"Yu mana uang kemarin yang aku kasih ke kamu?" Bram meminta uang yang telah dia berikan pada Ayu sore kemarin.
"uangnya udah ngak utuh mas, semalam aku udah beliin susu Bibi dan juga sudah beli keperluan dapur, dan uangnya tinggal 20 ribu aja"
mendengar penjelasan Ayu, Bram langsung naik pitam dan tanpa merasa bersalah Bram menendang Ayu sampai jatuh ke bawa kasur.
"istri bodoh! kamu jadi istri jangan boros kamu kira cari duit itu gampang?" Dengan nada penuh amarah Bram tanpa segan-segan menjambak rambut panjang Ayu.
Ayu yang masih terduduk karena menahan sakit kembali merintih kesakitan saat rambutnya di tarik oleh Bram.
"ampun mas, sakit" tangisan Ayu tidak membuat Bram merasa iba sedikitpun.
"kamu bilang ampun?, ini rasakan" dengan sekuat tenaga Bram mendorong Ayu sampai-sampai rambut Ayu banyak yang tertinggal di tangan Bram.
ternyata kejadian itu di lihat langsung oleh Dila anak sulung mereka. Dengan cepat Dila memeluk ibunya agar ayahnya berhenti untuk memukul ibunya.
"ayah jangan sakiti ibu, ibu ngak salah" ucap Dila dengan derayan air mata di pipinya.
bukannya sadar Bram malah berbicara seolah Ayu telah berbuat kesalahan yang begitu fatal.
"ibu mu ini wanita bodoh, kamu jangan ikut-ikutan bodoh seperti ibu mu" dengan mata melotot Bram menatap geram kepada Ayu yang saat itu saling berpelukan dengan Dila.
melihat Dila yang tak kunjung melepaskan pelukan terhadap Ayu, Bram langsung bergegas pergi meninggalkan rumah dengan penuh amarah.
"ibu ngapapa kan, katakan pada Dila bagian mana yang sakit Bu?" Dila bertanya dengan air mata terus mengalir.
"Ayu jangan nangis ya, ibu ngak apa-apa sayang" Ayu mencoba menenangkan Dila yang menangis. Ayu tau kalau Dila telah mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak. Dila sekarang telah berumur 7 tahun, Dila hampir selalu melihat ibunya di pukul oleh Bram yang selalu di panggil ayah olehnya.
"ibu jangan bohong, Dila liat semuanya kalau ayah jahat dengan ibu"
"stth Dila sayang ngak boleh bilang ayah jahat, ayah orangnya baik hanya saja ibu kurang bisa mengatur keuangan kita. jadi ayah marah deh sama ibu"
Dengan penuh lemah lembut Ayu menjelaskan kepada Dila tentang sebenernya yang terjadi, Ayu tidak ingin Dila menganggap ayahnya adalah sosok ayah yang kejam.
"tapi kan wajar ibu beli susu buat adik dan beli makanan untuk kita makan" ternyata Dila sangat dewasa menanggapi semua masalah itu.
"ya tetap saja ibu yang salah, ibu belum bisa mengatur keuangan yang di berikan ayah mu" Ayu tetap menjelaskan kalau dialah yang salah hanya karena tidak ingin Dila menganggap Ayahnya kejam.
"Dila bisa bantu ibu ngak?"
"bisa Bu ibu mau apa?"
"hapus air matamu trus liat adikmu yang tertidur di depan tv itu ya, jagain adik sebentar ibu ada kerjaan sedikit"
seolah tidak terjadi apa-apa Ayu menyuruh anak anak sulungnya untuk menjaga adiknya.
"baik Bu" ucap Dila
setelah Dila keluar kamar Ayu segera mengunci kamar lalu duduk di depan meja hias, Ayu menatap kaca lalu berbicara dengan cerminan dirinya sendiri.
