PERTEMUAN
Sheina Ayudia Putri gadis yang memiliki bibir mungil dengan ciri khas berwarna pink. Hidungnya sedikit bangir dan bulu matanya sedikit lentik. Wajah Sheina tidak begitu cantik dan tidak begitu pula jelek, namun banyak yang mengatakan wajahnya manis untuk di pandang. Wajah yang dapat menghipnotis kaum adam ketika melihatnya.
Sheina bukanlah gadis yang mudah bergaul. Dia akan terlihat jutek dengan orang yang baru dikenalnya, khususnya para kaum adam. Namun akan bersahabat jika sudah mengenalnya.
Tahun ini Sheina ingin mendaftar kuliah ke Universitas Swasta di daerahnya. Dia tidak mengenal siapa pun dan angkatannya waktu Sekolah Menengah Kejuruan dahulu sudah berada satu tahun diatasnya.
“Assalamualaikum”, salam Sheina ketika panggilannya sudah dikonfirmasi.
“Waalaikumussalam”, Lulu menjawab salam.
“Lu, apakah kamu bisa menemani aku untuk mendaftar kuliah?”.
“Maaf, Shei, hari ini aku ada jadwal kuliah”.
“hmmm, ya sudah”.
“Sebaiknya kamu minta tolong kepada Dave saja untuk menemanimu, mungkin dia bisa”.
“Ya sudah, assalamualaikum Lu”.
“Waalaikumussalam”, terdengar jawaban salam dari Lulu.
Flashback on
Lulu adalah temen Sheina di Sekolah Menengah Kejuruan. Lulu berada dikejuruan
Agribisnis Perikanan dan Lulu adalah tempat curhat Sheina tentang Dave sebab Lulu juga mengenal Dave.
Hingga mereka selesai sekolah pun Lulu dan Sheina masih berteman baik.
Flashback off.
Hmmm, sepertinya aku memang harus minta tolong kepada Dave, tapi kenapa deg deg kan ya, batin Sheina.
Kemudian Sheina mencari nama Dave di kontak ponselnya dan melakukan panggilan setelah satu tahun mereka putus komunikasi.
“Assalamualaikum, Dave”, salam Sheina ketika panggilan sudah dikonfirmasi.
“Waalaikumussalam, maaf ini dengan siapa, ya?", Dave membalas salam.
“Ini Sheina, Dave".
"Oh, ada apa, Shei?".
" Dave, apakah kamu bisa menemani aku untum daftar kuliah ?".
“Memangnya kamu inging daftar kuliah dimana, Shei?”.
“Di Universitas X”.
“Ok, memangnya kamu ingin kapan daftar kuliahnya?”.
“Bagaimana kalau hari ini, apakah kamu bisa?”.
“Ok, bagaiman kalau kita bertemu di sana saja?”.
“Ok, sampai bertemu disana, assalamualaikum, Dave”.
“Waalaikumussalam, Shei”.
Sheina yang sedari tadi berusaha menetralkan jantungnya ketika panggilan berlangsung kini bernapas lega setelah panggilan berakhir. Masih jelas tersimpan dihati Sheina laki-laki yang sedari tadi berbicara dengannya melalui panggilan telepon.
Hmmm, masih mendengar suaranya saja jantung ini sudah tidak normal, bagaimana nanti kalau bertemu dengannya, bisa-bisa jantung ini joget-joget ,gumam Sheina.
Dan benar dugaan Sheina, ketika bertemu dengan Dave untuk pertama kalinya jantung Sheina sudah ingin demo, bahkan Sheina sampai tidak tahu harus memulai darimana. Rasa canggung, kangen, sedih, bahagia, bercampur menjadi satu seperti nano-nano.
“Bagaimana kabarnya, Shei”, sapa Dave yang baru tiba.
“Sehat, Dav”.
“Ya sudah, ayok langsung daftar kuliah saja”.
“Iya”.
Setelah selesai, Sheina langsung menuju motornya dan ingin bergegas pergi namun tangannya dicekal Dave.
“Shei, kalau boleh aku tahu memangnya kamu kerja dimana”?.
“Di Perusahaan X “?.
“Apakah kamu sudah memiliki kekasih?”.
Sheina diam membisu karena saat ini Sheina sedang menjalin hubungan dengan Yuda. Sheina tidak mungkin mengatakan bahwa dia memiliki kekasih sebab Sheina masih menyukai Dave dan Sheina baru sebulan menjalin hubungan dengan Yuda.
“Apakah kamu masih ingin dengan ku?” .
Dan pertanyaan Dave membuyarkan lamunan Sheina. Lagi-lagi Sheina tidak menjawab dia tidak ingin kehilangan Dave untuk ke dua kalinya namun dia juga bingung harus bagaimana agar bisa mengakhiri hubungannya dengan Yuda.
“Shei,” panggil Dave
“Dave, maaf, sepertinya aku harus kembali ke kantor karena aku hanya diberi izin sebentar oleh kantor dan ini sepertinya sudah terlalu lama. Oh iya, Dave, terima kasih karena sudah bersedia menemaniku daftar kuliah, assalamualaikum Dave”.
