"Sakit!"
Rintihan keras terdengar di gedung belakang sekolah. Anna Su, baru saja menyelesaikan piket kelasnya hari ini, dan tanpa sengaja dia mendengar rintihan itu ketika dia akan pulang melewati gerbang belakang dengan sepedanya.
Anna menjadi sangat kasihan mendengar teriakan-teriakan kesakitan itu, apalagi sekolah sudah sangat sepi, suara mengaduh itu terdengar tidak asing dan makin menggema di telinga Anna.
Terketuk untuk menolong, Anna pergi mencari asal suara. Sepasang kakinya berjalan mengikuti lorong, makin dekat menuju suara yang mengaduh-ngaduh. Ternyata suara itu berasal belakang sekolah, tampak seorang siswa laki-laki berseragam asing tengah menendang tanpa ampun, menghajar kuat seorang siswa laki-laki yang mengenakan seragam yang sama dengan dirinya, Joe Han.
Anna memindai seragam siswa asing itu terlihat sangat berkelas dan familier, sepertinya siswa nakal itu dari kalangan sekolah elite.
Anna segera mendekat, mengikis jarak di antara mereka, dan ketika korban di impit ke dinding, wajahnya terlihat jelas. Anna segera mengenal siswa laki-laki yang di aniaya, Joe Han—teman sekelasnya, dia tidak bisa diam begitu saja, berteriak segera, "hentikan! aku akan memberitahu guru."
"Lepaskan, Joe Han!" peringat Anna keras lagi, sampai siswa asing itu malah pergi menempatkan tinjunya ke tembok, berani sekali seorang siswi meneriakinya. Keberanian dari mana? dari langit. Tetapi, sepasang matanya melompat senang, mendapatkan targetnya seorang siswi.
Joe yang melihat Anna datang membelanya, malah bertambah takut dan merinding terhadap sorot mata sang penindas. Kalau begini, hukumannya akan terus bertambah, dia menatap ke Anna, "Anna, pergilah, aku memang pantas dapat hukum—"
Satu tumit menabrak keras perut Joe, membuat Joe tidak mampu menyelesaikan kalimatnya.
Anna menjadi lebih kasihan, dia bertambah marah karena siswa asing ini menindas teman baiknya, "Jangan khawatir Joe, aku akan menolongmu."
Siswa nakal itu tanpa sadar tersenyum miring. Seorang siswi rendahan ingin melawannya, dan menjadi pahlawan. Manarik minatnya, apalagi suaranya terdengar manis di telinganya.
Anna tidak takut dan tidak ciut, dia segera berlari pergi melompat ke punggung siswa asing itu dan menggigitnya bahunya dengan sangat keras, tangan halusnya melingkar menekan leher sepertinya ingin mencekik, namun Anna cukup waras, untuk tidak mengeluarkan tenaga yang banyak, dia hanya ingin menggertak, agar siswa nakal ini melepas temannya.
"Arg...,"rintih pendek karena kejutan yang datang, dia tidak pernah menyangka akan ada orang yang berani menggigitnya, siswa nakal itu berusaha menahan sakitnya gigitan, dan cengkraman Anna, jika bukan seorang siswi, mungkin dari tadi, dengan satu kali hentakan, dia akan menjatuhkan ke tanah. Tetapi, karena seorang siswi, dia tidak tega pergi memukul, jadi dia hanya bisa menerima dan menahan rasa sakitnya untuk sementara waktu.
Joe hidup dalam kebingungan sebentar melihat adegan sangat cepat di depan mata. Siapa yang harus dia pihak, Anna—teman baiknya, tetapi siswa laki-laki ini, anak majikan tempat ibunya bekerja. Pilihan sangat sulit. Tetapi satu mangkok nasi, tetap sajalah paling utama.
Memilih menyelamatkan pekerjaan ibunya, Joe dengan kuat menarik Anna turun dari punggung anak majikan, "hentikan Anna, yang salah aku, bukan Tuan muda Ruan."
"Anna, ini bukan salah Tn.Ethan Ruan...." Joe meringis.
Anna mengira Joe hanya sedang ketakutan, Anna meludah ke tanah sebentar, karena rasa amis di dalam mulutnya, ah... giginya sangat tajam mencabik rupanya, tiba-tiba hatinya sangat tidak nyaman. Melihat ke punggung siswa asing yang terlihat sangat suram, aura hitam terasa di kukus dalam perapian.
Seragam siswa nakal itu sedikit terkoyak di area gigitan, dan cap merah terlihat menodai seragamnya yang bewarna putih. Tercetak jelas, sedikit prihatin, namun juga tidak merasa bersalah, "Maaf, kita sudah impas. Jadi lepaskan Joe."