"kamu tau? aku sangat lelah dengan semua ini! ibu ayah kenapa aku harus tersiksa dengan pilihan ku sendiri. Andai ibu dan ayah masih hidup tidak mungkin aku akan seperti ini"
Dengan air mata terus mengalir di pipinya Ayu meratapi nasib yang menimpanya kini. Ayu menyesal karena telah salah memilih pasangan hidup.
Setelah merasa sedikit reda emosi yang menyelimuti hatinya Ayu segera bergegas menuju kamar mandi dan terus melanjutkan membersikan diri. Saat membersikan diri Ayu melihat banyak lebam di sekujur tubuhnya, lebam yang lama belum hilang kini lembab baru telah muncul di sekujur tubuhnya. bekas tendangan Bram membekas pada pahanya,terlihat warna biru kehitam-hitaman. saat sedang keramas Ayu melihat banyak rambutnya yang rontok akibat tarikan kuat dari Bram. Dangan tabah Ayu bersabar akan masalah yang menimpanya.
Setelah selesai mandi Ayu langsung membuatkan susu untuk Bibi yang kini telah bangun dari tidurnya. Untung saja Bibi bukanlah anak yang rewel seakan paham kalau ibunya sangat lelah. Bibi akan menangis hanya ketika membutuhkan susunya. Ayu sangat beruntung mempunyai dua orang anak yang mampu mengerti keadaan ibunya.
"Dila ayok makan dulu ibu sudah bikin sayur bening kesukaan kamu loh" ucap Ayu.
"asik, Aku sangat suka masakan ibu apalagi sayur bening buatan ibu sangat enak" Dila mengacungkan jempol kepada ibunya.
"iya, sudah sana makan dulu" sambut Ayu.
Dila pergi ke dapur untuk mengisi perut. Ayu sebenarnya ingin sekali memberikan Dila Ayam goreng tapi ayam goreng itu bagian ayahnya. Bram akan marah kalau makanan tidak enak. setiap hari Bram ingin makan enak seperti ayam, udang dan ikan.
Bahkan sesekali meminta daging sapi. yang anehnya Bram memberikan uang yang sangat pas-pasan. Ayu benar-benar harus pandai membagi uang agar semua kebutuhan tercukupi.
Bram hanya memberikan 50 persen dari uang gaji yang dia terima kepada Ayu selebihnya Bram gunakan untuk keperluannya sendiri. Bram terkenal suka main judi dan juga main perempuan.
sebenarnya 100 persen pun gaji yang dia berikan kepada Ayu itupun kurang karena keperluan mereka meningkat setelah Bibi lahir dan Dila harus masuk sekolah SD.
"ibu ngak ikut makan? ayok sini bareng aku" ajak Dila kepada ibunya.
" ibu belum lapar sayang, Dila makan sendiri aja dulu ya" Ayu beralasan tidak lapar. sebenarnya Ayu menahan karena ingin menghemat pengeluaran.
"tapi ibu jangan lupa makan ya ntar sakit loh" Dila menasehati ibunya.
"iya sayang, anak ibu pinter banget sih"
"iya dong kan anaknya ibu"
ada senyuman bahagia di bibir Ayu melihat Dila. di tatapnya Bibi yang sedang asik menyedot susu formula yang di buat olehnya
"terima kasih Tuhan engkau telah memberikan aku 2 malaikat yang sangat aku sayangi" batin Ayu.
memang benar selemah-lemahnya wanita akan tetap kuat demi anak-anaknya. wanita akan menjadi tameng terkuat demi anak-anaknya. apapun akan dilakukan demi kebahagiaan sang buah hati. rasa sesakit apapun mampu mereka tahan agar anak-anak nya tersenyum. sungguh perjuangan seorang ibu tidak akan pernah tergantikan oleh apapun. begitu juga dengan Ayu yang tetap mampu bertahan di dalam rumah tangga yang tidak sehat ini. Ayu tidak memikirkan tentang dirinya yang terpenting baginya adalah kebahagiaan anak adalah tujuan utamanya bertahan. walau penderita dan kekerasan tidak pernah berakhir. Ayu yakin kesabaran yang selama ini dia tanam akan berbuah sangat manis. Ayu percaya akan semua itu. ajaran ibunya selalu Ayu kenang dan perkataan ayahnya selalu jadi pedoman baginya dalam menjalani hidup.
Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah Ayu melepaskan lelah dengan bermain dengan Bibi yang kini berusia 3 tahun. sepenat apapun Ayu dalam mengerjakan pekerjaan rumah akan terobati ketika melihat anak-anaknya. hanya itulah hiburan Ayu selama ini.
Ayu tidak pernah keluar rumah karena Bram melarang. Alasan ayu di larang adalah karena Bram tidak ingin orang lain tau kalau Ayu adalah istrinya. Bram merasa malu karena Ayu tidak pandai merawat diri tidak seperti istri para tetangga yang enak di pandang.
Ayu akan keluar hanya pada saat membeli keperluan dapur saja dan keperluan yang sekiranya Ayu benar-benar harus keluar rumah. sebenarnya Ayu merasa tertipu pada saat awal pernikahan Bram sangat menyayangi Ayu tapi seiring berjalannya waktu Bram berubah setelah menginjak usia pernikahan 1 tahun.
"ibu Dila pulang" ucap Dila yang baru saja pulang sekolah.
"eh anak ibu udah pulang, gimana tadi sekolahnya?" tanya Ayu.
"seru banget Bu tadi aku ikut pelajaran seni, kami di suruh menggambar orang dengan tema pahlawan. aku bikin gambar ibu deh" ucap Dila sambil mengeluarkan buku gambar yang ada di dalam tasnya.
Ayu sangat bahagia lalu tersenyum kepada Dila ternyata anaknya menganggap dia adalah pahlawan. Ayu sangat terharu dengan sikap Dila. Ayu merasa sangat di hargai sebagai seorang ibu.
"wah bagus sekali sayang gambarnya, nanti buatkan gambar juga ya" pinta Ayu.
"Dila ngak mau, ayah bukan pahlawan ayah orang jahat" Dila menolak permintaan ibunya.
"Dila ngak boleh ngomong gitu, kalau ngak ada ayah Ayu ngak bisa sekolah loh"
"tetap aja Bu bagi Dila ayah itu orang jahat. Dila benci Ayah"
"Dila sayang dengerin ibu ya, ingat Dila ngak boleh begitu sama ayah. emangnya Dila mau jadi anak durhaka? Dila tau kan anak durhaka nanti masuk neraka" ucap Ayu sambil mengelus kepala putrinya.
Dila hanya diam tanpa bersuara. sepertinya Dila menyimpan dendam kepada ayahnya sendiri.
"ibu aku lapar aku mau makan"
"itu ibu sudah masak ikan lempah kuning (masakan khas Bangka Belitung) ayok sana makan, tapi ayam goreng baladonya jangan dimakan ya nak itu punya ayahmu" ucap Ayu.
Dila langsung kekamar untuk mengganti baju lalu makan di dapur tanpa mengiyakan ibunya.
"kenapa ibu selalu membuat makanan enak untuk ayah sedangkan aku selalu makanan sederhana, aku kan juga mau makan ayam goreng balado, aku tukeran aja sama lauk ayah" batin Dila.
dengan lahap Dila makan dengan lauk ayam balado yang telah ibunya siapkan untuk Ayahnya. Ayu tidak mengetahui kalau Dila telah menukar menu makanannya dengan ayahnya. Ayu sedang berbaring menyusui Bibi .
Setalah satu malam Bram tidak pulang kerumah akhirnya siang ini Bram pulang kerumah dengan membawa perut kosong. tanpa mengucap salam Bram melangkah ke dapur melihat tudung saji yang tertutup.
"Ayu sini kamu" ucap Bram dengan kasar.
"loh kapan mas pulangnya kok ngak ucap salam dulu" tanya Ayu.
