" Sial!!! Pasti telat sampe sekolah ni gue..."
Akibat mampir di kosan Mega sepulang kerja semalam, Mentari bangun kesiangan pagi ini. Alhasil,dia harus terburu-buru untuk sampai ke sekolahnya agar tidak telat. Gadis 17 tahun itu sekarang duduk di kelas XII. Dia gadis dengan kepintaran yang biasa-biasa saja,begitupun wajahnya. Cukup cantik sebenarnya,tapi dia selalu berpenampilan sederhana dan biasa-biasa saja.
Dugh!
" Astaga!! Nabrak lagi...". Mentari shock,ia segera memundurkan sepeda motornya." Yah...lecet...mampus gue...". Bukan sepeda motornya yang lecet,melainkan mobil kinclong berwarna hitam mengkilap didepannya.
" Dikit ini,gue kabur aja deh"
Secepat kilat Mentari menyalip mobil mewah tadi. Untung jalanan pagi itu hanya padat dan tidak menimbulkan kemacetan disana. Mentari melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata agar segera sampai di sekolahnya dan benar saja, dia sampai di sekolahnya tepat bel masuk berbunyi.Dia tak mau menyia - nyiakan waktu lagi dan segera berlari menuju kelasnya setelah memarkir asal sepeda motornya.
" Kok lo telat sih, Tar? nggak biasanya deh", celoteh Meli,teman sebangku sekaligus sahabat Mentari.
Mentari masih berusaha menetralkan degup jantungnya yang menggila akibat berlari. Jangan sampai Bu Desi,guru matematika yang galak itu datang lebih cepat darinya. Kalau sampai itu terjadi, dia bisa berdiri seharian di lapangan sebagai hukuman karena telat.
" Gueh bangunh...kesianganhh..". Mentari menjawab masih dengan ngos-ngosan.
" Nggak biasanya juga lo bangun siang", memang sebenarnya mentari selalu bangun pagi,dan sahabatnya itu tau akan hal itu." Ngapain lo semalem?nggak aneh-aneh kan lo?",selidik Meli.
" Apaan sih mel?Gue cuma nganterin mbak Meli,dia lagi sakit soalnya",
" Sorry kalau gue ikut campur,gue cuma khawatir sama lo,Tar"
Mentari tersenyum," Makasih ya Mel,lo emang sahabat terbaik gue". Mentari memeluk Meli dengan erat.Ya, setelah ayah Mentari meninggal karena kecelakaan kerja, Mentari harus hidup sendiri, kakak laki-lakinya sudah berkeluarga,bekerja dan tinggal diluar kota. Sementara,ibu Mentari meninggal saat ia berusia 15 tahun karena kanker payudara yang dideritanya.
Kakak Mentari masih berbaik hati mengirim uang untuk Mentari setiap bulan meskipun sedikit,pasalnya kakaknya juga harus menghidupi istri dan kedua anaknya,dan dia bekerja seorang diri.
Bukannya tidak bersyukur,tapi memang uang dari kakaknya tidak cukup untuk biaya sekolah dan
kehidupan sehari-harinya,karena Mentari sekolah tanpa beasiswa. Maklum, kecerdasan otaknya standar-standar saja,dan sekolah Mentari adalah sekolah swasta meskipun bukan sekolah elit.
Meli khawatir Mentari terlibat pergaulan bebas karena sepulang sekolah Mentari harus bekerja paruh waktu disebuah cafe sampai jam 10 malam. Dia takut,teman baiknya itu mengambil jalan pintas atau tergiur dunia malam karena kesulitan ekonominya.
"Hey...pengumuman!! Hari ini kita aman guys,Bu Desi nggak masuk,jadi kita nggak jadi ulangan!!teriak salah satu teman sekelas Mentari.
" Gila aja Bu Desi nggak masuk,padahal gue udah buru-buru sampai nabrak tadi", Keluh Mentari.
"hah?! Lo nabrak? tapi lo nggak apa-apa kan?", Meli khawatir sambil memeriksa seluruh badan Mentari.
" Tenang aja gue nggak apa-apa"
"Syukur deh..."
Seisi kelas ricuh dengan celotehan siswa XII IPA 3. Apalagi kalau penyebabnya kalau bukan karena jam kosong. Tak terkecuali Meli dan Mentari yang sibuk bergosip.
" Mentari,lo disuruh ke ruang kepala sekolah?". Suara teman sekelas Mentari menghentikan obrolan kedua sahabat itu.
Meli memandang Mentari,"kenapa lo dipanggil kepsek?lo udah nggak punya tunggakan kan?",selidik Meli.