Pria muda bernama Ethan Ruan menahan emosinya, dan berbalik melihat siswi yang berani menggigit bahunya seperti anjing yang lapar. Diluar dugaanya, siswi dari kelas kalangan rendah ini menyimpan wajah megah kota yang memikat mata Ethan untuk pertama kalinya. Cantik, putih bersih dan indah seperti bunga lily putih. Menyukai keberaniannya, dan keindahannya.
Anna juga terpaku sebentar. Siswa nakal ini memiliki wajah terlihat seperti Dewa Perang, tampan dan gagah padahal umurnya baru belasan tahun, fitur lima indera wajahnya terlihat sangat sempurna dan bisa menembus benteng pertahanan semua hati siswi-siswi sekolah.
"Mengapa melihat padaku? kau terpesona padaku... hmm... siswi miskin seperti kalian, pasti sangat lapar melihat wajahku!" Ethan mendekatkan dirinya, Anna masih terpaku bingung, apalagi Ethan kembali menghardik Joe, "Pulang, dan kerjakan PR ku lagi."
Kerjakan Pr.
Anna mencibir karena siswa asing ini pergi memukul hanya meminta Joe untuk mengerjakan PR-nya. Sangat bertindak seperti boss. Anna ingin pergi mengumpat, namun Joe memberi isyarat dengan jari yang menempel di bibirnya, agar Anna tidak menambah masalah, dan Joe cepat menjawab, "Baik, Tuan muda Ruan, saya akan mengerjakan dengan benar."
Joe terlihat sangat penurut, dan gampang ditindas. Anna benci pengecut.
Joe yang sudah mendapat pengampunan, segera membungkuk hormat mengucapkan terima kasih, sebelum pergi dia teringat dan kembali ke Anna dan seakan meluruskan masalah, "Jangan salah paham dengan Tuan muda Ruan, yang salah adalah aku."
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Joe lari seperti seorang pengecut, meninggalkan Anna pada Ethan begitu saja.
Anna terus berpikir Joe pasti sangat terancam, korban yang tidak berani menunjuk wajah asli Ethan—si pembully.
Anna mencibir dengan bibirnya ketika Ethan menatapnya. Tatapan itu sangat aneh. Kelakuan siswa asing ini berbalik terbalik dengan wajahnya. Wajahnya sangat tampan, tetapi sifatnya sangatlah jongkok, seperti ini tidak pantas di lihat lama-lama, dia berbalik dan akan pergi dengan berpura acuh-tidak acuh, mengabaikan Ethan, namun siswa nakal itu tidak berniat membiarkannya pergi.
"Hei, tunggu, berbalik kembali!" peringat Ethan agar Anna berhenti di tempatnya. Anna tidak peduli, dia mengeratkan menggendong tasnya, dan berjalan seperti orang tuli. Biar berpuluh kali, Ethan memanggilnya, dia tetap berpura-pura telah kehilangan fungsi telinganya. Tidak bisa mendengar.
Ethan sangat kesal, sekaligus berdecak-decak senang, seorang siswi berani mahal di depannya, seorang siswi berani tidak memberi muka, dia segera berlari mengejar, mendapatkan dan mencekal tangan siswi itu. Kulitnya terasa halus di tangan Ethan, sesuatu menjalar aneh di benak Ethan, dia suka kehalusan tangan ini. Padahal ini bukan pertama kalinya, dia memegang tangan seorang gadis, bahkan dia sudah memiliki banyak kekasih sebelum-belumnya. Hanya saja kali ini terlihat tidak peduli padanya.
Sangat berbeda, bisa membuat detak jantung Ethan pergi melompat-lompat, dup—dup—dup.
Ethan memejamkan matanya, tekinganya tajam mendengar suara jantungnya sendiri, suaranya seperti lupa ritma dan tidak beraturan hanya karena sepasang mata indah itu menyoroti dengan kejam, dan ingin menggigit lengannya lagi. Ini sangat menggemaskan.
Ethan lebih siap kali ini, jadi dia menghardik lebih dulu, "Siswi miskin, jangan melukai orang bersalah lagi. Apa kau tak punya malu? sudah melukaiku, padahal yang salah itu Joe."
Anna melotot, disebut tidak memiliki rasa malu, dia mencibir dan membantah dengan telunjuk yang dia angkat ke udara menunjuk wajah tampan Ethan, "Kau yang penindas, aku melihat sendiri, kau menakuti Joe Han."
