NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Ustazah Khanza

Mau jadi apa kamu.

Malam hari saat jam menunjukkan pukul dua dini hari, suara motor dan pekikan anak manusia begitu histeris begitu menggema di tengah jalan. Bukan karna ketakutan atau akan ada musibah, akan tetapi karna rasa bahagia, bangga dan senang saat berhasil memenangkan sesuatu perlombaan.

"Hu ... Kamu menang lagi, selamat ya sayang!" pekik seorang wanita dengan pakaian yang begitu minim, bahkan bisa di katakan telanjang.

Cup...

Satu kecupan langsung mendarat di bibir lelaki itu. Setelah itu dia langsung memeluk lengan si lelaki, seolah tidak ingin lepas lagi.

Semua riuh bersorak senang dan memuja seorang pemuda yang selalu unggul saat berlomba balapan liar.

"Adam menang lagi, memang hebat dia!" puji seorang lelaki.

"Iya lah, Adam gituloh!" timbun seseorang lagi.

"Selamat, bro. Gw memang sudah yakin, kalau lo bisa mengalahkan Giorge," seorang lelaki langsung merangkul tubuh Adam.

Sementara Adam hanya tersenyum sini menatap pada  lawan nya yang tampak sangat marah. Masih dengan senyuman sinis nya, dia turun dari motor mahal nya, kemudian kakinya dia ayunkan mendekati lelaki berkulit sawo matang yang masih duduk di atas motor. Di belakang nya ada beberapa temannya yang juga masih tidak berkutik.

"Bagaimana? Apa masih berani menantang Adam Naven Nugraha?" tanya Adam dengan penuh kesombongan.

"Maka Giorge Armani yang terhormat, lain kali belajar lah lebih hebat lagi jika ingin bersaing dengan, Adam." setelah mengucapkan itu, Adam kembali berbalik, dan melangkah mendekati para anggota nya.

"Sial!" umpat George yang merupakan lawan balapan, Adam.

"Ayo semuanya, karna kita sudah menang, kita rayakan malam ini!" seru Adam pada teman-teman nya, tawarannya langsung saja mendapatkan sorakan yang begitu histeris.

"Yok..." para lelaki dan wanita yang berjumlah lima belas orang itu kembali menaiki motor mereka, yang lelaki masing-masing membonceng perempuan.

Karena jalanan mulai sepi, dengan begitu cepat mereka sampai pada tempat tujuan mereka. Para muda mudi langsung saja melangkah dalam tempat yang penuh dengan lampu kelap kelip dan suara dentuman musik yang begitu keras.

Tempat yang ternyata bar itu memang tempat tongkrongan bagi mereka, dimana meja, kursi dan pelayanan memang sudah di sediakan khusus untuk anggota, Adam.

Setelah apa yang mereka pesan tiba, semua nya tampak begitu menikmati, minuman dan berjoget mengikuti irama musik.

...****************...

"Adam, darimana kamu?" suara seorang perempuan terdengar melemah, namun datar dan tegas.

Lelaki yang baru masuk dengan berbalut jaket kulit banyak coretan gambar itu, tiba-tiba menghentikan langkahnya. Tapi hanya sekedar berhenti, tidak menjawab apalagi membalikkan tubuhnya.

"Darimana kamu, Mama tanya?" tanya wanita itu lagi.

"Dari kost temen, Ma!" jawabnya dengan tak berminat.

Wanita yang bernama Anggi menatap tajam pada sang putra "Kost teman kamu bilang? Jangan bohongi Mama, Adam!" pekik wanita yang di sebut Mama oleh Adam.

Adam masih tidak menjawab, dia sangat malas baru pulang harus berdebat dengan sang Mama, apa lagi dia sangat mengantuk, karna semalam dia tidak tidur sama sekali, hanya menghabiskan waktu di bar hingga pagi hari.

"Mau sampai kapan kamu seperti ini, hah?" tanya mama Anggi pada putranya. Rasanya sudah jengah menasehati anak bungsunya, dia sudah sangat lelah dengan perilaku Adam yang sangat susah di atur.