" Udah gue bayar kemarin,dapet dari bang Rendy"
" Mungkin lo mau dikasih beasiswa kali Tar"
"Aamiin...",sahutnya.
Mentari bergegas menuju ruangan kepala sekolah. Sebenarnya Mentari penasaran kenapa dia dipanggil kepala sekolah.
Tok...tok...tok...
"Masuk"
Mentari membuka pintu yang semula tertutup rapat itu,dia masuk dan menghampiri kepala sekolah. Dia melihat dua laki-laki dewasa disana yang juga sedang memperhatikannya.
" Maaf pak,Bapak memanggil saya?", tanya Mentari ramah.
"Duduk dulu Mentari", Dia semakin bingung saja setelah diajak bergabung dengan kepala sekolah dan dua tamunya." Silahkan pak Awan", titah sang kepala sekolah kepada laki-laki yang bernama Awan. Mentari dapat melihat,kedua lelaki dewasa itu tampan dan sepertinya orang penting atau mungkin orang kaya.
" Kamu pemilik motor matic dengan nomor polisi B 7654 XYZ ?"
Deg,jantung Mentari seakan melompat saking gugupnya.Dia sepertinya mulai paham situasinya,mungkin mereka orang yang mobilnya dia tabrak tadi pagi.
"I...iya om", jawabnya jujur.
" Kamu tahu kesalahan kamu?", tanya lelaki tampan itu dengan mode galak.
" Apa om yang mobilnya saya tabrak tadi pagi?", tanya Mentari dengan berani. Dia tahu kalau salah,jadi memang harus berani bertanggung jawab juga.
" Kamu mau jujur juga ternyata".Awan pikir,gadis yang menabraknya akan menyangkal mengingat tadi pagi dia malah kabur.
" Maaf om,saya salah,tadi saya buru-buru,takut telat karena jam pertama ada ulangan"
" Kamu sedang ulangan sekarang?",tanya Kepala sekolah
"Tidak pak,Bu Desi tidak ada"
"Kamu harus bertanggung jawab dengan perbuatan kamu". Suara bariton itu menginterupsi obrolan Mentari dengan kepala sekolah. " Kamu harus ganti biaya berbaikan mobil saya"
" Tapi kan cuma lecet dikit om...". ucap Mentari memelas.
"Tetap saja kamu harus tanggung jawab"
" Iya om,Tari tanggung jawab,nanti om bisa kasih tau berapa biayanya". Mentari pasrah,memang dia yang salah.
"Berikan nomor ponselmu!"
Mentari terpaksa memberi nomor ponselnya kepada Awan,dan diterima oleh asistennya,Indra.
***
"Suruh anak tadi menemuiku sepulang sekolah,Ndra"
Awan sedang berada di mobil yang melaju ke kantornya yang disupiri oleh Angga sang asisten. Perusahaan Awan adalah sebuah perusahaan besar di kota ini, M&J corp. Perusahaan turun-temurun dari kakaleknya. Awan sudah setahun menjabat sebagai CEO menggantikan sang ayah.
"Baik boss". Indra nampak berpikir," Apa sebaiknya nggak dibiarin aja boss,anaknya juga udah minta maaf kan,kasihan loh boss,pasti dimarahin sama orang tuanya"
" Kamu mau belain dia?",si boss dalam mode galak. " Kamu mau ganti uang buat perbaikannya?"
"Nggak boss,makasih",jawab Indra sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Oh iya boss,dari info yang saya dapat,kontrak kerja nona Lusy di Jerman akan berakhir satu bulan lagi,kemungkinan nona akan pulang juga ke Indonesia",jelas sang asisten.
Awan menghela napas berat,menyandarkan kepalanya di sandaran jok mobil." Pasti papa akan mempercepat pernikahan gue, ,Ndra",ucapnya.
"Kenapa boss? Bukannya boss mencintai nona Lusy? Apa lo sudah sadar boss?",tanya Indra sambil fokus menyetir. Indra adalah sahabat Awan,namun karena berasal dari keluarga yang sederhana, dia bersedia mengabdi sebagai asisten Awan dengan gaji fantastis tentunya.
"Lo tau sendiri kan apa yang sudah dia lakuin di Jerman?", tanyanya sambil menerawang saat kehancurannya 6 bulan yang lalu ketika mengetahui sang kekasih hati berselingkuh di Jerman.
Selama ini,Awan diam saja dengan kelakuan kekasih hatinya itu, dia masih sangat mencintai Lusy dan berharap wanita itu bisa berubah setelah kembali ke Indonesia,mengingat hubungan mereka telah berlangsung selama 2 tahun.