Cengkraman tangan Ethan lebih kuat dan sangat ketat melingkar salah satu tangan Anna, wajahnya terlihat tidak senang, rahangnya keras, bibirnya menghardik, "Apa kau tidak dengar? apa yang di katakan Joe? jadi aku tidak salah."
"Kau harus minta maaf padaku!" hardik Ethan dengan suara nyaring, dia mencengkram dengan penuh kekuatan, membuat Anna meringis sakit dan ingin menangis, seorang siswa kehidupan langit, ingin mencelakainya.
Sepasang mata berkaca, bibir keriting, menjadi sorot prihatin Ethan. Selanjutnya, melihat bibir Anna terlihat keriting seperti mi, meringis karena pergelangan tangannya sangat sakit. Apa dia ingin menangis? Ethan mrngamati ekspresi lagi dan lagi.
Bibir kecil bewarna merah muda meringis seperti mi keriting. Sangat kasian. Tetapi terlihat sangat menggoda dan bagus di mata Ethan.
Ethan sadar, segera mengurangi kekuatan tangannya, namun mengulangi kehendaknya lagi dalam satu kalimat, "Ayo, minta maaf padaku, dan berlutut, setelah itu aku akan melupakanmu."
Minta maaf dan berlutut!
"Tidak sudi!"
Jawaban Anna mengejutkan Ethan, suara ketus gadis itu memekakan telinganya, dan hitungan detik gadis itu berusaha menghempas tangan Ethan, namun sia-sia. Tangan Ethan seorang karateka sabuk hiitam, kekuatan Anna tidak bisa menggertaknya, kecuali giginya. Gigi Anna sangat tajam. Runcing seperti milik anjing liar.
"Kau akan menyesal, jika aku membalasmu!" hardik Ethan mengejar masalah, dan senyum garis datar terlihat licik dan jahat. Tentu saja, ada yang incar kini, dia tidak akan memukul, dan tidak akan menggigit kembali.
"Coba saja gigit aku kembali, jika kau bera—"
Cup!
Belum selesai kalimat Anna, bibir Ethan sudah menempel sekilas, rasanya dingin namun sangat sebentar. Anna lari linglung sebentar, tiga detik selanjutnya melotot marah dan berteriak, "mengapa kau menciumku?"
***
Kamis,14 Mei 2020
By.Eouny Jeje
Ethan mengeryitkan kedua alisnya yang hitam seperti ujung pedang yang saling bertemu, gadis ini tidak bisa membedakan kecupan dan ciuman, ah... hal ini pasti pertama untuknya. Diam-diam Ethan menjadi sangat senang, dan mengoreksi segera, "Itu bukan mencium, itu hanya kecu—"
Anna menutup mulutnya, satu tangan lainnya naik ke udara akan memukul, dan Ethan lebih dulu menangkap dan menghardiknya, "Kau sudah puas menggigit, apa kau ingin menamparku lagi?"
Anna tidak menjawab, dia menggunakan satu tangan lainnya untuk memukul, kembali lagi di tangkap dengan mudah. Kini, dua tangan kecilnya berada dalam genggaman Ethan, Anna kesal dan memaki dengan isi mulutnya, "Siswa nakal, isi mulutmu sangat bau. Lepaskan a—"
"Kau katakan isi mulutku, hah! aku yakin kau hanya kurang puas merasakan nafasku," potong Ethan segera menghimpit Anna ke dinding, dua tangan Anna masih dalam cengkeramannya, sekali lagi dia bertanya, "katakan, apakah mulutku bau?"
Anna tercekat, dia hanya asal bicara. Tetapi, dia tidak boleh kehilangan harga dirinya. Yang tadi adalah ciuman pertamanya, mengapa siswa nakal ini yang mendapatkannya, tanpa persetujuannya lagi. Ingat hal ini, Anna menjadi sangat marah dan meludah serentetan umpatan.
"Mulutmu bau! mulutmu bau, mulutmu—"
Ethan tidak mengijinkan umpatan itu selesai, dia membungkam mulut Anna, sehingga yang terdengar hanya decapan bibir dingin Ethan yang tengah memakan paksa bibir Anna, dia pikir ini adalah puding dingin yang tidak akan pernah habis. Ethan terkekeh, menarik bibirnya, dia terlihat tidak menyesal dan jijik menabrakkan bibirnya pada seorang gadis dari kalangan rendah, tidak setara dengannya.
Ethan Ruan mendapatkan kesenangannya, dengan menghukum siswi rendahan ini— dia menyukai puding di bawah hidung. Lembut seperti jelly.