"salam ngak salam terserah akulah kenapa kamu yang sewot. Panggil kamu karena ayam goreng balado yang aku pesan ke kamu ngak ada di meja makan" ujar Bram dengan mata melotot.
"pagi tadi sudah aku buatkan kok mas" ucap Ayu meyakinkan Bram.
"ini buktinya mana?" Bram membuka tudung saji dan memang ayam goreng balado sudah tidak ada hanya ada semangkuk ikan lempah kuning.
Bram langsung membanting tudung jadi yang dipegang olehnya. seketika Ayu terkejut dan menyenggol gelas kaca yang berada di sisi meja makan. berhamburan lah Bering kaca bekas pecahan gelas itu.
Dila ternyata mendengar suara pecahan itu lalu langsung berlari menghampiri ibu dan ayahnya. di kalah itu Dila sedang bermain boneka di rumah tetangga.
"ibu kenapa gelas itu pecah" Dila bertanya tentang apa yang telah terjadi.
"ibu bodoh mu ini menjatuhkan gelas" ucap Bram kepada Dila.
"maaf mas aku tidak sengaja" Ayu menjawab sambil memungut pecahan beling.
"cepat bersihkan itu semua dan aku tidak mau tau ayam goreng balado yang aku mau harus ada dalam waktu 5 menit lagi. aku sudah sangat lapar"
"ayah maafkan aku, akulah yang telah menghabiskan ayam goreng balado yang ayah mau, aku hanya kesal ibu selalu masak makanan enak hanya untuk ayah sedangkan aku tidak begitu" Dila memberi tahu tentang sebab hilangnya ayam goreng balado itu.
"Dila bukankah ibu sudah bilang kalau ayam goreng balado itu milik ayahmu"
bram bukannya mengerti tentang itu semua malah semakin memojokkan Ayu.
"itu semua karena kamu yu, kamu tidak bisa mengatur uang sampai-sampai Dila mengambil ayam goreng Balado ku" dengan penuh amarah Bram terus menuduh Ayu tidak becus mengatur keuangan.
"aku tidak mau tau dalam 5 menit lagi ayam goreng balado itu harus ada di meja makan, kalau tidak kamu akan menanggung akibatnya" ucap Bram mengancam Ayu.
Karena tidak ingin melihat ibunya di pukul, Dila mengeluarkan uang tabungannya lalu bergegas ke warung Padang untuk membeli apa yang ayahnya mau. dengan cepat Dila pulang dan memberikan ayam itu kepada ibunya.
"ibu maafkan aku. ini aku telah membeli ayam goreng balado yang ayah mau cepat ibu kasih ke ayah aku ngak mau liat ibu di pukul ayah lagi" ucap Dila setengah berbisik kepada ibunya yang masih memungut pecahan beling.
"kamu dapat uang dari mana sayang, ibu ngak mau kalau kamu mencuri ya"
"aku ngak mencuri Bu ini uang tabunganku jadi ibu ngak perlu kuatir ya"
"maafkan ibu ya nak, nanti kalau ibu sudah punya uang ibu akan ganti" ucap Ayu.
"ibu ngak perlu ganti aku ikhlas kok" Ucap Dila menolak.
setelah selesai memungut pecahan beling Ayu menyiapkan makanan untuk Bram yang telah di beli oleh Dila.
"mas ayok makan ini ayam goreng baladonya susah ada" ajak Ayu kepada Bram.
"gara-gara kamu tidak becus ayam goreng balado yang ku minta sampai di makan oleh Dila, andai kamu dapat mengatur keuangan yang aku beri tidak mungkin sampai Dila makan bagian ku memang istri tidak berguna"
Bram masih saja menyalakan Ayu tentang ayam goreng balado itu. Ayu hanya bisa menahan diri dengan bersabar. melawan pun percuma tidak ada gunanya.
"maafkan aku mas, yaudah mas makan dulu ya" ucap Ayu yang menahan kesedihan.
Bram berlalu ke dapur meninggalkan Ayu sendiri di kamar. saat Bram sedang makan Ayu dengan tidak sengaja melihat ponsel Bram berbunyi ternyata ada pesan dari seseorang wanita.
