NovelToon NovelToon

Akhir Cinta Perjodohan

Perjodohan

"Syafa, hentikan! Kamu itu mau saja direndahkan oleh pria model begitu," teriak Ayah Hasan saat dirinya memergoki sang anak yang sedang berciuman dan tangan Pria itu hampir saja membuka kancing baju putrinya.

Untungnya Ayah Hasan datang tepat waktu. Jika tidak, kelak dia hanya bisa meratapi penyesalannya. Dia sempat menekan bel sebanyak dua kali, tetapi Syafa tak juga membuka pintu. Hingga akhirnya dia memilih menggunakan kartu pass untuk dirinya bisa masuk ke dalam.

"Breng*sek kamu! Cepat pergi dari sini sebelum kesabaran saya habis," titah Ayah Hasan. Dirinya hampir saja melayangkan pukulan kepada Galang.

"Oh, jadi selama ini kamu sering kali membawa pria itu ke apartemen ini tanpa sepengetahuan Ayah? Pantas saja kamu malas untuk pulang ke rumah, jadi pria ini yang mengajarkan kamu berbuat dosa," cerocos Ayah Hasan geram.

Bagaimana dirinya tak akan marah, bila melihat putri semata wayangnya dimanfaatkan oleh pria yang gayanya sangat urakan versi Ayah Hasan. Ayah Hasan tak menyangka kalau sang anak seperti wanita murahan yang mau saja dimanfaatkan oleh pria yang tak bertanggungjawab.

"Yah, Syafa cinta sama Galang. Selama ini Galang baik kok sama Syafa. Syafa dan Galang sudah menjalani hubungan ini serius. Kami berniat ingin menikah setelah lulus kuliah," sahut Syafa mencoba membela kekasihnya.

"Iya, dia itu baik sama kamu karena ada maunya. Katakan sama Ayah apa kalian sudah berhubungan suami istri? Kamu kan tau Syafa, jika dua manusia berbeda jenis kelamin berada disatu tempat yang sama tanpa sebuah ikatan pernikahan yang ketiganya adalah setan. Kalau saja tadi Ayah tidak datang tepat waktu, pasti Galang sudah mengambil keperawanan kamu. Allah juga masih Sayang sama kamu, hingga membuat Ayah terpikir ingin mampir ke tempat kamu dari pertemuan Ayah dengan relasi Ayah. Kebetulan tempatnya dekat dengan apartemen kamu," ungkap Ayah Hasan kepada sang anak.

Selama ini Ayah Hasan selalu bersikap sabar, tak sekalipun dia berkata kasar kepada sang anak. Tetapi kali ini dia tak bisa membendung emosinya lagi, terlebih tentang kehidupan Putri tercintanya. Putrinya adalah amanah dari Allah yang harus dia jaga sebaik mungkin.

"Ayah seperti tak pernah muda saja sih. Hubungan kami tak kelewat batas kok, memang sih tadi hampir aja Galang mengajak aku melakukan hal itu. Tetapi tak jadi, karena Ayah datang tiba-tiba," sahut Syafa dengan santainya.

"Apa? Memangnya kamu tak sadar kalau perbuatan kamu tadi itu adalah perbuatan Zina? Zina adalah perbuatan yang sangat di benci Allah, Allah akan murka sama kamu! Pokoknya Ayah tak mau kalau kamu masih berhubungan dengan pria itu! Mulai hari ini kamu akhiri hubungan kamu dengan pria tak baik itu! Ayah akan mencari orang yang akan mengawasi kamu dari pria itu! Titik! Ayah tak mau di bantah! Ayah akan mencari pria yang sholeh yang bisa membimbing kamu ke jalan yang benar, jalan yang di ridhoi Allah," ujar Ayah Hasan membuat mata Syafa membulat sempurna.