Anna belum bereaksi, dia lupa sesaat, dia membeku sebentar dalam kebingungan, ketika ciuman itu terlepas, dia baru sadar bahwa siswa nakal ini melecehkan bibirnya, "Kau si mulut...."
Ethan melihat dua bola mata yang terlihat baru bangun sadar, dia mencibir, memotong, "Sekarang aku tanya, apakah mulutku bau?"
Anna bergeliat keluar dari cengkraman Ethan, dia membawa lutut kakinya naik ke udara dan tempurung lututnya menabrak perut Ethan dengan sangat keras, namun Ethan hanya meringis di wajahnya, dan itu hanya sebentar.
"Aku tidak pernah memukul wanita! jika kau menganiaya aku lagi, aku akan membalasnya!" peringat Ethan. Lalu, menempelkan tubuhnya yang kuat menekan Anna lebih banyak di dinding, kaki Anna terkunci tidak bisa naik ke atas, dan dua tangannya tercengkram di kiri kanan kepalanya, kini bau napas Ethan sangat dekat dan wajahnya.
Melihat sepasang mata dengan terlihat pikiran kotor itu, Anna segera mempertahankan diri, menggoyangkan kepalanya ke sana-kemari, agar Ethan tidak melecehkan bibirnya lagi, Ethan menekan kepala Anna dengan memiringkan kepalanya, dia tidak mengincar puding itu lagi, dia sengaja menakuti-nakuti gadis ini, dia mengincar leher Anna, dan berbisik menakutinya, "Apa kau tau seberapa pria akan berbuat banyak padamu, jika kau mengerjai mereka?"
"Tidak! aku...." Anna terisak, siswa nakal ini memperingatinya terdengar ancaman yang nyata, hiks—hiks—hiks.
Sepasang telinga Ethan mendengar suara isak tertelan, tersedu sebentar dan diam sebentar. Ethan tersenyum rahasia, dia hanya diam tidak melakukan apapun, dia hanya sekadar menggertak siswi kecil ini, namun juga tidak menjauhkan wajahnya dari batang leher Anna. Dari sini, dia bisa merasakan detak jantung mereka.
Diam-diam Ethan mencari tau, apakah ritma mereka telah sama? jika serentak sama, bukankah mereka jodoh.
Konyol. Tetapi Ethan Ruan, percaya hal itu.
Dup-dup-dup.
Mereka sangat dekat, suara jantung mereka pun bisa terdengar, namun belum selaras. Ethan merebahkan dagunya di bahu Anna, terenyuh-enyuh mencium aroma muda ini, dia perahan memejamkan matanya karena agar bisa merasakan lebih banyak kelembutan gadis ini, dia menyukai aroma yang keluar dari tubuh Anna, aroma seperti bayi. Bayi yang telah tumbuh menjadi gadis yang menarik Tuan muda Ruan.
Anna bergindik takut, air matanya sudah jatuh ke bawah,sudah bibirnya, dan sekarang siswa nakal ini ingin mendapatkan lehernya, jika terus begini, dia akan di nodai dan dia hanya bisa memohon dalam tangisnya yang tiba-tiba," Lepaskan aku... aku tidak... tidak akan berani lagi denganmu."
"Lepaskan... a—"
Mata Ethan terbuka, bibir Ethan naik dan berhenti di udara, dia kemudian turun hanya menyapu dengan napas berat terasa menggelitik leher Anna. Ethan hanya menggertak, tetapi siswi rendahan ini benar sangat ketakutan, "Aku hanya mengerjaimu."
Anna tercekat. Sepasang kelopak mata Ethan terbuka, memperlihatkan sepasang manik indah dengan sorot dingin menabrak sepasang mata yang tergenang air di bawah kelopak matanya, "Apakah kau tau, jangan pernah menyinggung penguasa?"
Satu tangan Ethan memegang tombol kancing Anna yang paling atas, dan memperingati lagi, "Karena, mereka bisa merobek-robek pakaianmu!"
Anna merinding ketakutan, dan ingin segera jatuh dalam kegelapan.
Ethan meniup leher Anna, hembusan dingin menakutkan, sepertinya Setan telah hadir di sisi. Ethan teekekeh dalam hatinya, dia tidak pernah benar bersungguh-sungguh akan menyentuh, dia hanya ingin mengerjai dengan mengendus-ngendus bau yang menyenangkan. Wanginya masuk ke dalam hidungnya, sangat lembut. Berbeda dengan kebanyakan wanita yang pernah, dia kencani, semua memiliki aroma parfum mahal. Anna, adalah gadis pertama, memiliki jarak sedekat ini.
"Lepaskan aku, tolong!" Anna memohon, tersedu menyesal.
