Hai kenalin namaku Sofia Bulgaria Putri kalian bisa memanggilku Sofia. Aku anak tunggal jadi aku sering merasakan sendiri jika ada di rumah. Oleh karena itu aku lebih sering menghabiskan waktu di tempat nongkrong bersama kedua sahabatku.
Aku mempunyai dua sahabat, semuanya berjenis kelamin cowok. Yang satu namanya Basri dan yang satunya lagi Beno. Merekalah yang selalu ada di saat aku sedang sedih ataupun senang.
Aku yang notabenenya anak tunggal yang tidak mempunyai saudara pun merasakan kasih sayang seorang kakak dari mereka berdua.
Mereka akan melakukan dan memberikan apapun yang aku minta tanpa aku harus merengek kepada mereka.
Aku dan kedua sahabatku adalah siswa kelas tiga SMA yang berarti sebentar lagi kami akan lulus. Kami berencana nanti saat kuliah akan mengambil kampus yang sama tapi dengan jurusan yang berbeda.
Hari ini kebetulan sekolah libur karena tanggal merah. Dan aku memanfaatkan hari libur ini untuk bangun siang. Dan lihatlah sekarang sudah jam sembilan pagi, tapi aku masih belum juga bangun dari tidur cantikku.
"Sofia ayo bangun sayang."
Lihatlah, nyonya besar sedari tadi sudah mengedor gedor pintu kamarku, untung saja pintu kamarku gak ngambek kan. Coba kalau suka ngambek, mungkin tangan mamaku sudah dia buat celaka.
"Sofia ayo bangun ini udah siang, mama mau pergi ke toko." teriak mama ku lagi.
Biarlah aku tidak akan terganggu, karena di telingaku sudah aku siapkan earphone jadi meskipun ada kebakaran mungkin aku tidak akan mendengar teriakkan orang orang yang memanggilku.
"Huh anak ini." dengus mama.
"Sudahlah ma, nanti dia juga bakalan bangun sendiri kalau lapar. Udah yuk kita berangkat kerja toko, nanti keburu makin siang." ajak papaku pada mama.
Ya, mamaku mempunyai toko sembako yang lumayan besar, sedangkan papaku dia bekerja sebagai pekerja kantoran. Karena hari ini hari libur jadi papa ada di rumah dan memutuskan untuk membantu mama di toko.
"Sofia mama sama papa pergi ke toko dulu, kamu kalau lapar nanti makanannya ada di meja makan." ucap mamaku belum pergi.
Setelah kepergian mereka, tidurku jadi semakin tenang, hingga pukul sebelas siang barulah mataku mulai terbuka.
"Hoamm...." aku menguap sambil merenggangkan kedua tanganku ke atas.
"Udah siang aja ternyata."
Karena waktu sudah siang hari dan perutku terasa sangat keroncongan, aku pun buru buru masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku dan di lanjut sarapan, ehh bukan deh. Sepertinya ini sudah masuk di jam makan siang.
...**...
Author POV.
"Si Sofia mana sih, udah siang tapi belum nongol nongol juga." Ucap seorang pemuda kepada temannya.
"Ya elah Ben Ben, lo kayak gak kenal Sofia aja. Lo kan tahu sendiri kalau hari libur tuh dia lagi ngebo." balas temannya.
Mereka adalah Beno dan Basri. Saat ini mereka berdua sudah berada di tempat nongkrong menunggu kedatangan Sofia.
Basri Wirayuda, lelaki yang memiliki tinggi sekitar 178 dengan wajah yang tampan rupawan. Dia adalah anak dari pemilik cafe ternama. Dan dialah yang paling kaya di antara kedua sahabatnya.
Beno Julianto, sahabat Sofia yang satu ini juga tidak kalah tampan dari Basri. Dia juga memiliki tubuh yang tinggi, ya walaupun masih tinggi Basri sedikit sih. Beno memiliki tinggi 171 hanya berjarak 7 centi saja dengan Basri.
