"Aaaaagggghhhh... Sa- kit, Aku sudah tidak kuat, sakit sekali... hiks... hiks.." keluhnya, dengan nafas yang tersengal-sengal dan hampir putus asa.
"Ayo semangat, mbak pasti bisa. Tarik nafas dalam-dalam lalu dorong, ayo mbak tinggal sedikit lagi." Ucap suster memberi semangat.
Dengan sisa tenaga yang dimiliki, Mica pun menarik nafas dalam-dalam, dengan sekuat tenaga dia mengejan di sertai teriakan, Buliran peluh pun terus menerus keluar diiringi teriakan yang kuat.
Akhirnya perjuangan Mica pun berhasil, setelah suara tangis bayi mengisi ruang bersalin. Air mata Mica pun menetes dengan derasnya saat mendekap buah hatinya yang diletakkan di tubuhnya.
'Akhirnya aku berhasil. Selamat datang nak, kelahiran mu adalah perjuangan hidup mama." gumam Mica sambil mencium putranya.
Mica Alexander, di usianya yang akan beranjak delapan belas tahun itu harus menelan pil pahit kehidupan saat dirinya di nyatakan hamil tiga bulan dari hasil pembuahan yang dilakukan laki-laki be*jat yang telah menodainya.
Diusia yang masih belia, seharusnya Mica masih menikmati masa sekolah dan menghabiskan masa remaja dengan bahagia.
Namun semuanya hancur seketika saat seorang pria tak di kenal tiba-tiba merenggut mahkotanya dengan paksa, di saat dirinya hendak pulang sekolah. Pria yang membuatnya pingsan itu telah menghancurkan hidupnya seketika. Tak hanya itu akibat perbuatan bejatnya membuat Mica hamil tanpa tau siapa ayah dari anak yang di kandungnya.
Mica terpaksa dikeluarkan dari sekolah, tapi belum cukup sampai di situ saja. Orang tua yang membesarkan Mica pun kecewa tanpa mau mendengarkan penjelasan dari Mica.
Inilah kesalahan yang harus Mica tanggung karena tidak mau jujur sejak awal. Kejadian pilu itu tak sanggup Mica ceritakan pada orang tuanya. Dia takut sekaligus trauma berat. Mica takut jika orang tuanya marah di tengah trauma yang menghantui.
Hingga akhirnya apa yang di sembunyikan pun diketahui orang tuanya dan ketakutannya menjadi nyata.
"Dasar anak nakal, Gak tau diri. Berani-beraninya kamu mencoreng nama keluarga dengan perbuatan yang memalukan itu." Alexander murka saat mengetahui putri satu-satunya sudah kotor dan di tambah lagi kini tengah hamil.
"Ampun Pa, maafkan Mica. Ini semua bukan kemauan Mica." Mica terus menangis memohon agar papanya mau memaafkan dirinya.
"Pa, tolong maafkan Mica pa, kita bisa cari jalan keluarnya, kasian Mica pa, dia belum ngerti apa-apa." Diah pun berusaha membela putrinya, walau bagaimanapun Mica adalah putrinya. kesalahan apapun itu Diah ikut bertanggungjawab.
"Jangan ikut campur kamu Diah." Bentak Alexander pada istrinya. Membuat Diah hanya terdiam menyaksikan putrinya menderita.
Alexander pun berjongkok di depan Putrinya yang hanya bisa menangis terisak-isak.
"Papa beri dua pilihan. Gugurkan bayi itu dan papa akan kirim kamu ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah, atau jika kamu masih ingin mempertahankan bayi yang ada di perutmu, kamu harus keluar dari rumah ini dan namamu akan di coret dari daftar keluarga. Papa tidak mau punya anak yang memiliki kelakuan lebih dari bintang yang tidak tau malu, berani melakukan perbuatan zina sampai mengandung."
Deg...
Disaat dirinya butuh dukungan, Mica harus di hadapan dengan dua pilihan yang sulit, mempertahankan atau di buang.
Dengan sekuat tenaga Mica bangkit berdiri, ia menatap wajah mamanya dengan nanar, lalu ia menatap Alexander dengan penuh kebencian.
