Hiasan indah mewarnai kediaman Andin harum semerbak bunga khas pernikahan tercium dimana mana.
Andin berdiri di kamar pengantin miliknya yang kini sudah di sulap sedemikian rupa, Ia memandang dirinya di depan cermin. Sangatlah cantik dengan gaun indah yang pas di tubuhnya.
Ia mengusap dadanya yang berdegub kencang, karena sebentar lagi impiannya untuk bersanding dengan sang pujaan hati akan segera terwujud. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya membayangkan bagaimana penampilan kekasih hatinya, dan bagaimana kekasihnya itu akan terpukau dengan penampilannya sekarang.
Ya hari ini Andini menjadi wanita yang paling bahagia di dalam rumah itu, berulang kali Ia mengusap dadanya sendiri untuk mengurangi kegugupan nya karena waktu tinggal sebentar lagi.
***
Di tempat lain
" Ivan buruan dong, kok kamu jadi malas malasan begitu. " Protes Mita pada kekasihnya.
Ivander setiawan bermalas malasan, rasanya Ia tidak ingin kemana-mana saat ini.
" Mita, apa kita harus kesana juga, tidak bisakah kita di rumah saja " Tanyanya memastikan dan berharap kekasihnya itu mengerti apa yang di inginkan nya.
" Maksudmu ? tentu saja kita harus kesana, apa kata Andin kalau sampai kita tidak datang ke acara sakralnya ini "
Akhirnya Ivan pun pasrah, Ia melangkah gontai. Separuh hidupnya ada yang hilang saat ini
" Buruan dong Ivan, jangan sampai kita terlambat tiba disana "
Mobil akhirnya melaju dan hanya membutuhkan waktu yang tidak lama, Mita turun lebih dulu karena takut terlambat. Terdengar bisik bisik yang tidak mengenakkan hati.
" Apa aku bilang, dia itu wanita pembawa sial. Lihat saja di hari pernikahan nya Ia malah di tinggalkan, mungkin saja Prianya itu punya wanita lain yang jauh lebih cantik dari dia "
" Benar, habisnya sih.... sok kecantikan. Sekarang dia pasti lagi nangis nangis bombay di dalam " Cibir yang lain.
Mita semakin mempercepat langkahnya, Ia memandang dekorasi yang begitu indah namun tidak nampak terlihat orang banyak disana seperti acara resepsi pernikahan pada umumnya.
" Andin..... ! Andin...... kamu dimana " Panggil Mita karena tidak melihat sahabatnya itu disana.
Seharusnya sekarang waktunya akad nikah namun tempat itu tak nampak seperti akan di adakan akad nikah, hanya ada beberapa orang yang duduk di kursi yang berada di depan.
" Andin..... ! "
Mita membuka pintu kamar dan berdiri mematung di sana. Ia terkejut melihat keadaan kamar pengantin yang sudah seperti kapal pecah bahkan ada pecahan kaca dimana mana. Perlahan Ia melangkah setelah kesadaran nya kembali pulih.
" Apa yang terjadi Andin, kenapa kamu menangis dan ini... ini kenapa berantakan semua. Katakan padaku ada apa, kenapa kamu sampai seperti ini, seharusnya kamu bahagia kan, ini adalah hal yang kamu impi impikan selama ini, coba lihat ini... hm cantiknya jadi hilang " Mita terus bertanya apa yang terjadi dan menghibur sahabatnya itu.
Hatinya sangat pilu melihat tangis Andini, Ia beralih menatap Bu Diana, Ibu dari sahabatnya
" Apa yang terjadi Bun, cepat katakan pada Mita ada apa ini sebenarnya"
Mita memanggil Bunda pada Diana sama seperti Andin memanggilnya karena memang selama ini mereka sangat dekat.
" Pria itu Nak, Pria itu tidak jadi datang "
Hanya itu yang mampu Ia ucapkan, setiap kata yang ingin Ia ucapkan membuat kerongkongan nya terasa sakit.
" Pria itu tidak datang, apa maksudnya Bun " Mita semakin bingung di buatnya, sementara Andin semakin terisak
" Harry "
Mita yang mendengar itu mulai tidak tenang, Ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres saat itu.
" Maksud Bunda, Harry tidak datang. Ah Bun... mungkin mereka lagi di jalan, sebentar aku akan menghubungi nya " Mita masih berusaha berpikir jernih.
Ia kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan menelpon berkali kali namun tidak ada jawaban.