"Ma, tapi Adam beneran nginap di kos , Doni!" bohong nya lagi masih berusaha mengelak.

Bukan nya mempercayai, Mama Anggi malah berjalan mendekati Tv, mengambil remote dan menghidupkan nya. Terlihat lah dirinya yang sedang berlomba balapan liar sampai dirinya masuk ke dalam bar.

"Wih, ternyata aku memang sangat keren!" bisik Adam di dalam hati, melihat betapa keren nya dia saat berada di atas motor kesayangan nya itu. Dia tidak bertanya dari mana sang Mama mendapatkan video itu, karna dia yakin Mama nya memang selalu mengawasi dirinya.

"Ini yang kamu sebut kost? Ini?" teriak Mama Anggi langsung membuat Adam tersentak.

"Tapi, Ma--"

"Stop, Adam! Sekarang kamu dengar kan, Mama." perintah nya mengacungkan jari telunjuk di hadapan anaknya.

"Mama sudah berulang kali peringat kan kamu, Adam. Jangan pernah bergabung dalam geng itu lagi, mau jadi apa kamu, apa kamu mau menghancurkan masa depan mu? Jauhi mereka yang membawa pengaruh buruk padamu. Mama tidak suka, Adam, apa lagi kamu sampai mabuk-mabukan seperti itu," terang Mama Anggi.

"Sudah berulang kali Mama dan Papa ingatkan kamu, tapi kenapa kamu tidak pernah mendengar kan, Mama. Di sekolah selalu bolos, malam selalu keluyuran tidak jelas." Sambung Mama lagi.

"Mah, tidak bisa begitu dong. Ini kehidupan, Adam. Mama tidak bisa mengatur hidup, Adam. Adam sudah besar, sudah bisa mengambil sendiri jalan untuk diri Adam sendiri!" teriak Adam tak kalah tinggi, hingga suaranya menggema di dalam rumah bak istana itu.

"Adam, jang ucapan kamu. Jangan pernah berteriak pada Mama mu, dimana letak kesopanan mu?" pandangan mereka teralih pada suara bariton yang begitu menusuk dari arah tangga.

Adam memutar bola mata jengah, kini Mama nya tidak sendiri, ada Papa nya yang akan membela.

"Sedari kecil kamu itu kami yang rawat, didik, bahkan sampai sekarang kamu masih tanggung jawab kami, jadi sudah sepantasnya Mama mu menasehati anak nya yang sudah salah jalan. Kamu itu penerus Nugraha, Adam. Mau jadi apa kamu?" sentak Tuan Ammar yang merupakan Papa dari, Adam.

"Adam mau jadi diri sendiri," sahutnya ketus.

"Tapi ini bukan diri kamu, Adam. Kamu telah hanyut akan kehidupan yang salah di luar sana. Kamu itu anak yang patuh dan baik, tidak nakal seperti ini." tegas Tn. Ammar lagi.

"Mulai sekarang, kamu tidak Papa izinkan lagi membawa motor. Besok hari kelulusan kamu, Papa sendiri yang akan mengantar mu." kelakar Tn. Ammar yang membuat Adam membulatkan mata nya.

"Tidak, Pa. Adam tidak mau!" tolak nya mentah-mentah.

"Papa tidak meminta persetujuan mu." setelah itu, Papa Ammar menarik Mama Anggi untuk berjalan ke meja makan. Tapi sebelum itu, dia menghentikan langkahnya.

"Dan setelah kamu lulus sekolah, Papa akan masukkan kamu ke pesantren!"

"Apa!!!!"

.

.

.

.

.

.

.

~Bersambung.

...Halo para kakak Reader ku tersayang, apa kabar nya nih? Baik kan, semoga Allah berikan selalu kesehatan untuk kita semua....

...Oh ya, aku hadir lagi nih, membawa cerita yang baru, yaitu lanjutan Nabil dan Faris, yang di perankan Khaza....