Beno adalah anak yatim, dia hanya tinggal bersama ibunya saja. Ibunya memiliki usaha laundry untuk menyambung biaya kehidupan mereka berdua. Setelah pulang dari sekolah kalau Beno tidak nongkrong pasti dia langsung membantu ibunya di tempat laundry.
Itulah nama sahabat sahabat Sofia yang selalu menemani Sofia.
"Kita samperin yok." ajak Beno.
"Gak lah, palingan juga sebentar lagi dia datang. Mungkin lagi di jalan." tolak Basri.
"Gimana kalau dia belum bangun?"
"Gak mungkin kalau jam segini belum bangun, dia itu paling siang bangunnya jam sebelas dan ini sudah hampir jam dua belas jadi sudah pasti dia sudah bangun."
"Kok lo bisa hafal gitu kebiasaan Sofia?" curiga Beno.
"Ya-ya kita kan sahabat, jadi gw ya tahu lah. Bahkan jadwal lo ngising aja gw tahu."
"S1alan Lo." memukul paha Basri.
"Benerkan, gw tuh tahu kalau lo ngising itu pagi setelah bangun." jelas Basri.
"Gak usah di perjelas juga beg*, lo mau bikin gw malu hah."
"Dih, emang ada yang denger pembicaraan kita. Orang di sini cuman kita berdua aja kok." balas Basri.
Memang benar, di sana hanya ada mereka berdua, posisi tempat tongkrongan mereka juga jauh dari keramaian. Tempat nongkrong mereka ini berada di gedung tua yang sudah tidak di pakai lagi.
Banyak yang bilang kalau gedung itu banyak penunggunya, tapi mereka bertiga selama berada di sana aman aman aja tidak pernah ada yang ganggu.
"Nah itu dia." seru Basri saat melihat kedatangan Sofia yang berjalan kaki menuju arah mereka.
"Hai sorry tadi angkot yang gw naikin macet jadi lama sampai sininya." ucap Sofia setelah sampai di sana.
"Lo naik angkot, kenapa gak minta jemput kita aja sih?" balas Basri.
"Iya tau nih, padahal kan kita sebelum ke sini tadi bisa mampir dulu ke rumah Lo." timpal Beno.
"Ya gw pengen aja naik angkot, lagian gw juga baru bangun jadi gak sempet mau buka HP ngabarin kalian." jelas Sofia.
"Ya udah kali ini kita maafin, tapi lain kali kalau sampai seperti ini lagi kita bakal marah sama Lo."
"Ya gak Ben?" lanjut Basri.
"Hah, iya." cengoh Beno.
"Basri kok kayak khawatir banget ya sama Sofia, apa jangan-jangan...."
"Ahh, enggak mungkin. Pasti itu hanya kekhawatiran antara kakak dan adik." batin Beno.
"Iya iya lain kali gak gitu lagi, makasih ya udah perhatian sama gw." balas Sofia hanya memandang ke arah Basri saja.
"Sudah menjadi tugas kita." balas Basri sambil mengelus rambut Sofia.
"Kok Basri kayak beda gitu ya sama Sofia. Enggak mereka hanya sahabat jadi lo masih bisa mengungkapkan perasaan lo sama Sofia nanti kalau ada waktu yang tepat." batin Beno lagi.
Ya, Beno ada rasa sama Sofia, tapi entah bagaimana dengan Sofia.
Memang benar-benar ya, tidak ada yang namanya persahabatan antara cewek dan cowok itu murni tanpa ada rasa. Pasti dari salah satu di antara mereka ada yang menyimpan rasa. Entah itu si cewek atau si cowok. Ya seperti Beno inilah.
"Ya udah yuk kita berangkat, lo mau gw bonceng atau di bonceng Basri?" tanya Beno pada Sofia.
"Aku ikut Basri aja deh." jawab Sofia yang membuat hati Beno sedikit nyeri.
...***...
