"Malam sayang." sapa seorang laki laki melalui sambungan video call.
"Malam juga ayang." balas si wanita.
"Gimana tadi kerjanya, lancar gak?" tanya si wanita.
"Alhamdulillah lancar. Oh iya yang besok kan aku gajian terus aku ada liburan dua hari terus di tambah aku mau ngambil cuti bulanan ku juga jadi totalnya aku ada libur tiga hari. Nah tiga hari itu aku berencana buat pergi ke Malang buat temuin kamu sama keluarga kamu." tutur si laki laki.
"Wah seriusan yang, berarti nanti kita bisa ketemu dong." antusias si cewek.
"Iya dong, kenapa kamu gak sabar ya?"
"Banget banget banget, aku udah nunggu momen ini selama kita menjalin hubungan."
Mereka terus mengungkapkan rasa tidak sabar akan pertemuan pertama mereka lusa nanti hingga menjelang jam satu dini hari barulah sambungan video call itu terputus. Itu pun sebab baterai ponsel si cewek yang habis, kalau tidak mungkin masih lanjut sampai pagi hari.
-
Dea Ayuningtyas, wanita cantik yang kerap di panggil Dea itu baru saja melangsungkan wisuda tingkat SMA nya bulan kemarin. Sambil menunggu panggilan kerja dari tempat yang dia lamar, dia bersantai santai di rumah.
Dea adalah anak dari tiga bersaudara, dia anak ke dua di antara kakak dan adiknya. Tinggal di desa yang sejuk akan udaranya membuat dia selalu bermalas malasan di kamar. Tapi jangan salah, dia bermalas malasan seperti itu karena ada alasannya, yaitu belum ada pekerjaan.
Sebenarnya banyak sih lowongan pekerjaan di daerahnya, cuma Dea itu orangnya pemilih jadi ya begitulah keadaannya sekarang, kluntang kluntung di dalam kamarnya.
-
Anang Pratama, lelaki asal Semarang yang tengah menjalin hubungan virtual dengan wanita asal Malang. Anang adalah pekerja di sebuah PT yang bergerak di bidang sepatu.
Lelaki berumur 23 tahun ini hidup sebatang kara di sebuah rumah kos yang ada di pinggiran kota Semarang.
Jika kalian bertanya kemanakah kedua orang tuanya? Jawabannya adalah tidak tahu, karena dia sedari kecil sudah hidup di panti asuhan.
Anang sebenarnya lulusan S1 tapi dia memilih bekerja sebagai kuli PT terlebih dahulu untuk mengumpulkan dana buat membuka usahanya nanti.
Anang sangat mencintai Dea pacarnya, meskipun mereka hanya menjalin hubungan virtual. Tapi dia berniat untuk menghalalkan Dea, karena dia sangat menyayanginya.
Anang berencana nanti saat ke Malang sekaligus untuk melamar Dea menjadi pendamping hidupnya.
-
Hari ini adalah hari di mana keberangkatannya Anang ke Malang, dia sudah dalam perjalanan menuju Malang menggunakan motor KLX miliknya yang dia beli dengan kerja keras dia selama di pabrik.
Anang sudah sangat tidak sabar ingin ketemu Dea, ingin rasanya dia meminjam pintu ajaib Doraemon agar langsung bisa sampai di tempat Dea.
"Dea sayang, I'm coming." seru Anang berteriak saat motornya baru saja memasuki kota Malang.
Anang semakin menambah laju kecepatan motornya agar bisa cepat sampai di tempat tinggal Dea. Bahkan dari Semarang ke Malang saja Anang hanya istirahat dua kali saja.
Sampai di daerah yang Dea share lok Anang bertanya pada orang yang ada di pinggir jalan untuk menanyakan letak rumah Dea yang sebelah mana.
"Permisi pak, kulo nyuwon tanglet. Ngeriane Dea Ayuningtyas niku ten pundi nggeh?" tanya Anang mengungkapkan bahasa Jawa.
