Sebuah pernikahan yang begitu megah membuat para tamu undangan begitu takjub di buatnya.
Bahkan keluarga besar itu begitu bahagia melihat pernikahan putra pertama mereka dengan seorang gadis yang sudah sangat lama Mamanya jodohkan padanya.
Karel A. Askara, sang mempelai pria dengan senyumnya yang mengembang menggandeng mempelai wanita yang wajahnya begitu ayu dengan riasan pengantin yang begitu apik.
Banyak sekali tamu undangan yang mengucapkan selamat kepada kedua mempelai tersebut. Dan di sambut dengan senyuman oleh kedua mempelai.
Siapa saja yang melihat kedua mempelai tersebut pasti akan menganggap jika pasangan itu terlihat sangat bahagia. Mereka terlihat sangat serasi.
***
Malam harinya.
"Kau bahagia dengan pernikahan ini?" tanya Karel menatap sang istri yang saat ini tersenyum malu-malu sembari menundukkan kepalanya.
Karel beranjak dari sofa yang ada di kamarnya dan mendekati sang istri.
Istrinya mengira Karel akan melakukan tugasnya sebagai seorang suami, mengingat ini adalah malam pertama mereka. Namun dugaannya salah.
Dengan kasar Karel mencengkeram rahang istrinya hingga membuat sang istri meringis menahan sakit.
"Kau pikir Aku mau menikah denganmu? Kau salah. Aku sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Kau adalah gadis yang sangat ku benci. Seribu kali pun Aku tidak akan menginginkan menikah denganmu, sekalipun Kau wanita terakhir di muka bumi ini!" Dengan kasarnya Karel menghempaskan tubuh istrinya ke atas kasur.
Istrinya menangis menahan sesak di dadanya. Kemarin pria itu bersikap baik padanya dan mengatakan mau menikah dengannya. Mungkinkah karena ada Mamanya? Gadis itu tahu jika sang suami begitu menyayangi keluarganya terutama Mamanya. Sesak itulah yang dirasakan gadis itu.
"Apa salah ku, Mas?" Gadis itu bertanya seraya menangis tertunduk.
"Salahmu? Kau masih bertanya apa salahmu? Dasar gadis munafik! Ku pikir Kau adalah gadis baik-baik, ternyata Aku salah. Bukankah Aku sudah menyuruhmu untuk jangan menerima lamaran Mama ku? Tapi Kau malah menerimanya dan membuat luka untuk kekasih ku yang juga sahabat mu sendiri. Kau pikir Aku tidak tahu jika Mama telah memberimu banyak uang agar mau menikah dengan ku? Dasar gadis murahan!" seru Karel. Pria itu langsung pergi dari kamar itu setelah membanting pintu dengan begitu keras.
Sementara sang istri menangis sesenggukan seraya memegangi dadanya yang terasa begitu sakit atas semua penghinaan yang di lontarkan oleh suaminya.
Mayra Anastasia, gadis yang sering di panggil Ayra adalah gadis yang begitu mencintai pria bernama Karel A Askara sejak dirinya masih kecil.
Dulu mereka selalu bermain bersama. Bahkan Karel akan pasang badan jika ada seseorang yang menyakiti Ayra.
Tapi entah mengapa setelah lama tak bertemu, pria yang sangat di cintainya seolah tak mengenali dirinya. Bahkan ketika kuliah di universitas yang sama, Karel sama sekali tak pernah menyapanya. Padahal sebelumnya mereka sering mengirimkan pesan dan wajah satu sama lain sebelum mereka di pertemukan kembali oleh takdir.
Ayra hanya memiliki seorang teman yang begitu baik sehingga lambat laun mereka menjadi sahabat. Kinara lah yang selalu menemani Ayra.
Namun ketika Kinara mengatakan jika dia memiliki seorang kekasih dan mengenalkannya kepada Ayra, harapan Ayra seakan luluh lantak. Ternyata kekasih Kinara adalah pria yang sejak dulu ia cintai.
Namun anehnya Karel sama sekali tidak mengenalinya. Mungkinkah pria itu begitu mencintai Kinara sehingga menganggap Ayra bukanlah seseorang yang begitu penting untuknya.
Ayra menyadarinya. Ia berusaha untuk memupuskan harapan cintanya untuk Karel. Dan melepaskan Karel untuk bahagia bersama sang sahabat.
