Khanza tidak akan seperti ini”

Tak terasa air mata Pak Hadi mulai menetes, sedih karena merasa gagal dalam mendidik putrinya.

“Kenapa kamu begitu tega meninggalkan kami Sayang” ucapnya lirih.

Masih teringat dengan jelas saat istrinya meregang nyawa karena melahirkan putrinya, beliau hanya berpesan untuk memberikan nama putrinya dengan nama Khanza, makanya setiap memanggil Khanza, Pak Hadi akan selalu teringat dengan istrinya.

Sekarang tak ada yang perlu di tangisi, Pak Hadi hanya harus berusaha lebih keras lagi agar putrinya bisa beruba menjadi gadis yang lebih baik, untuk sifat manja nya itu bukan salah Khanza melainkan salah Pak Hadi yang selalu memanjakan Khanza dari kecil.

Malam semakin larut, Pak Hadi merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sesekali dia melirik tas besar di samping tempat tidur nya, besok pagi dia akan kembali bertugas membela negara dan mengabdi pada ibu pertiwi.

Dia akan kembali meninggalkan Khanza, walau sekarang Khanza sudah berumur hampir 21 tahun Pak Hadi akan tetap khawatir, dia akan selalu berpesan kepada Bik Sri untuk menjaga Khanza dengan baik, dan jika ada apa-apa segera hubungi dirinya.

Khanza adalah hidupnya, putri satu-satunya dari orang yang sangat ia cintai. Apapun akan ia lakukan asal Khanza bahagia.

BERSAMBUNG--------

BERIKAN LIKE DAN KOMEN KALIAN GUYS !!

JANGAN LUPA BAGI Hadiah DAN VOTENYA YA !!!

Rate bintang Lima.

Tak sengaja

Pagi yang indah ketika nyanyian burung saling bersahutan, mentari yang mulai berani menampakan senyumnya. Menambah keindahan pagi ini..

Khanza mengerjapkan matanya saat merasakan tangan seseorang mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang.

“Ayah” panggil khanza dengan suara serak has bangun tidur.

“Ayah ganggu ya ??” tanya Pak Hadi sambil menatap wajah putrinya.

“Tidak Yah” jawab Khanza, ia mengucek kedua matanya dan itu sangat menggemaskan bagi pak Hadi.

Pak Hadi tersenyum tangannya tertarik dan menghentikan kegiatan nya dalam mengelus kepala putrinya, sementara Khanza diam, kemudian dia memperhatikan pakaian yang di kenakan sang Ayah.

Seketika Khanza tersadar kalau Ayah nya akan pergi lagi, Ayahnya sudah berpakaian dengan lengkap membuat Khanza duduk seketika.

“Ayah mau tugas lagi ??” tanya Khanza memastikan.

“Iya Nak, Kamu akan Ayah tinggal lagi, Khanza baik-baik di rumah ya sama Ibu Sri”

“Kemana Yah ??”Khanza kembali bertanya, kali ini dengan suara serak menahan tangis

“Perbatasan NTT dan Timor Leste”

Khanza menunduk, air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya.

“Kenapa harus Ayah ?? kenapa gak yang lain aja ?? NTT itu jauh Yah, bagaimana dengan Khanza disini ??” ucap Khanza dengan suara tersedat menahan tangis.

Pak Hadi segera menarik tubuh putrinya, disana tangis Khanza pecah, begitupun dengan Pak Hadi, dia pun menangis.

“Khanza sudah besar Ayah yakin Khanza bisa menjaga diri baik-baik disini, ada Bu Sri yang akan jagain Khanza, Ayah janji akan cepat pulang asal Khanza jadi anak yang baik”

“Hiks---Hiks---Hiks, Khanza janji Ayah, Ayah harus jaga diri baik-baik disana, jaga kesehatan dan pulang dengan selamat”

Selalu itu yang Khanza ucapkan jika Ayahnya akan pergi bertugas, berat memang melepaskan sang Ayah untuk bertugas seperti ini, Khanza bukan tak mengerti tugas TNI seperti apa sangat berat dan butuh pengorbanan.

Sebuah mobil membawa Pak Hadi pergi meninggalkan perkarangan rumahnya, Khanza berdiri sambil memberikan hormat dengan di balas oleh Pak Hadi, dulu saat masih kecil Khanza akan menangis meraung-raung karena tidak mau di tinggalkan , tapi sekarang Khanza sadar dia sudah dewasa walaupun sedih Khanza akan menyikapinya sendiri.

Tak terasa deraian air mata sudah begitu banyak yang tumpah seiring lajunya mobil yang membawa Ayahnya bertugas, Khanza berbalik dan berlari masuk kedalam rumahnya.