(Permisi pak, saya mau tanya. Rumahnya Dea Ayuningtyas itu di mana ya?)
"Ooh omah e Dea a, iku lo omah cet abu abu karo putih." Jawa si bapak sambil menunjuk rumah yang paling ujung sendiri.
(Ooh rumahnya Dea ya, itu lho rumah yang cat warna abu-abu sama putih.)
"Ooh nggeh pak, matur nuwun nggeh." balas Anang.
(Ooh iya pak, terimakasih ya.)
Anang pun segera membawa motornya menuju rumah yang di tunjuk bapak bapak tadi. Setelah sampai di depan rumah itu, Anang turun dari motor dan berdiam di atas motor sejenak untuk mengatur nafasnya yang sudah tidak beraturan.
"Kenapa aku deg deg degan ya, maklum aja sih selama pacaran ini kan kita belum pernah ketemu. Bismillah aja deh, semoga kedua orang tua Dea bisa menerima aku." gumam Anang dan turun dari motornya.
"Hufft...." Anang menarik nafasnya dalam agar tidak gugup.
Tok tok tok.
"Assalamualaikum." salam Anang.
Sepi tidak ada jawaban dari dalam.
Tok tok tok.
"Assalamualaikum." sekali lagi Anang mengulangi salamnya.
"Waalaikum salam, iya sebentar." balas seseorang yang suaranya seperti wanita.
Ceklek.
Pintu terbuka, terlihatlah seorang wanita yang kira kira berumur hampir lima puluh tahunan berdiri di hadapan Anang. Anang berfikir mungkin ini adalah ibu Dea.
"Assalamualaikum Bu." salam Anang sopan sambil mencium punggung tangan wanita itu.
"Iyo waalaikum salam, golek i sopo yo le?"Balas ibu Dea bertanya.
(Iya waalaikum salam, cari siapa ya anak laki-laki?)
"Kulo madosi Dea Bu, Dea ne enten ngerio nopo mboten?" jawab Anang.
(saya mencari Dea Bu, Deanya ada di rumah apa enggak?)
"Ooh Dea, iku onok dek kamar."
"Ayo le samean bacut nang omah." lanjut ibu Dea mempersilahkan Anang untuk masuk ke dalam rumah.
(Ooh Dea, itu ada di kamar.)
(Ayo "panggilan anak laki-laki" kamu masuk ke rumah)
"Enggeh Bu."balas Anang.
Anang pun masuk ke dalam rumah Dea. Kondisi rumah Dea sama seperti rata rata rumah di kampung daerah Malang. Tapi bagi Anang ini sudah tergolong bagus di antara rumah yang lainnya. Mungkin kedua orang tua Dea termaksud orang berada di sini.
"Sek le yo cek celokno Dea, sampean longgoh disek." ucap ibu Dea dan pergi meninggalkan Anang di sana.
"Enggeh Bu." balas Anang.
Sambil menunggu Dea, Anang melepaskan tas ransel yang sedari tadi ada di punggungnya. Anang meletakkannya di bawah tempat dia duduk. Tak berapa lama setelah kepergian ibu Dea ada seorang wanita cantik yang datang menghampiri Anang.
"Anang." seru wanita itu dan berlari menghampiri Anang.
"Dea." balas Anang pada wanita itu yang tak lain adalah Dea.
Dea langsung memeluk tubuh Anang dan begitupun dengan Anang yang langsung membalas pelukan Dea. mereka berpelukan untuk menyalurkan rasa haru mereka karena ini adalah pertemuan pertama mereka setelah lama pacaran.
"Ternyata kamu aslinya lebih cantik ya." puji Anang pada Dea setelah melepaskan pelukannya.
"Apaan sih kamu, kamu juga lebih ganteng di nyata dari pada lewat handphone." balas Dea tersipu malu.
"Kok kamu gak bilang sih kalau udah sampai Malang, aku kan bisa jemput kamu di jalan masuk desa aku biar kamu gak bingung nyari rumah aku. Terus tadi kamu sempat nyasar gak?" cerocos Dea yang membuat Anang gemas sendiri.
