“Oh, tidak! Apa yang terjadi! Kiper dari tim SMP Bina Karya harus kebobolan yang kelima kalinya dalam pertandingan babak pertama ini!” Sang komentator nampak merespon dengan kasihan.
Di lapangan, seorang pemuda bernomor punggung 1 dengan nama Reza Kusuma harus menatap bola yang bergulir di dalam gawangnya untuk kelima kalinya, rekan setimnya datang dengan mencaci-makinya.
“Woe! Kiper apaan kau! Ini baru pertandingan babak pertama!” Pemain bernomor punggung 4 bernama Haikal.
“Maaf, saya kurang fokus,” jawab Reza sembari menundukkan kepalanya.
“Sialan!”
Pertandingan dimulai kembali dengan kick-off oleh SMP Tunas Bangsa dengan skor yang seperti tak dapat digapai lagi, 5-0.
Beberapa menit kemudian, peluit tanda berakhirnya babak pertama dibunyikan. Semuanya turun minum, sedangkan di ruang ganti SMP Bina Karya, Reza nampak menyendiri dengan menenggak air minum sebanyak mungkin.
Pikirannya kosong, dia benar-benar menjadi beban tim sepakbolanya yang berlaga di turnamen antar SMP se-Kota Palu, Sulawesi Tengah. Reza sendiri hanya bisa menunduk lesu sementara rekan setimnya menatapnya benci.
Situasi ruang ganti SMP Bina Karya sangat suram, berbanding terbalik dengan ruang ganti SMP Tunas Bangsa. Di sana mereka tampak bahagia, bahkan pelatihnya sama sekali tak memberi arahan, dia hanya memberi mereka tiga kata saja.
“Buat gol lagi.”
15 menit istirahat, semuanya sudah berkumpul kembali di lapangan. Pelatih SMP Bina Karya hanya menginstruksikan untuk terus menyerang mau berapa banyak gol yang bersarang dibawah mistar yang dipimpin Reza.
Aura dari sisi lapangan sebelah kiri nampak menakutkan, kesuraman mereka membuat beberapa penonton dan pemain lawan merinding. Situasi tim SMP Bina Karya sudah tak ada harapan lagi setelah kiper mereka harus memungut bola yang kelima kali dari gawangnya sendiri.
Kick-off babak kedua dimulai, bola dimulai dari kaki pemain bernomor punggung 10, Ramdani dari tim SMP Bina Karya. Ramdani mengumpan ke pemain sayap kiri yang nampak berlari ke depan tanpa kawalan.
“Yusuf!” Bola melambung membentuk parabola yang indah.
Yusuf, pemain bernomor punggung 11 berlari dan meraih bola. Kontrol bola yang sangat baik dia pertunjukkan, dia berlari hingga mendekati kotak penalti lawan. Di sana dia dikawal oleh 3 orang sekaligus.
Di tengah kebuntuan pergerakan, dari sudut matanya dia melihat rekannya bernomor punggung 20 berlari di sampingnya, sontak dia melakukan umpan backheel yang langsung disambar Cipto.
“Woww! Umpan backheel yang manis dari Yusuf disambar oleh Cipto. Dia berlari menghindari tekelan dari Nabil, pemain bertahan SMP Tunas Bangsa!”
Cipto mulai memasuki kotak penalti. Ini dia, serangan cepat setelah kick-off yang hanya memanfaatkan 3 pemain saja. Cipto kemudian melakukan cutting inside dengan menggeser bola menggunakan kaki kiri bagian dalam kemudian menggiring bola menghindari tekelan berbahaya dari bek lawan.
Cipto kemudian menendang bola menggunakan kaki kanan bagian dalam, bola melengkung indah dan tepat masuk dipojok kanan atas gawang yang membuat kiper SMP Tunas Bangsa, Rey, hanya mati langkah.
Gol perayaan tak ada, Cipto langsung mengambil bola dan meletakkan di titik tengah lapangan. Gol cepat setelah kick-off membuat semuanya terkejut. Game on! 5-1.
Kick-off kemudian dilakukan oleh SMP Tunas Bangsa diawali dari kaki Fahri. Dia mengumpan ke belakang. Muncullah umpan-umpan pendek diantara pemain Tunas Bangsa, membuat pemain Bina Karya kesulitan mengambil bola.
