NovelToon NovelToon

Wanita Malam Penyelamat Tuan Amnesia

Bab 1

Malam itu, Anya duduk sendirian di meja bar sambil menyesap minumannya. Anya sedang menunggu seseorang tapi orang itu tak kunjung datang.

"Hey, tuan dokter yang terhormat, aku sudah tidak sabar, cepatlah datang...kalau kau masih takut dengan isirimu untuk apa berjanji padaku hah? Dasar laki-laki! Serakah tapi pengecut!" Anya mulai meracau, karena dirinya mulai mabuk.

Tidak lama berselang seorang laki-laki datang dengan tergesa-gesa menghampiri Anya.

"Hey sayang, maaf aku terlambat!"

"Jangan panggil aku sayang, aku bukan kekasihmu, dasar laki-laki gila!"

"Oh Anya? Ada apa denganmu? Apa kau mabuk? Pasti kau terlalu banyak minum saat menungguku! Bagaimana kalau ada pria asing yang menganggumu?"

Heru membayar sejumlah uang beserta tip-nya dan segera mengangkat tubuh Anya yang sudah limbung karena pengaruh alkohol.

"Ayo sayang, aku akan membawamu ke hotel, aku sangat merindukanmu dan sudah tidak sabar untuk menghabiskan malam bersamamu..."

Anya hanya pasrah berada dalam gendongan Heru, dengan mulut yang terus meracau tak jelas.

Heru melajukan mobilnya ke sebuah hotel bintang lima langganannya. Sampai di lobby, Heru minta tolong pada petugas vallet untuk memarkirkan mobilnya, sedang dirinya susah payah memapah tubuh Anya berjalan menuju kamar hotel yang sudah dipesannya.

Begitu sampai, Heru langsung menjatuhkan tubuh Anya ke tempat tidur.

"Aw!", Pekik Anya merasakan sakit di punggungnya.

"Maaf, kau berat juga ternyata...."

"Ayo lakukan, aku sudah tidak sabar menunggumu dari tadi...", kata Anya menantang.

"Baiklah, mari kita mulai permainannya, macan betinaku yang liar, aku suka sekali kejujuranmu dan keagresifanmu diranjang..."

Heru lalu menarik kepala Anya dan menyatukan bibir mereka, Anya membalas dengan ******* bibir Heru dengan tak kalah rakus. Dengan bibir yang masih bertaut, tangan Heru mulai berkeliaran.

"Argh..."

Anya mulai mendesah, dan Heru semakin bersemangat. Heru mulai melucuti satu demi satu pakaian Anya. Anya pun membuka kancing baju Heru satu persatu.

"Ayo lakukan, aku sudah tidak sabar!"

Dan merekapun segera memulainya.

"Arrghh!"

Anya mendes*h.

"Sudah...sudah...aku mau keluar..."

Teriak Heru sambil berusaha menyingkirkan tubuh Anya.

"Kenapa? Kau takut benihmu keluar di dalam? Tenang saja, aku sudah minum pil kontrasepsi..."

"Siapa yang percaya? Bisa saja kau mau menjebakku!"

"Cuih, suka enaknya tapi takut hasilnya!"

"Diam kau ******!"

"Tadi kau memanggilki sayang sekarang kau panggil aku ******?"

"Kau ****** kesayanganku, dan aku sudah tergila-gila padamu!"

"Hahaha..."

Mereka tertawa bersama sambil mengatur nafas yang terengah.

"Mau lagi..."

Rengek Anya, seperti kucing betina yang manja. Heru tersenyum menyambut tawaran itu. Tapi kemudian nada panggilan di ponselnya mengalihkan perhatiannya.

Heru menjauh dari Anya dan mengangkat teleponnya.

"Maaf, aku harus pergi..."

"Kemana?"

"Kerumah sakit, ada pasien menungguku.. "

"Baiklah, pergilah...jangan lupa bayaranku!"

Beberapa saat Heru mengetik di ponselnya.

"Sudah.."

"Terimakasih...kau tidak mandi dulu?"

"Tidak, aku mandi di rumah sakit saja..."

"Selamat bekerja Pak Dokter!"

Anya lalu pergi ke kamar mandi hotel dan membersihkan tubuhnya disana. Anya berendam beberapa waktu untuk merilekskan tubuhnya. Efek alkohol sudah mulai berkurang meski masih terasa.