...***...
"Kenapa kamu diam saja?" tanya Dea, pasalnya Anang diam dan memandangi Dea saja.
"Kamu bikin gemes kalau ngomel seperti itu." jawab Anang.
"Dih kenapa merah gitu pipinya." goda Anang.
"Apaan sih aku malu tau." malu Dea, Dea menutup wajahnya karena malu.
"Ngapain malu?"
"Iih kamu kayak gak tahu cewek aja."
"Ya emang aku gak tahu, kan aku cowok bukan cewek."
"Tauk ahh terserah kamu aja." kesal Dea.
"Kenapa marah gitu?"
"Siapa juga yang marah, orang aku gak marah kok."
"Lah tadi itu buktinya."
"Itu bukan marah, tapi kesal."
"Kenapa harus kesal?" tanya Anang menggoda Dea.
"Kamu kok aslinya nyebelin banget sih." Dea semakin kesal.
"Masak sih, perasaan enggak deh."
"Ngomongno opo se iki kok rame temen?" tanya ibu Dea yang baru saja keluar dari arah dapur sambil membawa cangkir yang berisi kopi panas untuk Anang.
(Bicarain apa sih ini kok berisik banget?)
"Hehehe mboten ngomong nopo nopo kok Bu, niki cuma lepas kangen mawon." jawab Anang.
(Hehehe enggak bicarain apa apa kok Bu, ini cuma melepaskan kangen saja.)
Untung saja tadi mereka sudah selesai pelukannya, coba kalau belum pasti ibu Dea akan melihatnya tadi.
"Oalah Iyo, ayo iki ngombene dek ombe mumpung esek panas, engkok lek wes adem gak enak." suruh ibu Dea menghidangkan minuman untuk Anang.
(Oalah iya, ayo ini minumannya di minum mumpung masih panas, nanti kalau sudah dingin gak enak.)
"Enggeh Bu, matur nuwun." balas Anang.
(Iya Bu, terimakasih.)
Anang pun langsung meminum kopi yang sudah di buatkan oleh calon mertuanya itu.
Ciah, calon mertua, ya kalau di terima kalau tidak gimana.
"Iki sopo to ndok, kok ibu esek kaet ketok?" tanya ibu Dea pada Dea penasaran.
(Ini Siapa sih nak, kok ibu baru lihat?)
"Ooh iyo Dea lali, kenalno Bu iki Anang pacar Dea seng Dea ciritakno biasa e." jawab Dea memperkenalkan Anang pada ibunya.
(Ooh iya Dea lupa, perkenalkan bu ini Anang pacar Dea yang Dea ceritakan biasanya.)
"Ooh iki to arek e, samean arek ndi le?" tanya ibu Dea pada Anang.
(Ooh ini tah anaknya, kamu dari asal mana anak laki-laki?)
"Kulo dugi Semarang Jawa tengah Bu." jawab Anang menyebutkan asal daerahnya.
(Saya berasal dari Semarang Jawa tengah Bu.)
"Oalah adoh Yo, kok isoh kenal ambek Dea iku yok opo to?" tanya ibu Dea penasaran dengan kisah cinta mereka berdua.
(Ooh jauh ya, kok bisa kenal sama Dea itu dari mana?)
"Dugi HP Bu." jawab Anang.
(Dugi HP Bu)
Mereka pun terus berbincang bincang hingga Anang merasa kalau keluarga Dea sepertinya mau menerima kedatangan dia. Bahkan ayah Dea serta saudara saudara Dea yang lainnya pun sudah akrab dengan Anang.
Anang yang mendapat sambutan yang sangat baik pun merasa senang dan tidak sia sia jauh jauh datang dari Semarang ke sini.
Anang juga sudah mengutarakan keinginannya untuk menikahi Dea, dan kedua orang tua Dea menyerahkan semua keputusan kepada Dea sendiri. Jadi jangan di tanya lagi bagaimana jawaban Dea, sudah jelas kalau dia bakal menerima Anang.
