Hai! Namaku Shella La Chow dan i'm Singaporean girl yang memakai aksen bukan singlish karena aku sempat study di Australia selama 4 tahun untuk perkuliahanku dan tentunya jurusanku hanyalah bidang bisnis. Pasti kalian bertanya kenapa hanya untuk kuliah bidang bisnis aku harus hingga pergi ke Australia bukan? Yes, tentunya nama belakangku "Chow" bukanlah nama biasa.
Aku, Shella La Chow lahir dari keluarga yang berada dan bisa dibilang "crazy rich". Keluargaku bergerak di bidang bisnis di seluruh Singapore dan tentu saja ada beberapa di negara lain. Sekian...
&&&
"Boss, penerbangan tinggal 3 jam lagi untuk sampai di Singapore." ucap Kyla, tangan kanan Aaron.
"Persiapannya sudah selesai?" tanya Aaron.
Aaron Diego Linden, seorang pengedar narkoba dan obat-obatan yang sukses di masa mudanya. Pekerjaan yang ia lakukan bukanlah pekerjaan ilegal karena beberapa negara memang menginginkan obat-obatan tersebut untuk menghukum para kriminal kelas atas dan *******.
Dalam perjalanannya menuju ke Singapore, ia tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis bar-bar yang mengumpatinya dengan aksen Australia. Awalnya Aaron kesal, namun ketika ia menunjukkan wajahnya yang kejam dan dingin itu, Shella sama sekali tidak takut kepadanya. Dasar gadis naif! Begitu pikir Aaron saat itu.
Bukan hanya memiliki bisnis pengedar, Aaron sebenarnya adalah gangster kelas atas yang dikenal dengan wajahnya yang kejam dan dingin.
Chow Family adalah keluarga konglomerat kelas atas di Singapore, bisnis yang mereka jalankan seluruhnya bersih. Berbeda dengan bisnis yang dilakukan oleh seorang Aaron Diego Linden yang sering kali menjadi buronan ******* dan kriminal kelas atas karena apa yang ia jual akan digunakan untuk mereka.
&&&
"Thanks, ma'am." ucap Shella La Chow kepada kepala pelayan di mansion Chow.
Shella pun masuk ke mobil dan diantarkan oleh supirnya ke salah satu perusahaan milik Chow Family. Karena tertarik di bidang fashion designer, ayahnya mengijinkan Shella untuk mendalami bidang yang diinginkannya.
Sampai suatu hari ketika ia seharusnya memesan Cold Brew, namun yang datang adalah Macchiato sehingga membuat Shella panas dingin dan memutuskan untuk pergi ke Coffee Shop dan mengajukan complain.
Damn! Shella dengan ekspresi kesalnya berjalan dengan cepat tanpa melihat siapapun dengan membabi buta sambil menekan layar ponselnya. Mengabari managernya karena jika ia tiba-tiba menghilang seperti tadi maka managernya akan menggila. As you know, satu-satunya putri dari Chow Family.
*BRUKK
Handphone yang digenggam Shella terbang dan jatuh mengenai trotoar sedangkan Macchiato nya masih dalam genggamannya namun separuh tumpah dan parahnya mengenai pakaian seseorang.
Sangat tinggi hingga Shella harus menghadapkan kepalanya ke atas. "****! I'm so sorry." ucap Shella sambil mengarahkan kepalanya untuk menengok sosok yang ditabraknya.
"Hmm.." ucap sosok itu lalu melewatinya tanpa mengatakan suatu apapun. "Tu-tunggu!" Shella tidak mampu menahan volume suaranya hingga sekarang ia dan sosok tinggi itu menjadi pusat perhatian.
"Ini." ucap Shella lalu segera berjalan menuju ke sosok tersebut dan mengeluarkan kartu namanya dan menyodorkannya kepada sosok itu. "Telepon aku untuk biaya laundrynya dan aku akan membayarnya." ucap Shella dan masih menunggu agar kartunya diterima.
"No need." ucap sosok itu dan.. karena Shella tau ia seharusnya bertanggung jawab. Shella pun menarik tangan pria tersebut.
"Hai, aku Shella. Kita akan ke mall sekarang. Ikuti saya." ucap Shella dengan bahasa formal karena ketika pria itu membalasnya, ia menggunakan bahasa dengan logat yang tentunya bukan singlish jadi Shella sebagai warga Singapore harus menjaga nama baik warga Singapore.
Anehnya pria itu mengikuti Shella ketika Shella menariknya, "dan kamu?" tanya Shella balik.
"Aaron." jawabnya singkat. Pria bernama Aaron itu menarik senyuman tipis melihat gadis didepannya yang bernama Shella ini tampak tidak mengetahui siapa dirinya dan tampaknya tidak takut dengan wajah menyeramkannya itu.