Tentu saja Syafa merasa tak terima dengan ucapan ayahnya, meskipun yang terbaik untuk dirinya. Syafa sangat mencintai Galang. Dia tak pernah menyadari kalau Galang hanya berniat mencicipi tubuhnya. Syafa adalah wanita populer di kampusnya yang memiliki tubuh yang seksi dan juga wajah yang cantik. Galang adalah pria yang beruntung diantara sekian banyak pria yang mencoba merebut hati Syafa. Galang yang notabene-nya seorang playboy tentu saja sangatlah mudah untuk menaklukkan hati Syafa.

"Ayah tak bisa memaksa aku! Aku kan sudah dewasa, berhak memilih siapa yang akan menjadi pendamping aku kelak. Aku cuma mau menikah dengan Galang," bantah Syafa.

"Dewasa kok tak bisa membedakan mana pria yang baik dan mana pria yang tak baik. Ayah yakin kalau pria itu bukanlah pria baik-baik, kalau dia pria baik pasti dia tak akan melakukan hal itu sebelum kalian menikah. Kamu nurut ya sama Ayah," ucap Ayah Hasan.

"Seperti zaman Siti Nurbaya saja yang menikah melalui perjodohan. Syafa benci Ayah! Ayah jahat," protes Syafa sambil menyilangkan tangannya di dada.

Tak pernah terbayangkan oleh Syafa harus menikah melalui perjodohan. Menikah dengan pria pilihan ayahnya, bukan dengan pria yang dia cintai. Karena dia hanya ingin menikah dengan Galang, tetapi sang ayah tak memberi restu untuknya.

"Semua ini demi kebaikan kamu, Ayah ingin kamu mendapatkan pria yang menyayangi kamu dengan tulus dan menjadi imam yang baik untuk kamu," ujar Ayah Hasan mencoba memberi pengertian kepada sang anak.

"Tetapi bukan lewat perjodohan seperti ini Yah, seperti aku tak laku aja. Apa kata teman-teman aku, mereka pasti akan puas mengejek aku. Primadona kampus, menikah melalui perjodohan. Lagi pula aku hanya mencintai Galang, dialah yang selama ini membuat aku bahagia," sahut Syafa. Bahkan kini Syafa sudah meneteskan air mata. Dia merasa sedih karena sang ayah tak merestui hubungan dirinya dengan pria yang dia cintai.

❤️❤️❤️

"Beb, aku ingin bicara sama kamu," ucap Galang saat bertemu Syafa di kampus. Syafa hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan mengikuti Galang. Galang mengajak Syafa ke sebuah tempat untuk mengobrol.

Syafa mencoba menahan perasaannya, hatinya terasa sesak saat membayangkan hubungan percintaan mereka harus berakhir. Terlebih dirinya sudah sangat menyayangi Galang. Selama ini, Galang 'lah yang menemani hari-harinya.

"Beb, please aku mohon jangan tinggalkan aku! Aku cinta sama kamu, maaf kalau aku kemarin khilaf," ucap Galang dengan wajah mengiba, membuat Syafa semakin tak kuasa memendam perasaannya.

"Aku juga sayang banget sama kamu, aku tak mau pisah sama kamu. Tapi aku bisa apa? Ayah aku tak merestui hubungan kita," sahut Syafa yang sudah terisak tangis. Tentu saja hal ini membuat Galang merasa senang, karena Syafa masih masuk dalam perangkapnya.

"Gimana kalau kita menjalani hubungan diam-diam di belakang Ayah kamu, sampai Ayah kamu merestui hubungan kita? Setelah lulus kuliah, aku akan berusaha membuktikan kepada Ayah kamu, aku akan berusaha untuk selalu membahagiakan kamu. Aku tak bisa hidup tanpa kamu, Beb," rayu Galang, membuat Syafa merasa semakin dilema.

"Tapi, Ayah aku sedang mencari orang untuk mengawasi aku. Kita tak mungkin bisa berdekatan lagi. Hiks ...hiks ... Aku juga maunya menikah sama kamu," ungkap Syafa diiringi isak tangis, bahkan wajahnya kini sudah terlihat basah. Galang berusaha terus menyakinkan Syafa, kalau dia akan berusaha untuk menyakinkan hati ayahnya.