Reno, pemain bertahan Tunas Bangsa melihat rekannya berdiri bebas jauh di depannya. Sontak dia melakukan umpan lambung yang terukur, tanpa kawalan, Ferdinan berlari bebas mendapatkan bola dan mendekati kotak penalti.
Tak mau kebobolan lagi, 3 pemain bertahan sekaligus dari Bina Karya mendekati Ferdinan. Sayang, Ferdinan dengan kelihaiannya melakukan umpan terukur ke tengah yang disambut tendangan first time oleh Bagas, penyerang Tunas Bangsa.
Tendangannya melesat bagai roket menghujam gawang Bina Karya sekali lagi, Reza yang tak bisa apa-apa hanya mencoba melompat dengan merentangkan tangan kanannya. Namun, usahanya sia-sia, bola lebih cepat dari refleksnya.
Hat-trick bagi Bagas!
Penonton berseru, pertandingan kali ini dihujani oleh banyaknya gol tercipta. Tak lepas dari ketidakpiawaian seorang Reza di bawah mistar gawang.
Bagas melakukan selebrasi bersama rekan-rekannya. Kali ini, Bina Karya benar-benar tamat riwayatnya.
Menjadi tim Underdogs, tim lemah diantara tim kuat lainnya. Binar Karya sendiri berada di dalam grup neraka bersama 3 tim kuat lainnya. Turnamen ini sudah tak ada harganya bagi SMP Bina Karya.
“Nampaknya Bina Karya telah berakhir, pertandingan ini hanyalah pertandingan mengecewakan bagi mereka. Tak ada harapan lagi untuk masuk enam-belas besar, Bina Karya bertengger di posisi terbawah dengan delapan belas kebobolan dan hanya dua mencetak gol, tentunya tiga kekalahan beruntun.”
...……...
Pertandingan telah usai, dengan skor telak 8-1. Benar-benar hari sial bagi SMP Bina Karya. Turnamen yang menurut mereka sebagai acara sebelum kelulusan harus berakhir menyedihkan.
Reza Kusuma, seorang kiper yang harus kebobolan 20 gol selama turnamen ini diselenggarakan, sekaligus dicap sebagai kiper gagal oleh banyak orang.
“Sana kau! Lebih baik kau berhenti sebagai kiper.” Haikal membuka suara di tengah keheningan ruang ganti SMP Bina Karya.
Sebagai tuan rumah, tentu mereka sangat malu. Apalagi di lapangan mereka sendiri, tak ada lagi tim tuan rumah dibabak 16 besar.
“Tapi 'kan sa–”
Bug!
Tinjuan mendarat di wajahnya yang tertekuk lesu itu, membuatnya terhempas ke belakang seraya meringis kesakitan.
“Kelulusan kali ini, awas aja kau nunjukin wajah!”
Semuanya bubar begitu saja, bahkan pelatih kiper yang susah payah melatih Reza pergi begitu saja sembari menggelengkan kepalanya dengan kecewa. Ternyata hasil anak didiknya tak membuahkan hasil, malah memperburuk nama SMP Bina Karya dikancah sepakbola.
Tertinggallah Reza sendirian di sana dengan air mata yang mengalir tanpa henti. Cita-citanya untuk menjadi kiper legendaris harus pupus baginya, setelah dicap sebagai Kiper Gagal.
“Maafkan saya, inspirasiku, Tuan Lev.”
Reza berdiri dengan gontai kemudian menuju pintu keluar, sebelum dia membukanya, Reza menatap ke belakang. Mengingat kembali awal kedatangannya sebagai kiper yang digadang-gadang akan bersinar di SMP Bina Karya.
Namun, itu semua pupus setelah matanya memiliki gangguan penglihatan, alias rabun jauh. Dia semakin buruk ketika dia sebagai kiper utama di kelas 3 SMP.
“Reza, cita-citamu berakhir.” Hanya itu yang dia ucapkan.
Reza membuka pintu dan berjalan gontai tak memerdulikan sekitarnya. Beberapa siswa sekolahnya menatapnya benci. Sekarang, siapa yang tak tahu Reza? Kiper Gagal.
Reza berjalan menuju kelasnya, di sana, meja belajarnya habis dikotori oleh teman sekelasnya. Dia bahkan dilempari sampah oleh temannya yang masih berada di sana.
“Kiper gagal!”
“Huuu! Beban!”