“Waalaikumussalam, Shei,” .
Dave masih memandangi punggung Sheina yang berlalu meninggalkannya.
“Apakah aku masih ada dihati mu, Shei,” gumam Dave.
Flashback on
Dave adalah laki-laki tampan yang memiliki hidung mancung. Dave juga pintar dan banyak wanita yang ingin bersamanya. Dave dan Sheina teman satu sekolah waktu di Sekolah Menengah Kejuruan.
Sheina berada di Kejuruan Teknik Bangunan sedangkan Dave berada di Kejuruan Teknik Komputer dan Jaringan.
Sewaktu di sekolah dahulu, Dave dan Sheina salin menyukai. Namun mereka berpikir akan lebih baik jika mereka fokus untuk belajar dan meraih cita-cita mereka terlebih dahulu. Sehingga Dave menahan diri untuk mengutarakan perasaannya kepada Sheina. Hingga mereka selesai sekolah, Dave mencoba mengutarakan perasaannya.
“Shei”.
“Iya”.
“Aku menyukaimu, apakah kamu bersedia menjadi kekasihku?”.
“Aku tidak mau”.
“Memangnya kenapa?”.
“Karena aku ingin menjadi istrimu bukan hanya sekedar menjadi kekasihmu?”.
“Ok, kalau begitu dengan senang hati aku menyetujuinya, tetapi apakah kamu bersedia menungguku hingga waktu itu tiba?”.
“Aku pasti akan menunggu mu hingga aku selesai wisuda”.
“Kenapa harus menunggu hingga selesai wisuda?”
“Karena aku ingin kuliah dahulu”.
“Ok, kalau begitu selesai kamu wisuda maka aku akan melamar mu”.
“Ok, aku akan berusaha menjaga ini untuk mu”, Sheina menunjuk ke arah dadanya.
“Ok, kita sama-sama berjuang dan berusaha ya”.
Sheina menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.
Flashback off.
Sesampai dikantor, Sheina langsung fokus dengan pekerjaannya. Saat ini Sheina bekerja di Instansi Swasta dibagian menyediakan jasa traveling.
Setelah pertemuannya dengan Dave, Sheina tidak berani lagi menghubungi Dave sebab Sheina tahu bahwa Dave masih menunggu jawaban darinya.
Senja mulai menampakkan kilaunya menandakan pergantian waktu telah dimulai. Sheina melihat jam dinding dikantornya telah menunjukkan pukul 18:00 wib.
Akhirnya pulang juga, tubuhku sudah terasa gerah banget, gumam Sheina.
Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk Sheina tiba dirumah. Seketika Sheina mandi dan bergegas melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Selesai makan malam dan sholat isya, Sheina memilih berbaring dikamar tercinta daripada menonton siaran yang ada di televisi.
Ternyata Dave masih menyukaiku, apakah dia masih ingat perjanjian itu ya?, ternyata setelah satu tahun terdapat banyak perubahan dalam dirinya. Tambah tampan dan kulitnya pun semakin bersih. Tidak seperti dahulu yang terlihat hitam legam, hahaha, batin Sheina.
Tapi bagaimana dengan Yuda, ya?, apa yang harus aku lakukan untuk mengakhiri hubungan ini?. Tidak akan mungkin Yuda bisa menerima semua ini, apalagi kalau dia sampai tahu bahwa aku mengakhiri hubungan ini agar bisa bersama dengan Dave. Apakah aku harus jujur kepada Yuda tentang Dave?, tapi bagaimana kalau dia marah?, bagaimana kalau sampai dia melukai Dave? ,aku tidak ingin mengambil resiko untuk itu namun aku pun bingung harus bagaimana. Arghhhhh!, teriak Sheina.
Di tempat lain Dave juga memikirkan Sheina. Setelah satu tahun ternyata kamu tambah cantik ,Shei, apakah kamu masih ingat dengan perjanjian kita?, apakah aku masih ada dihati mu?, tapi bagaimana dengan Nadia?, apa yang harus aku katakan kepadanya untuk mengakhiri hubungan ini?, bagaimana jika nanti Sheina mengetahui kalau aku sudah memiliki kekasih? ,apakah dia akan tetap menunggu ku? ,apakah dia tidak akan marah kepadaku ? atau justru sebaliknya?, gumam dave.
Mereka masih berimajinasi dengan pemikiran masing-masing akan pertemuan pertama mereka setelah setahun berpisah.
Waktu yang telah membuat mereka berpisah namun waktu juga lah yang mempertemukan mereka kembali.
OSPEK
Kini tiba saatnya bagi Sheina sebagai mahasiswa baru untuk mengikuti ospek.
Akhirnya, menjadi mabar juga, gumam Sheina.
“Apakah mabar yang kakak maksudkan adalah main bareng?”, tanya Sandi.
