NovelToon NovelToon

Bahasa Cinta

Kelulusan

Maura putri anggara atau sering dipanggil Rara adalah peran utama dalam kisah ini,dia adalah anak kedua dari pasangan Arya Dwipa Anggara dan sang istri Diana Karina Anggara.

Rara memiliki kakak laki-laki yang bernama Rendi Saputra Anggara.

Hari ini adalah acara kelulusan disekolahku,aku sudah siap dengan sedikit riasan minimalis dengan kebaya simple serta tak lupa ku sematkan jilbab untuk menutup mahkotaku.

"Rara.....sudah siap nak? ayo berangkat nanti kita telat lho.!"

Panggil mamaku dari balik pintu,sedangkan aku sudah finish dengan makeup yang di aplikasikan oleh MUA kewajahku.

Aku memang bukan gadis yang pintar berdandan seperti laura salahbsatu sahabatku disekolah,yang sering kali berdandan agak sedikit berlebihan ketika bepergian,maklum cita-citanya adalah menjadi seorang model.

Sedangkan aku dan satu lagi sahabatku yang bernama Yasmin lebih sering berpenampilan natural untuk gadis seusia kami yang masih SMP,sepertinya berdandan atau mengenakan makeup belum begitu perlu.

Hari ini jalanan sangat padat seperti biasa,aku duduk di bangku belakang dengan ditemani oleh mama,sedangkan papa dan kak Rendi duduk di bangku depan di sebelah papa yang sedari tadi sibuk mengomentari penampilanku dan justru membuatku semakin tidak percaya diri.

"Ma.....mama beneran ngrasa adek aneh nggak sih,dandan begitu?"

Sambil cengengesan memandang kearahku kak Rendi terus-terusan menggodaku,yang sedari tadi bilang aku aneh lah,kayak nenek-nenek lah,kayak tukang jamu lah,kayak-kayaknya mulutnya itu minta di sumpal dengan kaos kaki bekas pakai biar mau diam.

"Ma.....,pa......liat tuh kakak dari tadi nggak mau diem."

Dengan sangat hati-hati aku berbicara karena takut makeupku akan rusak jika aku kebanyakan bicara,maklum karena tak terbiasa memakai riasa tebal aku merasa mukaku sangat tebal seperti memakai topeng.

"Udah sayang kakakmu nggak usah di dengerin,kamu cantik kok ya kan pa?"

"Iya,Ren.....berhentilah menggoda adikmu atau bedaknya nanti luntuk karena terkena sapuan banjir air mata."

Bukanya membelaku justru papa malah ikutan kak Rendi menggodaku.

"Papa....!"

Rengekku merajuk.

"Iya,iya,putri papa cantik sekali hari ini makanya kak Rendi tak berhenti menggodamu sedari tadi karena sebenarnya dia terpana melihat kecantikan adik perempuannya yang makin besar dan ternyata sangat cantik jika di dandani."

Ucap papa menenangkanku sambil memarkirkan mobil kami yang hampir tak lagi kebagian tempat.

Aku hanya tersenyum malu mendengar ucapan papa,karena mampu membungkam mulut usil kakakku seketika.

Sekarang giliran aku yang menggodanya dengan menjulurkan sedikit lidahku di ujung bibirku tanda kemenangan karena papa juga membelaku.

"Ayo! kamu jangan liatin Rara terus Ren nanti makin suka lho,hahahha."

Seketika kak Rendi memalingkan pandangannya dariku.

"Kak.....tungguin! jangan cepet-cepet jalannya."

Aku menggandeng lengan tangan kakakku jang berjalan di depanku,sedangkan mama dan papa sudah lebih dulu berjalam didepan kami menyalami beberapa para guru yang sudah berjajar menyambut kedatangan para murid serta orang tua yang menghadiri acara perpisahan kelulusan di sekolahku.

Ada beberapa pentas untuk mengisi acara;seperti tari-tarian,gamelan,bahkan ada juga drama yang disatu padukan dalam sebuah panggung acara.

Aku sendiri sangat menikmati acara bersama teman-temanku yang mungkin bisa jadi ini adalah pertemuan kami yang terakhir.

Aku,Yasmin dan Laura sudah bersahabat sejak kami masuk di sekolah ini.

L

aura akan melanjutkan studinya ke Paris bersama keluarganya dan Yasmin juga akan pindah keluar kota karena papanya kebetulan juga dipindah tugaskan keluar kota.

Dan aku sendiri,papa bilang aku sudah didaftarkan ke sebuah SMA pilihan papa di kota ini.

Tanpa pertimbangan bahkan tanpa penawaran terlebih dahulu apakah aku setuju atau tidak.

Papa memang selalu seperti itu dan anehnya aku pun menurut saja dengan apapun pilihan orangtuaku.

Bersambung........

Musibah dimalam pesta

Sehari setelah acara kelulusan disekolah,kami sekelas sudah sepakat untuk mengadakan pesta perpisahan khusus untuk kelas kami 9A.