" Brengsek kau Harry, dimana kau sekarang berada, dasar pengecut. " Gumam Mita geram.
Amarahnya menggumpal di dadanya.
" Gimana Nak " Tanya Diana.
Mita menarik nafas berat dan menggeleng pelan.
" Dia tidak akan datang, tadi utusan dari keluarganya datang kemari dan mengatakan kalau Harry pergi dari rumah. Mereka hanya menemukan surat itu beserta cincin Harry di atas meja yang berada di kamarnya. " Ucap Diana sembari menunjuk sepucuk kertas yang tergeletak di atas kasur.
Ia mengambil kertas itu dan membaca tiap kata yang tertulis di sana, tidak lama kemudian Ia meremas kertas itu hinga seperti bentukan bola.
..." Kau brengsek Harry, akan ku hancurkan hidupmu bila aku menemukanmu kelak di kemudian hari. Semoga kau tidak pernah mendapatkan kebahagiaan setelah ini " Geram Mita....
Diana memeluk tubuh gadis itu yang menegang karena amarah di dalam dirinya.
" Tenang Nak tenang, sabar... kamu tidak boleh seperti ini. " Ia mengelus lembut punggung Mita membuat gadis itu berangsur tenang.
Diana memang selalu mampu membuat Andin dan juga Mita merasa nyaman berada di sisinya apalagi dalam pelukannya.
Mita melepaskan pelukannya setelah menyadari satu hal, Ia bergegas keluar.
" Mita, kamu mau kemana Nak " Tanya Diana
" Sebentar Bun, hanya sebentar saja. Aku harus menyelesaikan semua ini "
Mita berlari menuruni anak tangga dan menyodorkan pandangannya ke segala arah.
" Dimana dia, jangan sampai dia sudah kembali lebih dulu " Gumamnya.
Ia melihat Harris yang duduk berhadapan dengan beberapa Pria, nampak wajahnya sangat murung dengan mata yang sembab.
Mita terus berlari keluar dan geleng-geleng kepala melihat apa yang di carinya.
" Cepat keluar, dari tadi kau hanya duduk disini saja ha...! " Bentak Mita
Ivan mencoba protes karena Mita menariknya paksa untuk keluar.
" Jadi cewek kok ngk ada lembut lembutnya sih. Mita... sebenarnya kita mau kemana, lepaskan tanganku dong, aku bisa jalan sendiri "
Mita menghentikan langkahnya dan menatap wajah kekasihnya itu.
" Mulai saat ini kita PUTUS Ivan, aku akan membawamu pada kebahagiaan mu. "
Ivan melongo mendengar kata putus yang tiba-tiba dari bibir Mita, selama ini hubungan mereka baik baik saja. Meskipun hatinya di lain tempat namun tidak ada niat di hatinya untuk mengakhiri hubungan mereka apalagi dengan cara seperti ini.
Mita kembali menyeret tangan Pria itu, begitu juga dengan Ivan. Ia masih protes dengan keadaan saat ini.
" Mita, jangan begini dong. Masa kita putus begitu saja, apa kamu sudah bosan sama aku. Seharusnya aku yang bosan karena kamu bawel tapi ini kok kamu yang bosan, tapi meskipun aku bosan aku nggak mau putus "
Bukannya melepasnya Mita malah menariknya menaiki anak tangga, Ivan kesulitan menaiki anak tangga karena Mita menariknya sangat kuat.
" Diam Ivan, kamu itu cowok tapi mulutmu kaya cewek. Telingaku sakit tahu dengar ocehan mu, bukankah kamu sudah bosan padaku karena aku bawel. Baik, aku akan buat kamu tidak bosan lagi apalagi pusing mendengar bawelan ku "
Bertepatan itu mereka tiba di depan pintu kamar, Mita segera membukanya dan masuk bersamaan dengan Ivan yang tangannya masih Ia genggam.
Semua yang ada disana terkejut melihat kedatangan Mita, apalagi bersama seorang Pria.
" Ivan....! Mita... ngapain kamu menarik Ivan seperti itu " Tanya Diana, sementara Andin hanya menatap sekilas.
" Mbak, silahkan ganti pakaiannya segera. Kita tidak punya banyak waktu. Aku sudah memerintahkan penghulunya menunggu sebentar. "
Meski heran akhirnya Para perias membawa Ivan di balik tirai guna mengganti seragamnya.