...Semoga kalian suka dengan karya ku ini ya....

...Oh ya, untuk membuat karya aku hanya membutuhkan dukungan kalian, jika kalian tidak keberatan, pertama masukkan favorit dulu, setelah itu, di like, komen dan Vote, juga give sebanyak-banyaknya....

Kelulusan

Malam hari, terdengar suara bercengkrama di sebuah mansion mewah dan besar, pembicaraan dengan orang seberang melalui benda canggih buatan dari perusahaan Adinata Bagaskara.

"Ummi, Abi mana?" suara anak perempuan terdengar begitu nyaring.

"Abi selalu di sisi Ummi mu, Nak. Kenapa?" tanya lelaki yang sudah hampir berumur lima puluan itu, masih terlihat tampan dan juga begitu berwibawa.

"Ih ... Abi, kok tanya ada apa sih pas anaknya tanya!" kesal wanita muda di seberang membuat dua orang paruh baya itu terkekeh.

"Iya, ya maaf kan Abi, Nak!" pinta lelaki itu.

"Hem ... Baiklah, karna aku baik, maka akan aku maafkan." celotehan anak itu lagi.

"Khanza, kapan kamu pulang, Nak? Abi dan Ummi sudah sangat merindukan mu dan Kak Kenzo!" tanya pria paruh baya yang ternyata adalah Faris.

"Hem ... Aku lebih sudah di sini deh kayaknya," goda Khanza langsung membuat wajah Faris terlihat pias.

"Kamu lihat Abi mu, Nak. Dia langsung sedih kalau kau mengatakan hal itu. Kamu tau sendiri, Abi sangat suka suara berisik kalian di sini," imbuh Nabil.

"Rasanya sudah hampir 7 tahun rumah ini terdengar sepi tanpa kalian." timpal Faris lagi.

Khanza yang mendengar nya merasa tidak enak. Dia padahal hanya ingin bercanda.

"Abi, Ummi, jangan sedih seperti itu. Aku menelpon bukan ingin membuat kalian sedih. Tapi..." Faris dan Nabil mengerti keningnya saat Khanza menggantung ucapannya.

"Tapi apa, Nak?" tanya Nabil.

"Tapi, tolong jemput aku Minggu depan di bandara ya!" pinta Khanza hampir terdengar merengek.

"Apa kamu serius, Nak? Kamu pulang?" wajah keduanya langsung berbinar mendengar kabar tersebut.

"Iya, Bi. Khanza akan pulang. Tapi hanya Khanza, kak Kenzo belum!" lanjutnya lagi.

"Oke, Minggu depan Abi akan tunggu kamu di bandara mesir!" Faris memang sangat bahagia, kehidupan nya yang dulu selalu kesepian, tiba-tiba berubah saat Nabil hadir dalam hidupnya, dan memberikan kebahagiaan yang tak pernah dia bayangkan. Kebahagiaan nya semakin lengkap saat Nabil mengandung dan melahirkan bayi kembar.

"Kok ke sini. Abi tunggu di sana saja, aku akan pulang sendiri!" tolak Khanza dengan lembut.

"Tidak, Abi dan Ummi akan terbang ke sana." kekeh Faris, Nabil hanya tersenyum saat melihat keduanya selalu saja berbeda pendapat.

Sementara Khanza hanya bisa pasrah, dia tau Abi nya seperti apa.

"Ya sudah, Bi. Nabil tutup dulu ya, ada kelas pengajian. Assalamualaikum!" sambungan terputus setelah Nabil dan Faris menjawab nya.

Kedua orang tua itu memang sudah sering datang ke tempat di mana kedua anaknya menuntut ilmu. Bahkan dalam sebulan sekali, Faris dan Nabil selalu menyempatkan waktu untuk anak-anak mereka.

"Hah ... Tujuh hari lagi rasanya sangat lama." tukas Faris sambil merangkul sang istri, membawa dalam dekapannya.