Acara berlangsung cukup meriah di sebuah cafe milik keluarga Laura,yang kebetulan dikelola oleh omnya.

Sebenarnya acara perpisahan ini adalah ide dari Laura dan kami hanya datang menjadi tamu undangan saja,untuk melepas kepergian Laura keluar negri lusa.

Kami sangat happy sekaligus sedih karena harus berpisah,entah kapan kami bisa bertemu kembali setelah ini yang pasti kami berjanji sebisa mungkin akan salin memberi kabar meski hanya via online agar pertemanan kami tak putus.

Kami foto bersama dan tak lupa kami foto bertiga sebagai sahabat dengan tingkah konyol kami.Setelah selesai acara,kami berniat langsung pulang setelah teman-teman yang lain terlebih dahulu menghilang bak ditelan bumi meninggalkan keheningan.

Kami bertiga berpelukan seakan tak mau terpisahkan,sampai datang seseorang menghampiri kami bertiga.

"Sayang,jadi kita jalan?"

Suara Roy sang kekasih Laura datang lalu duduk disofa yang berhadapan dengan sofa tempat kami duduk saat ini.

"Kalian mau pergi? yaudah kalo gitu kami langsung pulang ya."

Pamitku sambil menggandeng lengan Yasmin untuk mengajaknya pulang bersama,lagipula hari sudah semakin sore.

"Kalian ikut kami aja,kita jalan ke mal."

Ajak Roy.

"Nggak usah,nanti malah kita jadi obat nyamuk lagi."

Jawab Yasmin,sedangkan aku hanya mengangguk tanda setuju.

"Nggak kok,kita kan jalan bareng masak kalian jadi obat nyamuk.Iya kan yang?"

Rayu Laura sambil bermanja ria de hadapan Roy.

"Iya,kebetulan aku bawa mobil jadi kita bisa pergi bareng."

Roy berusaha meyakinkan kami.

"Tapi,ini sudah sore."

Jawabku.

"Ayo lah......janji,kita nggak akan malem-malem kok.kapan lagi kita bisa jalan bareng?kedepannya kita pasti akan merindukan masa-masa seprti ini."

Benar juga kata Laura,pikirku.

Lusa mereka berdua akan pergi meminggalkanku,dan tak akan ada waktu lagi untuk bersenang-sengang bersama merka kerepannya.

"Ok,tapi aku izin orang rumah dulu ya."

Jawabku sambil merogoh hape dari dalam tasku.

Akupun meminta izin kepada mama untuk jalan sama kedua sahabatku dan mama mengizinkannya,dengan catatan tidak boleh pulang terlalu malam.Aku mendapat izin karena mama juga sudah cukup akrab dengan kedua sahabatku ini.

Sementara dirumah kak Rendi dengan gelisah menungguku diruang tamu sambil memainkan smartphone nya,biasa palingan juga lagi chat sama pacarnya.

"Ma.....adek jam segini kok belum pulang? ini sudah larut malam ma,biar aku susul ya?"

Kak Rendi mulai gelisah saat menghampiri mama menuju dapur untuk mencari cemilan di dapur.

"Tadi mama sudah telfon katanya sudah dalam perjalanan pulang."

"Sama siapa ma? trus naik apa? ini sudah malem lho,dia itu anak cewek,kok tadi mama bolehin sih?!"

"Dia sama Yasmin,naik taksi. Adek kamu itu suda gede janganlah kamu terlalu mengekangnya seperti itu."

Ya,begitulah kakakku.

Meski kadang dia nyebelin karena suka menggodaku,tapi terkadang dia berubah menjadi orang yang paling perhatian padaku bahkan melebihi mama dan papa. Mungki cowok memang seperti itu,atau mungkin hanya kakakku saja yang seperti itu entahlah.

"Dada......ati-ati ya Ra."

Ucap Yasmin sembari keluar dari taksi yang kami tumpangi,sedangkan aku masih harus melanjutkan perjalananku kerumah karena memang jarak dari mal tempat kami pergi rumahku yang paling jauh.

Taksi melaju dengan kecepatan sedang,namun lama kelamaan aku merasa ada yang aneh karena bukanya menuju arah dimana alamat yang sudah kusebutkan namun justru malah semakin menjauh dan berjalan kearah jalan sepi sampai pada akhirnya berhenti pada sebuah jalan sepi yang tak ada seorangpun disana karena memang sudah larut dan tak ada rumah disekitar.

Aku mulai merasa takut,meski begitu kuberanikan diri untuk bertanya pada sang sopir.

"Pak mobilnya kenapa kok berhenti?kan belum nyampe,lagian ini bukan jalan kearah rumah saya."

Sedangkan sang sopir tak menjawab pertanyaanku,malah hanya terdiam sambil memandangku dengan tatapan aneh.

Bersambung.....

Musibah di malam pesta part2

Melihat tatapan sang sopir yang aneh membuatku takut,aku berusaha membuaka pintu mobil dengan mengumpulkan segudang keberanian yang aku miliki.

Selain diluar gelap dan tak ada siapapun,aku sekarang sedang berhadapan dengan seorang laki-laki dewasa yang sama sekali tak ku kenal.