"Aku sudah mengatakan dengan jujur pada papa kalau aku diper*kosa pria yang tidak aku kenal, tapi papa tidak percaya dan malah menuduhku sengaja melakukannya. Dan sekarang aku tengah hamil dan dengan mudahnya papa bilang untuk membuang janin tidak berdosa ini. Aku pa, yang layak di hukum kerena gagal mempertahankan kehormatan bukan calon anakku." Jawab Mica berusaha kuat namun hatinya benar-benar hancur.
"Maksudmu?! kamu ingin mempertahankannya! Jangan bodoh kamu Mica, suatu hari kamu masih bisa hamil saat kamu sudah berkeluarga dan saat ini kamu masih belia dan seharusnya kamu masih belajar bukan mengurus anak. Jika kamu tetap mempertahankan, dia kan membawa penderitaan buatmu, paham."
"Aku akan tetap melahirkannya pa, apapun yang terjadi, Dia bukanlah kesalahan tapi dia adalah anugerah yang di titipkan untukku. Aku tidak akan membuangnya, aku akan melahirkannya dan akan membesarkannya dengan tanganku sendiri." Jawab Mica dengan tegas akan keputusannya.
"Kalau itu keputusanmu, keluar dari ini dan namamu akan di coret dari daftar keluarga dan jangan pernah kembali lagi." Dalam kemarahan Alexander pun mengusir Mica putrinya sendiri. Di saat itu juga Mica yang memiliki ego masih tinggi dan labil memutuskan untuk pergi tanpa membawa apapun, Mica hanya berfikir bagaimana bisa menjaga kehamilannya sampai lahir nantinya.
****
"Ibu aku bisa Bu, aku berhasil melahirkannya, hiks... Hiks.."
"Iya Mica kamu berhasil dan sekarang kamu akan menjadi seorang ibu. Selamat ya nak, ibu ikut bahagia." Tutur Sekar, wanita tua yang menolong Mica dan menjaga Mica seperti putrinya sendiri.
Cklek....
Suster membawa anak Mica yang sudah selesai di bersihkan dan memberikannya kepada Mica.
"Selamat ya buk, putranya sangat tampan. Mau di kasih nama siapa anaknya?" Tanya suster. Mica terdiam sesaat dan menatap anak laki-lakinya
"Raymond" jawab Mica asal.
"Raymond, nama yang indah."
******
Dua bulan berlalu, Mica berusaha membesarkan Ray. Sekar selalu memberikan dukungan dan juga mengajari Mica cara merawat bayi.
"Mica, ibu mau bicara sebentar, uhuk... Uhuk...." Ucap Sekar sambil sesekali batuk.
"Iya Bu, ada apa?
"Sepertinya ibu akan berhenti bekerja, kamu tau kan kondisi ibu sudah sering sakit-sakitan, ya walaupun majikan ibu masih belum mengizinkan ibu berhenti, tapi ibu sudah lelah, ibu ingin istirahat. " Tutur Sekar dengan wajah yang terlihat jelas kalau dia memang sangat lelah.
"Iya aku tau, ibu memang sangat lelah, eeemmm... bagaimana kalau aku yang menggantikan ibu, kan sayang kalau ibu berhenti, gaji ibu kan sudah lumayan. Ibu 'kan tau pendidikan aku gak selesai, dan itu pasti akan sulit mendapatkan pekerjaan."
"Kamu serius nak? Tapi pekerjaan ibu itu tidak mudah, majikan ibu ini sangat pemarah walaupun ia duduk di kursi roda tapi dia tidak segan-segan kalau sudah marah." Jelas Sekar meyakinkan.
"Gak papa Bu, aku akan berusaha bekerja sebaik mungkin, asalkan dia mau menerima aku menggantikan ibu."
"Baiklah ibu akan bicara dengan majikan ibu, nanti setelah kamu di terima biar Ray ibu yang jaga selama kamu bekerja."
To be continued ☺️☺️☺️☺️
Hayyyy karya baru sudah tiba jangan lupa dukungannya ya😘😘😘😘😘
Untuk pertama kalinya, Mica menginjakkan kaki di sebuah rumah besar dan untuk pertama kalinya Mica akan belajar bekerja demi Ray yang saat ini membutuhkan susu formula untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, sebab Mica tidak bisa memproduksi ASI yang cukup dan mengharuskan Ray di bantu susu formula.