"Sabar, Mas. Selama tujuh tahun kita bisa bersabar, masa hanya dalam tujuh hari kami tidak bisa bersabar." sarkas Nabil lembut.

Cup...

Satu ciuman mendarat di puncak kepala sang istri "Iya Ummi, istriku tersayang, yang paling cantik, paling baik dan yang paling sabar!" celetuk Faris terus memuji Nabil sebagai bentuk rasa syukur nya kepada sang Khalik karna telah memberikan istri sebaik Nabil.

"Kamu terlalu berlebihan, Mas!" sanggah Nabil lagi.

"Tapi kamu suka kan?" tanya Faris menggoda sang istri

Nabil sedikit mendongak, langsung mencium bibir Faris sekilas "Bukan hanya suka, tapi cinta, dan juga sangat bersyukur mendapatkan suami yang tampan, baik, dan penyayang seperti mu." balas Nabil tidak mau kalah.

"Apa setelah usiamu bertambah, kamu menjadi pandai gombal sayang?" tanya Faris lagi, dia semakin erat memeluk tubuh sang istri.

"Karna ini tulus dari hati, Mas!" timbun Nabil lagi.

Faris tersenyum, dia lalu mendekatkan wajah mereka, saat ingin mencium bibir, Nabil. Istrinya malah menahan dengan telunjuk nya di bibir Faris.

"Kita belum solat isya, takutnya nanti kamu khilaf!" ujar Nabil.

Faris menepuk jidatnya "Hampir saja!" gumam nya.

"Kalau begitu, ayo kita solat dulu, setelah itu persiapkan dirimu sayang." keduanya pun melangkah masuk ke dalam kamar untuk melaksanakan kewajiban solat isya nya.

...----------------...

Setelah malam berlalu, terbitlah mentari dengan sinar nya yang hangat dan juga terang, tapi tak seterang hati anak manusia yang merasa dongkol dengan wajah masam.

"Adam, cepat habiskan sarapan mu, kamu akan telat nanti nya!" peringat Mama Anggi pada putranya yang hanya memutar-mutar makanan di dalam piring nya.

"Mah, Pah, Adam pergi sendiri saja ya ke sekolah, Papa dan Mama naik mobil saja, Adam pakai motor!" pintanya, dia merasa tidak mood karna Papa nya telah menyita motor kesayangan nya.

"Sudah, kamu berangkat dengan kami saja." sela Papa Ammar.

Adam hanya berdecak kesal, padahal hari ini adalah hari kelulusan nya, tentu saja dia dan teman-temannya akan merayakan. Tapi semuanya berubah. Dia tidak bisa membantah sang Papa, karna ancaman yang akan di berikan oleh orang tua laki-laki nya itu.

Seperti saat kemaren, saat dirinya menolak tidak ingin di masukkan ke dalam pesantren, Papa Ammar langsung mengancam akan mengeluarkan Adam dari kartu keluarga dan mengambil semua fasilitas yang di berikan nya selama ini.

Daripada dia jadi orang miskin dalam sekejap, lebih baik dia menuruti keinginan sang Papa.

Selesai sarapan, ketiga orang ini langsung berangkat menuju sekolah, Adam terlihat sangat malas, langkah nya begitu gontai saat berjalan masuk ke dalam mobil.

"Adam, senyum dong. Kan ini hari kelulusan kamu!" cecap Mama Anggi pada anak nya yang duduk di jok belakang.

"Malas," tolak Adam memalingkan wajahnya pada jendela mobil.

Mama Anggi hanya tersenyum melihat kelakuan sang putra. Semenjak anaknya masuk ke sekolah menengah, Adam menjadi anak yang sangat susah di atur.

Sampai di sekolah, Adam langsung turun tanpa menyalami tangan keduanya. Dengan wajah yang sangat muram dia langsung melangkah masuk.

"Pulang nanti Papa jemput!" teriak Papa Ammar. Setelah mengatakan itu, mereka langsung melajukan kembali mobilnya.