Reza hanya bisa berdiam diri tak dapat membantahnya. Diawali dia disegani karena mereka yakin Reza akan meneruskan kehebatan kiper terdahulu SMP Bina Karya, tetapi harapan itu hilang ketika Reza terpilih sebagai tim utama.
Reza mengambil tasnya, kemudian berjalan keluar kelas begitu saja. Sepertinya, hari kelulusannya besok tak akan dia hadiri, ketika dia hadiri, kemungkinan besar dia akan dipermalukan di depan banyak orang dengan dicap sebagai Kiper Gagal ciptaan SMP Bina Karya!
...……...
Dalam perjalanan pulangnya dengan berjalan kaki, dia hanya menunduk lesu. Reza bahkan tak melihat motor yang hendak menabraknya. Alhasil, Reza terserempet dan menghantam kerasnya aspal.
Kepalanya terbentur. Rasa sakit tak terbendung, langit menjadi gelap dan akhirnya Reza tak sadarkan diri ditinggalkan si penabrak.
...----------------...
...Arc 1 Start...
...Youth Tournament Sesi I...
Reza terbangun di tempat tidur. Kepalanya diperban, matanya nampak melirik ke sana kemari. Aroma rumah sakit tercium jelas oleh hidungnya.
Reza melirik ke kanan, seorang wanita paruh baya sedang menangis sesenggukan. Rambut hitam panjangnya terlihat lepek. Wajahnya yang cantik tertutupi oleh tangisan sesenggukannya.
“Ibu?” Suara parau Reza menyadarkan wanita paruh baya tersebut.
Citra, ibu Reza sontak langsung tersadar dan memeluk anak tersayangnya itu. Pelukannya benar-benar erat hingga Reza sulit bernafas.
“Bu! Eca sesak!” Reza meraung kesakitan.
“Ahaha, anak bunda sadar, yaa? Syukurlah!”
“Hmm … Ibu lihat ini?” Reza menunjuk ruang hampa di depannya.
Citra memasang raut wajah iba. Dia sangat tahu, seorang yang baru sadar 5 hari setelah tak sadarkan diri pasti akan berhalusinasi. Maka dari itu, Citra hanya menggelengkan kepalanya kemudian berdiri.
Citra berkata, “Ibu panggil dokter dulu yaa!” Citra kemudian keluar dari ruangan meninggalkan Reza.
Reza kemudian terkejut, sebab sebuah layar hologram berwarna biru benar-benar tak dilihat oleh ibunya. Di layar itu terdapat sebuah tulisan.
[Pesan belum dibaca : 1]
Reza menggelengkan kepalanya dengan cepat, sembari mengedipkan mata beberapa kali dan juga mengusapnya. Reza membuka matanya, tetapi layar itu tak kunjung menghilang dari pandangannya.
“Apaan nih?” Reza terlihat ingin menyentuhnya.
Ketika ia menyentuhnya, sebuah layar baru terbentuk menampilkan pesan yang belum dibaca. Pesan itu sangat panjang hingga Reza terlihat tak mengedipkan matanya beberapa saat.
“Panjang.”
Reza membacanya, entah dia percaya atau tidak, tetapi perasaannya sendiri terlihat membaik bahkan ada harapan yang telah pupus.
...[Yang terhormat, Tuan Rumah, Reza Kusuma. Karena cita-cita Tuan Rumah ingin menjadi Kiper Legendaris, maka Sistem Sepakbola bagian Kiper Legendaris mendapatkan Tuan Rumah.]...
...[Atas tekad Tuan Rumah yang sudah pupus, maka Sistem mencoba mengembalikan tekad Tuan Rumah dengan menghadiahkan Kartu Atribut Kiper Legendaris Russia milik Lev Y.]...
...[Sistem berharap Tuan Rumah dapat mengasah kemampuan tersebut. Setiap waktu, Sistem akan memberitahu apapun yang bisa diberitahu selama itu masih dalam jangkauan Sistem.]...
Reza selesai membacanya. Satu kata yang membuatnya tertegun, yaitu Sistem. Menurutnya, mana ada sistem di dunia nyata seperti yang pernah dia lihat disebuah buku yang dibaca oleh teman sekelasnya.
Namun, Reza juga mau tak mau harus mencoba mempercayai kenyataan itu, sebab harapannya seketika menyala kembali di tengah kegelapan keputusasaannya. Bagi dia, harapan atau cita-citanya lah yang menjadi harapan hidupnya.
