...༻♡༺...
Lima tahun berlalu. Lika tidak hanya sudah melewati jenjang SMA, tetapi juga universitas. Dia merupakan gadis ceria sekaligus jutek. Lika hanya akan baik kepada teman-temannya. Namun sangat jutek dengan para lelaki yang mencoba mendekat.
Mantan adalah bayang-bayang yang terus menghantui Lika. Semenjak putus dengan cinta sekaligus pacar pertamanya, dia tidak berniat dekat lagi dengan lelaki mana pun. Setidaknya sebesar itu cinta serta penyesalan Lika.
Zafran merupakan lelaki yang masih menyandang peringkat nomor satu di hati Lika. Berbagai cara sudah dilakukan gadis itu untuk menghubungi Zafran. Dia bahkan nekat pergi sendirian ke London hanya demi menemuinya. Nihil, hingga sekarang Lika tidak kunjung bisa menyaksikan Zafran di depan mata.
Tahun-tahun terus terlewat. Lika masih belum bisa melupakan Zafran. Padahal umurnya sudah mencapai dua puluh lima tahun. Usia yang terlampau matang untuk menikah. Tantenya berusaha memperkenalkan berbagai pria kepada Lika. Akan tetapi gadis itu terus saja menolak.
Hingga krisisnya perusahaan keluarga Baskara mengharuskan Lika untuk menikahi seorang pria bernama Zayn. Dengan terjadinya pernikahan, perusahaan besar milik keluarga Zayn, bersedia melakukan kerjasama yang menjanjikan.
Putus asa memperjuangkan cintanya dengan Zafran, Lika tidak punya pilihan lain selain menerima. Mengingat semua keluarganya terus berharap kepada Lika.
Rencana pernikahan lantas dilakukan. Lika harus menikahi Zayn yang sama sekali tidak dia kenal. Undangan bahkan telah disebar kemana-mana. Termasuk untuk semua teman SMA-nya.
Kabar pernikahan Lika tentu terdengar sampai ke telinga Zafran. Ternyata selama dua tahun terakhir lelaki itu sudah kembali ke Indonesia.
"Sial! Lika akan menikah?" mata Zafran membulat sempurna. Dia melonggarkan kerah kemejanya seakan sedang kepanasan. Zafran melangkah ke depan jendela. Ia berdiri di sana untuk menenangkan diri.
Perasaan gelisah tentu menyelimuti Zafran. Mengingat dirinya belum bisa move on dari mantan kekasih. Selama tujuh tahun lamanya, hanya ada nama Lika yang mengisi hati Zafran.
Kini Zafran sedang berada di ruang kerjanya. Kebetulan dia memegang posisi kepala direktur. Perusahaan yang tidak lain adalah milik ayahnya sendiri, Gamal. Itu pun salah satu perusahaan dari lima gedung yang berdiri. Kebetulan bisnis keluarga Laksana sedang mengalami sukses besar selama bertahun-tahun.
Sangat berbanding terbalik dengan nasib yang dialami perusahaan keluarga Baskara. Perusahaan yang tidak lain adalah milik keluarga Lika. Saingan sekaligus musuh bagi perusahaan keluarga Laksana.
Zafran menghela nafas panjang. Dia menggeleng beberapa kali. Masih merasa tidak percaya dengan kabar yang didapatkannya. Alhasil Zafran mencoba memastikan kebenaran dengan bertanya kepada sahabat dekatnya.
"Kau pasti bohong kan? Lika nggak mungkin tiba-tiba menikah!" Zafran menimpali Galih. Dia bicara melalui panggilan telepon.
"Astaga... siapa yang bohong juga. Kau lihat sendiri kan foto dan video undangannya? Terus semua orang di grup chat pada ngomongin Lika," sahut Galih dari seberang telepon. "Kenapa? Panik ya? Aku tahu kamu masih belum move on dari Lika. Kamu itu tipe lelaki yang cuman suka sama satu gadis," tambahnya.
Galih merupakan sahabat dekat Zafran semenjak SMA. Dia sangat mengenal bagaimana sifat Zafran. Sejak dulu lelaki itu dikenal senagai siswa paling populer di sekolah. Tetapi Zafran juga dikenal tidak pernah mau dekat dengan gadis manapun. Kecuali gadis yang disukainya.