“Non Khanza pasti sedih di tinggal sama Pak Hadi” batin Bik Sri

Bik Sri langsung menyusul Khanza.

Tok

Tok

Tok

Bik Sri mengetok kamar Khanza, tak ada sahutan di dalam, Bik Sri menempelkan daun telinganya, hingga terdengarlah suara tangisan kecil yang ia yakini suara tangisan Khanza.

“Non, Non Khanza gak papa kan ??” tanya Bik Sri di luar kamar.

“Aku gak Papa Bu, aku butuh sendir” jawab Khanza.

Di dalam kamar Khanza duduk di atas kasur empuknya, sembari memeluk figura foto sang Ayah.

“Kenapa Ayah tugas lagi ?? bukan kah Ayah sudah janji gak akan ninggalin Khanza lagi ??”

“Maafkan Khanza Yah !! Maaf belum bisa jadi anak yang baik buat Ayah”

Siapa sangkah di balik sifat manja dan keras kepalanya, Khanza adalah perempuan yang lemah, dia menutupi kerapuhan nya dengan bertingka seperti itu, sebenarnya Khanza tak bahagia seperti itu, dia hanya mencari ketenangan apalagi saat dia di tinggal Ayah nya seperti ini.

Puas menangis Khanza membersihkan badanya karena dia harus berangkat ke kampus pagi ini.

-

Sementara itu Arif sedang bersiap untuk kembali bekerja, sedikit melupakan masalah surat undangan tentang wanita yang dia cintai.

Arif sudah siap dengan pakaian dokternya, jas kedokteran yang menjadi ciri khasnya membuat ketampanan yang dia miliki menjadi sempurna.

Arif berangkat dengan mengendarai mobilnya, di rumah itu Arif tinggal sendiri kedua orang tuanya tinggal di Bandung, tidak ada pembantu di rumahnya karena Arif bisa melakukan tugas nya sendiri.

Seperti biasa jalanan ibu kota akan sangat macet, Arif dengan sabar melewati pengendara lain nya.

Saat di perjalanan yang terbilang sepi tiba-tiba ada yang menabrak mobilnya dari belakang.

“Astaga ada yang nabrak mobil ku ” ucap Arif pelan..

Segera dia menghentikan mobilnya dan melihat kap belakang mobilnya, sementara si penabrak langsung pergi meninggalkan Arif yang terlihat kesal..

“Woy berhenti !! kok mala main kabur aja” teriak Arif.

Tapi mobil itu melaju dengan cepat, sampai-sampai Arif tidak bisa mencatat plat mobilnya.

“Huuusss ,harus kebengkel kalau begini” gumam nya pelan.

Beruntung Arif tau bengkel terbaik yang di miliki salah-satu sahabatnya yaitu Zaki, dia langsung menjalan kan mobilnya untuk ke tempat Zaki.

Di dalam mobil satunya Khanza terlihat sangat panik, iya Khanza lah yang menabrak mobil Arif, karena terlalu buru-buru Khanza tidak bisa pelan dan menghindari mobil di depan nya hingga tak sengaja mobilnya menyenggol mobil milik Arif.

“Adu gimana ya ?? aku gak sengaja, dia ngikutin aku gak ??” Khanza menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa mobil yang dia senggol tak mengikutinya.

Bukan karena takut ganti rugi akan tetapi Khanza takut di laporkan kepolisi, gak lucu kan jika anak Panglima TNI masuk penjara gara-gara itu.

“Semoga saja dia tidak mengikuti ku dan mencatat plat mobilku” batin Khanza.

Setiba di kampus Khanza langsung di sambut sama sahabatnya yang bernama Sinta.

“Kok telat ?? terus kenapa mata kamu bengkak ??” tanya Sinta bertubi-tubi.

“Ayah berangkat tugas lagi, makanya telat kalau mata ku bengkak gak aku jelaskan kamu juga akan mengerti sendiri”

Sinta hanya menganggukkan kepalanya tentu saja dia mengerti, Pasti Khanza habis menangis karena di tinggal Ayahnya.

“Ya udah masuk kelas Yuk !! sebentar lagi dosen masuk”

“Hemmm”

Di kampus Khanza terkenal sebagai mahasiswi tercantik, banyak para lelaki yang ingin menjadikan Khanza kekasihnya tapi sampai saat ini belum ada yang menaklukkan hatinya. Entah karena Khanza tidak tertarik atau karena takut pacaran.

“Hai Za”

“Makin cantik aja sih bidadari ku”

“Khanza entar malem nonton Yuk”

“Khanza I Love You”

Setiap hari Khanza akan mendapatkan suara-suara seperti itu, sunggu semua itu membuat Khanza risih, dia tidak suka lelaki seperti mereka.