Anya mencoba menikmati hidupnya, menikmati setiap permainannya dengan para pria yang membayar untuk tubuhnya. Anya tidak ingin terlihat lemah dan tertindas atau hanya menjadi obyek pelampiasan nafs* semata. Pekerjaannya memang hina, tapi ini sudah menjadi pilihannya dengan sadar. Karena itu Anya harus kuat karena dirinyalah yang akan bertanggung jawab sendiri akan segala konsekuensi dari pekerjaan ini.

Kamar hotel yang disewa Heru untuk mereka bergulat memang mewah dan nyaman. Tapi tetap saja Anya tidak suka berada disana terlalu lama. Semewah dan senyaman apapun tempat itu telah kotor. Maka setelah selesai mandi Anya bergegas turun dan memesan ojek online. Anya tidak langsung pulang kerumah, melainkan ke club malam dimana Heru tadi menjemputnya. Sepeda motor maticnya masih tertinggal disana. Anya lebih suka pulang sendiri dengan sepeda motor maticnya meski hari sudah malam.

Anya turun dari ojek dan berjalan menuju dimana sepeda motornya terparkir. Anya memakai jaket dan helmnya lalu langsung menyusuri jalanan yang terlihat lengang di malam hari.

Anya melajukan sepeda motornya dengan kecepatan sedang sambil menikmati udara malam yang terasa dingin. Mencoba menikmati kesendiriannya dengan memikirkan untuk apa uang hasil 'kerja nikmat'-nya akan dia habiskan besok. Mungkim dia harus pergi ke salon untuk merawat tubuh dan penampilannya. Mungkin dia juga harus belanja beberapa pakaian dalam yang seksi untuk menggoda lawan mainnya. Oh ya tidak lupa, besok juga waktunya untuk mendonasikan sejumlah uang ke yayasan sosial langganannya, sekaligus bertemu dengan anak-anak yatim, teman kecil kesayangannya. Anya jadi senyum-senyum sendiri membayangkan hal itu.

Tapi kemudian, yang terjadi adalah Anya terpental dari sepeda motornya karena menabrak sesuatu. Anya jatuh, tapi hanya pelan dan tidak terlalu sakit. Tapi saat jatuh dan memeriksa sepeda motornya, Anya melihat tubuh seorang pria tergeletak tepat di depan roda sepeda motornya.

"Apakah baru saja aku menabrak orang ini?" Tanya Anya pada dirinya sendiri.

"Tentu saja, siapa lagi yang menabraknya kalau bukan aku! Aku tadi melamun dan mungkin juga masih sedikit mabuk...", pikir Anya memastikan.

"Tolong...tolong..."

Anya berteriak mencari pertolongan karena dia berfikir tidak akan sanggup mengangkat tubuh lelaki itu seorang diri. Walau jalanan agak sepi, tapi mendengar teriakan beberapa pengguna jalan berhenti dan menghampirinya. Beberapa warga sekitar juga datang mendekatinya.

"Ada apa Nona? Apa kau kecelakaan? Mana yang sakit?"

"Tidak, aku hanya sakit sedikit, tapi sertinya aku telah menabrak orang itu hingga tak sadarkan diri..."

Orang-orang mulai menghampiri lelaki itu dan memeriksa keadaannya.

"Aku janji aku akan bertanggung jawab, tapi tolong nanti aku membawanya ke rumah sakit..."

Anya memesan taksi online dan beberapa orang setuju untuk membantunya membawa pria itu ke rumah sakit. Anya tidak suka menghubungi polisi atau ambulan karena tak ingin masalah ini semakin besar. Apalagi mengingat profesinya sebagai wanita malam.

Begitu sampai dirumah sakit Anya membawa pria itu ke UGD dan meminta petugas memberikan penanganan darurat. Anya menceritakan semua kronologi kejadian kecelakaan kepada perawat di rumah sakit tanpa ada yang ditutup-tutupi. Tapi kemudian saat petugas bertanya tentang nama dan identitas korban Anya tidak bisa menjawab dan mereka tidak menemukan kartu identitas apapun di tubuh korban. Bagaimana ini?

Bab 2

"Bagaimana kondisinya, apakah parah?", tanya Anya dengan panik pada petugas rumah sakit.