Selang 10 menit saja mereka sampai di gedung M&J corp.," Jangan lupa bilang sama anak SMA itu,temuin gue di sini", Awan mengingatkan.
" Siap boss",jawabnya dengan gerakan tangan hormat.
"Bagus,kerjakan tugasmu". Awan melenggang menuju ruangannya.
***
"Sorry ya Mel,gue nggak bisa nemenin lo nungguin sopir. Gue mau ke M&J corp. dulu soalnya,abis itu langsung kerja". Mentari sudah menceritakan masalahnya kepada Meli. Meli merasa iba,dan dia berniat membantu sedikit uang untuk temannya itu. Tapi Mentari menolak. Ayah Meli seorang manager,jadi hidupnya lebih baik dibanding Mentari.
"Iya....bawel, lo hati-hati ya"
Setelah itu Mentari melajukan motornya ke alamat yang sudah diberitahu oleh Indra sebelumnya.Sesampainya di depan gedung tinggi itu,Mentari nampak takjub.
" Bisa nggak ya gue kerja di sini setelah lulus?,gede banget perusahaannya", Mentari masih terkagum-kagum."Hmmmmh...pasti yang kerja di sini juga sarjana semua,mana ada orang kaya gue",cibirnya ke iri sendiri.
"Ngapain dek?",tanya seorang sekuriti yang sedang berjaga.Dia merasa aneh dengan kedatangan Mentari didepan gerbang.
"Saya mau ketemu pak Awan,Pak. Tapi nggak tau kerja di bagian apa"
Sekuriti itu melongo,dia pikir yang namanya Awan cuma CEO,masa iya gadis SMA ini mencari bosnya?
"Sebentar,saya konfirmasi dulu".Sekuriti masuk ke dalam pos dan nampak sedang menghubungi seseorang.
"Dek,kamu masuk aja,nanti tanya resepsionis ya..." Ujar sekuriti itu setelah mengakhiri panggilan intetkomnya." Motornya taruh sini aja, tenang....nggak bakal ilang",katanya sambil menunjuk tempat di samping pos satpam.
"Makasih pak".
Mentari memasuki gedung tinggi itu. sesampainya di lobby,dia bertanya kepada perempuan cantik di balik meja resepsionis." Maaf mbak,saya mau ketemu pak Awan,di mana saya bisa ketemu beliau mbak?"
Resepsionis itu sama reaksinya dengan sekuriti tadi," Pak Awan siapa dek?"
"Nggak tahu mbak nama lengkapnya siapa,tapi orangnya ganteng mbak",jawaban yang absurd dari Mentari membuat resepsionis itu tertawa.
"Mentari"
Mentari menoleh mencari sumber suara,ah...itu suara pak Indra rupanya,Mentari berbinar,akhirnya ketemu juga orangnya,setidaknya lebih mudah mencari Awan meskipun yang datang Indra.
"Pak Indra!" Pekiknya berbinar."Akhirnya... Dari tadi Tari dicurigain melulu tiap bilang mau ketemu pak Awan". Celotehnya seperti anak kecil yang sedang mengadu.
Indra tersenyum,merasa lucu dengan tingkah Tari." Ayo ikut saya". Resepsionis itu cuma bisa melongo,jadi benar anak SMA tadi nyari pak Awan?
Mentari mengikuti Indra berjalan ke ruangan sang CEO.
"Masuklah...".Indra memberi perintah.
Mentari malah melihat tulisan di hadapannya,kemudian menoleh ke Indra." Pak Indra nggak salah?".Pasalnya yang di depannya ini adalah ruangan CEO.
"Kenapa memangnya?"
"Tari tu mau ketemu pak Awan bukan CEO perusahaan ini",Mentari seolah mengingatkan kalau Indra salah.
"Kan memang pak Awan CEO disini",jelasnya santai.
"Apa?!".Mentari masih mematung,masalah besar kalau berurusan dengan CEO begini,batinnya menjerit pilu.
Tok...tok...tok...
"Masuk"
Mentari membuka pintu,berjalan menghampiri Awan. Mentari merasa dia sangat gugup setelah tahu kalau ternyata dia berurusan dengan seorang CEO perusahaan besar.
"Maaf om,eh..pak,em... Bapak menyuruh saya kesini, ada apa ya pak?"
"Duduk!"
Mentari duduk di depan Awan yang sedang berada di singgasananya. Tangannya bertumpu di meja dengan jari yang saling bertaut.