Namun semuanya berubah ketika Ayra menyadari jika ada yang salah dengan dirinya. Penyakit yang dulu pernah di nyatakan sembuh, kini mulai kambuh lagi. Dan perlahan tubuhnya mulai melemah seiring berjalannya waktu.
Ayra mengikhlaskan semuanya. Ia membiarkan penyakit itu menggerogoti tubuhnya. Ia tak berniat untuk sembuh. Toh tidak ada yang menjadi alasan dirinya untuk sembuh.
Ayra tak memiliki sebuah keluarga. Karena semua keluarganya tak menginginkan dirinya. Keluarganya membuangnya ke sebuah panti asuhan. Dan pria satu-satunya yang dia cintai ternyata telah memilih gadis lain. Jadi untuk apa lagi dirinya bertahan.
Tapi suatu hari, seorang wanita cantik tiba-tiba memeluknya saat tak sengaja mereka bertemu di sebuah pusat perbelanjaan. Dia adalah Via, Mama Karel. Via adalah dokter yang menangani penyakitnya dulu.
Dan Mama Via telah menceritakan banyak hal kepada Ayra. Hingga Mama Via memintanya untuk menikah dengan putranya, Karel.
Awalnya Ayra menolaknya. Hingga Mama Via menyuruh keduanya untuk bertemu.
Karel terkejut mengetahui jika yang ingin Mamanya jodohkan dengannya adalah sahabat dari kekasihnya. Karel meminta Ayra agar Ayra menolak permintaan Mamanya dan Ayra menyetujuinya.
Namun ketika Ayra menolak Mama Via untuk menikah dengan Karel. Mama Via menceritakan tentang suatu hal yang membuatnya bersikeras untuk menjodohkan mereka. Mama Via juga tahu jika penyakit Ayra kembali kambuh.
Dan mereka melakukan sebuah kesepakatan. Dan akhirnya Ayra pun luluh dan menerima kesepakatan tersebut.
Dan disinilah saat ini Ayra berada. Menjadi seorang istri dari pria yang begitu membencinya. Rasanya Ayra ingin sekali menyerah di saat itu juga. Sepertinya menerima permintaan Mama Via adalah keputusan yang tidak tepat.
***
Keesokan harinya.
Ayra mengerjapkan matanya. Semalaman ia tertidur setelah menangis semalaman. Gadis itu mengedarkan pandangannya menatap ke segala arah. Ia tak mendapati suaminya di kamar itu.
Mereka memang tidak pisah kamar, mengingat di apartemen itu hanya ada satu kamar. Walaupun hanya satu, tapi ukurannya sangatlah luas.
Karel membawa Ayra tinggal di apartemennya agar tidak ada yang tahu dengan sikapnya kepada Ayra.
Ayra menghembuskan nafas panjangnya. Ia sudah bisa menebak jika suaminya pasti tidak pulang. Ia harus menerima jika kedepannya mungkin hidupnya akan lebih tersiksa lagi.
Walaupun begitu, Ayra akan tetap menjalankan perannya sebagai seorang istri. Setidaknya sampai sisa umur yang ia miliki.
Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan mulai memasuki bathroom untuk membersihkan dirinya. Baru setelahnya ia memutuskan untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya jika pulang nanti.
Namun setelah Ayra sampai ke dapur, dia tak mendapati bahan makanan. Yang ada hanyalah roti dan selai. Jadi dia memutuskan untuk memanggang roti itu.
Baru saja Ayra menaruh roti itu di atas meja makan, pintu apartemen itu terbuka dan menampilkan sosok suaminya yang begitu acak-acakan.
Karel langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. "Ini semua gara-gara gadis sialan itu. Sekarang Nara sama sekali tidak mau bertemu dengan ku. Dia marah padaku." Karel mendengus kesal.
Semalaman pria itu menemui kekasihnya di apartemennya. Namun Kinara begitu marah padanya dan tidak membiarkan pria itu masuk ke dalam apartemennya. Hingga Karel memutuskan untuk tidur di mobilnya. Karel memilih untuk tidur di mobilnya dari pada pulang ke apartemennya dan melihat Ayra.
Pagi tadi Karel masih saja berusaha untuk menemui Kinara. Namun hasilnya sama. Sang kekasih tetapi tidak mau membukakan pintu untuknya.
***
Ayra berjalan mendekati Karel yang saat ini masih berada di sofa ruang tamu.
"Mas." panggil Ayra.