"Adam, oi!" panggil seseorang dari arah sang membuat anak Nugraha ini berpaling.

"Tumben lo pakek mobil, motor lo kemana?" tanya Robert salah satu teman nya. Adam tidak menjawab, dia malah kembali melangkah.

"Sayang, kok kamu terlihat kesal, kenapa hem? Katakan padaku ada apa? Dan kenapa semalam tidak membalas chat dariku?" tanya Vanya yang berstatus pacar Adam.

Mendengar suara wanita yang dia cintai, barulah Adam mengubah mimik wajahnya "Mama dan Papa marah karna kemaren mereka tau kalau kita balapan dan juga masuk dalam bar," terang Adam, para sahabat nya hanya saling lirik.

"Jadi?" tanya Vanya yang sudah menempel di lengan, Adam.

"Jadi Pada menyita kunci motor dan juga ponselku. Aku ingin kabur, tapi kamu tau sendiri, penjaga di rumah ku sangat ketat,. dan mereka semua mendengar Papa ku saja, sama sekali tidak mendengar kan ku, makanya mereka lah yang mengantar ku!" jelas nya lagi. Adam tidak menceritakan tentang rencana papa nya memasukkan dirinya ke dalam pesantren, menurut Adam, itu hanya ancaman Papa nya saja.

"Ih ... Mereka kok kejam banget ya sayang, kan kamu sudah besar, kok bisa-bisanya mereka memperlakukan kamu seperti anak kecil!" rengek Vanya, dia tidak suka karna nanti mereka tidak bisa jalan-jalan kalau sang pacar di jemput oleh orang tuanya.

"Kamu tenang saja ya sayang, kita tetap akan jalan-jalan setelah melihat nama kita ada di urutan kelulusan. Karna Papa pasti menjemput ku nanti siang!" tukas Adam mencoba menenangkan sang pacar.

"Oke,"

Satu ciuman langsung mendarat di bibir Adam, para teman yang lain nya hanya bersikap santai dan acuh, bagi mereka, pemandangan seperti ini sudah biasa mereka saksikan.

"Kita lihat hasilnya saja yuk!" ajak salah satu teman laki-laki yang tidak mau lagi menyaksikan perang lidah antara Vanya dan Adam.

.

.

.

.

.

~Bersambung.

...Kita lihat aja, Dam. Papa Ammar beneran atau cuma ngancam kamu. Lagian kamu nakal nya setengah-setengah, pas di ancam kek gitu aja takut. Lemah....

...Jangan lupa Like komen dan juga Vote kakak ku sayang....

Lepaskan.

Setelah melihat nama di daftar kelulusan mereka, Adam, Vanya beserta teman lainnya langsung meninggalkan halaman sekolah. Tujuan mereka yaitu ke arena balapan, meski Adam tidak membawa motor milik nya, tapi dia tetap ikut bersama sahabat nya.

Sementara di sudut di seberang jalan, tampak satu mobil berwarna hitam yang di dalam nya beberapa pria berpakaian hitam.

Salah satu dari mereka mengeluarkan ponsel nya lalu menghubungi seseorang.

"Halo, bos, saya mau lapor jika Tuan muda Adam sudah keluar beserta teman-temannya." ucap salah satu anggota pada orang yang di sebut bos.

"Cegah dia, bawa pulang sekarang juga!" seru lelaki di seberang yang ternyata Papa Ammar.

"Baik, Bos!" mereka langsung melajukan mobil setelah mendapatkan perintah dari dari bos nya.

Adam sedang membawa motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi, dia membawa motor teman nya dengan membonceng Vanya, sementara pemilik motor tersebut berboncengan dengan yang lain nya.

Membawa motor ugal-ugalan dengan teriakan yang begitu berisik, membuat pengendara lainnya kadang terganggu. Tapi, Adam dengan begitu cepat dan kuat menginjak rem, saat motor nya di selip oleh satu mobil hitam.

"****, siapa sih berani sekali mereka!" umpat Adam sambil menaikkan kaca helm nya.