"Cukup parah Nona, ada luka serius di bagian kepala, sepertinya setelah penanganan darurat, pasien harus segera di operasi...tapi sebelum operasi dilakukan anda perlu mengurus administrasi dan menandatangani beberapa berkas..."

"Oh, ****, bagaimana ini?"

Anya bicara sambil mondar-mandir di lorong rumah sakit. Operasi? Apakah biayanya besar? pikirnya mulai panik. Lagi pula lelaki itu tidak punya kartu identitas, bagaimana mengurus administrasinya.

Dan kemudian tercetus ide cemerlang di kepalanya.

Anya mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Aku perlu bantuanmu!"

Katanya tanpa basa-basi.

"Bantuan apa sayang? Dengan senang hati kalau aku bisa pasti kubantu..."

"Aku barusan menabrak seseorang, sekarang aku membawanya ke rumah sakit tempatmu bekerja. Keadaannya cukup parah dan dia tidak punya kartu identitas. Bantu aku mengurus administrasi juga biayanya!"

Hening sejenak, di ujung telepon Heru sedang berfikir.

"Baiklah, akan kupikirkan solusinya. Tapi pura-puralah tidak mengenalku saat aku datang, mengerti?"

"Ya aku mengerti, tolong cepatlah. Aku tak mau orang ini meninggal dan nanti aku akan kena masalah..."

Anya masih menunggu dengan resah sementara orang yang ditabraknya mendapatkan penanganan di IGD.

Tidak lama berselang Heru datang keruang IGD, pura-pura bertanya pada dokter jaga untuk mengecek satu persatu kondisi pasien IGD. Dan saat tiba pada seorang pria korban kecelakaan dengan luka dalam di bagian kepala, Heru langsung tahu bahwa itu orang yang dimaksud Anya.

"Bagaimana kondisi pasien ini?"

Tanya Heru sambil menghampiri pasien dengan raut wajah dibuat khawatir.

"Lumayan parah dok, tapi sepertinya keluarga belum bisa dihubungi karena tidak ditemukan kartu identitas apapun di tubuh pasien..."

"Saya mengenalnya, dia masih kerabat saya, berikan pertolongan terbaik, saya yang akan bertanggung jawab dan mengurus administrasinya sampai keluarganya datang..."

"Baik dok..."

Heru lalu berjalan ke bagian administrasi untuk mengurus segala keperluan agar pasien bisa segera ditangani.

Setelah semua beres baru Heru menghampiri Anya yang sedang duduk menunduk di bangku tunggu pasien dengan wajah kuyu dan lesu.

"Pulang dan beristirahatlah, aku yang akan membereskannya, besok datanglah lagi kesini..."

Anya terkesiap. Tadinya dia mengantuk dan hampir tertidur di bangku karena terlalu lama menunggu.

"Benarkah?"

"Ya, kamu jangan khawatir..."

"Apa yang kamu katakan pada mereka?"

"Aku bilang dia kerabatku dan aku yang akan bertanggung jawab..."

"Terimakasih banyak..."

"Bantuan ini tidak gratis..."

"Berapa yang harus kubayar?"

"Uang yang ku keluarkan cukup banyak, mungkin kita bisa berkencan tiga belas malam tanpa bayaran? Bagaimana?"

"Tiga belas malam tanpa bayaran?"

"Aku bahkan mengeluarkan ratusan juta untuk operasi pria asing itu!"

"Baiklah, tiga belas malam, aku pulang dulu, besok aku akan kesini lagi untuk menjenguknya..."

"Baiklah, hati-hati di jalan...dan ingat aku hanya bisa membantumu sampai disini saja"

"Ya aku tahu, terimakasih banyak. Aku sendiri yang akan meminta maaf dan menghubungi keluarganya setelah dia sadar nanti .."

"Gadis pintar, pulanglah dan hati-hati dijalan, semoga kamu tidak membuat masalah lagi..."

Anya melangkah pergi tanpa menghiraukan Heru lagi. Begitu sampai dirumah kontrakannya Anya langsung jatuh tertidur sampai pagi.

Dan saat pagi tiba Anya kembali ingat akan pria asing yang ditabraknya semalam.

"Bagaimana keadaannya? Apakah operasinya berhasil?", gumam Anya pada dirinya sendiri.

Anya segera mandi dan bersiap, lalu pergi ke rumah sakit tempat pria asing itu di rawat.

Anya tiba dirumah sakit dan langsung bertanya pada petugas di mana pria asing itu dipindahkan.