Zafran mengusap kasar wajahnya. Dia tidak menanggapi perkataan Galih. Dirinya justru mematikan panggilan telepon secara sepihak. Lalu duduk menghempas ke sofa.
Salah satu kaki Zafran menggedik berulang kali. Dia memeriksa foto-foto yang ada di media sosial Lika. Tetapi tidak ada sama sekali tanda kalau gadis itu akan menikah. Lika memang sudah jarang mengunggah foto terbaru di media sosial. Terutama saat baru lulus SMA.
'Sudah, Zaf... ngapain kamu peduli? Bukannya kau yang jauhin dia selama bertahun-tahun?' Zafran bermonolog kepada dirinya sendiri. 'Tunggu, tunggu! Kalau aku ajak Lika balikan, dia mau nggak ya?' lanjutnya yang merasa semakin resah.
Zafran lekas menepuk jidat sendiri. Dia mencoba menyadarkan diri. "Sudah! Jangan memikirkan yang aneh-aneh. Lagian Lika udah sebar undangan kemana-mana," gumamnya. Memutuskan untuk tidak peduli.
Zafran mengalihkan pikirannya dari Lika. Dia menyibukkan diri dengan mengambil berkas-berkas yang ada di meja kerja. Namun tetap saja dirinya belum bisa berhenti memikirkan Lika.
Baru sekitar sepuluh detik melepas ponsel, Zafran akan kembali mengambilnya hanya untuk memeriksa media sosial Lika. Jujur saja, Zafran melakukan itu selama bertahun-tahun karena ingin mengetahui kabar gadis tersebut
Walau sangat peduli kepada Lika. Zafran berusaha mati-matian menghindari gadis itu. Semuanya karena keluarganya dan keluarga Lika merupakan musuh bebuyutan. Namun setelah mendengar kabar Lika akan menikah, Zafran otomatis panik. Rasa takut, cemburu, dan sakit bercampur aduk dalam dirinya.
Suara ketukan pintu terdengar. Zafran lantas mempersilahkan karyawannya masuk. Dia tidak lain adalah Karin. Sekretaris Zafran yang cantik.
"Permisi, Tuan Zafran. Ini sudah jam makan siang. Apa Tuan tidak mau keluar untuk makan--"
"Tidak. Kau saja. Pergilah!" Zafran memotong ucapan Karin. Membuat raut wajah gadis itu langsung berubah cemberut.
Karin menurut saja. Dia beranjak keluar dari ruangan Zafran. "Jawabannya selalu begitu. Ganteng tapi dingin kayak es batu," keluhnya.
Sebenarnya ada banyak gadis di perusahaan yang mencoba merayu Zafran. Tetapi tidak ada satu pun yang berhasil. Bicara selama sepuluh menit saja tidak ada yang pernah bisa. Zafran akan bicara lebih lama dengan perempuan ketika hanya membicarakan masalah pekerjaan.
Seperti yang diduga Galih. Zafran memang adalah tipe lelaki setia. Lelaki yang hanya memperdulikan gadis pujaan. Untuk sekarang gadis beruntung itu adalah Lika. Mantan kekasih Zafran saat masih SMA.
Usai mengetahui kabar pernikahan Lika, Zafran mencoba menyibukkan diri dengan banyak hal. Termasuk berolahraga di gym selama tiga jam lebih. Namun semuanya selalu saja berakhir dengan media sosial Lika.
Bola mata Zafran tertuju ke tombol bertuliskan kirim pesan. Sejak tadi dia terpikir untuk menghubungi Lika. Tetapi urung karena merasa ragu. Zafran takut dirinya akan tambah sakit hati.
Di waktu yang sama, Lika sudah berada di hotel bintang lima. Tempat yang tidak lain akan menjadi saksi pernikahannya besok.
Kini Lika sedang berkumpul dengan keluarga besarnya. Dia melihat semua orang saling menanyakan kabar dan bercanda gurau. Semua orang merasa bahagia. Kecuali Lika.