"Kami gimana sih sayang, dada ku jadi sakit tau!" rengek Vanya yang merasa nyeri di dadanya karna terhantam sedikit keras di punggung Adam.

"Maafkan aku sayang, jika aku tidak menginjak rem dengan cepat, mungkin dada mu tidak hanya sakit, akan tetapi bisa lecet!" pinta Adam begitu lembut.

Semua anggota teman Adam juga ikut berhenti di belakang motor nya. Mereka semua kini melihat pada pria yang berbadan kekar yang baru turun dari mobil.

Adam memutar mata jengah saat tau siapa yang menghadang mereka.

"Ngapain kalian ke sini?" tanya Adam ketus.

"Maaf, Tuan muda. Tapi bos menyuruh kami untuk membawa pulang Tuan Muda!" ucap ketua dari bodyguard tersebut.

"Apa? Pulang? Aku mau merayakan hari kelulusan ku bersama teman-teman ku. Katakan pada Papa, aku tidak akan pulang!" sentak nya, dia tentu saja tidak akan mau pulang.

"Maaf, Tuan muda. Tapi ini perintah bos Ammar, maka kami harus melaksanakan nya!" jawab nya tanpa toleransi, ketua dari lima orang itu langsung memberikan isyarat pada anak buahnya untuk membawa Adam agar masuk ke dalam mobil.

"Hei, hei ... Apa-apaan kalian hah? Kalian berani sama saya? Lepas!" teriak Adam memberontak.

Para bodyguard itu tidak menjawab, mereka hanya menjalan tugas saja. Sementara Vanya sudah berteriak sambil berusaha menahan lengan sang pacar.

"Lepaskan Adam, kalian ini kenapa membawa nya!" rengek Vanya yang sama sekali di gubris oleh mereka.

Sementara teman Adam yang lainnya ingin membantu, tapi dua orang dengan tubuh berotot sudah berdiri tepat di hadapan mereka.

"Jika tidak ingin tangan atau kaki kalian, maka duduk manis di sini saja. Atau kalian akan tau akibatnya jika berurusan dengan keluarga Nugraha!" tanpa mengeluarkan tenaga, para bodyguard itu sudah bisa mengalahkan para pecundang yang lebih sayang pada tubuh mereka daripada membantu, Adam.

Kini mobil hitam itu pergi meninggalkan para geng motor, dengan membawa Adam bersama mereka.

"Awas saja kalian ya, aku akan buat perhitungan pada kalian setelah ini!" ancam nya dengan penuh amarah.

"Ini perintah Bos, Tuan Muda, kami hanya menjalan kan tugas!" jawab ketua mereka.

"Persetan dengan perintah, kalian telah membuat ku malu karna menyeret ku di depan teman-teman ku!" cibir Adam, dia memang sangat marah, wajahnya merah padam.

...----------------...

Di sebuah pondok sekaligus universitas di satu negara yang begitu terkenal di seluruh penjuru dunia. Seorang wanita tengah berjalan menghampiri seorang laki-laki.

"Kak, Minggu depan aku akan pulang. Apa Kakak yakin tidak ingin pulang?" tanya wanita itu pada lelaki yang mirip dengan nya.

Lelaki itu tersenyum "Kakak masih ingin menyelesaikan S dua di sini dan Kakak juga ingin menamati kitab." jawab nya lembut.

Mereka adalah Kenzo dan Khanza, si kembar keturunan Bagaskara.

"Hem ... Apa aku terlalu cepat jika aku memutuskan untuk pulang?" tanya Khanza mulai ragu. Dia memang masih betah mengaji di sana, tapi mengingat pada Ummi dan Abi nya, Khanza juga tidak tega, karna mereka selalu mengatakan merindui anak-anak nya.