“Hmm … Kartu Atribut?”
...[Ya, Kartu Atribut dapat didapatkan dari Misi Sistem!]...
Sontak suara datar layaknya robot terdengar di telinga Reza. Dia melirik ke kanan dan kiri, tetapi tak ditemukan siapapun di sana, hanya dirinya sendiri.
...[Suara Sistem berasal dari lubuk hati, Tuan Rumah.]...
Reza hanya menarik nafas panjang. Kejadian ini begitu cepat, dia cukup sulit menerima kenyataan yang tak dapat dinalar oleh akal sehat, secara Reza juga ingin memikirkanya memakai logika. Namun, tak mampu.
Reza kemudian bertanya kepada suara tersebut. “Sebenarnya darimana kamu?”
...[Tuan Rumah tidak berwenang menerima informasi tersebut!]...
Reza mendengus kesal. Mata hitamnya melirik tajam pintu ruangan. Pikirannya sekarang sedang berimajinasi.
“Baiklah, terus apa yang bisa saya lakukan?”
...[Sistem Sepakbola : Kiper Legendaris memiliki beberapa fitur diantaranya sebagai berikut : ]...
...[ 1. Fitur antarmuka pengguna...
...2. Fitur Misi]...
Reza terdiam beberapa saat. Menurutnya, fiturnya sangat sedikit dari apa yang diterangkan oleh Sistem sendiri. Reza juga tak habis pikir dia harus percaya dengan sosok yang wujudnya saja tak terlihat.
“Antarmuka pengguna, yaa?”
...[Memunculkan Antarmuka Pengguna!]...
...[Nama : Reza Kusuma]...
...[Umur : 15 tahun]...
...[Profesi : Kiper]...
...[Level : 1 (0/10)]...
...[•Keterampilan•]...
...[Kekuatan: 60]...
...[Stamina: 70]...
...[Akselerasi: 40]...
...[Kecepatan: 60]...
...[Lompatan: 70]...
...[Fleksibel: 70]...
...[Tangkapan: 65]...
...[Tekel: 40]...
...[Dribbling: 20]...
...[Kontrol bola: 40]...
...[Umpan jauh: 70]...
...[Umpan pendek: 60]...
...[Tembakan: 40]...
...[Kekuatan menembak: 60]...
...[Akurasi: 65]...
...[Kurva: 40]...
...[Tendangan Penalti: 20]...
...[Kesadaran taktis: 30]...
...[Visi permainan: 90]...
...[Refleks: 60]...
...[Penyelamatan: 60]...
...[Pertahanan: 40]...
...[Lemparan: 60]...
...[•Penyimpanan•]...
...[- Kartu Atribut Lev Y.]...
Reza hanya menganga lebar melihat kemampuannya yang hanya rata-rata. Kemampuan tertingginya hanyalah Visi permainan yang sangat luas. Memang benar, Reza mempunyai visi bermain yang luas.
Namun, visinya itu dia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Reza hanya bisa terdiam sembari melihat kartu Atribut milik sang inspirasinya, Lev Y.
“Apa digunakan, gitu caranya?”
...[Menggunakan Kartu Atribut Lev Y.]...
...[Kemampuan diperbaharui: ]...
...[Lompatan: 70 >> 90]...
...[Fleksibel: 70 >> 89]...
...[Tangkapan: 65 >> 95]...
...[Refleks: 60 >> 98]...
...[Penyelamatan: 60 >> 90]...
...[Pertahanan: 40 >> 80]...
...[Kontrol bola: 40 >> 75]...
...[Kesadaran taktis: 30 >> 80]...
Reza benar-benar terkejut. Sontak dibenaknya tertanam ribuan gerakan sempurna dari semua kemampuan milik Lev Y. Tentu Reza merasakan pusing bagai sehabis menaiki roller coaster.
“Hump! Ra-rasa muntah!” Reza hanya menahan dengan menutup mulutnya.
Reza berakhir pingsan kembali karena tak tahan dengan kondisinya yang benar-benar memusingkan. Dunia seperti terputar kayaknya diguncang gempa skala besar.
Sementara itu, Citra dan seorang dokter beserta perawat datang. Di sana mereka mendapati Reza yang tak sadarkan diri.