"Akhirnya Lika mau nikah juga. Aku sempat khawatir loh."
"Iya. Aku senang banget pas dengar Lika bilang setuju."
"Calon pengantin prianya ganteng banget ya. Mirip artis India."
"Hahaha... Brewokan ya. Ngomong-ngomong Zayn lebih tua satu tahun dari Lika."
Lika dapat mendengar percakapan keluarganya. Dia yang tidak tahan, ingin cepat-cepat beranjak.
"Aku mau tidur duluan ya, Tante. Sudah ngantuk soalnya," ujar Lika.
"Iya, Lik. Kamu memang sebaiknya tidur duluan supaya besok nggak kesiangan," tanggap Selia. Dia adalah tantenya Lika. Orang yang merawat Lika semenjak kecil. Sebab kedua orang tua Lika diketahui meninggal karena kecelakaan maut.
Selepas diberi izin, Lika langsung pergi ke kamar. Dia menghempaskan diri ke atas ranjang. Lika meluruhkan air mata dalam keadaan tengkurap. Dia memeluk bantal dengan erat.
"Ya Tuhan... Bolehkah aku berharap pernikahan ini tidak akan terjadi? Bisakah aku berharap Zafran datang untuk membawaku pergi? Aku harap Zafran bisa jadi pangeran yang akan menyelamatkanku..." lirih Lika. Dia menangis dalam diam.
Lika menghembuskan nafas berat. "Kenapa aku berharap begitu? Semua itu pasti nggak akan terjadi. Zafran sekarang mungkin sudah punya gadis lain," ungkapnya berprasangka.
...༻♡༺...
Tanpa terasa, Lika akhirnya tidak sengaja tertidur. Dia sepertinya kelelahan dengan kegiatan yang sudah dijalani seharian.
Berbeda dengan Zafran. Dia tidak bisa tidur sama sekali. Padahal waktu telah menunjukkan jam dua dini hari. Pikirannya sedang bertempur hebat. Zafran bingung harus memilih untuk menghubungi Lika atau tidak.
Zafran menatap nomor Lika yang ada di kontak telepon. Nomor tersebut sebenarnya adalah nomor yang sudah dia miliki bertahun-tahun. Zafran tidak tahu nomor Lika itu masih aktif atau tidak.
Beberapa kalimat sudah ditulis dalam aplikasi pesan di ponsel Zafran. Tetapi dia masih berpikir keras untuk mengirim pesan itu.
'Lik, ini aku Zafran. Maaf baru muncul sekarang. Gimana kabarnya? Aku dengar kamu besok akan menikah. Kita bisa ketemu nggak?' Begitulah bunyi pesan teks yang ingin dikirim Zafran.
Tubuh Zafran telentang di atas ranjang. Ia meletakkan satu tangan ke atas jidat. Bernafas berat berkali-kali.
Zafran melepas ponselnya sejenak. Dia mengambilnya kembali saat terpikir untuk mengirim pesan kepada Lika.
Tanpa sengaja, tombol kirim dipencet oleh Zafran. Hal tersebut membuatnya panik. Dia bahkan tidak bisa menghapus pesan yang sudah terlanjur dikirim.
"Astaga! Ini gila! Aku belum siap!" keluh Zafran. Dia berusaha keras mencari cara untuk menghapus pesan yang terkirim. Zafran hanya berharap nomor Lika tidak aktif lagi. Dengan begitu, gadis tersebut tidak akan membaca pesannya.
Di sisi lain, Lika masih asyik tertidur di kamar. Ponselnya menderingkan bunyi notifikasi singkat. Pertanda bahwa ada sebuah pesan yang masuk.
Sayangnya suara ponsel tidak berhasil membangunkan Lika. Gadis itu terbangun saat waktu menunjukkan jam empat pagi.
Lika langsung mengambil ponsel dari atas nakas. Matanya melebar ketika melihat ada pesan masuk dari nomor tak dikenal. Lika lantas membuka pesan yang dikirim nomor tersebut.
Mata Lika membulat sempurna, tatkala membaca pesan dari Zafran. Dia merubah posisi menjadi duduk. Jantungnya merespon dengan deguban kencang. Ada rasa antusiasme yang tinggi dirasakan oleh Lika.