Kenzo menarik nafas lalu membuang nya, tangan nya terangkat menyentuh pundak sang adik "Dengar kan, Kakak. Dalam menuntut memang tidak ada kata selesai nya, mau kamu mengaji dari bayi hingga kamu tua, namun kitab-kitab para ulama belum tentu habis kita mengaji nya. Dan Allah memang menyuruh kita menuntut dari kecil hingga kita tua. Tapi, kamu sebagai perempuan, sudah mampu menamatkan kitab minhaj, itu Insya Allah sudah cukup untuk bekal mu, asalkan setiap amal yang kamu dapatkan selalu kamu amalkan," terang Kenzo pada adik semata wayangnya.

"Dan ingat, jangan pernah kamu berniat untuk memutuskan menuntut, hanya saja sekarang ini kamu pulang untuk mengurus kedua orang tua kita, dan di sana masih ada pesantren, kamu juga bisa datang ke pesantren Ummi mengaji dulu!" lanjut Kenzo lagi.

Memang sebagai wanita, Khanza termasuk orang yang tinggi dalam ilmu agama nya, dia menetap di pesantren hampir masuk sembilan tahun. Dan dalam masa itu, dia tidak pernah menyia-nyiakan waktu untuk bermain atau bermalas-malasan, Khanza terus memberikan waktu nya untuk menghafal dan belajar.

Sedangkan Kenzo, juga sama dengan Khanza, tapi karna dia laki-laki menurutnya ilmunya belum ada apa-apa. Maka dari itu dia memutuskan untuk mengabdi pada pesantren.

"Kakka serahkan Ummi dan Abi padamu!" ujar Kenzo lagi.

Khanza akhirnya tersenyum, kakak nya memang bisa selalu memberikan saran, kesan dan menjadi tempat curahan nya.

"Ya sudah, Kak. Khanza pamit dulu."  pinta Khanza.

"Baik, nanti biar Kakka yang mengantar kamu ke Bandara." jawab Kenzo.

"Baik, Kak. Assalamualaikum!" pamit Khanza.

"Waalaikumsalam." mereka pun sama-sama berpisah, keduanya pulang ke asrama masing-masing.

...----------------...

Sementara di kediaman Nugraha, mobil yang membawa Adam kini sudah berhenti di depan mansion megah tersebut. Adam masih di apit oleh dua orang bodyguard yang duduk di sisi kiri dan kanannya.

"Apa kalian akan selalu memegang ku seperti ini?" tanya Adam mendelik pada pada bodyguard tersebut.

Refleks mereka langsung melepas lengan Adam "Maafkan kami!" pinta mereka.

Adam tampak acuh, dia ingin turun, tapi ke enam bodyguard itu langsung kembali ingin memegang Adam.

"Jangan sentuh, aku mau masuk!" cegah nya. Dia langsung turun.

Tapi melihat para penjaga tidak ada yang menyentuh nya, Adam malah berlari, tujuan nya kini pada gerbang yang lumayan jauh dari mansion nya.

"Tuan muda kabur!" pekik ketua bodyguard, mereka langsung mengejar dan menghadang Adam.

Melihat penjaga sudah berada di depan nya, Adam malah lari belok kanan, dia terpaksa harus memutar-mutar taman kecil dan air mancur yang ada di halaman rumah nya.

"Tuan muda berhenti lah!" pinta ketua bodyguard yang bernama Lukman.

"Aku tidak akan berhenti sebelum kalian mengizinkan ku untuk pergi!" ucap Adam, mereka terus kejar-kejaran. Karna Adam yang begitu banyak akal, beberapa kali memanipulasi hingga membuat para bodyguard saling bertbrakan dan tersungkur ke pada lantai.

Setelah melihat para bodyguard banyak yang sudah lengah, Adam kembali lari menuju gerbang, sambil terus berlari dia terus melihat ke belakang, hingga.

Bhuk....

.

.

.

.

.

~Bersambung.

...Hais ... Adam, kok jadi kayak anak kecil ya....

...Yang suka sama cerita ini, komen dong, jika tidak suka, aku tidak akan lanjut....

...Jangan lupa Like komen dan juga Vote kakak ku sayang....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!