Syafa adalah sumber segalanya untuk Galang, tak mungkin dirinya melepas Syafa begitu saja. Selama ini Syafa sangat berperan penting untuknya. Dia kerap memberikan uang untuk Galang. Syafa adalah anak dari seorang pengusaha hebat. Ayah Hasan adalah pengusaha di bidang property. Orang tua Galang tak sekaya Syafa. Lantas jika dia berpisah dengan Syafa, siapa yang akan menggantikan posisi Syafa?

Syafa tak pernah tahu kalau cintanya Galang kepadanya tidaklah tulus. Hanya sekedar obsesi mencicipi tubuh wanita yang selama ini bersikap sombong dan banyak menjadi incaran pria lain. Tiga bulan terakhir ini, Dion memiliki hubungan dengan Natasya sahabat Syafa. Bahkan mereka sudah berhubungan suami istri.

"Ya sudah berarti kita sepakat ya untuk melanjutkan hubungan ini lagi secara diam-diam. Aku yakin suatu saat nanti Ayah kamu pasti akan merestui hubungan kita," ucap Galang dan Syafa hanya menganggukkan kepalanya.

Syafa belum mempunyai kekuatan untuk mengungkapkan kepada Galang, kalau ayahnya akan menjodohkan dia dan kelak dirinya akan menikah dengan pria pilihan ayahnya. Putri masih terus berharap jika suatu saat nanti sang ayah mau merubah keputusannya, dan merestui hubungan dia dengan kekasih yang dia cintai.

Proses Ta'aruf

Awal bulan adalah waktu yang biasa Ayah Hasan lakukan untuk menyumbangkan sebagian rezekinya ke Pondok Pesantren Al Inayah pimpinan Abah Alwi. Biasanya dia lakukan hanya sekedar transfer saja, kecuali kalau ada acara di pondok pesantren. Ayah Hasan berusaha menyempatkan waktunya untuk hadir sebagai partisipasi acara yang di adakan di Pondok Pesantren tersebut.

Untuk bulan ini Ayah Hasan berniat mengunjungi langsung pondok pesantren, sekalian dia bersilahturahmi bertemu Abah Alwi dan Ummi Fatimah. Dia juga akan membawa serta Bunda Almira. Ayah Hasan juga berniat ingin membicarakan masalah putri semata wayangnya. Mungkin saja Abah Alwi bisa menolongnya, untuk mencarikan jodoh terbaik untuk sang anak.

"Bagaimana? Apa semuanya sudah siap, Bun?" tanya Ayah Hasan dan Bunda Almira mengatakan kalau semuanya sudah siap.

Hari ini, Bunda Almira spesial membuatkan makan siang untuk mereka makan bersama Abah Alwi dan Ummi Fatimah. Tak lupa mereka juga sudah menyiapkan buah tangan untuk di bawa ke Pondok Pesantren. Berupa cemilan anak-anak, kebutuhan pokok anak-anak pesantren, bingkisan untuk Abah Alwi, dan juga bingkisan untuk anak yang berprestasi.

Setiap bulan Pondok Pesantren selalu mengadakan kompetisi untuk anak-anak yang berada di sana. Hal ini adalah gagasan dari Ayah Hasan. Pondok pesantren ini adalah pondok pesantren yatim piatu, semua dana berasal dari para donatur. Ayah Hasan adalah donatur tetap dan donatur terbesar.

"Semoga Syafa segera menemukan jodoh yang baik ya, Bun. Jujur Ayah sangat khawatir dengannya. Dia adalah anak kita satu-satunya," ujar Ayah Hasan.

Meskipun Ayah Hasan seorang pengusaha hebat dan memiliki pendapatan yang besar setiap bulannya, dia memiliki sifat sederhana. Karakter Syafa sangat berbeda dengan kedua orang tuanya. Berkali-kali Bunda Almira mengingatkan anaknya untuk berhati-hati dalam bergaul, dia juga kerap mengingatkan sang anak untuk menutup auratnya. Namun, selalu saja di bantah.