"Saya ingin membicarakan soal ganti rugi yang harus kamu bayar"
Mentari menelan salivanya susah payah. Bagaimana kalau nominalnya tinggi? Pasti dia tidak mampu membayarnya.
"Kira-kira berapa yang harus saya bayar,Pak?"
"Sementara belum pasti berapa,mobil saya sedang di bengkel sekarang,bisa jadi sekitar 15 atau 20 juta", Awan menjawab asal,yang dia tahu biayanya memang mahal untuk perbaikan mobilnya itu
"Bapak serius?!". Mentari tak sadar kalau bertanya dengan nada tinggi,kini matanya juga melotot.
" serius," Jawab Awan santai.
"Bapak bukan mau meras saya kan?",Mentari mendekatkan wajahnya ke arah Awan,matanya menyipit untuk menyelidik.
Awan sedikit kaget,tiba-tiba jantungnya berdebar kuat,namun sebisa mungkin menormalkan ekspresinya. Masa sekelas CEO kalah debat dengan anak SMA? tapi kenapa deg-degan xdalm jarak sedekat itu
"Kamu bisa tanyakan pihak bengkel"
Mentari memundurkan badannya,menghela napas berat." Apa tidak ada keringanan pak?". Sekarang wajahnya memelas,tapi tampak lucu bagi Awan.
"Kenapa? Kamu keberatan?",Awan tersenyum mengejek.
"Tentu saja saya keberatan,dapat dari mana uang segitu banyaknya?",lirihnya.
"Kamu kan bisa minta orang tuamu".Perkataan Awan sungguh menyakiti Mentari,tapi Awan juga tidak tahu kalau Mentari itu yatim piatu.
"Tapi saya cuma bisa bayar 500 ribu kebapak tiap bulan". Mentari harus merelakan uang pemberian kakaknya untuk membayar hutang.
"500 ribu? Sampai kapan kamu mau mencicilnya?",Awan berkata meremehkan," Yang ada bukannya lunas malah berbunga".
"Jangan bilang bapak rentenir",selidik Mentari
"Enak aja!! Saya sudah kaya,nggak perlu jadi rentenir", Awan berkata dengan sombongnya.
"Kalau bapak kaya ngapain meras saya?",lirih Mentari
"Berani ya kamu,tadi ngatain saya rentenir sekarang kamu bilang saya meras kamu.?!asal kamu tahu itu adalah bentuk tanggung jawab yang harus kamu tunaikan,mengerti!?
"iya iya saya tanggung jawab",jawab Mentari lemas." Tapi sekarang saya permisi dulu pak,saya harus pergi,saya ada urusan".Dia harus pergi sekarang kalau tidak mau terlambat bekerja.
"Urusan dengan saya saja belum selesai,sudah mau ada urusan lain,jangan sok sibuk kamu".Awan tidak terima diremehkan seperti itu,semua orang harus nurut dan sopan kepadanya.Dia pikir Mentari ingin lari dari tanggung jawabnya.
"Tapi saya harus pergi pak,saya bisa telat".Dia melirik jam dinding di ruangan Awan
" Bilang aja janjian sama pacar kamu kan...".Awan menyelidik.
Mentari menghela napas kasar, pacar apanya?punya saja tidak." Saya pasti tanggung jawab pak,pasti itu!! Tapi saya harus pergi sekarang,permisi".Mentari segera keluar dari ruangan Awan tanpa menggubris Awan yang terus memanggilnya.
"****!!".Awan menggebrak meja kerjanya. Siapkan mobil dan ikuti Mentari,sepertinya dia akan kabur",Awan menghubungi Indra melalui interkom dir ruangannya.
"Baik boss", jawaban dari Indra.
***
"Pak Hendra,maaf saya telat,tadi sedang ada banyak tugas di sekolah,jadi pulangnya telat juga",Mentari berbohong. Dia berharap itu bisa menyelamatkannya agar tidak dipotong gajinya. Pasalnya dia datang 30 menit lebih lambat.
"Ya sudah,kamu kerja sana,jangan diulangi lagi,kalau sampai terjadi lagi,saya potong gaji kamu",Ancam sang manager cafe. Dia tidak akan memecat Mentari karena ia tahu latar belakang Mentari,kecuali memang kesalahannya fatal.
"Terima kasih pak".Mentari bergegas bekerja dengan rajin,agar bisa segera mengumpulkan banyak uang,siapa tahu hutangnya kepada Awan bisa cepat lunas.