Awalnya Shella heran dengan tatapan di sekitarnya namun ia mencoba mengabaikannya karena bisa saja mereka aneh melihatnya menarik pria bernama Aaron ini dan ditambah tumpahan kopi itu.
"Oke. Kita kesini ya." ucap Shella dan mereka pun tiba di salah satu toko jas mewah dalam mall itu.
"Permisi.. Ah! Nona Shella! Apa yang membawamu kemar---" ucapan sang karyawan pun dipotong oleh Shella dengan terburu-buru.
"Hai! Aku butuh jas yang mirip dengan yang ia kenakan sekarang." ucap Shella, sebenarnya ia kurang nyaman karena karyawan itu mengenalnya sehingga ia memutuskan untuk buru-buru memotong ucapan karyawan itu.
"Baik, nona. Mohon tunggu sebentar ya." ucapnya langsung peka terhadap keadaan dan lalu meninggalkan Shella dan Aaron. Shella pun mengajak Aaron untuk duduk di ruangan VIP dan dirinya pun mengambil tisu lalu mengelap tangannya yang masih lengket akibat Macchiato.
Shella pun kemudian ikut duduk, hendak berbicara kepada Aaron namun ia teringat sesuatu dan merongoh jasnya. Mencari handphonenya. Barulah ia sadar bahwa handphonenya tadi sudah melayang dengan mulus di trotoar.
"Damn!" umpatnya dengan nada kecil. Dan Aaron yang sedari tadi duduk dan melihat sekitar ruangan pun menatap ke Shella. Aaron sadari ia seperti pria bodoh yang mengikuti seorang wanita namun ia tidak benci situasi ini karena Aaron yang biasanya berdiri di depan memimpin anak buahnya, berada di tengah dan menjadi pemimpin kini mengikuti seorang wanita yang berbaik hati membayarkan jasnya yang terkena kopi.
"Ah maaf, aku tidak mengumpatimu. Aku mengumpati diriku." ucap Shella dan mengalihkan tatapannya ke arah Aaron. Barulah ia sadar pria bernama Aaron yang duduk di sampingnya itu memiliki muka sanggar namun tampan dan tampak berwibawa. Shella yakin Aaron bukan orang Singapore, karena ciri khas wajahnya. Ketika masih menatap wajah Aaron, seorang manajer pun masuk dan membawakan rak jas gantung dengan beberapa jenis yang sama.
"Nona, ini pesananmu." ucap Madam Rose sambil mengerahkan asistennya untuk membantu mengambilkan salah satu jas.
"Sir... Aaron, jasmu.." belum selesai Shella mengucapkan itu, Aaron sudah otomatis membuka jasnya. Penurut sekali. Begitu pikir Shella. Walaupun sebenarnya Aaron sedari tadi tersenyum tipis memantau seluruhnya.
"Coba yang ini." ucap Shella lalu pelayan itu pun dengan segera mendekati Aaron namun ia terhenti karena muka sanggar Aaron yang sangat mengintimidasi.
Menyadari hal itu, Shella dengan segera mengambil jas itu dari pelayan dan membantunya memberikan kepada Aaron. Aaron pun dengan penurutnya memakai jas itu.
"Bagaimana? Apa anda suka? Atau ganti yang lain?" tanya Shella dengan ekspresi khawatir. Menurutnya Aaron sudah cocok bahkan lebih cocok dari jas sebelumnya namun sayangnya coraknya berbeda.
Karena Aaron tidak menjawab, Shella pun dengan segera berbalik dan berencana meminta Madam Rose untuk membuat custom jas yang mirip dengan punya Aaron sebelumnya namun sebelum ia bisa membuka mulutnya Aaron sudah menjawab.
"Suka." jawabnya singkat tanpa tersenyum masih dengan ekspresi datarnya.
&&&
"Bagaimana? Apa anda suka? Atau ganti yang lain?" Awalnya ia tersenyum miring namun ketika pertanyaan itu dikeluarkan oleh Shella dan bergema di pikiran Aaron tadinya karena dirinya tidak terbiasa dijaga oleh orang lain. Sebagai seorang ketua gangster, ia melakukan semuanya sendiri. Walaupun ia terkadang bermain dengan wanita namun itu semua hanyalah hiburan dan mereka pun menganggap demikian. Aaron tidak memiliki wanita yang menjaganya, lebih tepatnya ia menolak karena tau bahwa siapapun yang bersamanya akan berada dalam bahaya.