Ethan tersenyum. Keliaran dan kesombongan siswi rendahan ini hilang begitu saja, dia mengangkat kepalanya menjauh dari leher Anna, dan berkata tulus, "Jangan pernah mencoba menolong teman lagi, kau lahir tanpa sayap, tidak ada yang namanya keberuntungan setiap saat."
Anna tersedu-sedu, dia telah tuli, peringatan pria itu hanya terasa seperti ludahan kata yang segera di samarkan oleh angin yang lewat.
Setelah napas Ethan terasa menjauh, Anna menarik napas lega, dan mengerutkan hidungnya ke atas, bunyi-bunyi serak tangis yang di tarik terdengar. Ethan menjadi sedikit prihatin, ketika jatuhan air mata gadis ini telah membasahi pundaknya pula, namun tetap dia bersikap kejam, "Apa kau sekarang takut denganku?"
Anna tertunduk dan hanya memberikan anggukan beberapa kali, dia sangat takut dan tidak akan berani lagi. Ethan kembali mengejar, tangannya menarik dagu Anna ke atas dan menghadapkan wajahnya tepat di wajahnya, "Apakah isi mulutku bau?"
Anna tercekat. Siswa nakal ini mengungkit hal ini lagi. Bibir Anna gemetar dan menjawab dengan menghindari tatapan siswa nakal yang tengah membidik buruannya, " Tidak... rasanya seperti permen mint."
Anna memerah malu akan kalimatnya sendiri. Permen mint. Ethan tersenyum cerah, seakan telah mendapatkan pujian besar. Siswi rendahan ini tidak berbohong. dia memang selalu menggunakan aroma mint dan mentol. Anna begitu penurut, tetapi dia tidak ingin melepas sekarang, "Siapa namamu ?"
Mata Anna berguling melihat wajah sang penanya, haruskah dia menjawab. Siswa nakal itu tampak menunggu, pelan Anna membuka bibirnya yang gemetar, "namaku Anna Su."
Ethan tersenyum tanpa sadar. Nama yang enak di dengar. Cantik dan sederhana sesuai pemilik namanya, Ethan melepas cengkeramannya. Anna menarik napas lega dan jatuh tersungkur ke tanah, karena masih merasa shock, bagaimanapun dia tetap merasa dirinya di lecehkan orang asing.
"Aku, Ethan Ruan."
Anna tercekat sebentar, akan nama belakang pria itu, Ruan.
Keluarga Ruan, adalah keluarga terkaya dan terpandang di negara ini. Pantas, dia terlihat memiliki penampilan sangan menawan dan indah, dan terlihat sangat berkelas, dan tabiat kasar, angkuh, sombong, memang selalu menjadi khas Tuan muda kaya raya.
Tangan Ethan mengulur ke bawah, Anna tidak bergeming, dia tidak berani berjabat tangan, dia menyimpan tangannya ke dadanya, seakan menyembunyikan tangannya—dia tidak berani menyentuh tangan orang kaya— dia hanya orang miskin, pantas siswa nakal ini menyebutnya siswi miskin, karena ekonomi keluarga Anna hanyalah debu di ujung sepatu keluarga Ruan.
Anna pun baru mengerti, alasan dibalik Joe Han sangat takut dengan Ethan, ternyata Ethan adalah anak majikannya.
Ibu Joe sangat sombong semenjak ekonominya yang meningkat karena bekerja sebagai asisten rumah tangga di keuarga Ruan. Tentu saja, gaji di sana sangat tinggi, oleh itu Joe rela menjadi pengecut di mata Tuan muda Ruan.
Anna ingin berguling di tanah, dia telah berani mencelakai Tuan muda Ruan.
"Apa kau menolak berjabat tangan? kau ingin menjadi sombong lagi!" nada tidak senang terdengar, Anna segera mendongakan kepalanya, menggelengkan kepalanya. Bukan karena itu.
"Bukan begitu, tanganku... kotor, Tuan muda Ruan." Anna tetap menyimpan tangannya, tidak berani menyentuhnya tangan emas pria belasan tahun ini.
Ethan menyipit tidak senang dan dengan tajam menjawab, "Aku bisa menyucinya nanti, kemarikan tanganmu."
Anna ragu sebentar, akhirnya dengan bergetar memberikan tangannya pada Ethan, berjabat tangan, dan Ethan dalam satu tarikan langsung membantunya berdiri, dan ketika Anna hampir kehilangan keseimbanan, Ethan memegang pinggangnya, baru kemudian Anna berdiri dengan benar.