Mereka bertiga pun pergi untuk mencari buku di sebuah toko buku. Sampai di sana Sofia dengan antusias masuk terlebih dahulu ke dalam toko buku itu.
Dia terlalu suka jika berhubungan dengan buku karena dia suka membaca, apalagi kalau berhubungan dengan novel.
"Ayo buruan masuk, pokoknya aku nanti mau tagih janji lo sama gw Bas." Teriak Sofia karena kedua sahabatnya itu terlalu lelet menurutnya.
"Iya iya sabar." balas Basri.
"Emang lo janji apaan Bas?" tanya Beno penasaran.
"Itu, semalam waktu kita telfonan gw janji mau beliin dia novel kalau kita ketahui toko buku. Dan sekarang kita beneran ke toko buku jadi ya mau gak mau gw harus tepatin janji gw kan?" jelas Basri.
"Ooh gitu." balas Beno.
Beno merasa dia kalah jauh jika di bandingkan sama Basri. Ternyata Basri dan Sofia sedekat itu tanpa sepengetahuannya. Bahkan tadi kata Basri mereka semalam telfonan, dan itu tanpa dirinya. Biasanya kalau mereka telfonan selalu bertiga dan semalam mereka hanya telfonan berdua saja. Beno jadi semakin yakin kalau di antara mereka ada apa apa.
"Lo kenapa, yuk masuk si nyonya nanti marah." ajak Basri karena Beno hanya bengong saja.
"Hah, iya ayo." cengoh Beno.
Mereka berdua pun berjalan memasuki toko buku menyusul Sofia yang sudah lebih dulu masuk ke sana.
Setelah berada di dalam mereka berpencar untuk mencari buku yang ingin mereka beli.
Sofia sibuk memilih novel novel yang ada di sana. Dia terlalu bingung harus membeli novel yang mana, sedangkan dirinya hanya membawa uang pas.
"Haduh pilih yang mana ya ini, ini cerita cintanya seru, kalau ini banyak ilmu pengetahuannya sedangkan yang ini terlalu banyak teka teki." bimbang Sofia harus memilih novel yang mana.
Tanpa Sofia sadari ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan Sofia, dia adalah Beno. Beno mendengarkan semua apa Sofia ucapan.
"Keknya yang ini aja deh lebih menantang, kan seru tuh mikirin teka teki nya." lanjut Sofia lagi.
Beno yang ada di sana pun berniat mendekat dan menawarkan untuk membelikan Sofia semua novel yang Sofia mau. Tapi saat dia baru mau melangkahkan kakinya tiba tiba ada Basri yang datang menghampiri Sofia terlebih dahulu.
"Gimana udah dapat belum novelnya?" tanya Basri yang di tangannya sudah memegang beberapa buku yang tebal tebal.
"Udah nih." tunjuk Sofia sambil mengangkat tangannya yang memegang sebuah novel.
"Udah cuma itu aja?" tanya Basri.
"Iya ini aja." balas Sofia.
"Ceritanya seperti apa sih?" penasaran Basri.
Sofia pun menceritakan sepenggal cerita yang sudah dia baca sebelumnya di web novel. Dan kelanjutannya ada di buku novel itu.
"Jangan beli yang itu deh saran aku, mending kamu beli yang ini aja biar pengetahuan kamu lebih banyak." suruh Basri sambil mengambil satu novel yang Sofia inginkan tadi, tapi Sofia lebih menginginkan novel yang ada di tangannya.
"Tapi aku pengen beli yang ini." memelas Sofia.
"Ini aja ya, lagian kalau kamu baca novel yang itu nanti kamu bakalan pusing memikirkan teka teki nya. Belum lagi nanti kalau cerita yang ada di novel ini menggantung atau sad ending. Mending baca yang ini aja ya endingnya kan sudah jelas akan bahagia." ucap Basri memberikan pengertian pada Sofia.
"Udah ini aja, ayo kita pergi ke kasir." ajak Basri menarik tangan Sofia setelah mengembalikan novel yang ada di tangan Sofia.