Sementara di luar, Awan dan Indra sedang mengamati keadaan cafe." Dari tadi nggak keluar keluar boss?".Indra sudah mulai kesal menunggu Mentari yang tak kunjung keluar sejak 2 jam yang lalu.
" Pasti janjian sama cowoknya,jadi lama begini",jawaban nyleneh Awan membuat Indra mengerutkan keningnya. Dia pikir kenapa bossnya sampai segitunya demi uang 20 juta,apakah bossnya jatuh miskin sekarang?
"Atau dia yang punya cafe boss?"
"Hmmm,mungkin juga",Awan tampak membenarkan perkataan Indra." Kita masuk aja!", keputusan akhirnya.
Mereka sepakat masuk ke dalam cafe dengan dalih mengisi perut. Awan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru cafe,sampai menemukan sosok yang ia cari,sosok yang mengenakan seragam pelayan cafe tersebut. Awan pura-pura memanggil pelayan karena mau memesan makanan.
"Mbak!!",Panggil Awan sambil melambaikan tangan.
Si pelayan yang merasa dipanggilpun menoleh, dan betapa terkejutnya si pelayan ketika matanya menangkap sesosok manusia tidak punya hati.
Mentari berpikir, kebetulan macam apa ini yang selalu mempertemukan dia dengan pria angkuh seperti Awan. Batinnya menjerit kesal lantaran dia juga yang harus melayani Awan. Tak tahu saja kalau Awan mengikutinya.
"Silahkan,mau pesan apa?" tanyanya ramah dengan senyum manis.
" Kamu kerja disini?"
" Maaf pak,bukan urusan bapak,bapak kesini mau pesan apa?".Masih mencoba bersabar menghadapi Awan.
" Saya orange juice sama roti bakar dengan pisang coklat aja",Indra mencoba mencairkan suasana.
"Baik,saya catat ya pak,ada lagi?".Mentari seolah mengacuhkan Awan. Dia hanya bertanya kepada Indra.
Awan geram dengan tingkah Mentari,tapi karena sedang di tempat umum,dia mencoba menekan amarahnya." saya cappuccino sama red velvet",ketusnya.
"Silahkan ditunggu pak..."
Di dapur,Mentari menghentakkan kakinya berulang kali. Dia kesal harus bertemu Awan lagi,dan sialnya dia adalah tamu disini,dan tamu adalah raja.Batin Mentari menangis pilu.
"Aha...!!!" seketika muncullah ide brilian dari otaknya.Dia pura-pura sakit perut dan meminta Mega menggantikannya. Tentu saja,Mega mau menggantikannya,apalagi kalau melayani cowok-cowok ganteng.
Sementara, Awan yang mendapati kalau yang mengantar pesanannya bukan Mentari,merasa kesal.Dia tahu kalau Mentari menghindarinya.
Indra tertawa meledek," Apa demi uang 20 juta lo sampai rela seperti ini boss?".Memang Indra bersikap formal saat-saat tertentu saja,sesuai moodnya saja karena dia sahabat bossnya.Tapi dia juga tahu bagaimana menempatkan diri yang tepat.
"Sialan lo...!!"
***
"Jadi dia tinggal disini?",monolog Awan. Entah mengapa dia penasaran dengan Mentari,kenapa anak SMA seperti Mentari bekerja paruh waktu sampai malam begini. Jam 10 tadi, Mentari baru keluar dari cafe tempatnya bekerja,pulang dengan motor kesayangannya membawa rasa lelah ditubuhnya.
Saat ini,Mentari sampai di rumah dan ia akan segera istirahat untuk menyambut hari esok yang pasti tak kalah melelahkan seperti biasa.
Sedangkan Awan,menghentikan mobilnya tepat didepan rumah tetangga Mentari,hanya jarak satu rumah dengan rumah Mentari.Sebuah perumahan subsidi peninggalan sang ayah.
Tok...tok..tok...Kaca mobil Awan diketuk dari luar. Awan membuka jendela kaca itu. "Ada apa mas?Mau cari siapa?" ,tanya seseorang yang sedang melintas sambil berjalan kaki,mungkin tetangga Mentari.
"Oh...i ini mas,saya lupa alamatnya dimana, saya sedang mencari teman saya namanya Burhan",jawabnya asal. Awan berkilah,dia tidak mau ada yang curiga.
"Disini kayaknya nggak ada yang namanya Burhan mas,mungkin punya panggilan lain?",si penanya sepertinya tulus mau membantu.
"Saya kira tadi rumahnya yang itu mas,dulu saya pernah kesini soalnya".Awan terus saja berbohong.dia menunjuk rumah Mentari.