"Operasi saudara Anton berjalan lancar, sekarang beliau sudah dipindahkan ke ruang perawatan tepatnya di ruang aster 3B...kondisi pasien stabil tapi masih belum sadarkan diri..."

"Saudara Anton?", Tanya Anya yang masih kebingungan.

"Ya, namanya Anton, masih berkerabat dengan Dokter Heru dan semalam Dokter Heru yang mengurus semua administrasinya, mungkin Nona bisa menghubungi Dokter Heru jika ingin bertanggung jawab atau menghubungi keluarga lainnya.."

"Oh, baiklah, terimakasih banyak informasinya..."

Anya lalu bergegas ke ruang dimana pria asing itu dirawat. Anya berharap semoga pria itu lekas sadar dan kondisinya segera pulih agar masalah ini cepat selesai dan dirinya bisa melanjutkan hidup dengan tenang.

Tapi saat sampai di ruangan yang dimaksud, Anya melihat pria asing itu masih tertidur pulas dengan berbagai alat penunjang yang masih menempel di tubuhnya.

"Maafkan aku tuan, semoga kau lekas pulih dan semua akan baik-baik saja...", lirih Anya berbisik di telinga pria asing itu.

Dalam hati Anya berjanji tidak akan mabuk lagi dan lebih berhati-hati dalam berkendara kelak.

Anya lalu beranjak menuju meja perawat di depan ruangan dan menanyakan seputar kondisi pria asing itu.

"Kondisi pasien cukup stabil Nona dan operasi tadi malam juga berjalan sukses, hal ini wajar terjadi. Nona berdoa saja agar pasien segera sadar..."

"Baik suster, terimakasih banyak..."

Mendengar hal itu Anya bisa sedikit tenang. Anya lalu kembali ke ruang perawatan untuk menunggui pria asing itu.

Sampai malam Anya masih menunggui pria itu dan tak berniat untuk pergi ke mana-mana sebelum pria itu sadar. Anya ingin segera tahu siapa sebenarnya pria itu dan segera menghubungi keluarganya. Pasti keluarganya sangat khawatir dan sedang mencarinya.

Anya hampir tertidur dengan posisi duduk di samping ranjang pria asing itu saat tiba-tiba ponselnya berdering.

Anya reflek mengangkatnya meski matanya masih terpejam.

"Selamat malam sayang, bisa kita bertemu malam ini?", sebuah suara yang amat dikenal menyapanya di seberang telepon.

"Aku masih dirumah sakit, pria yang kemarin kutabrak masih tidak sadarkan diri!", Jawab Anya jujur.

"Kau tak perlu menungguinya seharian sayang, ada perawat yang berjaga dua puluh empat jam, lagi pula dia kan bukan siapa-siapa mu bukan?"

"Ya, tapi untuk apa kita bertemu?"

"Tentu saja untuk menghabiskan malam bersama, kau tidak lupa kan berapa hutang yang harus kau bayar?"

"Kau gila! Apa hanya hal mes*m yang ada di pikiranmu? Pria ini bahkan belum sadarkan diri dan kau sudah menagih hutang! Aku tidak bisa, tidak sekarang Pak Dokter yang terhormat!"

"Ayolah sayang, kau tidak boleh menolakku seperti ini. Aku sedang membutuhkanmu sekarang..."

Anya menjauhkan ponsel dari telinganya dan mengabaikan apapun yang diucapkan Heru selanjutnya. Ada hal yang jauh lebih penting dari bualan lelaki mes*m di ujung telepon.

Anya melihat jemari pria asing itu bergerak perlahan. Juga kepalanya yang berusaha bergerak, lalu keluar suara pelan dari mulutnya.

"Uh..."

Anya tanpa sengaja menjatuhkan ponselnya dan berlari keluar menuju pos jaga perawat.

"Suster, pasien sepertinya mulai sadar, tolong segera diperiksa..."

Karena panik Anya sampai melupakan kalau di kamar pasien ada bel yang bisa digunakan untuk memanggil perawat.

Bab 3

Salah satu perawat jaga mengikuti Anya ke kamar perawatan, lalu melakukan beberapa pemeriksaan di tubuh pasien.

"Tunggu sebentar, biar saya panggilkan dokter dulu ya...", kata perawat itu dengan ramah.

"Baik Sus, terimakasih..."