"mas malam ini temenin aku bobok lagi ya kayak semalam, aku suka servisan mas sangat memuaskan. malam ini aku kasih gratisan deh"
seketika Ayu merasakan sesak di dalam dadanya. perasaannya sangat kacau hatinya terasa remuk. ternyata Bram tidak hanya gila judi tetapi juga sekarang gila perempuan.
air mata Ayu menetes tanpa mengeluarkan suara.
setelah Bram selesai makan Ayu langsung menanyakan soal pesan itu kepada Bram.
"mas aku mau tanya Siska itu siapa" dengan suara tertahan Ayu berucap.
"oh dia temanku memangnya kenapa?" Dangan sinis Bram menatap Ayu.
"kamu tega mas sama aku, semalam kamu tidur dengan wanita murahan itu kan?" air mata pun tak dapat Ayu bendung lalu tumpah di kedua pipinya.
"oh jadi kamu sudah tau soal itu? ya semalam aku tidur dengan Siska kenapa kamu tidak suka? harusnya kamu sadar kenapa aku lebih memilih perempuan lain? kamu itu tidak bisa merawat diri! lihat penampilan mu sangat kusut seperti pembantu. badan mu sangat bau hanya tercium aroma air kencing Bibi. tidak seperti Siska yang wangi aroma badannya saja menggoda birahiku. jadi jangan salahkan aku, kalau jajan di luar"
tanpa rasa bersalah Bram ingin membenarkan apa yang telah dia lakukan. Ayu tidak terima kalau dia telah di hianati oleh suaminya sendiri.
"wajar aku tampak kusut dan bau badan aroma kencing Bibi. uang yang kamu berikan untuk keperluan dapur saja tidak cukup bagaimana aku bisa merawat diri" ucap Ayu mengungkapkan isi hatinya.
"alasan saja, banyak yang lebih dari kita tapi mereka masih mampu mengurus diri dan keluarga tidak seperti kamu, aku menyesal menikah dengan perempuan gembel seperti kamu"
ucapan Bram sangat menusuk hati Ayu. pengorbanan Ayu selama ini tidak dihargai sedikitpun. Bram lupa kalau dulu Ayu adalah wanita yang sangat dia puja-puja. kini setelah Ayu menjadi istrinya Ayu di campakkan dengan menghadirkan wanita lain dalam pernikahan mereka.
"mas ternyata busuk hatimu, kenapa aku baru tau semua sifat mu, seharusnya aku yang mengatakan itu"
"apa katamu beraninya kamu berkata aku busuk hati"
Plakkk...
tamparan keras mendarat di wajah Ayu. lagi-lagi Ayu mendapatkan kekerasan dari Bram. setelah menampar Ayu, Bram langsung keluar menancap gas motornya.
"Ibu,ayah pukul ibu lagi ya" tanya Dila
"ngak kok sayang, sudah Jangan di bahas lebih baik Ayu Main lagi tu sama Ica di luar, kan lagi main boneka. masa temannya di tinggal" Ayu mengalihkan pembicaraan.
"ibu aku sudah liat dan dengar semua ini. ibu aku mau ibu cerai dengan ayah aku ngak mau punya ayah jahat" tiba-tiba Dila meminta ibunya untuk bercerai.
Ayu sangat terkejut dengan permintaan anaknya. Ayu tidak menyangka kalau Dila akan mengerti soal perceraian. Ayu merasa bersalah dan merasa gagal menjadi ibu, seharunya Dila belum mengerti yang namanya perceraian. dan tidak sepantasnya kekerasan rumah tangga ini menjadi tontonan nya.
"Dila sayang ngak boleh ngomong gitu ya"
"ibu kenapa sih selalu saja membela ayah yang udah sakiti ibu berkali-kali"
"sayang kamu harus tau perceraian itu di benci Allah ibu ngak mau tambah dosa"
"lalu ibu pikir ayah ngak dosa selalu pukul ibu, dan tadi aku dengar kalau ayah punya pacar. aku ngak suka ayah Bu aku benci ayah!" dengan nada kesal Dila mengatakan betapa dia sangat membenci ayahnya.