“Game saja yang kamu tahu, mabar itu adalah mahasiswa baru”, ejek Sheina
“Ma, Sheina pergi dulu ya, doakan lancar ya”.
“Iya sayang, hati-hati”.
Setelah mencium punggung tangan mamanya, Sheina kemudian bergegas pergi menuju kampus.
Rame banget ya, ini bagaimana membedakan yang mahasiswa baru dengan mahasiswa lama, batin Sheina ketika tiba di kampus.
“Kakak-kakak, abang-abang yang mahasiswa baru mohon berkumpul diaula kampus yang berada di lantai empat”, terdengar pengumuman.
Sheina bergegas menuju aula kampus, Sheina yang kurang berhati – hati menabrak seseorang.
Brukkk!
“Maaf, maaf”.
Namun yang ditabrak tidak merespon, dia hanya melihat Sheina.
Cantik, gumamnya.
Dan Sheina yang mendengar tidak menghiraukan perkataan tersebut.
“Assalamualaikum, kakak – kakak, abang- abang yang mahasiswa baru. Silahkan mencari tempat duduk terlebih dahulu karena sebentar lagi acara ospeknya akan segera dimulai”, ucap pembawa acara.
Setelah semua mahasiswa baru sudah tertib acara pun dimulai.
Acara demi acara pun di mulai hingga memasuki puncak acaranya yaitu ospek.
“Kakak – kakak, abang – abang, terima kasih untuk waktunya mengikuti acara demi acara yang diadakan, kini saatnya kami serahkan kakak- kakak, dan abang-abang ke bagian panitia ospek. Saya sudahi dengan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”, salam pembawa acara.
“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh”, serentak para mahasiswa baru.
“Baik lah, sekarang saya yang akan mengambil ahli dan untuk nama yang saya panggil silahkan memisahkan diri dari barisan dan berdiri disebelah saya”, jelas Danu.
“Untuk yang laki-laki namanya adalah Deri Dermawan, Muhammad Dandi, Denis Syahputra, Muhammad Putra, Dony Ariyanto, Dedi Syahputra, Triadi, Tio Hermawan, Yayan, dan Rendra. Sedangkan untuk yang perempuan namanya adalah Ratu Alesia, Sri Widuri, Ika Bella, Nadia Putri, Cindi Maharani, Dea Amanda, Sandra Dewi, Della Sari Ayu, Dian Natalie dan Sheina Ayudia Putri”.
Oh, namanya Sheina, batin Danu.
“Baiklah, untuk semua nama-nama yang telah saya panggil kalian adalah satu kelompok dan dibawah bimbingan saya. Nama saya adalah Danu Prasetyo dan disamping saya bernama Putri Sundari. Kalian bisa bertanya kepada kami apa saja yang tidak kalian mengerti dan satu hal lagi panggil kami dengan panggilan kakak, apakah kalian paham?”.
“Paham kak”, serentak para mahasiswa baru.
“Semuanya ikut dengan saya dan kita akan membuat barisan sendiri!”, jelas Danu.
Para mahasiswa tersebut yang dipanggil namanya pun mengikuti Danu.
“Ok,silahkan kalian membuat barisan disini. Disebelah kanan saya untuk wanita sedangkan disebelah kiri saya untuk pria”, jelas Danu.
Para mahasiswa mengikuti arahan Danu.
“Apakah kalian membawa bekal semuanya?”, tanya Danu.
“Bawa kak”.
“Ayo, keluarkan semua bekal yang kalian bawa dan letakkan didepan barisan”.
Semua mahasiswa mengambil bekal mereka masing-masing kemudian meletakkannya didepan barisan sesuai perintah Danu.
“Sheina, Ratu, Sri, Della, dan Nadia, kalian kemarilah!. Buka semua bekal satu persatu kemudian pisahkan nasi dengan lauknya. Setelah itu ambil semua nasi kemudian jadikan satu begitu juga dengan lauknya”.
“Baik kak”, serentak mereka.
“Deni, Dandi, Denis, Yayan dan Rendra, kalian kemarilah!. Deni dan Dandi pergi mencari pelepah pisang kira-kira sebanyak lima buah sedangkan kalian bertiga mengumpulkan botol minum semuanya”.
“Baik kak”, serentak mereka.
“Saya akan memberikan waktu sepuluh menit untuk kalian menyelesaikan semuanya, apakah kalian mengerti?”.
“Mengerti kak”, serentak mereka semua yang telah ditunjuk Danu untuk melakukan tugas.
Sepuluh menit kemudian.
“Kak, ini pelepah pisangnya”, jelas Deni.
“Letakkan semuanya disana”, Danu menunjuk ke arah barisan mahasiswa yang lain.
“Sheina”, panggil Danu.
“Iya kak”.
“Apakah yang saya perintahkan sudah selesai kamu kerjakan?”.
“Sudah kak”.
“Kalau begitu letakkan semua bekal yang telah kalian pisah nasi dan lauknya diatas pelepah pisang”, perintah Danu
“Baik kak”.
“Yayan, bawakan ke sini semua minumannya!”.