Sepeninggal perawat itu, Anya lalu mengamati pria asing yang kemarin ditabraknya. Pria itu memejamkan matanya. Tapi terlihat hidungnya bergerak-gerak.

Sepertinya dia sudah sadar, tapi mengapa masih memejamkan mata? Apa dia hanya pura-pura?

Gumam Anya dalam hati.

Anya lanjut mengamati wajah pria asing itu. Kulitnya bersih, hidungnya mancung, garis wajahnya terlihat tegas. Terlihat seperti keturunan arab. Sedangkan badannya cukup tinggi, berisi, dan berotot di bagian tertentu. Cukup tampan, batin Anya menilai. Kalau melihat penampilannya yang bersih dan terawat, kemungkinan pria ini adalah anak orang berada.

"Permisi Nona..."

Sapaan dokter yang datang membuyarkan lamunan Anya.

"Silahkan dokter..."

"Apa anda wali pasien?"

"Ya...eh bukan...", Anya sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan dokter.

"Maaf, maksud saya...saya bukan keluarganya, tapi saya adalah orang yang menabraknya dan saya yang akan bertanggung jawab terhadap proses pengobatannya.."

"Baiklah, saya mengerti Nona, saya akan memeriksa kondisinya dulu..."

"Permisi tuan, apa anda sudah sadar?", Dokter bertanya sambil menepuk pundak pria itu.

Perlahan pria itu mulai membuka matanya, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dokter? apa yang terjadi? Dimana ini? kenapa kepala saya terasa pusing?"

"Tenanglah dulu, anda baru saja siuman setelah operasi besar, wajar jika anda masih merasa tidak nyaman..."

"Tuan? Apakah anda benar-benar sudah sadar? Siapa nama anda dan dimana anda tinggal? Aku akan menghubungi keluargamu segera, mereka pasti sangat khawatir..."

Tapi pria itu hanya diam sambil memegang kepalanya.

"Dokter, kenapa kepalaku terasa pusing...dan...bagaimana aku bisa berada disini, apa yang terjadi? Kenapa...kenapa aku tidak bisa mengingat apapun..."

"Tuan, tolong tenanglah dulu...sepertinya anda mengalami amnesia disosiatif, sebaiknya sekarang anda istirahat dulu, saya akan memberikan obat untuk meringankan sakit kepala anda, jangan berpikir terlalu berat dan jangan memaksakan diri untuk mengingat...nanti kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan..."

"Apa? dia amnesia? Apa nanti dia bisa mengingat lagi dok?", Anya bertanya dengan panik.

"Nona, tolong tenanglah dan jangan menekan pasien agar mengingat, saya tahu anda pasti ingin segera mengetahui identitas pasien, tapi untuk saat ini mari kita fokus pada pemulihannya terlebih dahulu..."

"Baiklah dok, terimakasih banyak.."

Setelah selesai dengan pemeriksaan yang dilakukan, dokter segera keluar dari ruang perawatan.

Sepeninggal dokter, pria itu kembali memejamkan mata sambil memegang kepalanya.

"Tuan, apakah sakit? tuan maafkan aku..."

Pria itu membuka matanya dan menatap Anya.

"Siapa kamu? Dan tolong jangan panggil aku tuan, itu terdengar tidak nyaman ditelingaku!"

"Baiklah tu..baiklah, lalu aku harus memanggilmu apa? Namaku Anya, aku adalah orang yang menabrakmu dan membuatmu seperti ini, maafkan aku..."

"Sudahlah, panggilah sesukamu asal jangan tuan, aku bukan majikanmu! Dan jangan terus meminta maaf. Itu memang kesalahanmu sudah menabrakku, tapi ini juga sudah takdirku, kau juga tidak sengaja menabrakku kan?"

"Baiklah..."

Setelah itu mereka hanya saling diam, hingga akhirnya Anya jatuh tertidur karena kelelahan. Dan pria itupun tertidur karena obat yang diberikan dokter. Anya sedikit merasa lega karena pria itu sudah sadar, tapi juga masih khawatir karena belum bisa menghubungi keluarganya.

Saat Anya terbangun, ternyata pria itu sudah bangun terlebih dahulu dan sedang berusaha meraih gelas di atas nakas.

Anya langsung berdiri dan berinisiatif mengambilkan gelas yang dimaksud lalu menyerahkannya pada pria itu.