"Dila jangan begitu sayang"
"aku kesel sama ibu selalu bela ayah"
Dila meninggalkan ibunya sendiri lalu pergi ke luar rumah. Dila pergi dengan hentakan kaki menandakan betapa jengkelnya dia.
Ayu hanya bisa menghela nafas panjang melihat kepergian anaknya.
"Dila andaikan kamu tau ibu pun tidak mau berada di posisi ini tapi ini demi kalian berdua" batin Ayu.
Ayu beranjak ke dapur untuk membuat air panas untung Bibi mandi. tetapi sebelum beranjak langkah Ayu terhenti ketika mendengar ponsel Nokia jadulnya berbunyi.
"Halo assalamualaikum ini siapa ya"
"wa'allaikumsallam Yu ini aku Sinta"
"Sinta yang mana ya?"
"yaallah sama teman sendiri aja lupa, ini aku Sinta temen sekelas mu dulu waktu SMP, ingat ngak?"
"haa? Sinta ya yaallah kamu apa kabar aku kangen banget sama kamu, tapi ini kamu dapat nomor aku dari siapa?"
"Alhamdulillah masih ingat ya? aku juga tau.. aku dapat nomor kamu dari kak Febby"
"ingat dong besti aku kan hahahah. oh kak Febby ya?"
"iya dong hehehe. iya Yu. eh Yu denger-denger kamu udah nikah ya?"
"udah Ta sekarang aku udah punya 2 anak"
"wih subur juga ya haha"
"Alhamdulillah Ta Allah kasih aku kepercayaan"
"iya bener itu"
"aku juga udah nikah Yu tapi anak sih baru satu belum siap anak dua aku sangat sibuk ngurusin ruko di pasar Yu jadi ntar dulu aja nambah anaknya"
"oh iya Ta di tunda dulu kalau gitu, Alhamdulillah ya kamu sekarang makin sukses"
"Alhamdulillah Yu rezeki dari Allah aku di kasih suami yang kaya dan sayang keluarga aku bersyukur banget"
"Alhamdulillah Ta"
Ayu sebenarnya sedikit merasa sedih kenapa bertemu teman lama satu sekolah tapi sekarang berbeda kisah.
"Yu kapan-kapan ajak suami dan anak-anak mu ke rumah ku ya? di jamin deh pokonya kita makan enak kita mukbang bareng hehehe"
"iya Ta insyaallah ya"
"oke siap aku tunggu loh kabarnya". ucap Sinta
"iya Ta, Ta aku matiin dulu ya soalnya anak ku belum mandi ini aku mau masak air panas dulu"
"oh oke siap jangan lupa nomor ku di simpan ya? isi namanya Sinta imut ya heheh" ucap Sinta terkekeh.
"iya siap bos" balas ayu
"hehe yaudah Yu assalamualaikum"
"wa'allaikumsallam"
setelah mematikan pembicaraan lewat ponsel. Ayu segera bergegas menuju dapur dan memasak air untuk Bibi mandi. setelah selesai memasak air panas ayu mencampur air hangat dan air biasa ke dalam sebuah bak mandi anak. setalah di rasa airnya pas Ayu lalu bergegas memandikan Bibi. sambil memandikan Bibi, Ayu memandang Bibi yang begitu lucunya saat bermain dengan air matanya langsung berkaca-kaca. Ayu teringat dengan peristiwa tadi saat Bram ketahuan berselingkuh dengan wanita lain. Begitu sakit hati Ayu saat ini.
"Bibi sayang semoga saja nanti kalau udah besar tidak mengikuti jejak ayahmu yang tidak dapat menghargai pasangannya ibu dari anak-anaknya. ibu akan mengajarkan mu cara menghormati wanita" batin Ayu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!