Mobil yang membawa Ayah Hasan dan Bunda Almira telah sampai di halaman parkir pondok pesantren. Mereka langsung di sambut baik dengan Abah Alwi. Sejak kecil Ayah Hasan adalah seorang yatim piatu, dan dia besar di pondok pesantren itu. Tempat yang menjadikan dirinya menjadi orang yang sukses dan sadar diri.

Berkat kerja kerasnya dia mampu membuktikan bahwa anak yatim piatu seperti dirinya yang besar di pesantren, mampu bersaing dengan anak-anak ekonomi di atas. Hubungan Ayah Hasan dengan Abah Alwi sangat dekat, seperti seorang Kakak dan Adik. Abah Faiz orang tua dari Abah Alwi sangat menyayangi Ayah Hasan, dirinya sudah menganggap Ayah Hasan seperti anaknya sendiri.

"Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh," salam yang diucapkan Ayah Hasan saat turun dari mobil mewahnya.

Meskipun dirinya sekarang sudah menjadi orang sukses, tak menjadikan dirinya tinggi hati. Kesuksesan yang dia raih saat ini adalah buah dari kesabaran, kerja keras, dan doa yang selalu dia panjatkan kepada yang berkuasa mewujudkan mimpinya. Ketulusan cinta dan kerja keras yang dia miliki, mampu menaklukkan kerasnya hati orang tua Almira. Orang tua Almira sempat tak merestui hubungan mereka, karena Ayah Hasan hanyalah anak yatim piatu yang tak jelas asal usulnya. Namun, perjuangannya tak sia-sia. Restu akhirnya dia dapatkan. Abah Faiz 'lah yang saat itu menjadi wali saat Hasan menikah dengan Almira.

"Jika nantinya anak aku berjodoh dengan seorang laki-laki yang miskin harta, aku tak akan melarang putriku untuk menikah dengannya. Asalkan laki-laki itu adalah laki-laki yang sholeh dan memiliki ketulusan hati untuk mencintai anakku. Laki-laki yang bertanggung jawab dan pekerja keras. Karena aku yakin, suatu saat nanti dia akan menjadi orang yang sukses dan lebih menghargai sebuah kehidupan."

"Walaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh, ayo silahkan masuk adik-adikku. Um, Ummi, Hasan datang bersama Almira," sahut Abah Alwi. Dia memanggil istrinya yang sedang memasak di dapur dengan lembut. Sebaik-baiknya seorang lelaki, adalah laki-laki yang memuliakan istrinya. Bertutur kata yang lembut.

Ummi Fatimah langsung memeluk tubuh Bunda Almira, melepas kerinduannya. Abah Alwi dan Ummi Fatimah memiliki satu orang putri dan satu orang putra. Bernama Ali dan Nabila. Selain mengajar di sekolah islam, Nabila mengajar juga di pondok pesantren. Saat ini berusia 24 tahun, dan belum menikah. Sedangkan Ali sang adik saat ini berusia 21 tahun, dan masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Kelak dia yang akan meneruskan memimpin pondok pesantren.

"Assalamu'alaikum warohmatuloh wabarakatuh," Ustadz Zhafran mengucap salam.

"Masuk Fan, ayo sini makan bareng," ujar Abah Alwi.

"Ayo Zhafran, sini makan bareng," ucap Ayah Hasan.

Ustadz Zhafran sempat menolak, dirinya merasa sungkan ikut bergabung untuk makan bersama. Meskipun dirinya dekat. Ustadz Zhafran sama halnya seperti Ayah Hasan, dirinya menjadi yatim piatu sejak dirinya masih berusia 6 tahun. Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan. Dulu dia adalah anak orang kaya, tetapi keluarga dari kedua orang tuanya sangat jahat. Mereka menitipkan Zhafran di Pondok Pesantren, dan harta kekayaannya di kuasai oleh keluarga kedua orang tuanya.