Saat menatap bangunan yang berdiri megah, kerinduan pada keluarganya pun kembali hadir. Hampir satu tahun Mica tak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya, setelah ia memilih untuk meninggalkan rumah demi melahirkan Raymond.
Mica pun berjalan masuk ke dalam rumah untuk menemui majikan ibu angkatnya itu.
Bruggghh
Tiba-tiba dari arah berlawanan Mica di tabrak oleh seorang pria yang membuatnya langsung terjengkang ke belakang, saat ia tak siap dan untung saja laki-laki yang menabrak Mica segera menangkap tubuh Mica dan tidak sampai jatuh lantai.
Kedua netra saling bertemu sepersekian detik, lalu segera saling memalingkan, "Maafkan aku, Aku buru-buru sampai tidak melihat ada orang di depanku," ucapnya lalu pergi begitu saja.
Mica tak bisa berkata apa-apa, dia bingung sekaligus malu.
"Kamu Siapa?" tanya wanita yang melihat kejadian tak terduga yang barusan terjadi.
"Selamat pagi Nyonya, perkenalkan saya Mica yang akan menggantikan ibu Sekar." Jelas Mica.
"Oh, jadi kamu putrinya yang di ceritakan itu. Masih muda. Ayo duduklah dulu. Aku ingin bicara sebelum kamu mulai bekerja di sini." Vika pun mengajak Mica duduk di sofa tamu dan Mica segera mengikutinya.
"Kamu masih muda sekali Mica, berapa usiamu?" tanya Vika penasaran melihat wajah Mica yang masih imut.
"Delapan belas tahun nyonya."
"Kamu gak sekolah?" tanya Vika lagi dan Mica hanya menggeleng.
"Sayang sekali, di usia masih muda tapi sudah putus sekolah. Baiklah kita lanjutkan pembicaraan, sebenarnya aku sedikit ragu untuk mempekerjakan kamu di lihat dari usia dan juga minim pengalaman. Tapi gak papa di coba dulu. Mulai sekarang kamu akan bekerja untuk mengurus putra sulung ku namanya Gion, yang saat ini mengalami kelumpuhan. Perlu kamu ingat, Gion emosinya sedang tidak setabil, ia bisa mengamuk kapan saja. Aku harap kau tidak ketakutan. " Jelas Vika.
"Sekarang, kamu pergi ke kamarnya, bangunkan dia dan siapkan kebutuhannya. mulai dari menyiapkan air untuk mandi, pakaian, sarapan dan juga apapun yang dia butuhkan. Oya satu hal lagi, jika dalam waktu dekat kamu berhasil membujuknya untuk melakukan operasi penyembuhan kakinya, aku akan memberikan imbalan buat kamu. "Imbuh Vika lalu segera menunjukkan kamar Gion untuk membangunkannya.
Awalnya Mica ragu untuk membuka pintu kamar majikannya, namun saat Mica ingat Ray yang membutuhkan susu. Mica pun memberanikan diri untuk masuk dan memulai pekerjaannya.
Mica menarik nafas dalam-dalam sebelum membuka pintu.
Cklek....
Pintu terbuka perlahan, ruangan yang besar dan rapi menyambut kedatangan Mica.
Mica segera membuka tirai gorden, dan membiarkan cahaya masuk kedalam kamar, dan seketika Cahaya mentari menyorot langsung ke wajah pria yang tengah tertidur lelap.
Perlahan Gion membuka mata dan menoleh ke arah cahaya yang menyilaukan. Gion melihat sosok wanita yang berdiri membelakanginya disela-sela cahaya yang masuk.
"Selamat pagi tuan." Sapa Mica dengan senyum manisnya.
Gion langsung membuka matanya lebar saat menyadari ada gadis yang masuk kedalam kamarnya.
"Siapa kamu. Cepat keluar. "Bentak Gion dengan suara besarnya.
Mica terperanjat hingga kedua bahunya terangkat saat mendengar suara dari majikannya yang menggelegar.