Dengan berat hati Sofia meninggalkan novel itu, mungkin nanti dia akan kembali ke sini lagi buat membeli itu novel.
Setelah selesai mendapatkan semuanya, mereka bertiga pun pulang dengan posisi yang masih sama. Yaitu dengan Sofia yang berada di boncengan Basri.
"Dah makasih ya udah anter aku pulang, kalian hati hati di jalan." ucap Sofia setelah sampai di depan rumahnya.
"Iya, udah sono lo masuk kita pergi dulu." balas Beno.
"Eemmm... makasih ya bas buat novelnya." ucap Sofia malu malu pada Basri.
"Iya, udah sana gih kamu masuk. Besok jangan lupa bangun pagi pergi ke sekolah." balas Basri.
"Siap kapten." balas Sofia.
Sofia pun masuk ke dalam rumahnya meninggalkan kedua sahabatnya yang masih berada di halaman rumahnya."Lo mau langsung pulang atau mau mampir ke rumah gw dulu?" tanya Basri pada Beno.
"Enggak deh, gw mau pulang aja." tolak Beno.
"Ya udah kita pisah di depan ya." balas Basri dan di angguki oleh Beno.
Arah menuju rumah mereka memang tidak searah, sedangkan rumah Sofia berada di tengah tengah.
Mereka berdua pun mulai menjalankan motor mereka meninggalkan halaman rumah Sofia.
Beno yang sudah sampai di rumahnya pun langsung membersihkan dirinya dan setelah itu dia pergi ke tempat laundry untuk membantu ibunya di sana.
"Sore bunda." sapa Beno pada bundanya.
"Sore juga sayang, kamu kok sudah pulang tumben?" balas bunda Beno.
"Iya bun tadi cuma pergi ke toko buku aja." jawab Beno.
"Ada yang bisa Beno bantu gak Bun?" tanya Beno sambil matanya melihat lihat sekeliling ada beberapa karyawan ibunya yang sedang sibuk.
"Kamu duduk aja di sana, sebentar lagi bunda juga sudah selesai kok. Habis ini kita langsung pulang dan bunda akan memasukkan makanan kesukaan kamu." tolak bunda Beno.
"Beno bantu bunda kemas pakaian aja ya." pinta Beno tak menghiraukan larangan bundanya.
Beno kasian melihat bundanya yang sepertinya sudah kelelahan mengurus tempat laundry dari pagi sampai sore seperti ini. Sebenarnya Beno ingin sekali membantu Bundanya, tapi bunda Beno selalu melarangnya.
"Udah gak usah, sebenar lagi juga selesai ini tinggal dikit lagi kok." larang bunda Beno.
Beno tak mendengarkan larangan bundanya, dia tetap melanjutkan mengemasi pakaian yang sudah rapi ke dalam kantung plastik untuk di ambil oleh pelanggan mereka.
...**...
Sedangkan di tempat Basri, dia baru saja sampai di rumahnya. Dia langsung masuk ke dalam rumahnya dan langsung di sambut oleh mamanya.
"Sore ma." sapa Basri mencium punggung tangan mamanya.
"Sore juga sayang, kamu baru pulang?" tanya mama Basri.
"Iya ma." balas Basri.
"Ya udah gih sana kamu bersih bersih terus setelah itu makan. Mama tahu kamu pasti belum makan siang kan?"
"Iya ma, kalau gitu Basri ke atas dulu ya." pamit Basri.
"Iya sayang." balas mama Basri.
Basri pun pergi meninggalkan mamanya yang tengah asik membaca majalah di ruang tamu, biasalah kebiasaan ibu ibu.
Basri masuk ke dalam kamarnya dan langsung melaksanakan perintah mamanya untuk membersihkan tubuhnya yang sudah bau. Baru setelah itu dia turun kembali ke lantai satu untuk makan siang, ehh salah lebih tepatnya makan sore karena ini memang sudah sore hari.