"Kalau itu,rumah pak Ahmad,beliau sudah meninggal beberapa bulan yang lalu,dan disitu nggak ada yang namanya Burhan.Ada juga Rendy,tapi dia sudah di Bogor dari lama.
"Tapi kayaknya tadi saya lihat orang masuk ke sana,saya kira itu adik teman saya,makanya saya penasaran".
"Apa teman mas ini mas Rendy?kalau iya,berarti memang betul itu adiknya teman mas,namanya Mentari, namanya Mentari juga bukan pak?".
"Kayaknya iya mas,besok aja saya kesini lagi nyari teman saya,sudah malem, nggak enak bertamu malem-malem".
"Ya sudah kalau gitu mas,saya permisi dulu".Pamit si Pria baik itu.
"Tunggu mas, maaf mau nanya,kalau Rendy teman saya nggak ada disini dan ayahnya sudah meninggal berarti adiknya tinggal sama ibunya saja mas?".Awan semakin penasaran.
"Mentari kan tinggal sendiri mas,kasihan loh dia harus hidup sebatang kara,mencari uang sendiri buat lanjutin sekolahnya setelah ayahnya meninggal".
Deg,Jantung Awan bak ditikam sembilu.Jadi dia sudah memaksa anak yatim?oh tidak!! Seharusnya dia tidak boleh seperti itu,uang 20 juta itu sebenarnya tidak ada apa-apanya untuknya. Tapi entahlah masalahnya dengan Lusy akhir-akhir ini menjadikan dia orang yang sedikit kejam dan sombong.
"Jadi Rendy itu temen mas bukan?tadi katanya Burhan,gimana to?". si masnya malah jadi curiga.
Awan gugup,"oh iya,Burhan mas,tapi nama belakangnya ada Rendynya",kilahnya.
"Rendy itu namanya Rendy setiawan nggak ada burhannya,saya tahu soalnya dia teman sekolah saya dulu". Jelas si pria yang sepertinya curiga dengan omongan Awan yang berbelit.
"Oh iya,berarti salah",Awan tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya.
"Jangan macam-macam di sini ya mas,lihat tu disana pos ronda,ada banyak orang.Kalau bapak macam-macam,mas bakal pulang dengan babak belur.
Awan menelan salivanya lekat,"I...iya mas tenang aja,saya bukan orang jahat”
"Bagus deh,mending mas pergi sekarang!"
"iya mas".Hampir saja dikira orang jahat.Awan menghela napasnya dan segera melajukan mobilnya melesat meninggalkan rumah Mentari.
Awan menuruni satu persatu anak tangga di rumah mewah orang tuanya.Sementara di ruang makan sudah menunggu,kedua orang tuanya dan juga adik perempuan satu-satunya yang cantik.
melihat cloudya, seketika Awan teringat akan Mentari yang diusia belianya harus banting tulang sendiri untuk bertahan hidup. Berbeda dengan adiknya yang bisa melakukan segalanya tanpa harus bersusah payah.
"Pagi Pa,Ma",Awan mencium pipi mamanya lalu beralih ke papanya. Dia duduk di kursi sebelah cloudya setelah mencium pipi adiknya.
"Tumben kamu inget pulang Wan,"Robi Mahardika sang papa berkomentar.
"Anak pulang kok malah disindir-sindir sih pa," mayang,sang mama memperingatkan suaminya.
" Kapan Lusi pulang Wan?kalian harus segera menikah"
"Pa..."
"Kenapa? Bukannya itu yang kamu tunggu? Jangan sampai kamu jadi bujang lapuk gara-gara nungguin pacar kamu itu",Pak Robi memang ingin segera melihat Awan menikah,pasalnya Awan sendiri sudah berusia 29 tahun. Awan Bimantara Mahardika yang sangat populer dan digandrungi para wanita, sampai belum menikah di usia 29 tahun karena menunggu sang kekasih meniti karir di negeri orang.
"Mama juga udah pengen gendong cucu, Bu Marisa kemarin baru pamer,menantunya baru habis lahiran katanya"
"Ma, jangan gitu, apa-apa yang temennya bilang selalu pengen",Seloroh Pak Robi.
"Ya nggak donk,ini khusus cucu,mama sudah punya yang lain,cuma cucu aja yang belum", Bu Mayang membela diri
Mereka hanya geleng-geleng kepala dengan Bu Mayang,pasalnya wanita paruh baya itu selalu baper dengan kata-kata teman-temannya.