"Maafkan saya tuan saya tidak akan keluar dari sini, sebelum saya menyelesaikan pekerjaan saya, untuk menyiapkan keperluan tuan." Saut Mica sambil berjalan menghampiri dan perlahan Gion bisa melihat wajah Mica lebih dekat dan lebih jelas.
"Siapa yang memperkerjakan kamu, Aku tidak sudi di urus anak kecil sepertimu. Panggilkan mama aku ingin bicara dengannya," titah Gion dalam kemarahan.
"Baik tuan, saya akan panggil nyonya." Mica pun segera keluar untuk memanggil Vika dan tak selang berapa lama Mica kembali bersama Vika yang baru saja ingin pergi.
"Ada apa Gion sayang?" tanya Vika seraya menghampiri Gion yang tengah bersandar di headboard.
"Kenapa mama mempekerjakan anak kecil itu ma?" tanya Gion sambil menunjuk ke arah Mica yang berdiri di ujung ranjang. " Dimana Bi Sekar?" tanya Gion lagi.
"Dengarkan mama sayang. Bi Sekar sudah tidak bekerja di sini lagi, Bi Sekar mengirim Mica untuk menggantikannya. Dia Mica anaknya Bi Sekar." Jelas Vika.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Vika, Gion pun membiarkan Mica kembali bekerja dan apapun yang di kerjakan Mica selalu di awasi Gion bahkan Mica pun melakukan beberapa kali kesalahan yang mengharuskan Gion menegur dengan kesal.
"Kesempatan kamu tinggal dua kali, jika kamu masih saja melakukan kesalahan saat itu juga kamu akan aku pecat." Gertak Gion.
"Maafkan saya tuan, saya janji ini adalah kesalahan pertama dan terakhir saya dan akan saya ingat semua kesalahan yang saya lakukan agar tidak terulang lagi. Pekerjaan saya hari sudah selesai saya pamit pulang." Mica pun segera pergi meninggalkan Gion yang tengah bersantai di balkon.
Mica segera pulang ke rumah, saat ia turun dari ojek Mica mendapati seorang pria yang tengah bersandar di mobilnya.
Mica memperhatikan dengan seksama sebelum menyadari jika itu adalah kakaknya.
"Kakak...."Teriak Mica dan berlari menghampiri dan langsung memeluk kakak pertamanya itu. "Aku merindukanmu kak, hiks... hiks ..." tangis Mica dalam dekapan Bayu.
"Aku juga merindukanmu, adik kecilku." Bayu mendekap erat Adik kesayangannya itu. Selama ini Bayu tak tahu kejadian yang menimpa adiknya. Orang tuanya menutupi kejadian tersebut hampir setahun hingga pada akhirnya Diah pun bercerita tentang keadaan adiknya.
Mica melepas pelukannya dan menatap wajah kakaknya.
"Bagaimana kakak bisa tau kalau aku ada di sini?" tanya Mica penasaran.
"Mama yang membawaku kemari." jelas Bayu.
"Mama." Mica menoleh ke arah pintu rumah dan ia pun bergegas masuk kedalam untuk bertemu dengan mamanya.
Air mata pun tak dapat di bendung saat Mica bisa melihat lagi mamanya kini tengah menggendong Ray.
"Ma-ma." Panggil Mica terbata, hampir tak mampu lagi untuk berkata-kata Kerena begitu bahagianya Mica bisa bertemu kembali dengan mamanya yang dia kira sudah tidak peduli pada dirinya.
"Mica." panggil Diah, dan Mica pun segera menghambur dalam pelukan Diah, seketika itu juga Mica melepaskan tangisnya lagi.
To be continued ☺️☺️☺️
"Maafin Mama, baru bisa jenguk kamu sekarang. Apa kamu baik-baik saja nak? lihatlah badanmu sekarang terlihat lebih kurus."
"Aku baik-baik saja Ma, aku kira Mama sudah melupakan aku sebagai anak."
"Bagiamana mama bisa melupakanmu, kamu itu darah dagingnya Mama, sampai kapanpun kamu tetap anak Mama. Sebenarnya Mama kesini ingin menyampaikan pesan dari papa."