Akhirnya ketika sudah sadar, ia pun menjawab "Suka" tanpa sadar dan dirinya juga terkejut. Sudah lama sekali ia tidak menggunakan kata itu. Tentunya sebagai seorang gangster yang garang dan kejam tidak akan menggunakan kata suka dan disini ia menggunakannya pada wanita yang baru ditemuinya.
"Okey Madam, kami ambil yang ini." ucap Shella lalu menyodorkan black cardnya kepada Madam Rose.
Ketika melihat itu, Aaron sadar bahwa tampaknya Shella bukanlah wanita sembarangan dan itu membuatnya tersenyum semakin mendalam. Tentu saja seluruh senyumannya itu tidak ia tunjukkan di depan Shella.
"Untuk jas lamanya.. Apa kamu masih mau?" tanya Shella lagi. "Iya.. eh tidak." ucap Aaron karena dirinya sempat terpikat pada Shella yang sama sekali tidak terganggu dengan tampang garangnya. Sedangkan Madam Rose dan pelayannya sedari tadi tampak menghindarinya.
"Oke, tampaknya urusan kita sudah selesai. Maafkan saya sekali lagi untuk kejadian tad---" Kata-kata Shella terpotong ketika seseorang berdiri di belakang Aaron hendak memborgor Aaron.
"Anda ditangkap atas tuduhan pencurian wanita berinisial SL" ucap orang tersebut lalu tampak ekspresi terkejut Aaron dan ia pun dengan segera menghindar dan menjatuhkan polisi itu.
"Wait! Aku tidak dicuri. Ini salah paham. Siapa yang melaporkan itu?" tanya Shella keheranan. Inilah yang ditakutinya apabila ia hilang tanpa kabar.
&&&
Ketika selesai meyakinkan manajer dan polisi itu, ia pun meminta maaf lagi kepada Aaron dan mereka pun berpisah.
"Kyla." ucap Aaron dengan nada kecil. Dan sosok yang dipanggil pun muncul entah dari sisi mana. Mereka sedang berada di depan kantor polisi setelah berpisah dengan Shella tadi.
Aaron adalah gangster kelas atas sehingga tidak heran jika ada bodyguard yang mengikutinya namun kali ini tersembunyi karena ia sedang dalam misi. Menyelidiki alur kota Singapore ini.
"Iya boss." ucap Kyla begitu ia berada di depan Aaron. "Selidiki gadis itu." ucap Aaron sambil masuk ke mobil mewah yang baru saja tiba.
"Baik boss." ucapnya lalu masuk menutup pintunya dan masuk ke mobil sisi penumpang.
&&&
"Shella, please. Kemanapun kamu. Hubungi. Aku." ucap Grace dengan nada suara menyebalkannya itu. Grace adalah manajer Shella.
"Kamu masih ingat kan dulu kamu udah pernah hilang di Australia dan Chow Family sampe menghubungi gubernur Australia untuk mencarimu?" tanya Grace lebih ke mengingatkan.
"Iya iya." hanya itu jawaban Shella dengan nada malas. Grace dipercayakan Chow Family untuk menjaga Shella ketika bekerja sehingga mau tidak mau Grace harus menjalankan tugasnya dengan benar.
"Bagaimana kamu bisa seceroboh itu sampai lupa bahwa handphonemu tertinggal?" tanya Grace memastikan.
"Aku.. Argh... pokoknya mereka memberiku Macchiato padahal aku memesan Cold Brew. Jangan mengungkitnya lagi. Aku sudah mulai emosi." ucap Shella lalu berjalan masuk ke mobil. Grace memparkirkan mobilnya cukup jauh dari kantor polisi untuk menghindari wartawan yang bisa saja lewat dan melihat mereka. Tentunya reputasi Chow Family akan buruk jika diketahui baru keluar dari suatu kantor polisi.
Grace sendiri selain diutus menjadi managernya, ia juga sudah seperti ibu kedua Shella karena Shella masih kecil dibandingkan dengan usianya itu. Bayangkan, kau bisa kehilangan handphone hanya karena kau kesal kepada seorang barista yang tidak penting dalam hidupmu. Begitu pikir Grace, dan sebentar lagi ia akan mengeluh karena ia harus membuat laporan mengenai Shella.
Seberapa naifnya Shella, ia tetap memiliki intuisi yang kuat sehingga ia mampu mengetahui kapan ia berada dalam bahaya. Shella sendiri mengingat Aaron, pria misterius itu yang tadi berpisah dengannya. Setelah mereka tiba di perusahaan, Shella memutuskan mengabaikan ingatannya tentang kejadian barusan dan fokus pada pengeditan atas karyanya di komputer.
Sementara itu....
"Hah? Kakak? Mengikuti seorang wanita? Tidak mungkin hahahahaha. Kalau pun ada, aku ingin bermain dengannya." ucap seorang pria yang sedang berada di Finlandia dan barusan ia mendengar kabar dari Singapore.