Saat ini Anang sudah berada di tempat penginapan yang tidak jauh dari rumah Dea. Sebenarnya tadi Anang di minta untuk menginap di rumah saudara Dea yang rumahnya berdekatan dengan rumah Dea tapi Anang menolaknya dengan alasan tidak mau merepotkan.
Alhasil mereka pun mencarikan penginapan untuk Anang yang dekat dari rumah mereka.
"Syukurlah kalau mereka mau menerima keadaanku yang yatim piatu ini. Semoga segala urusan ku nanti di lancarkan. " gumam Anang.
"Berarti mulai sekarang aku harus lebih semangat lagi kalau cari uang buat nanti meminang Dea. Kan gak mungkin aku bergantung pada keluarga Dea. Meskipun tadi mereka sudah bilang mau menanggung semua biaya pernikahan kita." lanjut Anang.
Anang memang tadi menceritakan semuanya kepada keluarga Dea, dan mereka tidak ada yang masalah dengan keadaan Anang. Asal nanti Anang bertanggung jawab pada Dea itu sudah cukup bagi keluarga Dea.
Mungkin nanti saat sampai di Semarang Anang akan mencari pekerjaan tambahan, seperti mengojek atau apalah nanti yang penting itu halal.
"Aku harus segera tidur, biar besok waktu jalan jalan sama Dea aku sudah kelihatan fresh." monolog Anang.
Anang pun memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah sehabis perjalanan jauh Semarang Malang. Mungkin saking lelahnya hingga tak berapa lama setelah dia membaringkan tubuhnya matanya sudah terpejam.
-
Hari berganti begitu cepat, hingga sekarang Dea dan Anang sudah sah menjadi suami istri. Anang memboyong Dea ke Semarang karena memang pekerjaannya berada di sana jadi dia tidak bisa stay terlalu lama di Malang.
Saat ini mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju Semarang. Mereka berangkat sebelum subuh dan sekarang sudah jam tujuh pagi.
"Kita cari sarapan dulu yuk, kamu mau makan apa?" tanya Anang agak berteriak agar Dea dapat mendengar suaranya.
"Terserah kamu saja yang penting nasi, soalnya aku gak bisa kalau tidak sarapan dengan nasi." jawab Dea yang ikutan berteriak juga.
Mereka pergi ke Semarang mengendarai motor KLX milik Anang. Sedangkan barang barang Dea mereka kirim lewat paket agar tidak terlalu susah mereka membawanya.
"Ya udah kita makan nasi Padang aja ya."
"Iya, sudah lama juga aku gak makan nasi Padang." balas Dea.
Anang pun menghentikan motornya di depan rumah makan Padang. Mereka turun dari motor dan segera masuk ke dalam sana.
"Kamu pasti capek ya bawa motor dari tadi?" tanya Dea kasihan.
"Enggak kok, aku sudah biasa bawa motor lama. Apalagi sekarang aku lagi bonceng kamu jadi ya gak terasa lelahnya." gombal Anang.
"Apaan sih malah gombal, aku serius tahu."
"Aku juga serius sayang." balas Anang.
"Habis ini aku aja ya yang bawa motor, kamu yang aku bonceng." usul Dea.
"Emang kamu bisa bawa motor itu, kalaupun kamu bisa aku gak bakal izinin kamu yang bawa motor." tolak Anang.
"Kenapa?"
"Pakai tanya lagi, aku gak mau nanti kamu kecapekan. Masa iya sih aku tega bikin orang yang aku sayang kecapekan." balas Anang.
"Tapi aku kasian sama kamu."
"Aku gak papa sayang, aku sudah biasa loh. Kalau kamu kasian sama aku nanti setelah sampai rumah kamu pijitin aku aja ya." pinta Anang.
"Iya nanti aku pijitin kamu kalau udah sampai rumah." balas Dea.