" Ada apa ini Nak, kenapa kamu menyuruh Ivan untuk ganti baju "
" Tenang Bun, Ivan yang akan menggantikan Harry menikah dengan Andin "
Diana dan juga Andin terkejut dengan pengakuan Mita.
⭐⭐⭐
Hai readers tercinta, mampir yuk. Jangan lupa bagi like, komen dan rate nya ya, makasih 🙏
Diana menempel kan punggung tangannya di kening Mita, Ia ingin memastikan anak itu baik baik saja dan ternyata hasilnya bagus. Mita baik-baik saja tidak sedang demam, namun mengapa Ia melakukan hal yang bodoh di luar nalar.
" Bunda, aku baik-baik saja, memangnya Bunda pikir aku sakit begitu "
Diana menatap pada Putrinya yang kebetulan Andin juga menatap ke arahnya.
" Kamu pikir ini main main Mita, jangan bertingkah bodoh. "
Mita melangkah dan memeluk tubuh Andin
..." Aku tidak bodoh Bun, Ndin.... aku hanya melakukan yang seharusnya aku lakukan. " Batinnya....
" Hentikan semuanya Ndin, aku tidak apa apa. Jangan kamu buat masalah yang ada semakin bertambah runyam, kami sudah bisa menerima semuanya dengan ikhlas. Mungkin memang Harry bukan jodoh terbaik untukku dari Tuhan, jadi berhentilah berbuat gila "
Kali ini Andin ikut bicara, Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu.
" Aku tidak berbuat gila, aku hanya melakukan yang semestinya Andin. Kamu adalah..... kamu itu..... ah kamu itu adalah sahabatku, aku tidak ingin kamu malu ataupun tersakiti " Ucap Mita gugup.
Ia hampir saja keceplosan kalau saja kesadaran nya tidak segera kembali.
" Lalu apa dengan memberikan Ivan padaku kamu tidak akan menyakitiku begitu, kamu konyol Andin. Bukankah sebulan lagi kalian akan segera menikah, dan pernikahan itu terancam gagal karena pengantin Prianya menikah lebih dulu dengan orang lain. "
Bukannya membatalkan, Mita malah tetap bersikukuh pada keputusan nya. Ia tetap tersenyum, seakan tidak ada beban apapun di hatinya.
" Pernikahan itu tidak gagal Ndin tapi memang seharusnya tidak terjadi "
Andin semakin bingung, ingin berargumen namun ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka.
" Mita, bagaimana ini. Penghulu sudah lama menunggu, tadi kamu memintanya menunggu sebentar, ini sudah terlalu lama, beliau sudah ingin pulang karena ada acara di tempat lain "
Mita lagi lagi tersenyum pada Pak Haris, Ayah dari Andin.
" Ayah keluarlah lebih dulu, lima menit. Ya hanya lima menit saja, minta penghulunya menunggu lima menit lagi dan juga seseorang yang menjemput Ivan, kami akan segera keluar "
Haris menatap sekilas pada semua yang ada di dalam ruangan itu, hatinya serasa remuk melihat wajah sedih Putrinya. Tidak tahan dengan itu, Haris segera keluar menemui penghulu dan menyampaikan apa yang di ucapkan Mita padanya.
" Tidak Mita, aku tidak ingin menikah. Sekarang kamu pulanglah karena aku ingin menenangkan diri "
Mita tidak peduli, Ia segera membuka tirai tempat Ivan terakhir menghilang.
" Bagaimana Mbak, apa sudah siap semua " Tanya nya lagi.
Ia tersenyum melihat penampilan Pria yang sudah menjalin hubungan dengannya sejak kecil, kini Ia harus mengantar sahabat sekaligus kekasihnya itu pada kebahagiaan nya.
" Wah wah keren, aku tidak menyangka kamu sangat keren memakai pakaian seperti ini " Puji Mita.
Ia segera keluar dan membantu Andin mempersiapkan diri, bersama para perias Mita memoles wajah Andin agar terlihat lebih fresh. Sementara Ivan sudah keluar lebih dulu bersama seorang Pria yang kebetulan sudah menunggunya di luar.
" Hentikan Mita, aku bilang tidak ingin menikah. Cukup Mita, ini semua salah " Protes Andin.
" Dia itu pasanganmu satu bulan dari sekarang bagaimana kamu akan memberikan nya padaku " Sambungnya lagi.
Lagi lagi Mita memberikan senyum terindahnya, tekatnya sudah bulat tidak ada yang bisa menghalanginya.