“Za tipe cowok yang kamu suka tu seperti apa sih ?? aku lihat para cowok yang nembak kamu ganteng-ganteng tapi gak ada yang kamu terima”

Khanza hanya melirik Sinta sekilas kemudian kembali melanjutkan jalan nya menuju kelas .

“Ya enggak gimana-gimana yang penting mereka sayang sama aku, bisa nerima aku apa adanya dan yang utama berani berhadapan dengan Ayah ku” jelas Khanza yakin.

"Kalau langsung berhadapan sama Om Hadi, berarti langsung nikah dong ?" ucap Sinta lagi.

"Ya gitu deh"

Keduanya tertawa serempak

BERSAMBUNG....

LIKE DAN KOMEN

ADD FAVORIT

RATE BINTANG LIMA

Sakit

Masih di kampus--------

Seperti biasa Khanza menjani kuliah nya, dia mengambil ilmu hukum di universitas terkenal.

Akan tetapi hari ini sedikit berbeda, Tubuh Khanza sangat lelah padahal dia tak melakukan apapun, dan juga Khanza merasakan perutnya sakit entah apalah penyebabnya.

Khanza meringkuk di bangkunya, sambil memegani perutnya yang sakit, Sinta yang duduk tak terlalu jauh dari nya langsung menoleh dia khawatir melihat keadaan Khanza seperti itu.

“Za kamu kenapa ??” tanya Sinta dengan suara pelan, karena di depan nya ada dosen yang sedang menerangkan materi.

Khanza mengangkat kepala nya sedikit, dia menoleh kepada Sinta.

“Aku gak Papa” jawab Khanza pelan.

Mata kuliah berakhir, dari tadi Khanza rasanya tak sabar menunggu sang Dosen keluar, perutnya terasa sangat sakit, enggak biasanya Khanza seperti ini, tapi dia heran karena selama seminggu ini tubuhnya cepat sekali lelah, di tambah dengan gejala mual yang dia alami.

Bukan karena gejala hamil seperti yang sering terjadi pada ibu hamil, karena tidak mungkin Khanza seperti itu, soalnya dia pacar aja gak punya.

“Za aku anterin pulang ya !! wajahmu sedikit pucat” ucap Sinta khawatir.

“Enggak perlu Sin, lagian masih ada satu mata kuliah lagi, aku gak Papa kok”

“Tapi Za”

Khanza membalas dengan senyuman sebisa mungkin dia berusaha kuat menahan rasa sakit di perutnya.

“Apa aku kerumah sakit aja ya nanti ?? supaya aku tau penyebab sakit perutku, tapi aku takut kalau ternyata aku punya penyakit lain” batin Khanza.

“Mau ikut ke kantin ?? ” tanya Sinta

“Enggak Sin, kamu aja maaf ya aku gak bisa nemenin”

“Ok enggak papa, Kamu mau nitip gak ??”

Khanza menggleng, setelah Sinta pergi Khanza menempelkan wajahnya di atas meja, matanya terpejam dengan kening mengkerut, sementara kedua tangan nya masih di atas perut karena rasa sakit itu belum mereda.

“Ayah, perut Khanza sakit” lirihnya pelan.

Khanza masih harus berjuang, masih ada satu pelajaran lagi yang akan dia tempuh, sejujurnya Khanza sudah tak sanggup tapi Khanza berusaha melawan rasa sakitnya.

Karena Khanza yakin kalau ini hanya sakit perut biasa, dia tidak ingin berpikiran negatif karena kata sang Ayah pikiran negatif itu akan menjadi kenyataan, makanya Khanza berusaha yakin kalau dia tidak apa-apa.

-

-

Akhirnya dengan banyak kesabaran jam kuliah pun berakhir, wajah Khanza semakin pucat bahkan dia sudah tidak ada tenaga sama sekali.

“Sin anterin aku pulang ya !! nanti kamu pulang nya di anterin sopir rumah ku” ucap Khanza memohon.

“Ok Za. Kamu tenang aja nginap di tempat mu juga aku mau”

Sinta membantu memapah tubuh Khanza keluar dari kampus, banyak para cowok yang ingin membantu mengantar Khanza saat itu tapi Khanza tak menggubris dia tetap berjalan dengan di bantu Sinta sahabatnya.

Tidak berapa lama Sinta dan Khanza tiba di rumah Khanza, segera Sinta berlari memanggil Bik Sri untuk membantu Khanza.

“Bik tolong bantuin aku, Khanza sakit” teriak Sinta.