"Gimana kabar kamu sekarang, Fan? Kapan kami mendapatkan undangan dari kamu?" ujar Ayah Hasan.

"Belum, Yah. Doakan saja, semoga Allah menyegerakan memberikan jodoh untuk aku," sahut Zhafran sambil tersenyum. Zhafran dan Hasan hubungannya cukup dekat, dia memanggil Hasan Ayah dan Almira Bunda. Sepertinya anak kepada orang tuanya.

Tiba-tiba saja Ayah Hasan terpikir untuk menjodohkan Ustadz Zhafran dengan anak semata wayangnya.

Deg!

"Apa Ayah tak salah bicara? Afwan Ayah, Ayah kan tahu kalau Affan bukanlah berasal dari keluarga berada. Affan pun tak memiliki kedua orang tua. Ayah sangat terhormat, terlebih Putri Ayah adalah anak satu-satunya," sahut Zhafran.

"Jika Ayah melihat harta kekayaan, sejak kemarin Ayah pasti sudah menjodohkan Syafa dengan anak relasi Ayah. Namun, hal itu yang bukan Ayah cari. Ayah ingin mencari pendamping yang sholeh dan mencintai Syafa dengan tulus. Harta bisa dicari, kamu pun tahu Ayah dulu seperti apa. Ayah rasa kamu adalah jodoh terbaik untuk Syafa. Apa kamu mau melakukan ta'aruf dengan Syafa. Jika kamu meras cocok, kita bisa segerakan pernikahan kalian. Ingat Ayah tak memaksa, sebuah pernikahan tak boleh dipaksakan," ungkap Ayah Hasan dan Zhafran menerimanya. Dia siap melakukan proses ta'aruf dengan Syafa. Wanita yang belum dia kenal. Karena Syafa tak pernah sekalipun ikut, jika kedua orang tuanya mengunjungi pondok pesantren.

"Alhamdulilah. Abah senang mendengarnya. Semoga semuanya di permudah. Mungkin saja Syafa adalah jodoh yang Allah telah siapkan untuk kamu," ucap Abah Alwi.

Ternyata obrolan mereka membuat Nabila merasa sedih. Diam-diam dia menyimpan perasaan kepada ustadz Zhafran. Namun, dia memilih untuk menyimpannya. Hari ini dirinya mendengar kalau Abah justru mendoakan lelaki impiannya, melakukan proses ta'aruf dengan wanita lain.

Menolak

"Fan, Sabtu ini kamu datang ya ke rumah Ayah. Agar kamu segera bertemu dengan Syafa. Semoga semuanya dilancarkan, Ayah berharap banget kamu mau menjadikan Syafa sebagai istri kamu," ujar Ayah Hasan. Tentu saja membuat Ustadz Zhafran semakin tak enak hati.

"InsyaAllah Ayah, semoga tak ada halangan. Affan akan bertandang ke rumah Ayah dan Bunda. Untuk melakukan ta'aruf dengan Syafa," sahut Ustadz Zhafran. Ayah Hasan dan Abah Alwi memanggil Zhafran dengan panggilan Affan.

Bukan sekedar perasaan tak enak hati, Ustadz Zhafran sebelumnya juga sudah berpikir untuk menikah. Agar hidupnya tak kesepian lagi, dan sebagai penyempurnaan ibadahnya. Hari ini dia akan bertandang sendiri ke rumah Ayah Hasan, tanpa di dampingi Abah Alwi.

"Bismillah, semoga dilancarkan semuanya. Aku mohon keridhoan dari mu, jika memang Syafa adalah jodoh untuk aku maka dekatkanlah. Jika dia bukan jodoh yang terbaik untuk aku, maka jauhkanlah aku dari-nya," doa yang dipanjatkan Ustadz Zhafran saat melangkahkan kakinya keluar dari rumah.