Entah apa niatnya padaku,tapi aku merasa dia ada niat yang tidak baik padaku.

Aku terus berlari sambil berteriak meminta tolong,dia terus mengejarku tanpa henti.

Nafasku terasa putus-putus karena kelelahan dan kakiku rasanya semaki lemas karena entah sudah berapa jauh jarak yang sudah kutempuh agar selamat.

Orang itu semakin dekat,sedangkan langkah kakiku semakin berat dan aku sudah tak kuat lagi mengatur nafasku.Aku berhenti sejenak untuk mengatur nafas,namun sayangnya baru beberapa langkah aku memulai untuk berlari kembali tangnnya sudah berhasil menggapai tubuh mungilku.

Aku berusaha meronta,meminta ampun dan berteriak meminta tolong pada siapapun yang ada disana,meski tak ada siapapun.

Aku berharap Allah mengutus siapapun datang untuk menolongku.

Benar saja baru saja aku berhenti berdo'a dalam hati,kulihat dari kejauhan ada sorot lampu sebuah kendaraan yang semakin memdekat.

Ku teriakkan suaraku sekeras mungkin agar siapapun itu mampu mendengarku,namun sialnya mulutku dibekap dengan tangannya.

Tak ada cara lain,kugigit tangan yang membekap mulutku sekenanya.Kembali ku berteriak dan meronta semampuku dengan sisa tenaga yang ada.

Kulihat sorot lampu semakin mendekat,kembali ku berteriak sekencang mungkin.

Ternyata sorot lampu itu adalah sebuah sepeda motor dan langsung berhenti sesaat setelah hampir melewatiku yang berteriak meminta tolong dipinggir jalanan sepi sedang dalam keadaan dibekap oleh seorang sopir taksi yang jahat.

Setelah melihat ada orang datang sopir taksi jahat tersebut hampir saja melawan seorang laki-laki pemotor tersebut,aku yang sempat terlepas dari cengkeramannya langsung buru-buru berlari dan bersembunyi dibalik punggung sang malaikat pemolong.

Mereka sempat beradegan adu jotos sejenak sampai orang jahat tersebut jatuh tersungkur diatas jalanan yang tebuat dari cor lalu berlari meninggalkanku bersama malaikat penolongku.

Dia melepas helm,dan mendekat kearahku,meski dalam keadaan gelap hanya diterangi sorot lampu motornya dan diterangi cahaya rembulan tapi aku masih bisa melihat wajahnya yang nampak sangat tampan dengan tubuh tinggi.

"Kamu nggak papa dek? kok bisa sih anak kecil sendirian malam-malam gini dijalan sepi kayak gini,kamu ngapain?"

Aku yang sejatinya masih nampak syok malah di hujani dengan bermacam pertanyaan.

Aku hanya diam seperti orang linglung karena masih takut.

Segera dia membuka jok sepeda motornya lalu memberiku minum.

"Terima kasih."

Kujelaskan kejadian yang sebenarnya kalau yang tadi itu adalah sopir taksi yang tadinya aku tumpangi.

Dia lepas jaket yang dikenakannya lalu diberikannya padaku,sedangkan dia hanya mengenakan kaos lengan panjang.

"Ayo naik,biar kuantar kamu ke kantor polisi."

"Nggak perlu kak,antarkan saja saya ke rumah nanti ongkos bensinnya saya ganti."

"Dasar anak-anak,ayo cepat naik."

Diantarkannya aku pulang,selama dalam perjalanan tak ada seucap kata keluar dari mulut kami karena memang kami tak saling kenal.

Kami sempat berhenti disebuah pompa bensin untuk mengisi bahan bakar untuk motornya,kini anu bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas.

Seorang malaikat penolong yang benar-benar sangat tampan dan atletis,begitu sempurna hingga membuatku terpana.Untung aku bukan dari jenis esbatu karena pasti akan meleleh hanya dengan meelihat wajahnya.

"Maaf biar saya saja yang bayar."

"Nggak perlu,uangku masih cukup hanya untuk membayar ini."

Ucapnya dengan nada dingin.

Aku merasa lega dan agak tenang saat sepeda motor yang kami tumpangi benar-benar melaju menuju kearah rumahku.Ya iyalah dia kan orang baik,tidak seperti sopir taksi jahat yang punya niat buruk padaku seperti tadi.

Aku diantarkannya sampai didepan rumah,kulepaskan jaket yang dipinjamkannya padaku tadi untuk kukembalikan.

"Terima kasih sudah mengantarkan saya dengan selamat sampai rumah,ini ongkosnya."

Dengan percaya diri ku sodorkan beberapa lembar uang seratusan ribu padanya.

Bukannya diterima,ia hanya melihatnya saja uang yang kusodorkan.

"Simpan saja buat jajan."

Ucapnya sambil kembali mengenakan helmnya lalu melajukan kembali sepeda motor tanpa berpamitan atau sekedar mengucapkan sepatag atau dua patah kata apapun.

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!