" Aku sudah katakan padamu, aku tidak memberikannya padamu.....
" Kamu tidak memberikan nya, lalu maksudmu apa..... kamu meminjamkannya padaku begitu " Tanya Andin memastikan.
Ia menatap raut wajah sahabatnya mencoba mendapat jawaban. Sangat konyol memang kalau dugaannya itu benar adanya, sahabatnya itu hanya meminjamkan calon suaminya padanya untuk menutupi rasa malu atas kegagalan pernikahannya itu.
Mita tidak langsung menjawab pertanyaan sahabatnya itu namun malah menggandengnya keluar dari kamar yang nampak berantakan itu.
" Ayo Andin, waktunya sudah tiba. Kita tidak bisa berlama lama lagi, kasihan para sisa tamu di luar, mereka sudah sangat ingin menikmati hidangan dari resepsi ini, masa kamu akan membiarkan mereka pulang tanpa menikmati hidangan lebih dulu "
Andin menarik tangannya dengan kuat ingin meluapkan semua kekesalannya namun di luar terdengar kata " SAH " dari alat pengeras suara yang sengaja di sediakan di sana.
Andin tertunduk lesu, Ia kini tidak bisa mundur lagi. Bagaimana pun juga Ia sudah sah di persunting oleh orang lain, lebih parahnya lagi orang itu adalah calon suami dari sahabatnya sendiri.
" Ayo Andin, dengar di luar acara akad nikahnya sudah selesai, sekarang kamu dan Ivan sudah menjadi suami istri. Ayo kita keluar menemui mereka yang masih tersisa disana " Ajak Mita.
Ia membantu Andin untuk berdiri, di apit sahabat dan juga seorang perias, Andin melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Ia tahu ini salah namun semuanya sudah terjadi.
" Mita, apa kamu tahu kalau setelah ini....
" Tidak usah pikirkan setelah ini Andin, sekarang yang kamu lakukan adalah tersenyum pada semuanya. Angkat wajahmu, jangan terus menunduk seperti itu "
Lagi lagi Mita memotong ucapan sahabatnya itu, Ia tidak ingin membuat rencana yang sudah Ia susun menjadi berantakan karena bahasan yang tidak penting.
Ivan memandang pengantin nya yang menuruni anak tangga, sangat cantik. Tak sadar bibirnya menyunggingkan senyum, tidak menyangka akan menikah dengan Andin si gadis kutu buku.
Senyum itu nampak oleh Mita, Ia semakin yakin dengan keputusan nya. Bahwa pengorbanan nya ini tidak akan sia-sia.
Andin hanya menunduk ketika berada di dekat suaminya, ini bukan pernikahan yang Ia inginkan, tapi menolak pun tidak ada gunanya.
..." Jangan menunduk Andin, lihat dia di samping mu, dia adalah suamimu sekarang " Bisik Mita....
Waktunya kedua belah pihak memasangkan cincin sebagai pelengkap dari sempurna nya acara itu.
Tangan Andin bergetar, keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhnya ketika tangan Ivan menyentuh tangannya.
" Cium tangannya Andin, masa begitu saja harus aku yang ajarin " Protes Mita di telinga Andin.
Dengan terpaksa Andin melakukan hal yang di perintahkan sahabatnya itu.
" Habis ini kalian akan malam pertama, jangan sampai gagal. Kamu pasti sudah tahu kan, jangan sampai malam pertama pun harus aku yang ajarkan " Bisiknya lagi.
Tubuh Andin menegang, Ia bukan anak ingusan lagi sehingga tidak mengerti maksud dari ucapan sahabatnya, namun masa iya mereka harus melakukannya sedangkan hubungan mereka dari awal sudah salah.
" Sudah jangan tegang, ayo aku antar kesana "
Mita menggiring Andin menuju kursi pelaminan guna menyalami para tamu undangan.
" Jangan menunduk Andin, senyum Andin senyum " Mita memperagakan senyum ala Mita.
Andin dengan terpaksa mengikuti perintah Mita, Ia tersenyum walau hati dan pikiran nya kalut.
..." Kamu dimana Harry, kenapa kamu ciptakan kekacauan ini. Kalau kamu tidak ingin bersamaku lalu kenapa melamar ku menjadi istrimu. Aku membebaskan mu memilih kebahagiaan mu tapi kamu tetap memilih ku, lalu kenapa sekarang kamu pergi tanpa menjelaskan apapun padaku ada apa sebenarnya....