Karel menoleh ke arah suara. Rasanya ia begitu malas menatap wajah gadis itu. "Untuk apa Kau menunjukkan wajah jelek mu itu? Pergi! Membuat ku muak saja."
"A-aku hanya ingin menawarkan sarapan untuk mu, Mas. Aku sudah membuat dua sarapan untuk ku dan untukmu." ucap Ayra hati-hati.
Tapi entah mengapa setiap kata yang keluar dari bibir Ayra begitu membuat Karel begitu marah. Pria itu beranjak berdiri dan mendekati istrinya.
"Kau adalah gadis pembawa sial bagi ku. Saat ini Kau berada di apartemen ku jadi Kau harus menuruti semua perintah dan keinginan ku. Kau mengerti?!" tutur Karel. Ia tak segan menghempaskan tubuh Ayra hingga hampir terjatuh. Ayra hanya bisa menelan ludahnya dengan ketakutan.
Karel segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaian kantornya. Ia akan ke kantor pagi ini. Walaupun ia telah mengambil cuti satu Minggu, tapi Karel begitu muak jika harus melihat wajah Ayra di apartemennya. Jadi ia memutuskan untuk bekerja.
Sebelum berangkat, Karel menuju meja makan. Di sana ia melihat Ayra yang sedang menunggunya. Gadis itu menundukkan kepalanya ketika Karel duduk di kursinya.
Karel memperhatikan roti bakar di atas piring. Pria itu mengambilnya dan memakannya. Baru beberapa kunyahan, Karel langsung menyemburkan makanan itu. Pria itu berdiri dengan raut wajah marahnya.
"Apa Kau mau membunuhku huh! Kau menaruh selai kacang di dalamnya?! Dasar gadis tak berguna!" Karel melempar piring beserta roti bakar itu ke lantai. Hingga piring itu pecah berkeping-keping.
Ayra memejamkan matanya melihat dan mendengar kemarahan Karel. Ayra lupa jika Karel alergi dengan kacang. Ia bahkan juga merutuki dirinya sendiri. Namun kemarahan Karel sangatlah keterlaluan. Tidak seharusnya pria itu sampai membanting piring hingga pecah berceceran di lantai.
"Ma-maafkan Aku, Mas." ucap Ayra dengan isak tangisnya.
Karel lalu berjalan menuju Ayra dan menarik tangan Ayra menuju kamarnya. Dan mendorongnya kuat. Membuat Ayra terjatuh ke lantai dengan sangat keras.
Gadis itu merintih merasakan nyeri. Namun itu malah membuat Karel begitu puas. Ia sangat puas melihat wajah melas Ayra yang kesakitan. Menurutnya itu tidaklah sebanding dengan rasa sakit yang di rasakan kekasihnya saat ini.
"Kau pantas mendapatkan semua itu!" Karel langsung menutup pintu kamar tersebut dan menguncinya.
"Ini adalah hukuman mu karena Kau menjadi istri ku. Dan Aku akan membuat mu semakin menderita lagi nantinya!" Karel langsung meninggalkan apartemennya. Ia meninggalkan Ayra dalam keadaan terkunci di kamarnya.
Ayra yang mendengarnya pun menangis sesenggukan. Ia benar-benar menyesali pernikahan ini. "Kenapa Kau bisa berubah menjadi seperti ini, Karel? Kenapa Kau begitu membenciku, kenapa?" Arya memukuli dadanya yang terasa begitu sesak.
Gadis itu kembali menangis. Sepertinya ia tidak akan pernah mendapatkan setitik kebahagiaan dalam pernikahan ini.
***
Di kantor, Karel terus saja uring-uringan karena memikirkan hubungannya dengan sang kekasih. Bahkan ketika ia menelponnya, panggilannya selalu di matikan oleh Nara. Satu pesan pun tak ada yang di balas samasekali.
Karel di rundung frustasi. Dia terus saja menyalakan Ayra atas semua yang terjadi.
"Aku berjanji akan membuat hidupmu seperti di neraka, gadis sialan!" umpatnya berkali-kali.
"Permisi, Tuan. Tuan Bintang ingin bertemu dengan Anda," ucap asistennya, Varo.
Karel berdecak. Ia tahu pasti papanya akan menanyakan perihal dirinya yang sudah masuk ke kantor setelah hari pernikahannya.
"Suruh Papa masuk."
"Baik, Tuan."
Tak berapa lama pun Bintang memasuki ruangan Karel.