Diah menggiring Mica untuk duduk disampingnya dan menggenggam tangan Mica
"Sebenarnya papa ingin kamu kembali ke rumah." Mica segera menarik tangannya dari genggaman Diah. Firasat Mica mulai tidak enak.
"Memintaku pulang?! Apa Papa mau menerima anakku? Atau papa hanya menginginkan aku?" tanya Mica.
"Kita bisa bicarakan nanti pelan-pelan sama papa ya Mica, yang penting kamu ikut mama pulang."
"Maksud mama?"
"Sebenarnya Papa memintamu pulang untuk di jodohkan dengan anaknya teman papa. Dengan perjodohan kalian akan membantu papa memulihkan perusahaannya yang saat ini mengalami masalah."
"Lalu bagaimana dengan anakku?" tanya Mica yang membuat Diah terdiam.
"Tidak perlu di jawab ma, aku sudah tau jawabannya. Katakan pada papa, jika menginginkan aku kembali dia juga harus mengakui Ray adalah cucunya, jika tidak. Maaf Mica tidak akan kembali. Mica hanya mau menikah dengan pria yang mau menerima Mica dan juga Ray." Jawab Mica dengan tegas.
"Mica kita bisa cari jalan keluarnya nanti. Papamu saat ini membutuhkan kamu, kita pulang ya sayang." Bujuk Diah lagi.
"Pergi Ma, aku tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun. Aku kira Mama datang kesini dengan tulus ingin menjengukku dan anakku, tapi ternyata salah. Lebih baik mama pergi dan jangan pernah temui Aku lagi jika mama dan papa lebih mementingkan harta ketimbang Aku darah dagingnya." Mica pun mendorong Diah keluar dan segera menutup pintunya dari dalam dengan kasar.
"Mica dengarkan mama sayang." Diah berusaha menjelaskan namun Mica sudah tidak mau mendengarkan. Ia memilih membawa Ray masuk ke kamarnya dan membiarkan Diah terus menggedor pintu mengharap Mica mau membukanya.
"Ma, jangan memaksakan kehendak, kasian Mica, Dia juga punya hak untuk menolak keinginan Mama dan Papa, apalagi selama setahun ini kalian mengabaikannya. Mungkin jika saat ini Aku ada di posisi Mica, Aku kan melakukan hal yang sama. Lebih baik kita pulang Ma, kita cari jalan tengahnya nanti." Bujuk Bayu dan segera membawanya pergi meninggalkan rumah Mica.
Di kamar Mica terus menangis, sambil menggendong Ray yang belum tidur. Mica sangat marah kepada kedua orang tuanya, ternyata mereka tidak merindukan atau mencemaskan dirinya dan mereka datang hanya karena ada maunya saja.
"Kamu jangan sedih Ray, sampai kapanpun Mama tidak akan pernah meninggalkan kamu. Bahkan jika kelak Mama menikah, Mama akan mencari sosok pria yang mau menerima Mama dan kamu. Mama takut jika Mama menikah dengan sembarang pria, takut dia akan memperlakukan kamu dengan buruk," ucap Mica sambil terisak.
Tok... tok...
"Mica apa kamu tidak papa?" tanya Sekar dari luar pintu kamar Mica. Segera saja Mica menghentikan tangisnya untuk menjawab pertanyaan ibu angkatnya agar tidak mencemaskan dirinya.
"Aku tidak papa. Ibu jangan kuatir, Aku baik-baik saja. Ray sudah tidur dan Aku juga ingin istirahat. Ibu istirahat juga ya." Jawab Mica setenang mungkin.
"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Kalau kamu butuh ibu, cari ibu di kamar ya. Ibu istirahat dulu. " Jawab Sekar dan kembali ke kamar, walaupun sebenarnya dia juga tidak bisa tidur, memikirkan Mica yang mungkin saja berbohong untuk menenangkan dirinya.
***** Mansion Morganion ****
Seluruh keluarga sedang berkumpul bersama untuk menikmati makan malam yang tersedia.
Gion dan Zen duduk bersebelahan dan menikmati makan malam yang tersedia.