"Tapi itu benar baby. Clinton baru saja melaporkannya." ucap seorang wanita dengan paras wajah yang cantik dan gaya rambut serta pakaian yang sexy.
"Benar begitu? Suruh Clinton awasi wanita singapore itu. Selidiki dia, aku penasaran wanita macam apa yang membuat kakakku terpana." ucap Benedict, adik laki-laki Aaron.
&&&
"Aku lelah, kita langsung pulang saja." ucap Shella begitu jam menunjukkan jam pulang kantor.
"Tidak bisa, kau kan sudah berjanji akan menemui calon yang dipilih ayahmu." bantah Grace sementara itu mengecek Ipad yang berisi jadwal Shella.
"Tapi aku capek, kau sendiri tau aku tadi siang baru mendapat masalah. Aku tidak mau mengacaukan kencan buta itu." ucap Shella masih keras kepala.
"Shella. That's not blind date. Itu calon yang dipilih ayahmu." ucap Grace menjelaskan dan tentu saja Shella tidak ingin mendengarnya.
"Bagiku itu kencan buta karena aku tidak dapat memilih pasanganku." balas Shella.
"Setidaknya ayahmu tidak sembarangan menjodohkanmu. Ia memilih salah satu keluarga konglomerat dari Singapore." jelas Grace sambil membujuk agar Shella menghadiri acara yang sudah disiapkan pemimpin Chow Family.
"Baik.. baikk kepalaku sakit. Berhenti berbicara. Aku akan pergi tapi kalau aku bosan aku langsung pulang." bantah Shella dengan nada keras. Sebenarnya suara Shella bahkan lebih keras daripada suara Grace.
Grace pun menghela nafasnya sedikit lega, ia sebenarnya juga merasa paman Ken, ayah Shella terlalu terburu-buru menyiapkan calon untuk Shella. Shella masih terlalu kekanak-kanakan. Lebih tepatnya keras kepala karena tidak suka diatur. Tentu saja tidak.
Di usia 24, semua orang akan merasa sudah dewasa dan tentu saja ingin memilih dan menentukan jalan hidupnya sendiri.
"Nona! Selamat datang kembali, Tuan dan Nyonya hampir selesai. Nona juga harus segera---" ucap Dorris, kepala pelayan yang mengambilkan tas Shella dan menyambutnya ketika ia tiba di mansion.
"Iya iya, katakan pada mom dan dad untuk menungguku." balas Shella dengan malas. Dorris dan Grace sama saja suka mengomel dan Shella sudah lelah seharian diomeli Grace.
"Baik nona, saya akan menyuruh pelayan lain untuk membantu nona." ucap Dorris lalu segera pergi.
Setelah supir mengantar Shella, supir itu pun mengantar Grace pulang sehingga kini Shella dengan malasnya berjalan ke kamarnya dan belum sempat itu duduk, beberapa pelayan sudah izin masuk ke kamarnya untuk menyiapkan dirinya.
Shella memakai dress biru dongker dengan model sabrina yang menawan. Dress itu tentunya dipilihkan oleh ibunya, Mari sehingga memberikan nuansa yang sangat elegan dan feminim.
"Mom dad, aku tidak ingin lama-lama karena aku lelah sekali." mohon Shella kepada kedua orang tuanya ketika mereka berkumpul di ruang tengah dan hendak berangkat.
"Tidak bisa begitu. Shella, ini kan acaramu." ucap Mari sambil tersenyum. Senyuman menawan dan elegan yang dikeluarkan Mari Esmeralda La Chow yang dahulunya merupakan model dari Inggris yang menikah ke Chow Family.
"Tapi ini kencan buta. Aku bahkan tidak tau siapa itu Jimmy." bantah Shella dan kali ini ia menunjukkan sikap manjanya.
"Sudah.. sudah. Kalau Shella tidak suka, dad akan membatalkannya nanti." ucap Kendrick La Chow, ayah Shella sambil tersenyum lembut. Kendrick sangat mengasihi Shella.
"Tapi setelah kamu pergi dan bertemu dengan putra keluarga Tan ya." ucap Kendrick dan Shella pun sudah tidak tega melawan ayahnya karena ayahnya sudah tersenyum manis.
Kendrik adalah cinta pertama Shella dan tidak ada yang bisa menggantikannya sehingga mau tidak mau Shella mengikuti keinginan ayahnya.
"Oh iya Shella, catat baik-baik namanya bukan Jimmy tapi James!" ucap Mari dengan sedikit menekankan sambil menggelengkan kepalanya karena Shella bahkan tidak mengingat nama lelaki yang akan ditemuinya nanti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!