"Kau sudah berangkat bekerja? Bukankah Papa sudah mengatakan jika Kau boleh cuti selama satu Minggu untuk menikmati masa honeymoon mu?" Papa Bintang melontarkan banyak pertanyaan pada sang putra.
"Papa tahu sendiri Aku orang yang gila pekerjaan. Aku bosan jika harus berdiam diri selama satu Minggu, Pa. Dan istriku juga mengizinkan ku untuk bekerja." Karel berkilah.
"Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu dari Papa kan?" tanya Papa Bintang menatap penuh selidik ke arah putranya. Berharap mendapatkan sebuah jawaban dari raut wajah sang putra.
Namun tetap saja nihil. Karel sangat mampu menyembunyikan segalanya dari keluarganya. Hingga sulit sekali untuk menebaknya.
"Memangnya apa yang Er sembunyikan, Pa?" Karel malah bertanya.
"Baiklah, Papa percaya. Jangan kecewakan Papa dan juga Mama. Aku tahu kalau Kau tidak menginginkan pernikahan mu. Tapi Papa dan Mama tahu jika Ayra adalah gadis yang baik. Jadi jangan pernah menyakitinya. Jangan sampai Kau bertindak bodoh seperti yang Papa lakukan di masa lalu," ujar Papa Bintang menasihati sang putra.
Karel hanya tersenyum samar dan menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Papanya.
"Ya sudah. Papa mau kembali ke kantor. Ingat pesan Papa."
"Baik, Pa."
***
Saat jam pulang kantor, Karel tak kunjung pulang kerumahnya. Pria itu kembali bertandang ke apartemen milik sang kekasih. Dia ingin mencoba peruntungannya. Siapa tahu hari ini Kinara mau bertemu dengannya dan mendengarkan penjelasannya.
Karel tidak ingat jika ia telah mengunci istrinya di dalam kamarnya. Bahkan Ia tidak memikirkan apakah sang istri lapar atau tidak.
Di sisi lain, Ayra mencengkeram perutnya yang kini terasa begitu melilit. Rasanya ia begitu kelaparan. Berkali-kali ia mencoba untuk membuka pintu kamar yang terkunci itu. Namun ia sama sekali tak berhasil membukanya.
Sungguh miris sekali nasib gadis itu. Tak di inginkan oleh suaminya, selalu di hina dan sekarang menyiksanya dengan kejamnya.
Ayra hanya meminum air putih yang ada di kamar tersebut. Sebenarnya ada kulkas kecil di sana. Namun kulkas itu tidak ada isinya.
Ayra menatap ke arah jendela. Ia mulai melangkah ke sana dan membuka jendela tersebut. Ia menatap ke sekeliling dan ternyata ada pijakan kecil di bawah jendela tersebut yang menghubungkan ke apartemen lainnya.
Rasa lapar membuat pikiran Ayra menjadi tak waras. Ia tidak ingin mati secepat ini hanya karena kelaparan. Gadis cantik itu mulai menuruni jendela kamar itu.
Pelan, ia memijakkan kakinya dan menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh. Ia tak berani melihat ke bawah. Jantungnya terpompa sangat cepat. Saat ini Ayra berada di lantai Lima, tentu saja tempatnya berpijak begitu tinggi saat ini. Jika ia terjatuh, sudah di pastikan jika ia akan kehilangan nyawanya. Sungguh gadis yang sangatlah nekat.
Siapapun yang melihatnya pasti akan mengira jika Ayra akan melakukan percobaan bunuh diri. Dan terbukti.
Seseorang melihatnya dari arah jendela tepat di samping apartemen milik Karel.
"Hai, Nona. Jika Kau punya masalah, jangan mengira jika mengakhiri nyawa adalah pilihan yang tepat." Suara seorang pria terdengar begitu nyaring di telinga Ayra. Sepertinya pria itu begitu dekat.
Ayra menoleh ke kanan dan kiri. Ia tak menemukan sosok seseorang di sana. Hingga pria itu mengeluarkan kepalanya dari jendela dan akhirnya Ayra dapat melihat seseorang tersebut.
"Aku tidak ingin mengakhiri nyawa ku, Tuan. Aku terkunci di kamarku sendiri. Dan Aku kelaparan. Bisakah Kau menolong ku?"
Pria itu mendelik tak percaya mendengar ucapan Ayra. Tak pernah ia melihat seorang gadis yang begitu nekat hanya karena merasa lapar.