Selanjutnya mereka menghabiskan sarapan sambil membahas banyak hal,karena memang jarang sekali Awan pulang ke rumah.Dia tinggal di apartemen seorang diri. Karena Mentari, Awan jadi teringat adik perempuannya,jadilah dia pulang tadi malam. Adik Awan sekarang sedang berkuliah di universitas ternama,dan sudah semester akhir.
Ngomong-ngomong soal Mentari, kenapa Awan jadi penasaran ya dengan anak itu?
***
"Lo kenapa sih pagi-pagi udah ditekuk aja tu muka?"
Meli yang baru saja sampai di kelasnya,lantas duduk di samping temannya yang melamun dengan wajah kusut.
" Lo tahu nggak sih Mel? Masa gue suruh ganti rugi 20 juta,padahal cuma baret dikit doank loh mobilnya",lirih Mentari memelas
"Hah?! 20 juta? banyak banget. Lo yakin cuma baret?Ada yang rusak kali?".Meli juga tidak percaya begitu saja.
"Gue yakin cuma lecet dikit,orang tu mobil masih bisa jalan"
"mobilnya mobil mewah kali?",Meli cukup berada, setidaknya dia sedikit tahu mobil-mobil mahal,meskipun orang tuanya pun juga belum mampu membeli mobil mewah.
"Sekelas BMW",jawabnya enteng.
" Pantesan...",Jawab Meli sambil menoyor kepala Mentari.
"Aduh, lo udah tau gue bego,malah dipukul lagi pala gue,ntar tambah bego gimana?",Mentari bersungut-sungut.
Hari ini,Mentari menjalani rutinitasnya seperti biasa,sekolah dan bekerja. Setelah berkutat dengan buku-buku pelajaran yang membosankan,sekarang dia harus dipertemukan dengan nampan dan celemek.
Sampai di tempat kerjanya,Mentari berganti seragam kerja dan memulai pekerjaanya.Alangkah terkejutnya ketika netranya menangkap Pria gagah,keren,tampan dan tentu saja menawan. Namun, pesonanya sama sekali tidak berpengaruh bagi Mentari, menurutnya Awan itu benar-benar awan mendung yang siap menghantam dengan petir.
" Kesini kamu...". titahnya.
Mentari mendekat," Silahkan,mau pesan apa?",ujarnya dengan ramah dan senyum mengembang.
"Duduk!"
Eh? Mentari melongo. Ngapain dia disuruh duduk,kan lagi kerja. Apa mau membahas ganti rugi lagi,pikirnya.
"Tapi saya sedang bekerja Pak,"
"Saya bilang duduk ya duduk".Awan tidak ingin dibantah.
"Nanti saya dipecat gimana?nggak bisa bayar hutang ke Bapak loh".
Awan menghela napas,benar juga,cafe itu tempat umum.Bukan wewenangnya nyuruh-nyuruh Mentari disana. Ada pemilik cafe yang lebih berhak.
"Ya sudah,kapan kita bisa bicara?"
"Nanti saya dapat istirahat 1 jam,tapi nggak tahu dapetnya pas jam berapa,disini waktu istirahatnya sistem rolling"
"Kamu hubungi saya nanti kalau istirahat"
"Iya Pak,Sekarang Bapak mau pesan apa?"
"cappuccino aja!sana cepat!".Awan kesal tidak bisa bicara sekarang dengan Mentari. Tapi mau gimana lagi,dia tidak boleh egois.
"Baik...."
***
Jam 7 malam adalah waktu istirahat Mentari. Dia sudah menghubungi Indra tadi karna tidak tahu nomor telepon Awan. Dia bilang kalau dia bisa ditemui di warung nasi goreng depan cafe jam 7,karena gadis itu sekalian makan malam disana. Di warung tenda pinggir jalan.
Mentari terkejut mendapati Awan sudah ada di sana, Dia bersandar di badan mobil sambil bermain ponsel, sudah tidak ada jas lagi,hanya kemeja yang lengannya digulung dan dibuka kancing atasnya. Keren sih...! batin Mentari,eh?! tapi mobilnya beda lagi ternyata. Orang kaya mobilnya banyak.
"Bapak kok udah disini?"
Awan mendongak melihat siapa yang bicara.Mendapati Mentari disana,dia memasukkan ponsel ke celananya." Gue juga baru dateng", sepertinya dia lebih enak bicara nonformal dengan Mentari,lagipula Mentari bukan client pentingnya kan.
" Maaf pak,tapi boleh kan saya sambil makan?"
"Boleh"
Mentari senang,dia memesan nasi goreng mang Asep seperti biasa. Hampir setiap hari dia makan disitu.