"Tunggu. Aku nggak bisa percaya begitu saja kalau ini Zafran. Bisa saja kan orang iseng?" gumam Lika. Tidak mau percaya begitu saja. Dia lantas mencoba menghubungi nomor tanpa nama itu.
Di tempat yang berbeda, Zafran kaget bukan kepalang. Bagaimana tidak? Lika tiba-tiba meneleponnya!
Saliva diteguk oleh Zafran satu kali. Dia tidak perlu berpikir lama untuk mengangkat panggilan Lika.
"Halo?" suara Lika yang lembut dan begitu dirindukan, dapat terdengar jelas di telinga Zafran.
Sungguh, Zafran sangat bahagia walau hanya bisa mendengar suara Lika. Dia berharap bisa mendapatkan lebih dari itu. Debaran cinta yang sejak lama telah tertidur, kini bisa dirasakan Zafran lagi.
"Lika..." lirih Zafran terkagum.
"Zafran! Ini beneran kamu?" tanggap Lika. Nada suaranya terdengar bergetar. Dia nampaknya masih belum bisa mempercayai apa yang terjadi.
"Iya... Ini aku, Lik..." sahut Zafran pelan.
Tangisan Lika segera menyambut pendengaran Zafran. Mendengar hal itu, Zafran jadi ikut merasa emosional. Perasaan rindu yang sudah lama tertahan, akhirnya dapat terbayar.
Dua tetes cairan bening lolos melalui sudut mata Zafran. Meskipun begitu, dia langsung mengusapnya dan mencoba lebih tenang. Sebab Zafran ingin bicara dengan Lika.
"Lik... aku..."
"Kenapa, Zaf?... kenapa kamu baru muncul sekarang? Lima jam lagi aku akan menikah!" seru Lika. Di sela-sela tangisannya.
"Maafin aku, Lik... aku nggak menyangka kamu akan menikah secepat ini. Aku benar-benar menyesal sudah menjahuimu bertahun-tahun. Jujur... aku nggak pernah bisa lupain kamu selama bertahun-tahun," ungkap Zafran panjang lebar. Dia mengatakan apa yang di alaminya semenjak putus dari Lika.
"Aku juga, Zaf... aku terpaksa harus menerima pernikahan ini demi bisa membantu kondisi perusahaan. Tapi saat waktu semakin mendekati sesi pernikahan, rasa sesalku malah tambah tinggi. Aku berharap lelaki yang kunikahi itu adalah kau," kata Lika. Dia mengakhiri perkataannya dengan isakan tangis.
Zafran membisu sejenak. Terutama saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Lika. Terlintas sesuatu dalam benaknya. Yaitu sebuah tekad nekat yang mendadak muncul dalam kepala. Hal yang paling di inginkan Zafran sekarang adalah memiliki Lika seutuhnya. Keinginan itu semakin membuncah ketika mengetahui Lika juga masih mencintainya.
"Beritahu aku posisimu sekarang! Aku akan menjemputmu ke sana!" cetus Zafran. Membuat Lika harus menghentikan tangis.
"A-apa? Aku tidak salah dengar kan?" Lika memastikan.
"Aku tidak bercanda. Aku akan membantumu membatalkan pernikahan. Kalau kau memang masih ingin kembali bersamaku lagi, kirimkan alamatmu lewat pesan teks. Aku akan langsung menjemput!" ujar Zafran. Dia segera memutuskan panggilan telepon lebih dulu.
Zafran menarik nafasnya dalam-dalam. Dia memejamkan mata. Menanti jawaban dari Lika.
Belum sempat Zafran berprasangka, pesan dari Lika masuk. Gadis itu tidak butuh waktu lama untuk mengirimkan alamat keberadaannya.
Senyuman lebar mengembang diwajah Zafran. Dia langsung melompat dari tempat tidur. Bergegas mengganti pakaian.
Zafran ingin menjemput Lika secepat mungkin. Ia harus datang tepat waktu. Mengingat posisinya sekarang berada di luar kota. Perlu waktu sekitar satu jam lebih untuk sampai ke hotel dimana Lika berada.