Tatapan mereka bertemu dan getar aneh muncul sebentar, dup—dup—dup.
Anna tidak berkutik sebentar, dia masih sangat shock, bagaimana nantinya keluarga Ruan menuntut dirinya atas bekas gigitannya, dia segera mundur dan menundukan kepala minta maaf, "Aku minta maaf, telah menggi—"
"Tidak perlu, kita sudah impas!" potong Ethan , matanya tertuju sesuatu yang terlihat seperti puding lembut bewarna merah muda di bawah hidung. Impas dengan cara yang sangat menyenangkan.
Anna memerah, dan malu mengingat apa yang terjadi, "Berarti kau tidak akan menuntutku, karena menggigitmu."
Ethan menggelengkan kepala. Siapa yang ingin menuntutnya, lucu sekali? Ethan pun langsung tau, gadis ini tidak takut padanya, rupanya gadis kecil ini langsung takut karena mendengar nama keluarganya. Keluarga Ruan. Ethan terlihat kesal, dan mengejar masalah lagi.
"Tetapi aku belum meminta kompensasi untuk perutku, kau tadi menendang perutku, dan ini bisa saja luka dalam," — Ethan menggaruk kepalanya yang tidak gatal— "*H*mmm...." Ethan melihat sesuatu lagix di bawah hidung itu, ada puding manis.
Mendapatkan pandangan itu, Anna menjadi sangat takut. Tagihan apa lagi yang di minta siswa nakal ini? dia tidak akan memberikan apapun lagi.
...
Eouny Jeje
"Anna, bibirmu manis sekali," puji Ethan dengan rasa terselebung, setiap kata terdengar telah terpikat bercampur candu. Rasa manis pertama yang sangat dia sukai.
Anna tercekat, segera menutup bibir dengan dua tangannya, dia tidak terima hal ini, membayar ganti dengan berciuman lagi, dia hanya segera menunduk, "maaf... atas perutmu. Tetapi, aku tidak bisa mengganti hal seperti itu."
Tidak menunggu reaksi siswa nakal itu lebih dulu.
Anna segera berlari, tetapi satu tangan yang berlari menyusul dengan cepat, kembali menangkapnya dengan mudah, "siapa yang mengijinkanmu pergi, aku belum mengatakan kau boleh pergi."
Kalimat itu, mengandung perintah dan kuasa. Anna mengelap wajahnya takut, akan kehadiran sosok bemartabat tinggi ini.
Anna ingin luyut dalma tangan siswa nakal ini, dia menolong Joe Han, namun, dirinya yang malah kena hal yang tersial. Berurusan dengan anak kaya, yang penuh uang, mereka akan seenaknya menuntut. Anna benci status seperti ini. Tetapi, dia juga tak ingin di injak dan di lecehkan oleh Setan yang terlahir kaya, " Tuan muda Ruan, kau tidak boleh menginjak sembarang orang."
"Arg...." Ethan mengerang, gigitan gadis ini bisa merobek kulit.
Anna kesal, dan menggigit tangan Ethan lagi, kali ini sangat keras, membuat Ethan berteriak meringis sakit, namun tidak mendorong gadis ini—dia tidak ingin bersikap kasar— dia ingin membalasnya dengan cara lain. Tepat, Ethan sengaja membiarkan gadis rendahan ini sepuasnya menggigit.
"arghh!!"
Puas. Anna melepas mulutnya. Punggung tangannya mengosok bibirnya, cap bercak merah hati terpoles indah di bibirnya, dan menjadi jejak tertinggal, membuat Ethan menelan hasratnya.
Ethan menyipit tajam ketika bola mata Anna terlihat besar dan tidak ingin ditindas, melotot tajam, dan bibir manis itu bahkan berani mengatainya, "jika kau punya uang, berlakulah seperti manusia, bukan binatang!"
Ethan memintal lidahnya, 'yang pandai menggigit siapa? kau sebut aku binatang.'
Mendapati Ethan hanya diam, hal ini malah terlihat menakutinya.
Anna menjadi sangat gugup dan takut. Takut atas Ruan, belakang nama siswa ini, siswa nakal ini bukan orang yang harus dia singgung, tetapi demi harga dirinya— dia terus meloloskan begitu saja kalimatnya, dia menggerutu lagi, "tolong, jangan berpikir kotor, aku bukan siswi seperti itu."
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Anna langsung lari secepat mungkin. Hanya tersisa Ethan yang masih berdiri menatap pergelangan tangannya, mencerna satu demi satu kalimat Anna, seakan menanyai dirinya sendiri, 'siapa yang disebut binatang ? berpikir kotor? untuk dirinya?'