Ada sebuah rahasia yang dimiliki Ustadz Zhafran, yang tak diketahui orang lain. Hanya Abah Alwi dan Ummi Fatimah yang mengetahui Zhafran yang sebenarnya. Selama ini banyak wanita yang berusaha mengejar-ngejar dirinya, tetapi Ustadz Zhafran merasa masih belum ada yang cocok dengan pilihan hatinya. Lagi pula, selama ini dirinya masih ingin hidup sendiri. Entah mengapa saat mendapatkan tawaran seperti ini, dia terlihat antusias. Abah Alwi dan Ummi Fatimah pun sudah merestui keinginan Ustadz Zhafran untuk melakukan ta'aruf dengan Syafa anak dari Ayah Hasan.

"Assalamu'alaikum," ucap Zhafran.

Dia telah sampai di depan rumah Ayah Hasan. Sebuah rumah mewah di kawasan elite, rumah yang mewah dan indah. Di depannya terdapat sebuah taman yang di hiasi dengan bunga-bunga yang indah. Ustadz Zhafran memasuki area rumah yang terbilang sangat luas dengan sangat percaya diri. Meskipun dirinya hanya sekedar seorang guru di pondok pesantren tersebut.

"Silahkan masuk, Nak Zhafran! Silahkan duduk, sebentar Bunda panggilkan Ayah dulu," ujar Bunda Almira lembut.

Zhafran langsung mencium tangan Bunda Almira, dan duduk di ruang tamu. Bunda Almira pergi meninggalkan dirinya untuk memanggil Ayah Hasan dan juga Syafa. Hari ini adalah hari Sabtu, kedua orang tua Syafa memutuskan untuk tidak memberitahukan rencana ta'aruf Zhafran kepada Syafa.

Matanya kini mengarah ke arah foto-foto yang terpajang dengan rapih. Di dinding ruang tamu terdapat juga beberapa lukisan foto keluarga Ayah Hasan. Wajah Syafa terlihat cantik dengan balutan gamis dan juga jilbab.

"Cantik," satu kata yang terlontar dari bibir Zhafran. Tanpa sadar dirinya memuji kecantikan Syafa.

Deheman Ayah Hasan menyadarkan lamunan Ustadz Zhafran. Membuat dirinya merasa malu, karena tertangkap basah sedang memandangi foto calon istrinya.

"Cantik kan anak Ayah? InsyaAllah masih gadis. Saat ini dia masih duduk di bangku kuliah semester 6. Kamu tak masalah kan kalau nantinya Syafa tetap melanjutkan kuliahnya, setelah menikah dengan kamu," ujar Ayah Hasan. Zhafran terlihat menundukkan kepalanya, menutupi perasaan malunya.

"Ayah pangggilkan Syafa dulu ya, agar kalian bisa saling mengenal," ujar Ayah Hasan dan Zhafran hanya menganggukkan kepalanya. Tiba-tiba saja dirinya merasa gugup. Tangannya terasa gemetar, jantungnya berpacu lebih cepat, dia merasa deg-degan.

Ayah Hasan menaiki anak tangga dan mengetuk pintu kamar sang anak, memanggilnya dengan lembut.

"Masuk saja Yah, tidak aku kunci pintunya," teriak Syafa dari dalam kamar. Ayah Hasan langsung menekan handle pintu kamar Syafa dan masuk ke dalam. Kemudian dirinya duduk di pinggir ranjang sambil matanya mengarah menatap wajah sang anak.

'Maaf jika kedatangan dan pembicaraan Ayah terkesan mendadak. Ayah ingin melanjutkan pembicaraan kita tempo hari, tentang kehidupan kamu," ujar Ayah Hasan membuka pembicaraan.

Raut wajah Syafa langsung menunjukkan rasa tak suka. Dia yakin kalau sanga ayah, ingin membahas tentang perjodohan dirinya. Tentu saja dirinya merasa tak suka.

"Maksud Ayah, apa? Memangnya apa yang Ayah ingin bicarakan," sahut Syafa ketus. Bahkan dirinya bangkit berdiri dan memberikan tatapan tajam kepada sang Ayah.