Yayan pun bangkit dan bergegas menuju Danu.
“Sekarang semuanya kembali ke barisan dan silahkan duduk!”.
Serentak para mahasiswa melakukan perintah Danu.
“Ini sudah waktunya untuk makan siang, ayok semuanya bergabung dan makan bersama!”.
Para mahasiswa perempuan saling pandang karena melihat bekal mereka yang bercampur baur seperti makanan itik . Beberapa menit kemudian, makanan mahasiswa perempuan masih utuh sebab mereka merasa mual untuk memakannya.
“Kenapa kalian masih melihati makanannya?, bukankah saya katakan untuk dimakan bukan dilihatin”, teriak Danu.
Mahasiswa perempuan pun ketakutan namun masih enggan menyentuh makanannya karena merasa mual. Berbeda dengan mahasiswa laki-laki, mereka dengan lahap memakannya.
Kemudian Danu berjalan menuju ke salah satu mahasiswa perempuan.
“Buka mulut kamu!”, pinta Danu kepada Della.
Mau tidak mau Della membuka mulutnya.
“Apa perlu saya yang menyuapi seperti ini baru kalian akan membuka mulut untuk makan?”.
“Iya kak”, serentak mahasiswa perempuan namun tidak dengan Sheina.
Sheina hanya diam menyaksikannya.
“Kalau begitu suapi teman yang ada dihadapan kalian, bagi siapa yang tidak melakukannya maka
akan saya keluarkan dari kelompok!”, tegas Danu.
Mau tidak mau mahasiswa perempuan melakukan perintah Danu walaupun merasa sedikit geli.
“Bagi yang sudah selesai makan, silahkan melakukan kewajibannya di Mesjid secara bergantian sedangkan yang lainnya membersihkkan sisa makanan!”, perintah Danu.
Sheina bergegas menuju Mesjid namun karena tidak melihat jalan dia pun menabrak Danu.
Brukkk!
“Maaf, maaf”.
“Apakah kamu selalu menabrak orang setiap kali jalan?”.
Sheina mendongakkan kepalannya mendengar penuturan Danu.
“Maaf kak”.
“Lain kali kalau kamu jalan harus berhati-hati dan jangan menunduk saja”.
Sheina hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban kemudian dia bergegas meninggalkan Danu.
“Shei”, panggil Ratu.
“Iya, ada apa?”.
"Apakah aku boleh ikut ke Mesjid bersama denganmu?”, pinta Ratu.
"Boleh".
“Apakah aku boleh ikut juga, Shei?”, tambah sri.
Sheina hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Mereka bertiga pun menuju Mesjid tanpa ada percakapan.
Setelah selesai sholat, mereka pun menuju barisan. Kini, giliran Nadia dan yang lainnya pergi ke Mesjid. Hingga beberapa menit kemudia mahasiswa laki-laki dan perempuan dikelompok ini kembali ke barisan masing-masing.
“Apakah semuanya sudah kembali”, tanya Putri.
“Sudah kak”, serentak mahasiswa.
“Sekarang kita membuat nama untuk kelompok ini, setelah itu kita memilih ketua, wakil ketua dan
sekretarisnya”, jelas Putri.
“Apakah diantara kalian ada yang memiliki ide untuk nama kelompok ini?”, tanya Putri lagi.
“Memangnya untuk nama kelompoknya ingin diberi nama dari jenis apa, kak?”, tanya Sri.
“Dari jenis bunga saja agar lebih mudah mengingatnya”.
“Bagaimana kalau nama kelompoknya adalah bunga melati, kak?”, usul Sheina.
“Kenapa harus bunga melati? apakah kamu memiliki alasan untuk itu?”.
“Karena bunga melati berwarna putih dan harum, berharap kekompakan di kelompok ini terjaga sehingga dengan kekompokan tersebut dapat menyebarkan keharuman hingga tercium ke kelompok yang lain.Sedangkan putih, berharap ketika ada mahasiswa dikelompok ini yang melakukan kesalahan maka mahasiswa yang lainnya mampu memaafkan, sehingga mereka dapat kembali bersih dengan kata maaf tersebut”, jelas Sheina.
Danu mengulum senyumnya mendengar penjelasan Sheina, namun matanya masih fokus menatap layar ponselnya.
“Bagaimana menurut yang lainnya?”, tanya Putri.
“Setuju kak”, serentak mereka
“Ok, selanjutnya memilih ketua, wakil dan sekretaris. Silahkan kalian berdiskusi dan kakak beri waktu sepuluh menit untuk diskusi!”.
Putri kemudian berlalu dari barisan dan menuju Danu yang masih fokus menatap layar ponselnya.
“Ada apa ,Nu, kenapa kamu senyum-senyum tidak jelas begitu?”, tanya Putri.
“Tidak ada apa-apa”.
“Apakah kamu menyukai Sheina? sebab daritadi aku melihat mata mu kearah dia saja”.
“Bagaimana menurut mu tentang Sheina?”.