Ethan menjulingkan matanya, kalimat gadis kecil itu, membuat dirinya harus berpikir dirinya sangat jelek, dia mengusap matanya dengan punggung tangannya, mengingat apa saja yang dilontarkan Anna Su untuknya, dia dikatai mulut bau— dia dikatai binatang— dia dikatai mulut kotor. Apakah dia sejelek itu?
Hukuman. Ethan merasa dirinya, harus memberi hukuman, tetapi Anna sudah lama kabur. Ethan hanya menyipit melihat punggung Anna sudah terlihat mengecil dan jauh makin jauh dengan sepedanya. Anna kabur begitu saja setelah membuat tangan Ethan berlubang-lubang, dia mengumpat dalam hatinya,
Orang suka menggigit, itu Anna Su, jadi kau lah kelinci nakal.
Ethan membuang nafasnya dua kali, menenangkan dirinya yang tengah kesal. Tepatnya, dia telah menerima dua gigitan dan satu tendangan. Siswi rendahan, memang sangat menarik— tepatnya, mereka memiliki tabiat gorila ataupun singa betina, sedangkan gadis-gadis di sekolah Ethan, tidak satupun memiliki gigi untuk menggigit, mereka hanya memiliki lidah hanya untuk merayu dan membujuk.
Ethan menyentuh bibirnya sendiri, benar ada rasa manis tertinggal. Seperti ada gula tabur yang tertempel di bibir siswi rendahan, biasanya bibir gadis lainnya, tidak memiliki rasa selain aroma lipstik yang mereka gunakan. Bibir Anna, memang memiliki aroma manis.
"Anna Su, Anna Su."
***
Pada malam harinya.
Anna menatap pantulan dirinya di cermin, walau dia gadis miskin, dia juga gadis yang cantik, ini wajar karena Nana Su memiliki paras yang indah dan menawan, ibunya selalu menuntut dirinya untuk merawat diri, bukan untuk memikat, namun untuk hidup normal akan sangat di sukai sosok kelak yang akan menjadi suaminya.
Anna mengoles olahan madu di wajahnya, lalu ke bibirnya. Menggosok bibirnya, tanpa sadar dia berhenti menyentuh bibirnya, tiba-tiba saja dia teringat kejadian tadi siang, dan kalimat Ethan Ruan membuat wajahnya memerah hingga ke daun telinganya, 'Anna, bibirmu manis sekali.'
Anna tersenyum mengejek pujian konyol itu, mengapa begitu membekas.
Nana Su— ibu Anna yang baru keluar dari kamar mandi melihat wajah merah Anna, yang tengah memegang bibirnya sendiri, langsung memukul kepala gadis itu dengan handuk yang turun dari kepalanya, "Jangan melakukan hal bodoh, kau tidak berciuman dengan orang sembarangan, kan."
Tuduhan tiba-tiba membuat Anna terkejut, dan bersembunyi berpura-pura cemberut pada ibunya.
Anna menggelengkan kepala, mengelak cepat, dia tidak berani memberitahu ibunya, dia takut ibunya akan pergi ke kediaman keluarga Ruan, dan menjambak Ibu Ethan. Mengerikan, jika ibunya di penjara karena hal itu. Tidak ada yang diijinkan, untuk mencium puterinya. Nana selalu menjaga ketat matahari kecil dalam rumahnya.
"Mengapa kau memegang bibirmu sendiri, jangan-jangan kau digoda Joe?" gurau Nana terdengar mengejek putrinya sendiri.
"Ibu, hentikan. Aku hanya mengoles madu ke bibir. Aku tidak mungkin dengan Joe Han, kami hanya teman sekelas. Berhenti menggodaku!" Anna memperingati dengan wajah terlihat cemberut, dia memalingkan wajah, karena takut ibunya menjebaknya dalam banyak pertanyaan.
Nana tertawa kemudian, duduk di belakang Anna dan mulai menyisir rambut lurus Anna yang panjang, pelan-pelan dia menyisir sambil berkata, "Hati-hati dengan pria, jangan pernah menyukai mereka melebihi satu kelingking kecilmu, karena akan mendapatkan kutukan."
Nana setiap malamnya, selalu menakuti Anna dengan kutukan hubungan pria wanita.
Anna diam, dia belum pernah menyukai siapapun, jadi dia tidak pernah peduli apa yang sering ibunya ucapkan. Tetapi, Ethan yang tiba-tiba datang, dia menjadi bimbang sebentar. Namun, tidak berani bertanya, dia hanya mendapati kelingkingnya yang kecil, dan dia takut kutukan datang, jika dia tiba-tiba menyukai Ethan melebihi satu kelingkingnya. Kutukan besar apa yang akam terjadi?