"Baiklah. Kalau begitu Saya akan membantumu, Nona. Berjalan lah dengan posisi miring hingga sampai kemari." titah pria tersebut.
Ayra mengangguk menyetujuinya. Dia mulai berjalan miring dengan pelan untuk mencapai jendela apartemen sebelah milik pria tersebut.
Dan tak lama kemudian akhirnya Ayra sampai di jendela apartemen milik pria itu. Dengan sigap pria itu membantu Ayra untuk naik memasuki jendela apartemennya.
"Terimakasih, Tuan. Tadi sungguh sangat memacu adrenalin," ucap Ayra terkekeh.
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan gadis di depannya itu.
"Tuan, Aku sangat kelaparan. Apakah Kau memiliki sedikit saja makanan untuk ku?"
"Kau adalah gadis teraneh yang pernah ku temui, Nona." Pria itu masih menggelengkan kepalanya. "Kebetulan Saya memiliki ini. Untukmu saja, Nona." Pria itu memberikan satu paket McD untuk Ayra. Tadinya itu untuk makan malam pria itu. Tapi melihat Ayra yang kelaparan dan senekat itu, pria itu memberikannya kepada Ayra.
Dengan cepat Ayra mengambil makanan yang di berikan pria itu. Dengan tak sabarnya, Ayra segera membukanya dan memakan makanan itu dengan sangat lahapnya.
"Memangnya sudah berapa lama Anda tidak makan, Nona?" tanya pria itu seraya menelan ludahnya sendiri melihat betapa rakusnya Ayra saat melahap makanannya.
"Aku belum makan sejak semalam, Tuan." ucap Ayra setelah menelan makanan itu.
Pria itu berhenti bertanya dan membiarkan Ayra menghabiskan makanannya.
Setelah makan itu tandas tak bersisa. Ayra mengucapkan terimakasih kepada pria tersebut. Karena bantuannya, sekarang dia tidak kelaparan lagi.
"Terimakasih sudah menolong Saya, Tuan. Suatu saat nanti Saya akan membalas kebaikan Anda, Tuan ...."
"Arkan, nama Saya Arkan, Nona. "
"Ah iya, terimakasih, Tuan Arkan. Kalau begitu Saya permisi." Ayra hendak beranjak pergi. Tapi Arkan menghentikannya.
"Tunggu, Nona. Saya belum mengetahui nama Anda."
"Nama Saya Ayra, Tuan. Saya harus segera kembali sebelum majikan Saya kembali," ucap Mayra. Dia terpaksa berbohong. Dia tidak ingin menyulitkan Karel jika ada orang yang tahu jika dirinya adalah istri Karel.
"Jadi Anda bekerja di apartemen sebelah." Arkan nampak manggut-manggut.
"Iya, Tuan. Sebenarnya bukan hanya di apartemen sebelah saja. Saya bekerja membersihkan beberapa apartemen juga. Jadi bisakah Anda membukakan pintu agar Saya bisa kembali, Tuan?"
"Baiklah, Nona. Tapi apakah Saya juga bisa menggunakan jasa Anda, Nona? Kebetulan Saya jarang menempati apartemen ini. Dan Saya ingin ketika Saya singgah kemari, apartemen ini bersih."
Ayra terdiam sesaat. Saat ini dirinya memang belum memiliki pekerjaan selepas tamat kuliahnya. Dan belum tentu juga Karel akan memberikan uang padanya mengingat semua sikap kasar suaminya itu. Jadi tidak ada salahnya bukan jika ia mengambil job ini?
Gadis itu mengembangkan senyumnya. "Bisa, Tuan. Kapan Saya bisa membersihkan apartemen Anda?"
"Kalau saat ini pasti tidak bisa karena Anda sedang bekerja di apartemen sebelah. Jadi bagaimana kalau besok, Nona?"
"Baiklah, Tuan. Besok Saya akan membersihkan apartemen ini."
"Kalau begitu ini kunci cadangan apartemen Saya, Nona. Jadi sewaktu-waktu Anda bisa langsung datang dan membersihkannya."
Ayra menerima kunci cadangan itu dari Arkan. Baru setelahnya Ayra keluar dari apartemen itu.
Saat sampai di luar, Ayra mulai bingung bagaimana dirinya bisa masuk kedalam apartemen suaminya. Gadis itu menepuk keningnya sendiri saat mengingat kegilaannya yang keluar dari kamar Karel dengan begitu dramatis.