Hallo up lagi ya, minta rate like dan komennya ya biar nulisnya tambah semangat, Oke
Andin memandang sisa tamu yang masih berada di sana, menikmati hidangan yang mereka sajikan. Ia mentertawakan dirinya sendiri, sungguh tragis nasibnya. Gagal menikah dengan orang yang di cintai dan terpaksa harus menikah dengan kekasih sahabatnya sendiri.
Apa salahnya selama ini hingga Ia menemui takdir yang menyedihkan seperti saat ini. Satu persatu tamu undangan sudah membubarkan diri, Andin di bawa ke kamarnya oleh para wanita yang bertugas merias nya.
Ia terkejut mendapati kamar tidurnya sudah kembali rapi dan berganti dengan dekorasi pengantin, ada taburan bunga di atas ranjang pengantin.
Di rogoh ponsel miliknya yang berada di dalam laci meja, memotret ranjang pengantin yang bertabur bunga itu dan mengirimkan nya melalui pesan WhatsApp.
" Kamu dimana, lihatlah semua yang kamu ciptakan ini. Aku masih menunggu kabar darimu secepatnya "
Pintu kamar terbuka nampak Diana masuk sembari tersenyum.
" Bagaimana keadaanmu sekarang Nak "
" Seperti yang Bunda lihat, aku baik-baik saja " Jawab Andin seadanya.
Diana merasa sedikit lega mendengar jawaban Andin, Ia tahu Putrinya itu adalah anak yang kuat dan mandiri, tidak ingin menyusahkan orang lain.
" Ivan " Panggil Diana.
Ivan yang sejak tadi berdiri di balik tembok akhirnya menampakkan diri ketika mendengar namanya di sebut.
Sebenarnya Ivan ingin langsung pulang menemui Mita setelah acara selesai, Ia ingin menanyakan langsung alasan Mita menjodohkannya dengan sahabatnya sendiri. Meskipun apapun alasannya nanti tidak akan bisa mengubah kalau kini Ia telah menjadi suami orang lain, Ia harus tetap melanjutkan semuanya meskipun mungkin tidak akan mudah.
" Iya Tante " Ivan melangkah ragu, Ia merasa tidak enak hati pada Andin.
" Jangan panggil Tante lagi Van, sekarang kamu sudah menikah dengan anak Bunda, sama seperti Andin kamu juga adalah anak Bunda "
Bagai setitik air di gurun pasir yang mampu melegakan dahaga, Ivan merasa sedikit tenang karena Ibu mertuanya memberi respon baik padanya.
..." Iya Bunda, makasih "...
Diana pamit ingin membantu menyelesaikan pekerjaan di luar.
" Bun, Bunda mau kemana, aku ingin ikut, tunggu aku ganti baju "
Andin ingin menghindar untuk saat ini, bagaimana pun juga Ia masih belum terbiasa dengan ini. Andai saja pasangan pengantinnya adalah Harry, mungkin dia akan senang hati tinggal di kamar itu lama lama, menghabiskan waktu bersama, tapi kini semuanya sungguh terasa janggal.
" Sayang, Bunda ingin membantu pekerjaan di luar. Kamu disini saja bersihkan diri dan istrahat, kamu sangat lelah. " Bujuk sang Ibu.
..." Tapi Bu......! " Rengek Andin, Ia tidak ingin di tinggalkan di kamar itu hanya berdua....
" Sayang, Bunda tahu kamu anak yang baik, kamu tidak pernah mengecewakan Bunda selama ini, sekarang ini pun Bunda mohon jangan kecewakan Bunda. Sekarang kamu sudah jadi seorang istri, lakukan semua layaknya seorang istri " Diana mengelus pelan kepala Putri kesayangannya.
Andin pasrah, Ia tidak ingin membuat wanita yang sudah membawanya ke dunia ini bersedih lagi, cukup Ia meneteskan air mata karena hampir gagal menikah. Ia pun mengurai pelukannya.
" Ivan, titip Andin ya. Bunda mohon kamu sedikit bersabar ya, dia masih shock dengan semua ini, buatlah Ia merasa nyaman lebih dulu. Maaf.... Bunda tahu kalian sama sama masih shock, tapi Bunda minta padamu untuk sedikit bersabar dalam memahami perasaan Andin ya "
Diana berpesan pada Ivan yang kini sudah menjadi menantunya, Ivan memang mengantarkan Diana hingga depan pintu kamar jadi wanita itu bisa leluasa berbicara dengannya.