Anang memang baru beberapa hari yang lalu membeli rumah ya walaupun ukurannya kecil tapi lumayan lah dari pada harus tinggal di kontrakan yang hanya ada kamar saja.
...***...
Mereka berdua sudah sampai di rumah Anang. Saat ini mereka tengah mengistirahatkan tubuh mereka sejenak sebelum nanti melanjutkan dengan membereskan barang barang Dea yang baru saja datang.
"Aku capek ya, sini aku pijitin." tawaran Dea pada Anang yang tengah merebahkan tubuhnya dengan kaki yang masih berselonjor ke lantai.
"Enggak usah deh yang, kamu pasti juga capek kan. Sini kita tidur aja, nanti kalau tenaga kita sudah balik lagi baru kamu bisa pijitin aku."
"Pijat plus plus tapi." lanjut Anang sambil mengelirkan sebelah matanya.
"Maksud kamu?" tanya Dea polos.
"Hehehe enggak ada kok." balas Anang.
"Gj kamu." balas Dea.
Dea pun memejamkan matanya menghadap ke arah Anang. Dia merasa tubuhnya sangat lelah, mungkin karena efek lama berada di atas motor.
"Yang kamu udah tidur?" tanya Anang menghadap ke arah Dea.
"Kenapa?" tanya Dea membuka matanya lagi.
"Aku kira kamu udah tidur." balas Anang.
"Ini masih mau tidur, capek banget soalnya. Aku yang cuma nangkring di belakang aja capeknya kayak gini, apalagi kamu yang bawa motor." ucap Dea sambil tangannya mengelus pipi Anang.
Cup.
"Aku gak merasa capek kok, kalau sama kamu mah semua rasa capekku hilang." balas Anang setelah memberikan kecupan di tangan Dea yang berada pada pipinya.
"Aku serius loh, kenapa kamu gombal terus sih."
"Aku juga serius sayang, kamu itu adalah obat dari segala obat." balas Anang.
"Males ahh, kamu gombal mulu."
"Iisss... aku serius loh yang."
"Kamu kenapa bisa yakin banget nikahin aku?" tanya Dea penasaran.
"Ya gak tahu mungkin karena memang kita jodoh." jawab Anang santai.
"Oh iya nanti aku minta tolong ya sama kamu kalau ada lowongan pekerjaan buat cewek kasih tahu aku, aku mau kerja juga buat bantu kamu." ucap Dea.
"Kenapa kamu harus kerja, kamu di rumah saja biar aku yang kerja cari uang buat kehidupan kita." larang Anang.
"Aku gak mau merepotkan kamu terus, aku juga mau bantu kamu cari uang." jelas Dea.
"No, kamu tidak merepotkan aku sama sekali. Ini memang keinginan aku buat di repotkan t sama kamu terus. Aku juga sudah berjanji sama kedua orang tua kamu kalau aku mau menanggung semua biaya kehidupan kamu kedepannya."
"Kamu cukup doain aku dari rumah semoga aku di permudahkan dalam mencari rezeki agar uangnya cepat terkumpul buat nanti aku buka usaha sendiri." lanjut Anang.
"Tapi...."
"Sstttt... pokoknya aku gak mau lagi dengar kamu cari kerjaan, kamu cukup di rumah saja menunggu aku pulang kerja dan aku hanya minta doa kamu saja." ucap Anang memotong ucapan Dea.
"Percaya sama aku, aku masih mampu kok kalau biayain kehidupan kita berdua." lanjut Anang.
Dea yang terharu mendengar ucapan Anang pun langsung memeluk Anang dan menangis di sana.
"Aku gak nyangka kalau aku bisa bertemu orang sebaik kamu, aku sangat bersyukur karena Allah sudah memberikan jodoh orang sebaik kamu. Terimakasih kamu sudah menerima aku yang tidak ada apa apanya di bandingkan dengan wanita di luar sana yang sukses dengan karier karier mereka." ucap Dea dalam tangisnya.