"Terimakasih, tapi sebenarnya aku bisa melakukannya sendiri, hanya harus sedikit berusaha karena selang infus membatasi gerakanku. Lain kali tolong biarkan aku melakukannya sendiri, aku hanya hilang ingatan tapi tidak lumpuh..."

"Baik Tuan..."

"Dan jangan panggil tuan!"

"Baiklah, karena aku tidak tahu namamu dan kamu juga tidak tahu namamu sendiri, bolehkah aku memberimu nama?"

"Nama?"

"Yah, hanya nama sementara sampai ingatanmu kembali, kemarin temanku meminjam identitas seseorang untuk mengurus administrasimu, dan namanya adalah Anton. Jadi bolehkah mulai sekarang aku memanggilmu Anton?"

"Yah, terserah kau saja..."

Kemudian pria itu kembali tidur dan mengabaikan Anya.

Anya lalu memutuskan turun ke kantin untuk makan siang. Anya memesan semangkuk bakso, satu sanwich, juga dua gelas minuman dingin. Anya baru saja menyadari kalau perutnya lapar sekali. Dari pagi Anya belum sempat makan atau lebih tepatnya tidak berselera untuk makan karena masih memikirkan nasib pria asing yang belum sadarkan diri. Tapi setidaknya sekarang Anya tahu pria itu akan baik-baik saja meski hilang ingatan.

Anya menyantap baksonya dengam lahap juga menggigit sanwichnya dengan rakus, rasanya lumayan lezat, mungkin karena perutnya memang lapar.

"Anya!"

Seseorang memanggilnya dan tiba-tiba duduk disampingnya.

"Bagaimana bisa kau mengabaikanku begitu saja setelah aku menyelamatkan hidupmu hah? Dan sekarang aku menemukanmu sedang makan seperti orang kelaparan..."

"Maaf, ponselku mati setelah panggilan terakhirmu waktu itu..."

"Kau tidak melupakan hutangmu bukan? Jangan coba-coba untuk kabur, sebab aku takkan melepaskanmu begitu saja, sebelum kau melunasinya!"

"Untuk apa aku kabur? Semalam aku masih mengkhawatirkan pria itu, tapi sekarang dia sudah sadar, nanti malam mari kita bertemu, bagaimana? Nanti aku akan menghubungimu, jadi sekarang kau bisa pergi. Kamu tidak ingin ketahuan oleh rekan kerjamu bukan?"

"Baiklah, aku pegang kata-katamu, nanti malam mari bertemu ditempat biasa, dan ingat jangan mabuk saat menungguku! Aku tak akan membantumu kalau kau membuat masalah lagi, mengerti?"

"Mengerti, aku hanya meminta bantuanmu sekali ini dan lagi pula nanti aku akan membayarnya dengan tubuhku. Jadi kurasa, kau tak perlu besar kepala Pak Dokter yang terhormat!"

"Terserah kau mau bilang apa, aku pergi! Sampai jumpa nanti malam!"

Setelah Heru berlaku, Anya kembali melanjutkan acara makannya dengan damai. Setelah itu Anya membeli beberapa makanan ringan juga air mineral dan membawanya ke ruang perawatan.

Beberapa saat setelah Anya datang, pria itu terbangun.

"Kau masih disini?", tanyanya sambil menatap Anya.

"Ya, seperti yang kau lihat, aku masih disini, apa kau keberatan? Aku yang membiayai biaya perawatanmu dan aku yang mengurus semua keperluanmu..."

"Terimakasih banyak Anya, bukan begitu maksudku. Apa kau tidak punya pekerjaan atau urusan lain? Aku sudah sadar dan ada perawat yang berjaga, pergilah jika kamu ada urusan. Jangan terbebani karena keberadaanku. Kau sudah mau bertanggung jawab dan mengurusku saja aku sudah beruntung. Aku tahu banyak kejadian kecelakaan dimana pelaku kabur begitu saja, tapi kamu tidak!"

"Yah, itu sudah semestinya kulakukan, aku bukan pengecut yang akan lari begitu saja. Oh ya, nanti malam aku akan pergi, jaga dirimu baik-baik, makanlah dan minum obatmu, juga ikuti kata dokter. Semoga kau cepat pulih dan keluargamu segera menemukanmu..."

"Baiklah, kau juga...hati-hati di jalan dan jaga dirimu baik-baik Anya..."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!