“Lumayan lah”.
Danu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
“Aku kembali kebarisan dulu, ya”.
Danu tidak merespon perkataan Putri karena dia masih asyik dengan ponselnya.
“Apakah diskusinya sudah selesai?, siapa yang akan menjadi ketua, wakil dan sekretaris di kelompok ini?”, tanya Putri.
“Saya yang akan menjadi ketuanya, kak, untuk wakilnya adalah Yayan dan untuk sekretarisnya adalah sheina”, jelas Deni.
“Loh, kenapa harus saya yang menjadi sekretarisnya? ”, sangga Sheina.
“Memangnya kenapa, Shei?, apakah kamu keberatan?”, suara Danu terdengar dari belakang.
“Bukan begitu kak, saya hanya takut saja tidak bisa menjalankan tugas sebagai sekretaris di kelompok ini", jelas Sheina.
“Teman kamu yang lain saja percaya bahwa kamu bisa melakukannya masa kamu tidak percaya dengan diri sendiri. Satu yang harus kamu tahu, Shei, bahwa kekuatan terbesar itu berasal dari diri sendiri. Kalau dengan diri sendiri saja tidak percaya bagaimana kamu bisa mendapatkan kepercayaan dari orang lain?”, jelas Danu berjalan menghampiri Sheina.
“Baik lah kalau memang harus seperti itu”.
“Oh, caper , giliran kak Danu datang saja baru iya, tadi sok tidak mau”, ucap Della.
“Terkadang kita memang butuh motivasi dari orang lain untuk mendukung keputusan kita, kalau kamu katakan itu caper berarti kamus mu belum terlalu banyak. Makanya sering-sering pergi keperpustakaan, jangan perpustakaan yang gratis di anggurin, eh, giliran karaoke yang bayar didatengi. Apakah situ sehat?”, sindir Sheina.
“Jangan sotoy deh”, bela Della.
“Sudah, sudah, jangan ribut, satu kelompok kok ribut”, Danu menengahi perdebatan mereka.
“Shei, kamu tidak boleh menjatuhkan teman didepan umum karena itu tidak baik dan kamu Della juga jangan mencari kesalahan teman kamu yang lain. Bukan hanya untuk Sheina dan Della saja tetapi berlaku untuk semuanya. Apakah kalian paham?”.
“Paham kak”, serentak mereka.
“Pemilihan nama kelompok sudah, pemilihan untuk ketua, wakil dan sekretaris juga sudah. Baik lah, sekarang waktunya untuk pulang karena sudah pukul 17:00 wib. Untuk besok masing-masing mahasiswa membawa bet nama, kemudian membuat kalung panjang dari petai sedangkan untuk topinya terbuat dari kertas kado dan rambutnya harus dikuncir tiga. Masing-masing dikasih pita dari daun selada, apakah kalian mengerti?”.
“Mengerti kak”, serentak para mahasiswa.
“Baik, sekarang silahkan semuanya bubar!”.
Serentak para mahasiswa kelompok melati bubar.
Sheina bergegas menuju parkir motor dan pandangannya tertuju kedepan.
Dave,siapa yang diboncengnya?, apakah itu perempuan yang dimaksud Lulu kemarin?, batin Sheina.
“Kalau kamu ingin bengong jangan ditangga nanti jatuh”, Danu membuyarkan lamunan Sheina.
Sheina mengulum senyumnya.
“Sheina pergi duluan ya, kak”, sapa Sheina dan bergegas menuju motornya kemudian Sheina melajukan motornya dengan kecepatan sedang meninggalkan pelataran kampus.
Kamu berbeda dengan wanita yang lainnya, Shei, ketika yang lainnya berusaha mendapatkan perhatian dari pria yang disukai justru kamu menjadi pusat perhatian para kaum adam, batin Danu.
OSPEK PART 2
Sheina mengecek kembali perlengkapan yang kemarin diperintahkan Danu.
Hmmm, ternyata sudah lengkap semua dan sekarang waktunya ke kampus, gumam Sheina.
“Ma, Sheina pergi ke kampus dulu ya, assalamualaikum”, Sheina mencium punggung tangan mamanya.
“Waalaikumussalam, hati-hati, Shei”.
Tangan Sheina membentuk huruf “o” sebagai jawabannya dan tidak membutuhkkan waktu yang lama Sheina telah tiba di kampus.
Ternyata sudah banyak yang datang, batin Sheina.
“Hei, Shei”, sapa Ratu.
“Hei, Rat”.
“Apakah kamu sudah lama berada disini?”.
“Tidak”.
“Apakah kita akan berkumpul disini?”.
“Aku juga belum tahu, sebaiknya kita menunggu pemberitahuan selanjutnya saja”.
Tepat pukul delapan pagi bel pun berbunyi menandakan acara akan segera dimulai.
“Untuk kelompok melati semuanya ikut dengan saya!”, jelas Danu.
Semua mahasiswa dikelompok tersebut mengikuti Danu dari belakang.