"Oya Ma, gadis tadi pagi yang Zen tabrak itu siapa? Aku gak terlalu memperhatikan soal Buru-buru." Tanya Zen saat ingat dengan pertemuannya yang tak sengaja. Manik matanya meningkatkan Zen akan sesuatu.
"Siapa ma? Tanya Morgan kepala keluarga.
"Oh, si Mica. Dia pelayannya Gion. Dia itu anaknya Bi Sekar. Karena Bi Sekar sudah berhenti, makanya di gantikan dengan Mica." Jelas Vika.
"Bagaimana pekerjaannya Gion? apa dia bisa bekerja dengan baik?" tanya Vika sambil menatap wajah Gion yang nampak datar.
"Terlalu ceroboh, dan mengulang kesalahan yang sama," jawab Gion Asal.
"Gion, papa akan menjodohkan kamu dengan anak teman papa, Lusa kita akan bertemu dengannya agar kalian bisa saling kenal." Ucap Morgan.
Setelah mendengar ucapan Morgan, Gion langsung meninggalkan meja makan tanpa bicara sepatah katapun. Tak perduli berapa kali Morgan dan Vika memanggil, Gion tetap tidak mau menoleh, ia segera menuju left, akses menuju kamarnya.
"Eeemmm, aku sudah kenyang. Aku akan kembali ke kamar. " Zen bangkit berdiri dan Ingin menghindar dari kedua orangtuanya.
"Tunggu Zen! Kembali duduk." Titah Morgan.
"I-iya pa." Zen pun kembali duduk.
"Setelah Gion menikah, kamu juga harus segera menikah. Papa ingin kamu juga segera berkeluarga. Biar hidupmu lebih teratur dan tidak selalu foya-foya."
"Iya Pa, nanti Zen cari sendiri."
"Cari?! Kamu akan cari dimana? di club malam, atau di tempat yang gak jelas. Papa tidak mau kamu menikah dengan wanita sembarangan, papa harus tau bibit, bebet dan bobotnya paham."
Zen pun hanya bisa mengangguk dan segera pergi menjauh.
****
Di kamar, Gion mengamuk seorang diri. Menghancurkan apa yang ada, tak perduli seberapa mahal benda itu di beli, Gion segera membantingnya ke lantai untuk melampiaskan kemarahannya pada keluarganya yang selalu mengatur kehidupannya. Bahkan di saat dirinya lumpuh, orang tuanya masih terus memaksakan ke hendaknya.
"Aku tidak mau perjodohan ini. Aku tidak ingin di jodohkan. Aku tidak ingin menjadi bahan tertawaan karena aku lumpuh." Gion pun kembali membuang semuanya hingga dia puas.
Dalam kemarahan, Vika maupun yang lain tak berani mendekat, Walaupun mendengar apa yang terjadi. Jika Gion sedang marah, apapun bisa dilakukan termasuk melempar apapun ke arah orang yang menghampiri.
Dan akhirnya mereka memilih membiarkan, dan akan membersikan menunggu Gion tenang.
****Mansion Alexander ****
"Bagaimana? Apa kalian bisa membujuknya? tanya Alexander. Diah dan Bayu hanya menggeleng.
"Bodoh kalian, membujuk Mica begitu saja tidak becus. Apa kalian tidak punya cara untuk memaksanya pulang?"
" Pa, bagaimana Mica bisa setuju, setelah sekian lama kita mengabaikannya dan sekarang tiba-tiba kita meminta untuk kembali dan menjadikannya tumbal untuk mempertahankan perusahaan kira, tentu saja dia akan menolaknya."
"Baiklah, jika kalian menyerah untuk membujuk Mica pulang, maka papa sendiri yang akan bertindak bagaimanapun caranya mica tidak boleh merusak acara yang sudah papa siapkan."
"A-apa yang ingin papa lakukan? Aku mohon jangan sakiti Mica, jangan buat mentalnya terganggu pa, dia baru saja melahirkan."
"Aku tidak peduli, anak tidak tau berbakti seperti dia harus mendapatkan sedikit pelajaran agar kembali menurut." Alexander pun segera merogoh saku celananya dan mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang. Tak perduli beberapa kali Diah memohon untuk tidak melakukan apapun pada Mica.
to be continued ☺️ ☺️☺️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!