***
Suasana tiba tiba menjadi canggung ketika mereka hanya tinggal berdua di dalam ruangan itu. Andin merasa sangat gerah namun Ia ragu untuk melakukan aktifitas karena ada orang lain di kamarnya.
" Aku akan keluar, kamu pasti sangat lelah setelah yang terjadi hari ini. Silahkan ganti baju dan istrahat. Aku bisa bantuin pekerjaan di luar " Ivan akhirnya membuka suara.
Ia buru buru keluar karena tidak mendapat respon dari Andin, sementara Andin memandang kepergian Ivan hingga hilang di balik pintu.
Ia bergegas melepas satu persatu aksesoris yang melekat di tubuhnya, hingga tiba pada gaun pengantinnya. Ia merasa kesulitan karena tidak dapat menjangkau pengait gaun itu, sudah banyak cara Ia lakukan sampai Ia merasa putus asah.
Tubuhnya bertambah gerah dan nafasnya tersengal sengal, Ia menghubungi sang Bunda agar membantunya melepas gaun pengantinnya itu. Namun sudah beberapa kali panggilan tidak juga ada jawaban. Di saat Ia benar-benar putus asah tiba tiba pintu kamar terbuka, nampak Ivan melangkah mendekat.
" Oh itu ponselku ketinggalan Andin jadi aku ingin mengambilnya " Ivan memberi alasan ketika melihat raut wajah Andin yang nampak bingung.
" Oh " Hanya itu yang keluar dari bibir Andin di sertai anggukan kepala.
Ivan masuk kedalam tirai tempat Ia mengenakan pakaian pengantin sebelum nya, tidak lama kemudian Ia pun keluar. Ia menatap Andin sebentar dan kembali menatap kelain arah, Ia tidak ingin membuat Andin merasa tidak nyaman.
" Apa ada masalah, ada yang bisa aku bantu " Tanya Ivan memastikan.
Andin diam saja, Ia ragu untuk meminta bantuan. Merasa lagi lagi tidak ada respon akhirnya Ivan memilih keluar.
" Tunggu Van, to.... tolong bantu lepas pengait gaunnya. Tanganku tidak sampai menjangkau nya " Ucap Andin tergagap.
Akhirnya Andin memberanikan diri, Ia sudah tidak sanggup lagi bertahan lebih lama lagi dengan balutan gaun pengantin itu.
Ivan yang hampir saja meraih gagang pintu akhirnya berputar arah, sebenarnya Ia sudah menduga kalau Andin akan kesulitan membuka gaun pengantinnya tapi Ia enggan untuk memaksakan bantuan pada wanita itu. Ia berdiri di depan pintu selama hampir setengah jam untuk memastikan Istrinya itu baik baik saja, karena tidak tahan akhirnya Ivan memberanikan diri masuk dengan alasan ponselnya tertinggal.
Ia juga kembali menawarkan bantuan namun tetap sama tidak ada respon, akhirnya Ia memilih keluar mencari Ibu mertuanya agar membantu Istrinya melepas gaun pengantin nya, namun sebelum terjadi Andin sudah lebih dulu meminta bantuan.
" Dimana yang harus di lepas " Tanya Ivan lagi, Ia takut salah dan membuat Istrinya tidak nyaman apalagi marah padanya.
Andin memutar tubuhnya membelakangi Ivan, Ia juga menyingkirkan rambutnya yang menjadi penghalang.
Tubuh Ivan menjadi panas dingin, dadanya berdebar hebat. Bagaimana pun juga Ia adalah lelaki normal, apalagi di suguhkan sesuatu yang sangat menggoda. Ia sampai menelan salivanya berulang kali melihat leher putih jenjang milik Istrinya.
Otak kotornya ingin sekali mengelus keindahan itu namun logikanya masih mampu Ia kendalikan.
" Sudah "
Ucapan Ivan membuyarkan lamunan keduanya, Ivan segera keluar karena tidak ingin Andin sampai melihat wajahnya yang sudah memerah seperti tomat.
" Sudahlah Andin, tidak akan terjadi apa apa. Ivan sangat mencintai Mita, pernikahan ini hanya kesalahan, dia tidak akan mungkin menginginkan mu " Andin menghibur dirinya sendiri.
Ia kemudian melanjutkan aktivitas nya di kamar mandi, mengguyur tubuhnya yang letih, berharap semua beban di hatinya akan ikut bersama air mengalir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!