“Mulai sekarang dan seterusnya selama ospek kita akan membuat barisan disini,jadi kedepannya saya tidak akan memanggil kalian lagi. Begitu bel berbunyi maka kita akan langsung memulai acaranya dan bagi siapa yang terlambat akan mendapat hukuman, apakah kalian mengerti?”.
“Mengerti kak”, serentak para mahasiswa.
“Apakah yang saya perintahkan kemarin sudah kalian persiapkan semua?”, tanya Danu.
“Sudah kak”, serentak para mahasiswa.
“Sekarang ganti nama kalian semua dengan nama hewan. Saya akan memberi waktu lima menit untuk mencari nama yang kalian inginkan dan tidak ada nama yang boleh sama, jika ada nama yang sama maka akan saya hukum, apakah kalian mengerti?”.
“Mengerti kak”, serentak para mahasiswa.
Mahasiswa dikelompok melati pun mulai mencari nama hewan kesukaannya.
Lima menit kemudian.
"Apakah sudah selesai mencari namanya?", tanya Danu.
"Sudah kak", serentak para mahasiswa.
“Baik, sekarang perkenalkan satu persatu nama baru kalian dan dimulai dari Della!”, perintah Danu.
“Nama saya adalah Della dan nama baru saya adalah cendrawasi”.
“Nama saya adalah Nadia dan nama baru saya adalah merak".
“Nama saya adalah Dian dan nama baru saya adalah angsa”.
“Nama saya adalah Sandra dan nama baru saya adalah kupu-kupu”.
“Nama saya adalah Dea dan nama baru saya adalah koala”.
“Nama saya adalah Cindi dan nama baru saya adalah beruang”.
“Nama saya adalah Bella dan nama baru saya adalah duyung”.
“Nama saya adalah Ratu dan nama baru saya adalah kucing”.
“Nama saya adalah Sri dan nama baru saya adalah panda”.
“Nama saya adalah Sheina dan nama baru saya adalah kelinci”.
“Nama saya adalah Deri dan nama baru saya adalah harimau”.
“Nama saya adalah Dandi dan nama baru saya adalah singa”.
“Nama saya adalah Denis dan nama baru saya adalah elang”.
“Nama saya adalah Putra dan nama baru saya adalah anakonda”.
“Nama saya adalah Dedi dan nama baru saya adalah garuda”.
“Nama saya adalah Doni dan nama baru saya adalah jaguar”.
“Nama saya adalah Triadi dan nama baru saya adalah scorpio”.
“Nama saya adalah Wawan dan nama baru saya adalah kijang”.
“Nama saya adalah Yayan dan nama baru saya adalah macan tutul”.
“Nama saya adalah Rendra dan nama baru saya adalah panther”.
“Ok, semua sudah memiliki nama baru dan mulai saat ini hingga seterusnya selama ospek untuk kelompok melati hanya diperbolehkan menggunakan nama barunya, bagi yang tidak melakukan akan mendapatkan hukuman. Untuk itu kalian harus mencoba mengingat nama baru teman kelompok kalian, apakah kalian mengerti?”, jelas Danu.
“Paham kak”, serentak para mahasiswa.
“Sekarang semuanya ayok duduk dan masing-masing cuci tangan kalian terlebih dahulu!”, pertintah Danu.
Mahasiswa kelompok melati pun mengikuti arahan Danu.
“Hari ini saya membawa telur rebus untuk kalian makan dan semua harus kebagian. Apabila ada salah satu dari kalian yang tidak kebagian maka saya akan memberikan lagi telur yang baru dan akan kembali dimakan dari awal. Disini saya hanya akan memberikan satu gelas aqua untuk semua jadi kalian harus bijak dalam menggunakannya, apakah kalian mengerti?”.
“Mengerti kak”, serentak para mahasiswa.
“Cenderawasi, kamu kesini dan ambil telur ini!”, perintah Danu.
Cendrawasi pun bangkit dari duduknya kemudian mengambil telur tersebut dan memulai memakannya, setelah itu diberikannya kepada merak serta seterusnya. Hingga terakhir berada di tangan kelinci dan kemudian kelinci memakannya, namun bau yang sangat amis membuat perutnya mual.
Uweek uweek, seketika kelinci lari menuju kamar mandi dan semua telurnya termuntahkan. Putri pun bergegas menghampiri kelinci ketika mendapatkan kode dari Danu.
“Bagaimana keadaanmu?”, tanya Putri.
“Tidak apa-apa kak”.
“Ya sudah, ayok kembali kebarisan”.
“Apakah telurnya telah habis kamu makan?”, tanya Danu.
“Habis kak, tetapi termuntah semuanya”, jelas kelinci.
“Itu berarti kamu tidak habis memakannya, kalau begitu ulangi kembali makan dari awal”, perintah Danu.
“Tapi kak, kan Sheina yang memuntahkannya jadi seharusnya dia sajalah yang menghabiskan telur barunya”, sela cendrawasi
“Sheina?”, tanya Danu.
“Upps, maaf kak”.