Anna ingin bertanya. Tetapi, dia segera mengurungkan niatnya. Ibunya pasti akan sangat curiga.
"Ibu, tidak pergi malam ini? tidak bekerja?"
Nana menggelengkan kepalanya, "*B*ar sedang renovasi, jadi libur untuk sementara waktu."
Nana mendesah kemudian, jika bar libur, maka penghasilan pun juga tidak ada, bagaimana membayar sewa rumah ini, Anna menjadi khwatir, "Lalu bagaimana sewa kita,bu?"
"Mungkin ibu akan memijam Yuna," —Nana memijat keningnya, dan hanya menghela nafas— "hufhhh..."
"Bukannya, Ibu Joe Han selalu memungut dengan besar bunga, jangan meminjam dengannya." Anna tidak setuju.
Nana melirik dan membuang napas berat, menjatuhkan kepalanya ke bantal, "Tidak ada jalan lain."
"Aku tadi mendengar, Joe Han mendapatkan uang sepuluh juta," lanjut Nana merasa Joe Han tidak mendapatkan didikan yang baik dari, Yuna. Untung dirinya membesarkan Anna, walau tanpa suami, dia memberikan pendidikan karakter yang baik untuk putri tercintanya.
Anna mengeryitkan alisnya terlihat berpikir sesuatu, daun telinga lebih berdiri tegang, mengapa Joe Han mendapatkan sepuluh juta? Banyak sekali, itu cukup membayar sewa rumah mereka untuk setahun.
Nana berbalik menatap putri, memukul tempat tidur di sisinya, agar Anna segera berbaring di sisinya. Anna menurut, dan kembali mendengar lanjutan perkataan ibunya, "Anak Yuna itu tidak polos, dia sudah licik, aku dengar dia sengaja mengerjakan Pr anak majikan dengan salah, kemudian dia mendapat pukulan di mana-mana, dan mendapat uang kompensasi sebesar itu."
Anna tercekat. Anak majikan yang di maksud ibunya pastilah Ethan Ruan, uang sepuluh juta hanyalah debu di ujung sepatu keluarga Ruan.
Anna menggigit bibirnya sendiri, bagaimana dengan bibirnya, apa dia akan mendapatkan ganti rugi, ah... tidak mungkin itu terjadi.
"Anna!" seru Nana memanggil kembali, Anna yang berpura-pura tidur, membuka matanya kembali, dan hanya bergumam, "hmm.."
"Jangan bergaul dengan anak orang kaya, mereka akan mudah membeli harga diri, dan kemudian membuang, ingat hal itu," lanjut Nana, yang juga memiliki kehidupan pahit sebelumnya, menjalin hubungan dengan pria tehormat, namun dirinya dan Anna tidak di akui, daripada pergi menjilat sepatu pria yang tidak bertanggung jawab, dia membawa Anna pergi meninggalkan kota S*********
"Aku tau itu, aku tidak akan melakukan hal itu," jawab Anna. Lalu, benar-benar memejamkan matanya, ketika tangan Nana mulai mengelus-ngelus indah rambut putrinya, Anna tanpa sadar langsung tidur.
Raut wajah putrinya, indah dan menawan, sebagian kecil miliknya, sebagian besar milik pria tak bertanggung jawab itu.
Melihat wajah putrinya yang polos, dia ingat dirinya juga begitu polos, melucuti pakaian hanya untuk menyatakan bahwa dirinya juga mencintai pria itu, cintanya melebihi segenggam tangan. Padahal segenggam tangan bisa membeli dunia jika terus menjaga diri, semenjak malam itu, dunia Nana telah sirna, dia hanya menggengam cinta pria yang tidak melihatnya lagi, tubuh Nana di beli untuk kesenangan.
Nana teringat akan satu pepatah, '*B*uah tidak jatuh jauh dari pohonnya', jika ibunya seperti itu, maka anaknya akan mendapatkan kutukan yang sama, mata Nana mulai memerah dan berharap menolak hal itu, "Jangan sampai kutukan itu ada untukmu, Anna."
Sedih. Nana segera berbalik memunggungi Anna, air matanya jatuh tanpa dia sadari, dia terisak-isak mengingat betapa banyaknya guncingan untuk dirinya, memberikan nama dirinya—Su hanya untuk putrinya, tidak bisa memberikan nama ayahnya—Lu. Anna hanya anak haram, sangat kasihan. Tetapi dia tidak menyesali, ada Anna hidup menemaninya.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!