Mentari mengajak Awan duduk disalah satu bangku disana.
" Bapak mau bicara apa lagi? tenang aja,saya pasti tanggung jawab"
"Gimana lo mau tanggung jawab,lo aja harus kerja buat makan doank"
"Jadi Bapak sudah tau?". Mentari tidak merasa heran, Awan bisa tahu tentangnya, apa sih yang tidak bisa dilakukan sekelas CEO perusahaan besar seperti dia. Apalagi orang utu merugikannya." Tapi saya bisa bayar nyicil,kalau bapak mau"
"Lo nggak perlu bayar pake uang"
Mentari menatap Awan."Terus pake apa?".Mentari berpikir sejenak,lalu dia membulatkan matanya." Jangan bilang Bapak mau keperawanan saya,kayak di novel-novel itu?"
"Jadi lo masih perawan?". Selidik Awan,matanya memicing menatap Mentari.
Mentari gelagapan menyadari kesalahannya berbicara.
"Boleh....kalo lo mau",Awan tersenyum menyeringai.
"Enak aja,dasar om om mesum", sungut Mentari
"Kan lo sendiri yang bilang"
"Bukan gitu juga...",lirihnya menyesal. Dia menunduk meremas tangannya, merutuki kebodohannya. Gimana kalau Awan menganggapnya murahan? batinnya.
Awan merasa lucu melihat reaksi Mentari."Tenang aja,gue nggak minat sama anak kecil kayak lo,yang semuanya pasti juga kecil",ledek Awan
Mentari melotot,apa dia bilang?kecil semua?Tapi setidaknya dia bisa bernapas lega. Awan tidak setega itu
Nasi goreng Mentari datang," Pak boleh saya makan?", Mentari meminta izin.
"Makan aja!".
Mentari makan dengan lahap. Terakhir dia makan tadi siang jam 11 pas istirahat kedua. dan sekarang mungkin sudah setengah delapan,bahkan dia sudah menggunakan tenaga extranya.
Awan menelan salivanya, melihat Mentari makan,dia jadi pengen juga,tapi mana higienis pikirnya.
"ehem",Awan berdehem." Lo nggak nawarin gue?"
Mentari mendongak,"Bapak mau?,saya kira bapak mana mau makan di pinggir jalan"
"iya juga sih",katanya mulai sombong." Lo bisa ganti rugi dengan jadi pembantu gue", Kata-kata Awan mengejutkan mentari yang sedang melahap makanannya.
"uhuk..uhuk.."Mentari tersedak mendengar kata-kata Awan.Dengan sigap awan mengambil minum dari teko yang disediakan di sana dan memberikan ke Mentari. Mentari langsung menenggak habis satu gelas air.
" Pelan-pelan kalau makan,gue nggak bakal minta".Tetapi Mentari tidak menanggapi Awan.
"Maksud Bapak saya jadi pembantu Bapak gitu?terus gimana sekolah saya?saya juga kan kerja".Mentari ingin memastikan.
" Begini,lo kerja jadi pembantu gue,lo masih boleh sekolah kok.Tapi lo keluar dari cafe,anggap saja gaji lo sebagai pembantu buat bayar hutang ke gue.mungkin cuma 4 bulan,lagian gue bisa gaji lo lebih tinggi dari cafe,jadi lebih cepat lunasin hutang lo ke gue.
" kalau gaji saya jadi pembantu buat bayar hutang,saya makan apa?".Mentari mulai emosi dengan orang egois itu.
"Tenang aja,lo makan di tempat gue,gue juga kasih lo uang jajan dan ongkos ke sekolah 20 ribu sehari.Tapi lo kerjain tugas lo jadi pembantu gue sepulang sekolah"
Mentari berpikir sejenak,makan beres,uang jajan beres,urusan sekolah mungkin dia bisa minta bang Rendy." Oke, saya setuju kalau itu bisa bikin saya cepat bayar hutang saya."
" Tapi masih ada satu syarat lagi"
"Apa?!". Obrolan kali ini sedikit mencairkan ketegangan diantara mereka.
"Lo tinggal di apartemen gue"
"Hah!?
" Kan lo jadi pembantu gue di sana,demi kebaikan lo juga,daripada lo capek nanti. Tenang gue punya dua kamar,lo bisa tempatin kamar satunya",Jelasnya. Rupanya Awan tahu kegelisahan Mentari.
"Baiklah..."Mentari akhirnya pasrah,bagaimana lagi dia harus bayar hutang kalau bukan menuruti kemauan si Awan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!