“Cendrawasi, kamu ke sini dan berdiri disamping saya serta lakukan push up sebanyak dua puluh kali!”, tegas Danu tak terbantahkan.
Cendrawasi bangkit dari duduknya dan mengambil posisi yang telah di perintahkan.
“Kelinci, kamu ke sini dan ambil telur yang baru kemudian kamu makan, setelah itu berikan kepada teman yang ada didepanmu dan terakhir nanti berikan kepada cendrawasi”, jelas Danu.
“Baik kak”.
Kelinci bangkit dari duduknya dan mengambil telur tersebut, kemudian mulai memakannya setelah itu diberikan ke teman didepannya yang tidak lain adalah kucing. Hingga terakhir berada di tangan cendrawasi kemudian cendrawasi memakannya.
Uweek uweek uweek,cendrawasi pun berlari ke kamar mandi. Lagi-lagi Putri menghampirinya setelah mendapat kode dari Danu.
“Bagaimana keadaan kamu?”, tanya Putri.
“Tidak apa-apa kak”.
“Ya sudah, ayok kembali ke barisan”.
“Cendrawasi apakah telurnya termuntahkan semua?”.
“Iya kak”.
“Tadi ketika kelinci muntah kamu sok protes padahal kamu pun muntah”, ejek panda.
“Namanya baunya sangat amis”, bela cendrawasi.
“Itulah yang tadi aku rasakan ketika memakann, makanya kamu yajangan ngejudge seseorang kalau kamu tidak berada didalam situasi tersebut”, tambah kelinci.
“Diam saja kamu karena aku tidak berbicara denganmu”, tegas cendrawasi.
“Sudah jangan ada yang ribut”, Putri menengahi.
“Waktunya sekarang kita istirahat, bagi yang ingin melakukan sholat silahkan ke Mesjid dan setelah istirahat maka kita akan meneruskan kembali memakan telurnya”, jelas Putri.
Ternyata kamu tidak mudah untuk di bully dan setiap kalimat yang keluar dari lisanmu seperti pisau yang mematikan lawannya, santai tapi pasti, batin Danu sambil memandangi kelinci yang berlalu ke Mesjid.
Dua jam kemudian.
“Apakah semuanya sudah kembali ke barisan?”, tanya Danu.
“Sudah kak”, serentak para mahasiswa
“Ok,kita akan mulai kembali memakan telurnya dan tidak ada makan siang hingga makan telurnya berhasil, apakah kalian mengerti?”, jelas Danu.
“Tapi kak, saya memiliki penyakit maag dan saya tidak bisa telat makan”, jelas angsa.
“Apakah ada lagi yang memiliki penyakit maag?”, tanya Danu.
“Tidak ada kak”.
“Ok, angsa kamu boleh makan terlebih dahulu dan setelah itu kamu kembali ke dalam barisan serta mengikuti makan telurnya”, jelas Danu.
“Baik kak”.
“Duyung, kamu kemari dan ambil telurnya”,perintah Danu.
Duyung pun bangkit dari duduknya dan berjalan kearah Danu, kemudian mengambil telur lalu memakannya. Setelah itu memberikannya kepada kupu-kupu dan berakhir di tangan beruang. Lagi dan lagi uweek uweek uweek, beruang berlari ke kamar mandi. Seketika Putri pun bergegas menuju beruang.
“Sudah ayok kembali”, ajak Putri.
“Iya kak”.
“Nu, lebih baik disudahi saja makan telurnya kasian mereka pada muntah – muntah”, pinta Putri.
“Santai saja dulu, Put, ini masih ringan loh”.
“Apakah kalian tidak ingin makan siang?”, tanya Danu.
“Mau kak”, serentak para mahasiswa.
“Kalau begitu, selesaikan dengan benar makan telurnya dan ini masih ringan loh hanya sekedar makan telur”,Danu melihat jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 15:00 wib.
“Ok, kita mulai kembali dari kupu-kupu dan kamu kesini ambil telurnya!”,perintah Danu.
Kupu-kupu bangkit dan mengambil telurnya kemudian memakannya.Setelah itu diberikan ke kelinci hingga berada di tangan merak. Merak mencoba menahannya namun bau amis yang mendominasi membuat perutnya terasa mual.
Uweek uweek, merak pun berlari menuju kamar mandi.
“Bagaimana keadaan kamu?”, tanya Putri yang sudah menyusul ke kamar mandi.
“Tidak apa-apa kak”.
“Ya sudah, ayok kita kembali lagi kedalam barisan”.
“Apakah telur yang kamu makan termuntahkan semua?”, tanya Danu.
“Iya kak”.
“Ok. Ini ambil aqua gelas dan minumlah serta bagikan ke yang lainnya. Saya beri waktu lima menit untuk menetralkan perut kalian setelah itu kita akan memulai kembali”, jelas Danu.
Mahasiswa bernafas lega.
“Merak, sepertinya kak Danu suka sama kamu deh, buktinya begitu kamu muntah kita langsung diberi istirahat”, ucap cendrawasi.