...***...
Pagi harinya mereka bertiga berangkat sekolah dengan seperti biasa Sofia berada di boncengan Basri. Motor mereka sampai di parkiran sekolah dan mereka bertiga pun langsung turun dari atas motor.
"Akhirnya gak jadi telat." lega Sofia karena tadi dia bangunnya kesiangan dan kedua sahabatnya itu menunggu dia dengan lama.
"Lagian lo sih, kan gw udah bilang jangan baca novel sampai malam, jadi kesiangan kan bangunnya." omel Basri.
"Ya kan gw kalo udah baca novel tuh gak ingat waktu, jadi ya tau tau udah malam aja." balas Sofia tak mau di salahkan.
"Iya lah, chat gw aja di anggurin."
Sedangkan Beno yang ada di sana pun merasa keberadaannya tidak di anggap. Beno pun akhirnya memilih pergi dari sana daripada harus merasakan sakit hati.
"Lah Beno kok udah gak ada?" tanya Sofia pada Basri saat tidak menemukan keberadaan Beno di sisinya.
"Lo sih kebanyakan ngoceh jadi Benonya pergi dulu kan." balas Basri menyalahkan Sofia.
"Lah kok cuma gw yang di salahin. Kan lo juga ikut ikutan tadi." tak terima Sofia.
"Ya udah ayo kita susul dia ke kelas." ajak Basri.
Mereka berdua pun pergi menuju kelas mereka yang berada di lantai dua.
Mereka bertiga satu kelas di kelas dua belas IPA 2. Di saat kebanyakan anak anak IPA itu murid yang teladan mereka itu sangat berbeda dengan yang lain.
Mereka bertiga sudah seperti anak IPS yang suka urakan dan suka bermalas malasan kalau di kelas. Tapi kalau sudah di berikan tugas beda lagi, mereka akan sangat bersemangat mengerjakan tugas itu.
Apalagi kalau ada guru yang memberikan materi praktek, mereka adalah orang pertama yang akan lari menuju laboratorium sekolah untuk mengerjakan praktek yang guru mereka berikan.
Entahlah kenapa mereka suka begitu, yang pasti mereka lebih suka terjun langsung dari pada harus di kasih penjelasan panjang lebar yang nantinya akan membuat otak semakin pusing saja.
"Lo kok ninggalin kita sih?" tanya Sofia menghampiri Beno dan sudah duduk anteng di bangkunya.
"Kalian tadi terlalu asik ngobrolnya, jadi gw gak enak mau ganggu kalian." balas Beno seperti tidak terjadi apa apa.
"Oooh gw kira tadi lo kenapa kenapa. Kita minta maaf ya udah abaikan lo tadi, habisnya Basri ngajak ribut mulu sih." ucap Sofia yang merasa tidak enak pada Beno.
"Iya santai aja, kayak sama siapa aja." balas Beno.
"Ehh Ben, PR lo udah belum, kalau udah gw nyontek dong gw belum soalnya." ucap Basri meminta contekan pada Beno.
"Gw juga dong, gw semalam lupa mau ngerjain." timpal Sofia.
"Udah kok, nih ambil aja di tas." Beno menyodorkan tasnya kepada kedua sahabatnya.
Basri dan Sofia pun dengan senang hati menyalin PR milik Beno sebelum guru datang.
Ya seperti itulah kebiasaan mereka kalau lupa mengerjakan PR di antara mereka ada yang menyalin dari mereka yang sudah mengerjakan PR. Tapi lebih sering ke Basri dan Sofia sih yang suka menyalin milik Beno.
Kalau soal otak mah mereka sama aja, sama sama pintar tapi dengan keahlian mereka masing-masing.
Beno mempunyai keahlian di bidang kimia dan fisika, Basri di bidang biologi dan kimia, sedangkan Sofia di berada di bidang biologi dan bahasa. Tapi sayang dia tidak mengambil jurusan bahasa, jadi dia hanya mempelajarinya secara otodidak saja.