"Duh, bagaimana ini? Bagaimana caraku masuk kedalam," gumam Ayra merasa bingung.
Di saat kebingungannya, Ayra di kejutkan dengan suara Karel yang begitu marah.
"Kau ...! Bagaimana bisa Kau berada di sini huh!" Seruan itu mengagetkan Ayra. Gadis itu rasanya begitu ketakutan melihat raut wajah Er yang begitu menakutkan.
"A-aku ...." Belum sempat menjawabnya, Karel sudah menyeret Ayra masuk kedalam apartemen.
Dengan kasar Karel menghempaskan tubuh Ayra ke sofa ruang tamu apartemennya.
"Apa Kau mencoba untuk kabur dari ku, huh! Aku akan pastikan Kau tidak akan pernah bisa kabur dariku. Kau harus membayar harga untuk semua rasa sakit yang ku rasakan karena membuat ku berpisah dengan kekasihku!" bentaknya.
"Er, sebenci itukah Kau dengan ku? Sungguh Aku tidak bermaksud untuk memisahkan mu dengan Nara."
"Lalu jika Kau tidak memisahkan ku dengan kekasih ku, untuk apa Kau menerima permintaan Mama untuk menikah dengan ku huh?!"
"Aku ...."Ayra menghembuskan nafasnya gusar. Tidak mungkin ia mengatakan alasan dirinya yang sebenarnya. "Terserah Kau mau menganggapku bagaimana. Yang jelas Aku menyayangi Nara seperti saudara ku sendiri. Jika memang Kau tidak menginginkan pernikahan ini. Mari kita buat perjanjian," tawar Ayra. Dia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk membuat Er bisa mencintainya seperti yang Mama mertuanya inginkan.
Er mengerutkan keningnya. Ia menimbang ucapan Ayra. "Perjanjian apa maksudmu?"
"Begini. Mamamu ingin kita bisa saling mencintai. Dan itu tidak mungkin bagimu kan? Jadi kita buat sebuah kesepakatan. Kita akan menikah selama enam bulan lamanya, jika dalam enam bulan itu masih tidak ada cinta di antara kita, maka kita akan bercerai. Kau bisa kembali bersama Nara. Dan Aku akan memikirkan sebuah alasan kepada Mama Via untuk menjelaskan jika kita memang tidak bisa saling mencintai dan perpisahan adalah jalan terbaik." Ayra menghembuskan nafasnya sejenak. "Tapi selama enam bulan itu Aku punya permintaan padamu."
"Lancang sekali Kau meminta sebuah permintaan!" Er menatap tajam istrinya.
"Ku mohon, tolong kabulkan permintaan terakhir ku ini."
Er tampak berpikir, lalu ia pun menyetujuinya. "Cepat katakan apa permintaan mu!"
"Jika dalam enam bulan itu Kau sampai memiliki perasaan padaku, maka Aku ingin Kau tetap menceraikan ku." ucap Ayra dengan mantapnya. Gadis itu telah di vonis dokter jika umurnya tidak lama lagi. Namun sebisa mungkin Ayra akan terus bertahan. Namun bila Tuhan berkehendak lain dan menginginkan dia untuk segera menghadapnya, maka Ayra akan mengantisipasi hal-hal yang mungkin saja akan terjadi.
"Itu tidak akan pernah terjadi. Sampai kapanpun Aku tidak akan pernah mencintai gadis licik sepertimu!" sinis Karel.
Ayra hanya tersenyum miris mendengarnya.
"Dan Aku ingin bekerja," ucap Ayra kemudian.
"Hanya itu?" tanya Karel. Ayra mengangguk.
"Baiklah, Besok Aku akan membuat perjanjian secara tertulis. Dan Kau harus menandatanganinya."
"Baiklah."
"Kalau begitu siapkan mandiku! Aku tidak akan menggaji seorang pembantu, karena Aku mau Kau menjadi budak untuk ku." ucap Karel menyeringai.
Walaupun akan ada perjanjian di antara keduanya, Karel tetap akan membuat Ayra menderita. Ia akan membuktikan jika dirinya tidak akan pernah bisa jatuh cinta kepada istrinya itu.
Ini adalah langkah pertama untuk Ayra membuat Karel bisa mencintainya. Namun dia juga takut jika nanti memang Karel benar-benar mencintainya dan penyakitnya tidak dapat di sembuhkan, apakah pria itu akan merasa kehilangan dirinya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!