Merak hanya mengulum senyumnya.
“Kasian ya yang caper toh pada akhirnya yang disukai kak Danu hanya merak”, sindir cendrawasi yang matanya tertuju ke kelinci.
Namun yang disindir tidak merasa dan santai aja.
“Merak, apakah perut kamu masih terasa mual?”, tanya Danu namun matanya tertuju ke kelinci.
“Sudah tidak kak”.
“Ok, lima menitnya telah berlalu sekarang kita mulai kembali memakan telurnya. Merak, ini ambil telurnya!”, perintah Danu.
Merak bangkit dan bergegas menuju Danu kemudian memakan telurnya. Setelah itu memberikannya kepada singa. Hingga terakhir berada ditangan kijang. Semua mahasiswa mengalihkan pandangannya ke kijang berharap kijang dapat menahannya agar mereka bisa mendapatkan makan siang.
Satu.
Dua.
Tiga.
Empat.
Lima.
Enam.
Tujuh.
Delapan.
Sembilan.
Sepuluh.
“Selamat kalian telah berhasil silahkan istirahat dan mengambil makan siangnya”,jelas Danu.
“Horee”, semua mahasiswa bersorak.
“Kijang terima kasih ya”, mahasiswa perempuan serentak.
“Sama – sama”.
Seketika para mahasiswa bangkit dan mengambil bekal masing-masing.
“Merak, bekal apa yang kamu bawa?”, tanya Danu namun matanya melirik kelinci.
“Sayur tumis kangkung dengan semur ayam ,kak, apakah kakak juga ingin makan bersama denganku?”, tanya merak.
“Tidak perlu takutnya nanti kamu tidak kenyang”.
“Saya kenyang kok, kak”, tegas merak.
“Kalau merak tidak kenyang merak bisa mengambil punya ku, kak”, tambah cendrawasi.
“Ok baik lah”, Danu mengambil duduk di hadapan merak dan cendrawasi.
Matanya masih sering melirik ke kelinci namun yang dilirik sama sekali tidak peduli. Danu sengaja mendekati merak hanya ingin melihat kecemburuan kelinci, tapi sialnya yang dibuat cemburu tidak merasa cemburu sehingga membuat Danu prustasi. Kemudian Danu bangkit dari duduknya dan bergegas pergi.
“Loh,apakah kakak sudah selesai makannya?”, tanya cendrawasi.
Danu hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
“Ada apa, Nu?, yang dibuat cemburu tidak cemburu ya, hahaha. Kasian banget sih dan kamu itu salah orang kalau mau buat cemburu”, jelas Putri.
Selesai makan cendrawasi pun ikut bergabung dengan yang lainnya.
“Eh, tadi kalian tahu tidak kalau kak Danu makan bareng loh dengan kami. Dia bahkan makan berdua dengan merak, duh so sweet banget kan”, jelas cendrawasi.
“Apakah kak Danu menyukai merak?”, tanya beruang.
“Sudah pasti, lagian untuk apa kak Danu mendekati merak kalau kak Danu tidak menyukainya”.
“Beruntung ya merak bisa disukai kak Danu, sudah tampan, baik lagi. Kalau begitu aku mau lah menjadi kekasih kak Danu”, tambah kupu-kupu.
“Duh, jangan caper deh seperti dia karena itu percuma saja, sebab kalian sudah tahu kan siapa yang disukai kak Danu", cendrawasi menyindir kelinci.
“Ci, menurut mu siapa yang disukai kak Danu?”, tanya kucing.
“Aku tidak tahu, kamu tanya saja langsung ke kak Danu”.
“Ok, semuanya sekarang sudah pukul 17:30 wib waktunya kita untuk pulang dan maaf jika kalian telat mendapatkan makan siangnya dan jangan lupa bersihkan sisa makanan kalian”, jelas Danu.
“Iya kak”, serentak para mahasiswa.
Para mahasiswa mulai membersihkan lokasi dan bergegas untuk bubar barisan.
“Ci”,panggil kucing.
“Iya”.
“Apakah aku boleh menumpang dengan mu sebab aku tidak ada yang menjemput?”.
“Boleh banget, bagaimana kalau untuk besok dan seterusnya jika kamu ingin pergi ke kampus kamu bareng saja dengan ku”.
“Memangnya boleh, Ci?”.
“Boleh saja asalkan....”, kelinci menghentikan ucapannya.
“Asalkan apa,Ci?”, tanya kucing.
“Asalkan kita searah, hahaha”.
“Isss, aku kira asal apa ternyata hanya bercanda. Jelas searah lah kalau tidak searah mana mungkin aku menumpang dengan mu, ternyata sengklek juga ot*k mu”.
“Hahaha, santai lah,wak, tidak perlu mengegas seperti itu”.
Mereka menuju parkiran dan bergegas meninggalkan pelataran kampus.
Ternyata kamu semakin cantik dengan tertawa seperti itu, batin Danu yang sedari tadi menatap mereka diparkiran.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!