"Dibawah ada Ustadz Zhafran. Dia adalah Ustadz di pondok pesantren tempat Ayah selalu menyumbangkan sedikit rezeki Ayah setiap bulannya. Dia ingin melakukan ta'aruf dengan kamu," ujar Ayah Hasan lembut kepada sang anak.

"Tidak! Aku tak mau. Aku hanya ingin menikah dengan Galang. Hanya Galang yang Syafa cintai," ujar Syafa. Dia langsung menolak mentah-mentah keinginan sang Ayah. Dia menolak melakukan ta'aruf.

Tentu saja hal itu membuat Ayah Hasan merasa kesal, padahal tujuan untuk sang anak baik. Sebagai orang tua, dia menginginkan sang anak mendapatkan pendamping hidup yang sholeh mencintai sang anak dengan tulus. Terlebih Syafa adalah anak satu-satunya.

"Jika kamu menolaknya, Ayah akan menarik semua fasilitas kamu. Ayah akan mencoret nama kamu dari alih waris Ayah, silahkan saja kalau kamu ingin tetap mempertahankan laki-laki breng*sek itu," ancam Ayah Hasan. Penolakan sang anak, membuat dirinya merasa geram. Tentu saja hal ini membuat Syafa melongo, tak percaya.

"Ayah jahat! Syafa benci Ayah," ujar Syafa diiringi isak tangis,

"Ayah jahat, kalau Ayah membiarkan kamu tetap bersama kamu. Padahal Ayah tahu kalau laki-laki itu bukanlah, laki-laki yang baik untuk kamu," ungkap Ayah Hasan.

Ayah Hasan merasa miris dengan sikap anaknya, yang tetap mempertahankan laki-laki yang tak baik. Bahkan Ayah Hasan sampai menetes air matanya. Membuat Syafa merasa bimbang, dia baru melihat sang ayah seperti itu dan semua itu karena dia.

"Ya sudah, kalau itu keinginan Ayah. Syafa mau," ujar Syafa.

Dia terpaksa menerima perjodohan ini. Meskipun hatinya terasa sakit dan dadanya terasa sesak. Selama ini hidupnya bergantung dengan fasilitas harta kekayaan orang tuanya. Tentu saja dia tak bisa hidup dengan kemewahan.

Dengan wajah yang terpaksa, Syafa menuruni anak tangga untuk menghampiri kedua orang tuanya dan juga Ustadz Zhafran. Syafa sengaja berpakaian mini dan juga dan berdandan seperti tante girang. Berlenggak lenggok seperti seorang wanita murahan, dia berharap agar Ustadz Zhafran menggagalkan rencana untuk ta'aruf dengannya.

"Syafa," bentak Ayah Hasan, tetapi Syafa justru terlihat cuek tak peduli. Padahal wajah Ayah Hasan saat itu sudah terlihat memerah, menahan perasaan kesal dan malu melihat kelakuan anaknya.

Berbeda halnya dengan Ustadz Zhafran yang justru malah tersenyum. Dirinya justru merasa tertantang untuk menjadikan Syafa istrinya. Meskipun penampilan Syafa sangat berbeda saat di foto yang dia lihat. Dia yakin kalau sikap dan penampilan Syafa saat ini, sebagai bentuk penolakan dirinya untuk melakukan perjodohan dengannya.

"Ganteng si, tapi sayangnya dandannya norak. Bikin malu saja, kalau nanti jalan sama aku. Apa kata orang, jika melihat primadona kampus berjalan dengan laki-laki kampungan yang miskin. Bisa-bisa aku dijadikan bahan lelucon mereka," ucap Syafa dalam hati.

"Mungkin saat ini kamu akan memandang aku sebelah mata, tetapi aku yakin kamu akan merasa kaget jika suatu saat nanti kamu tahu siapa aku yang sebenarnya," gumam Zhafran tersenyum penuh arti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!