Tak tak tak.
Suara langkah kaki mendekati kelas mereka.
"Woy pak bowo datang." teriak murid yang bertugas menjaga di depan pintu untuk melihat guru.
Dengan cepat para murid kembali ke tempat duduk masing-masing. Begitu juga Sofia dan Basri yang kembali ke tempat duduk mereka. Untung saja tadi mereka sudah menyelesaikan menyalin PR milik Beno.
"Selamat pagi anak anak."sapa pak Bowo yang baru memasuki kelas.
"Pagi pak." jawab para murid.
"Baik kalian bisa mengerjakan tugas yang akan saya berikan karena saya akan ada urusan sebentar. Dan untuk PR yang saya berikan Minggu lalu silahkan di kumpulkan." ucap pak Bowo.
"Huuuu...." sorak semua murid murid yang mengeluh karena di berikan tugas terus menerus oleh pak Bowo.
Tapi beda lagi dengan ketiga murid yang suka malas malasan itu, mereka bertiga malah tersenyum senang mendengar perintah pak Bowo. Karena bagi mereka mengerjakan tugas itu lebih menyenangkan daripada harus mendengarkan ceramah para guru.
"Baik silahkan kalian kerjakan apa yang sudah saya tulis di depan, saya tunggu sampai jam pelajaran berakhir di ruangan saya. Yula tolong nanti kamu bawakan ke ruangan saya. Dan untuk kalian semua silahkan mengumpulkan tugas ke Yula." ucap pak Bowo sebelum meninggalkan kelas IPA 2.
"Kita bagi tugas aja gimana?" bisik Sofia kepada kedua sahabatnya yang duduk di samping kiri dan kanannya.
"Yuk lah boleh biar cepat selesai." setuju Beno dan Basri.
"Oke karena tugasnya ada sepuluh nomor, jadi kita bagi tiga tiga, dan untuk yang satunya lagi nanti kita kerjakan sama sama." jelas Sofia dan di angguki mereka berdua.
Mereka semua pun sibuk mengerjakan tugas mereka agar cepat selesai dan segera di kumpulkan.
Di saat yang lain masih pada mengerjakan nomor enam atau lima, ketiga murid yang suka malas malasan itu malah sudah selesai mengerjakan tugas mereka.
"Nih punya kita, awas aja nanti kalau sampai gak lo kumpulin ke pak Bowo, abis Lo." ucap Basri mengumpulkan tiga buku milik dirinya, Beno dan juga Sofia.
"Iya iya, lo bertiga kok cepet banget sih ngerjainnya?" tanya Yula heran sekaligus curiga.
"Ya iyalah, kita kan murid teladan gak kayak kalian yang suka malas malasan." balas Sofia yang bertolak belakang dengan fakta.
Nyatanya mereka bertiga lah yang lebih malas di bandingkan yang lainnya.
"Ya elah gitu aja sombong, nih lihat gw habis ini mau selesai." balas Yula memperlihatkan bukunya pada Sofia.
"Masih mau kan belum selesai juga?" balas Sofia dengan senyum mengejek.
"Cih, sombong amat."
"Bodo amat, emang gw peduli yang penting gw udah selesai." Sofia pun kembali kepada tempat duduknya menghampiri kedua sahabatnya yang sudah duduk anteng di tempat mereka.
"Udah biarin aja gak usah ribut gitu, buang buang tenaga aja." ucap Beno setelah Sofia duduk di tempatnya.
"Habisnya dia bikin kesel duluan." balas Sofia kesal.
"Ya kan bisa gak usah lo ladenin dia, dia mah sirik sama kita yang udah selesai duluan." balas Basri.
"Bener tuh kata Basri, mendingan lo duduk anteng sambil lanjutin baca novel Lo." usul Beno.
"Nah bener juga Lo." setuju Sofia.
Akhirnya Sofia pun mengambil novel yang ada di dalam tasnya dan mulai membacanya lagi.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!