“Hmm … kondisinya baik, mungkin dia masih merasa kelelahan, maka dari itu dia kembali tak sadarkan diri. Kemungkinan dia sadar beberapa jam lagi.” Setelah dokter memeriksa Reza, Citra kembali tenang.
Sekarang Citra hanya duduk di samping ranjang Reza sambil setia menunggu sadar anaknya tercinta. Citra sesekali melihat informasi sekolah yang tepat untuk anaknya.
Citra juga sudah mengetahui bahwa anaknya menjadi beban di tim sepakbola SMP Bina Karya, tetapi dia hanya bisa memakluminya. Citra tak ingin membebani anaknya, maka dari itu, dia mencari sekolah yang tak ada klub sepakbolanya.
Namun, semua sekolah memiliki klub sepakbola. Akhirnya, Citra hanya memilih sekolah terdekat dari rumah mereka, yaitu SMA Harapan. Sekolah ini juga memiliki salah satu klub sepakbola terbaik se-kota Palu, bahkan pernah hampir menjuarai turnamen se-provinsi Sulawesi Tengah, tetapi harus ditekuk oleh SMA Jaya Bangsa asal Luwuk.
“Semoga kamu mengerti keadaanmu yang seperti itu yaa,” gumam Citra sembari meneteskan air mata kasih sayang seorang ibu.
...……...
Tahun ajaran baru, 2022/2023. Tahun dimana semua siswa akan bersekolah dengan bahagia, ada yang sekolah tingkatan baru, ada yang naik kelas dengan bahagia. Reza demikian, dia pamit dengan ibunya.
Reza sendiri lulus tes di SMA Harapan sebab bidang akademik serta olahraganya cukup memuaskan, walaupun terbilang standar juga. Reza pergi sekolah dengan berjalan kaki.
“Hmm … sistem? Apa tak ada misi?” Reza sudah cukup akrab dengan Sistem.
Sistem sendiri sejak Reza sadar dari pingsannya dan pulang ke rumah, dia mendapatkan misi terus menerus dari Sistem, dan itu hanya untuk menambah kemampuannya.
...[Misi terdeteksi!]...
...[Masuk ke klub Sepakbola SMA Harapan dan menarik perhatian!]...
...[Hadiah: Kartu Atribut Lionel M.]...
...[Hukuman: Sistem akan menghilang]...
Sudut bibirnya berkedut, nafas kesal dikeluarkan. Reza berkata, “Kenapa harus saya tanya sih?”
Sekarang Reza ditugaskan untuk memasuki klub sepakbola SMA Harapan, serta menarik perhatian. Reza sendiri harus memutar otak bagaimana caranya menyelesaikan misinya tersebut.
Ada untungnya juga dia menyelesaikan misi ini, dia akan mendapatkan kartu Atribut menakjubkan kembali setelah Lev Y. saat pertama kali mendapatkan Sistem.
Reza telah sampai di sekolahnya dalam kurun waktu 10 menit saja. Di sana dia mendapatkan bangunan sekolah yang megah, ada beberapa tingkat. Terdapat lapangan sepakbola lengkap dengan tribun yang dapat menampung 2000 orang, ada juga gedung badminton, gedung bola basket, serta gedung bola voli.
Sekolah ini memang diperuntukkan untuk siswa yang memiliki minat dibidang olahraga. Namun, sekolah ini juga masih menerima siswa biasa saja yang mampu diakademiknya.
Reza kemudian diarahkan oleh beberapa siswa lainnya yang menggunakan almamater ala anak OSIS, berwarna abu-abu.
Di lapangan upacara, murid baru dikumpulkan dengan tujuan untuk perkenalan sekaligus para senior klub olahraga berminat atau tidaknya merekrut anggota baru.
Setelah kata pembuka dari kepala sekolah SMA Harapan, Cahyono. Sontak para senior klub berbagai macam olahraga berhamburan untuk membagikan brosur perekrutan klub masing-masingnya.
Reza mengangkat tangan ketika pemegang brosur sepakbola mendekati barisannya. Reza meraih brosur tersebut dengan mata yang berbinar-binar. Ini adalah pilihannya, yaitu kembali mencoba menjadi pemain profesional.
“Matamu bagus juga.” Seorang siswa tahun ketiga, memakai sarung tangan kiper mendekati Reza.
“Huh?!”
“Ya? Pasti kamu mengetahuiku, Riyandi, kiper utama tim sepakbola SMA Harapan.” Riyandi memperkenalkan diri kemudian pergi begitu saja.