Bertepatan dengan itu, pintu kamar Lika tiba-tiba diketuk oleh seseorang. Dia lantas membukakan pintu.
Orang yang datang ternyata adalah penata rias untuk Lika. Kebetulan Lika harus mendapatkan make up khusus karena akan menjadi pengantin.
"Tunggu, aku ke toilet sebentar!" kilah Lika. Dia sebenarnya hanya ingin meminta kepastian dari Zafran. Sebab aksi pelarian yang akan dilakukannya pasti menyebabkan dampak luar biasa.
"Zaf, kira-kira kapan kamu akan datang?" tanya Lika.
"Kebetulan tempatku ada di luar kota. Pokoknya lumayan jauh dari posisimu sekarang. Tapi aku akan pastikan akan datang tepat waktu!" jawab Zafran dari seberang telepon.
"Kau berjanji kan?"
"Aku berjanji! Untuk sekarang, kau bisa ikuti saja bagaimana alurnya. Jangan sampai rencana kita diketahui oleh siapapun," balas Zafran.
Lika mengangguk meski Zafran tidak bisa melihat gerakan tubuhnya. Pembicaraan mereka berakhir. Lika tidak punya pilihan selain harus melakukan make up.
Karena ingi mengulur waktu, Lika sengaja mandi berlama-lama. Dia bahkan sempat-sempatnya bermain game di kamar mandi.
Ketika tukang rias mengetuk pintu kamar mandi, barulah Lika keluar. Dia langsung disuruh mengenakan gaun pengantin.
"Wah... belum pakai make up saja sudah cantik. Apalagi pas sudah pakai make up," puji si tukang rias yang bernama Eka itu. Dia berdecak kagum saat melihat tampilan Lika yang dibalut dengan gaun pengantin berwarna putih.
"Terima kasih," ucap Lika sembari tersenyum.
"Ayo! Kita harus cepat-cepat merias wajahnya. Waktunya tinggal empat jam lagi!" seru asisten Eka. Namanya adalah Tari.
"Kau benar!" Eka setuju. Dia dan Tari segera memberi sentuhan make up ke wajah Lika.
Setelah satu setengah jam lebih, proses make up akhirnya selesai. Eka dan Tari semakin terkesima dengan kecantikan Lika.
"Mbak Lika udah jadi princess pokoknya!" Tari mengacungkan dua jempol untuk Lika.
Tak lama kemudian, keluarga Lika berdatangan. Mereka yang merasa kagum, saling berdahuluan untuk mengambil foto.
Lika berusaha keras untuk terlihat tenang. Padahal dia merasa gelisah sedari tadi. Zafran tidak kunjung datang. Pernikahannya akan terjadi sekitar tiga setengah jam lagi.
...༻♡༺...
Zafran sedang dalam perjalanan. Di pagi yang buta mobilnya sudah melaju menembus kabut dan embun. Tekad Zafran hanya satu. Yaitu menjemput Lika secepat mungkin.
Meski tidak terkendala macet, waktu perjalanan yang ditempuh Zafran cukup lama. Dia baru saja tiba di kota tempat Lika berada. Zafran hanya perlu menemukan hotel bintang lima bernama The Royal.
Saat dalam pencarian, mesin mobil Zafran mendadak mati sendiri. Sekarang dia tidak punya pilihan selain mengurus mobilnya terlebih dahulu.
"Sial! Kenapa harus sekarang, hah?! Kau itu selalu berulah di saat yang tidak tepat!" omel Zafran kepada mobilnya sendiri. Dia segera mengedarkan pandangan ke segala arah. Mencoba mencari tempat tukang bengkel.
"Aaarrggh!! Ini masih pagi. Mana ada bengkel buka jam segini!" keluh Zafran sambil menggaruk kepala dengan perasaan frustasi.
Akibat merasa terdesak, Zafran berkeliling mencari tukang bengkel. Usahanya sukses saat berjalan sekitar lima puluh meter dari mobil. Zafran memberitahukan mengenai keadaan mobilnya.