"Ssttt... udah jangan nangis, aku juga berterimakasih sama kamu karena kamu sudah mau menerima keadaanku yang biasa saja dan tidak memiliki orang tua." Anang mengelus kepala Dea.
"Udah ya jangan nangis, mending kita tidur aja kan tadi katanya kamu mau tidur." ajak Anang dan di balas anggukan oleh Dea.
Mereka berdua pun tertidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain.
-
Dea sudah bangun tapi tidak dengan Anang, dia masih asik berkelana di dunia mimpinya. Saat ini Dea tengah membereskan barang barang yang dia bawa dari Malang.
"Huh, akhirnya selesai juga." lega Dea setelah menyelesaikan semuanya.
Setelah itu Dea pun pergi membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum nanti dia akan perang dengan peralatan dapur.
"Ternyata belum bangun juga, mungkin dia memang benar benar kelelahan." ucap Dea setelah kembali ke dalam kamar setelah mandi dan masih mendapati Anang yang masih tidur dengan nyenyak.
Tak mau ambil pusing, Dea pun segera berganti baju dan pergi ke dapur untuk masak.
"Ini gak ada apa apa yang bisa di masak, berarti aku harus pergi belanja dulu." gumam Dea setelah melihat di dalam lemari es tidak mendapati apa apa di sana.
Dea pun pergi keluar tanpa berpamitan dulu dengan Anang karena takut mengganggu tidur Anang.
"Mau ke mana mbak?" tanya seorang ibu ibu yang berpapasan dengan Dea di jalan.
"Ini bu saya mau belanja, tapi tidak tahu tempatnya." jawab Dea apa adanya.
"Ooh kalau mau belanja pergi saja ke warungnya mbok Inah, itu tempatnya ada di ujung gang." jelas ibu itu memberitahukan kepada Dea.
"Ooh iya bu terimakasih ya. Kalau begitu saya pamit dulu." balas Dea dengan ramah.
"Eehh tunggu mbak, mbaknya ini penghuni baru ya di sini?" tahan ibu itu dan bertanya pada Dea.
"Iya Bu, saya istrinya mas Anang yang baru beli rumah itu." jawab Dea menunjuk rumah Anang yang masih terlihat oleh pandangan matanya.
"Ooh mbaknya yang barusan nikah itu toh, kenalin mbak saya Ira. Saya ibu RT di sini." ucap ibu itu memperkenalkan dirinya yang bernama Ira sekaligus ibu RT di sini.
"Iya bu salam kenal saya Dea Bu." balas Dea menjabat tangan ibu Ira.
"Nanti kalau mbak Dea mau tanya apa apa tentang daerah sini bisa tanya langsung ke saya saja mbak. Rumah saya ada di sana." menunjuk rumahnya yang berpagar besi warna coklat.
"Ooh iya Bu, nanti kalau ada apa apa Dea pasti ke sana." balas Dea.
"Kalau gitu Dea pamit dulu ya Bu. Mau buru buru masak soalnya takut nanti mas Anang bangun dan belum ada makanan di rumah." pamit Dea.
"Ooh iya mbak silahkan." balas ibu Ira.
Dea pun pergi dari sana menuju tempat penjual yang di sebutkan bu Ira tadi. Dea sangat merasa bersyukur karena ternyata di tempat tinggal barunya sekarang masih ada orang yang baik dan ramah seperti ibu Ira. Semoga saja nanti tetangga tetangga Dea yang lain ramah ramah juga seperti ibu Ira.
"Assalamualaikum Bu." ucap Dea saat sampai dia warung mbok Inah.
"Waalaikum salam, ada yang bisa saya bantu mbak?" balas si pemilik warung bertanya pada Dea.
"Ini bu saya mau belanja kebutuhan rumah." jawab Dea sambil tersenyum.
"Ooh iya ndok monggo silahkan." balas mbok Inah menyuruh Dea memilih barang yang Dea cari sendiri.
"Sayur supnya ini berapa ya mbok?" tanya Dea sambil memegang saru bungkus sayur sup.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!