Perkenalan super singkat itu sedikit membuat Reza tertegun di tengah keramaian barisan. Dia tidak menyangka, kiper terbaik sekolahnya datang menghampirinya dengan memujinya lagi. Benar-benar hari pertama yang menakjubkan.
“Tapi … tunggu dulu! Saya baru menyadarinya! Mataku sudah tidak rabun!” gumam Reza seraya menatap tulisan jauh di sana yang benar-benar jelas.
Sistem. Hanya satu kata itu yang berada dibenak Reza. Tentunya dia sangat berterima kasih kepada entitas asing yang entah darimana datangnya dan mendiami tubuh dan pikirannya.
Reza kembali benar-benar bertekad untuk meraih cita-citanya sebagai Kiper Legendaris yang berasal dari Indonesia. Tak dapat dipungkiri, brosur di tangannya lah yang akan menjadi bukti keseriusannya.
...……...
Reza saat ini menuju gedung klub sepakbola. Karena hari ini adalah hari pertama sekolah, maka sekolah memberikan keringanan untuk siswa baru dapat mendaftar ke klub olahraga yang mereka minati.
Salah satunya Reza, saat ini dia sedang memegang brosur perekrutan dengan antusias sembari menunggu antrean super panjang di depannya, bahkan di belakangnya masih ada kerumunan siswa lainnya.
“Pesaing segini banyak, saya bisa apa jika belum ada sistem? Semoga ketika kemampuanku bertambah berkat sistem, saya bisa lolos!” gumamnya.
Sejam menunggu, akhirnya Reza mendapatkan giliran untuk memberikan brosur perekrutannya. Di depannya, kiper terbaik SMA Harapan, kapten terbaik, gelandang serang terbaik, bek terbaik, penyerang terbaik berkumpul.
“Owh, kamu kiper yaa?” Yang lebih dahulu membuka suara adalah Riyandi.
“Iya, Kak!” jawab lantang Reza.
“Tinggimu 175 cm, rentang tanganmu cukup luar biasa, kemudian … prestasimu belum ada yaa?” Sekali lagi Riyandi yang berbicara. Reza hanya mengangguk ragu.
Sementara itu, rekannya hanya diam. Kali ini untuk pertama kali, kiper yang mendaftar. Selama kurang lebih 50 siswa, mereka semua rata-rata penyerang dan juga pemain tengah; gelandang, serta sedikitnya 5 orang pemain bertahan.
“Baiklah, kamu akan ikut tes bersama yang lainnya.” Brosur perekrutan dicap setuju oleh Riyandi langsung.
Riyandi sendiri cukup antusias bahwa akan ada penerusnya. Namun, dia sangat tahu identitas Reza sendiri. Kiper gagal SMP Bina Karya, tetapi dia terlebih dahulu membuang pendapat itu, dia ingin sekali lagi mencoba kemampuan Reza.
Reza akhirnya memiliki kesempatan menunjukkan bakat yang dia asah selama sebulan belakang bersama sistemnya. Sistem sebenarnya tak berkutik banyak, hanya menyediakan metode pelatihan untuk Reza, selebihnya Reza lah yang mengasah kemampuan barunya, yaitu kemampuan inspirasinya sendiri, Lev Y.
...……...
Lapangan sepakbola dipenuhi oleh antusiasme paling banyak dibanding gedung olahraga lainnya. Karena para siswa baru berpikir mereka akan menjadi penerus para pemain terbaik SMA Harapan.
“Reza Kusuma!”
Giliran Reza yang akan dites dalam tes khusus yang dilaksanakan langsung oleh kiper Riyandi bersama Bagus, penyerang terbaik sekaligus topscorer Youth Tournament, tahun 2021/2022.
Reza akan diuji seberapa baik dia memimpin dibawah mistar gawang. Tentunya tak akan mudah. Siswa lainnya menunggu juga, menunggu kiper terbaik yang lahir dari sekolah mereka.
Reza bersiap dengan sarung tangan kipernya yang dia miliki, pakaian jersey bertuliskan Lev Y. di punggungnya.
Memang sedikit yang mengetahui nama tersebut, tetapi bagi sebagian orang mereka akan tahu legenda kiper Russia tersebut.