Bik Sri yang sedang memasak langsung mematikan kompornya, dia dengan tergesa-gesa keluar dari rumah untuk melihat keadaan Khanza.

“Ya Allah non Khanza kenapa begini ??? mana yang sakit Non ??” tanya Bik Sri bertubi-tubi.

“Perutku bu sakit sekali”

“Ya sudah masuk dulu, apa mau langsung kerumah sakit ?? ”

“Tidak bu. Khanza hanya butuh istirahat”

Dengan di bantu Bik Sri dan Sinta, Khanza bisa berjalan dan masuk kedalam kamar nya.

*************

Seminggu telah berlalu, keadaan Khanza masih sama seperti kemaren-kemaren bahkan sekarang nafsu makan Khanza hilang, membuat Bik Sri semakin khawatir.

Sementara Pak Hadi sudah dalam perjalanan pulang, setelah di kabari oleh Bik Sri, Pak Hadi langsung pulang.

“Non kita kerumah sakit aja ya ??”

“Iya bu”

Akhirnya sekarang Khanza pasrah tidak seperti kemaren-kemaren Khanza membantah untuk di bawah kerumah sakit, karena sekarang Khanza sudah tidak berdaya sakit di perutnya semakin menjadi.

Bik Sri langsung memanggil Pak Udin untuk membantu mengangkat tubuh Khanza, dan mereka bertiga langsung ke rumah sakit.

Sesampai nya di rumah sakit, Khanza langsung di bawah ke ruangan IGD, kebetulan jadwal Arif kosong jadi dia yang bertugas memeriksa Khanza.

“Selamat siang Nona” sapa Arif ramah.

Khanza hanya mendelikan matanya, tidak suka dengan pria yang sok akrap dengan nya seperti itu, padahal Arif hanya menjalan kan tugasnya bukan untuk SKSD (Sok Kenal Sok Dekat).

“Apa yang Nona rasakan ??” tanya Arif lagi masih dengan nada bersahabat.

“Perutku sakit, di tambah akhir-akhir ini aku mengalami mual dan muntah”

Mendengar perkataan Khanza, Arif menjadi mengernyit bingung.

“Apa anda hamil ??”

Pertanyaan Arif membuat Khanza langsung menatapnya dengan sorot mata tajam, dia tidak suka dengan pertanyaan itu jika dia punya tenaga ingin sekali Khanza menampar wajah sok polos dari dokter itu.

“Hei dokter, jaga ya ucapan mu, mana ada aku hamil kawin aja belum”

“Nikah Nona, bukan kawin” ralat Arif.

“Sama aja” balas Khanza sengit.

Arif mulai memeriksa tubuh Khanza, dari denyut jantung dan tekanan darah.

“Sus ambil simple darahnya, dan persiapkan segalanya karena akan di lakukan USG untuk mengetahu penyebab sakit di bagian perutnya” pintah Arif kepada Suster disana.

“Baik Dok”

“Tunggu-tunggu, apa aku akan di suntik ??” tanya Khanza

“Iya mbak, cuman sedikit kok, saya hanya akan mengambil darah mbak dikit buat pemeriksaan”

Arif tersenyum melihat Khanza ketakutan saat akan di suntik, padahal itu hanya sebentar karena hanya untuk mengambil darahnya sedikit.

“Jangan takut Nona itu tidak akan sakit” ucap Arif dengan lembut.

“Tapi saya takut Dok, ini lah Alasan nya kenapa aku gak mau kuliah kedokteran karena takut sama jarum suntik”

“Sini saya pegang tangan saya, biar gak takut” pinta Arif.

Tak di sangka Khanza langsung menurut, dia langsung memegang tangan Arif dengan kencang sementara sang Suster mengambil simple darah Khanza.

“Sudah selesai, bagaimana apa masih sakit ??”

“Hehe, enggak kerasa dok”

Lagi-lagi Arif menahan senyumnya, lucu dengan sikap Khanza, tadi dia jutek dan sekarang dia sudah mau berteman.

“Saya sakit apa dok ??” tanya Khanza.

“Saya belum bisa memastikan, nanti kalau sudah melakukan USG dan hasil darah kamu keluar baru kita akan mengetahui gejala sakit di perut kamu” jelas Arif.

Khanza mengangguk dia menatap wajah Arif lama, terlihat sangat tampan dan berseri, buru-buru Khanza menepis pikiran nya.

“Yang datang bersama kamu tadi adalah kedua orang tua kamu ??” tanya Arif lagi.

“Bukan, mereka pembantu di rumah, Ayahku masih dinas tapi katanya pulang hari ini kalau Bunda dia udah pergi ke syurga”

BERSAMBUNG.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!