“Baiklah, Lev Yashin, tahan 10 tendangan dari penyerang terbaik itu.” Riyandi mencoba mengganggu mental Reza.
Namun, Reza yang telah melatih dirinya bersama sistem tak akan goyah. Dia memperkuat kuda-kuda nya di depan mulut gawang, tangannya melebar ke kanan dan kiri, matanya fokus.
“Heh! Nampaknya Lev Yashin telah bereinkarnasi!” Atensi Riyandi naik.
Bola yang tersebar di berbagai macam titik harus diselamatkan Reza jika ia ingin lolos. Pertama, Bagus berdiri di bola yang tepat di titik penalti.
Bagus lantas langsung mengambil ancang-ancang dan memindahkan gravitasi ke kaki kirinya sebagai tumpuan, ayunan keras kaki kanan membawa bola melesat bagai torpedo ke sudut kiri atas gawang.
Reza melihat gerakannya!
Bagai elang yang terbang tinggi, dia melompat dengan memberatkan gravitasi di kedua kakinya kemudian ditolaknya. Dia melayang, tangannya terjulur ke arah datangnya bola. Reza menepis bola dengan penyelamat melayangnya untuk pertama kali.
Bola melambung ke udara menghindari untuk memasuki gawang yang dikawal Reza.
Lantas penyelamatan menakjubkan Reza membuat semua siswa tertegun, bahkan ada beberapa guru serta pelatih sepakbola SMA Harapan hanya bisa menelan ludah mereka.
“Ahahaha! Itu dia! Dia adalah Lev Yashin terbaru!” teriak Riyandi sangat gembira.
Bagus tak mau kalah, dia langsung berlari ke luar kotak penalti dan mengincar bola tepat di sudut kotak penalti sebelah kirinya Reza. Dengan ancang-ancang terbaiknya, Bagus berlari dan menendang bola memakai kaki kiri bagian dalam.
Bola melesat membentuk kurva menakjubkan. Kurva terbentuk, melengkung bagai busur menyasar sudut kiri atas gawang yang dipertahankan Reza.
Sontak Reza kembali melompat dengan sigap sembari merentangkan tangan kirinya. Dia melayang! Reza kembali menepis tendangan menakjubkan itu. Reza jatuh dengan pendaratan sempurna.
“Saya tidak tahan kalau itu,” ucap Riyandi kepada Rizal, gelandang serang terbaik yang berada di sampingnya.
Penyelamatan kedua Reza membuat tepukan tangan dari semua orang yang berada di sana. Reza benar-benar membuktikan dirinya bahwa layak ada di SMA Harapan, sekolah olahraga bergengsi.
Bahkan ada teman seperjuangannya di SMP Bina Karya yang masuk ke SMA Harapan hanya bisa tertegun melihat Reza memiliki penyelamatan gemilang macam itu.
Darah Rizal naik seketika ketika tendangan kedua Bagus dapat dibendung Reza. Dia berlari dan langsung menendang bola berjarak 24 meter dari gawang secara first-time.
Bola membentuk busur indah membelah udara. Suara desingan terdengar dari tendangan super kuat milik Rizal, gelandang serang.
“Woahah! Ini bola sulit sih!” gumam Reza.
Namun, dia pantang menyerah. Dia pusatkan gravitasi di kakinya, kemudian dengan tolakan keras dia melompat dan melayang ke kanan sembari merentangkan tangan kanannya sejauh mungkin. Bola mengikis jarinya, tetapi itu dapat merubah arah hingga membentur tiang dan keluar lapangan.
“Gila! Tendangan apaan tadi itu! Kuatnya!” Reza jatuh berguling-guling untuk menghindari pendaratan gagal.
Dia melihat sarung tangan putihnya, benar-benar tendangan yang menakjubkan. Tak terpikirkan olehnya, hanya anak SMA saja mempunyai kekuatan tendangan demikian.
“Baiklah! Tujuh tendangan lagi!” teriak Reza menggelegar.
Suaranya membuat keramaian di tempat itu terdiam sejenak sebelum teriakkan semangat menjadi besar. Karena keramaian di lapangan sepakbola, hampir satu sekolah berada di sana dengan rasa atensi tinggi.
Bagus, Rizal, Riyandi hanya menatap Reza dengan arti yang amat dalam. Mereka baru kali ini menemukan kepercayaan diri terbaik bagi mereka, kepercayaan diri yang sangat tinggi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!