"Aku ingin mobilnya diperbaiki secepat mungkin! Aku sudah kehabisan waktu!" desak Zafran.
"Biar aku lihat dulu mesinnya. Masalah cepat atau enggak, itu tergantung kerusakannya," jawab tukang bengkel. Dia menyuruh Zafran menunggu. Sementara dirinya akan pergi memeriksa mobil.
Zafran duduk sambil mendengus kasar. Dia segera menghubungi Lika. Hendak memberitahukan mengenai keterlambatannya. Namun gadis itu tidak menjawab panggilan telepon sama sekali. Zafran yakin Lika pasti disibukkan dengan acara pernikahan yang terjadi sekitar satu jam tiga puluh menit lagi.
Perasaan gelisah Zafran semakin menyelimuti, ketika tukang bengkel memberitahu kalau proses perbaikan mobil akan memakan satu jam lebih. Jika menunggu, Zafran tentu akan kehabisan waktu. Lika pasti akan terlanjur menikah dengan Zayn.
"Bagaimana, Mas? Apa kau ingin menunggu atau ditinggal saja. Kalau menunggu, aku akan berusaha mempercepat kinerjaku," ujar si tukang bengkel.
Zafran berpikir dalam diam. Dia mencoba mencari cara lain agar bisa cepat-cepat sampai ke hotel The Royals. Satu hal yang pasti, Zafran tidak akan naik kendaraan umum. Mengingat dia nanti akan membawa kabur Lika.
"Kalau mau lebih cepat, beli saja mobilku, Mas. Hehehe... aku membelinya satu tahun yang lalu. Tapi karena nggak kuat sama pajaknya, aku sekarang ingin menjualnya saja," imbuh si tukang bengkel yang tiba-tiba curhat. Dia memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Pupil mata Zafran membesar. Berbinar-binar seolah mendapat keajaiban. "Beritahu aku! Berapa harga mobil itu?" tanya-nya merasa tertarik.
"Be-benarkah, Mas? Kau serius bukan? Ini bukan tipu-tipu belaka kan?" Si tukang bengkel memastikan. Kini matanya yang berbinar-binar kesenangan. Sebab sudah sejak lama dia menjual mobil tersebut. Tetapi karena mobilnya dijual cukup mahal, banyak orang yang tidak mau membeli.
Namun tidak untuk Zafran. Karena sedang dikejar waktu dan sangat membutuhkan, dia bersedia membeli mobil seharga lima ratus juta tersebut. Zafran langsung mentransfer uangnya kepada si tukang bengkel.
"Terima kasih, Mas. Aku akan secepatnya memperbaiki mobilnya," ungkap Si tukang bengkel.
"Sama-sama, Pak! Nanti anak buahku yang akan mengambilnya," sahut Zafran sembari buru-buru masuk ke mobil. Dia segera menjalankan mobil dalam kecepatan laju.
Akibat insiden mobil mogok, Zafran kehabisan waktu setengah jam. Kini satu jam lagi proses pernikahan Lika akan terjadi. Zafran baru saja menghentikan mobil ke parkiran. Dia langsung berlari masuk ke dalam hotel.
Zafran tidak lupa mengenakan topi dan masker. Ia melakukan itu agar kedatangannya tidak ketahuan. Terutama dari tantenya Lika.
Zafran sekali lagi mencoba menelepon Lika. Tetapi belum sempat menelepon, perhatiannya justru terfokus pada pesan kiriman Lika.
'Kau sudah dimana? Pengantin lelaki sudah datang! Dia ada di ruangan sebelah. Kalau kau sudah sampai, cari aku di kamar suit nomor 10.' Begitulah pesan dari Lika. Membuat Zafran kian didesak waktu.
Zafran membalas pesan Lika. Dia memberitahu kalau dirinya sudah ada di hotel. Karena kamar Lika ada di lantai atas, Zafran menggunakan lift. Kebetulan dia harus melewati ruang utama yang menjadi tempat acara pernikahan.
Di ruang utama sudah terlihat ada banyak orang. Semuanya di dominasi oleh pekerja hotel dan keluarga Lika.
Zafran bersembunyi sejenak ke balik dinding. Saat menemukan waktu yang tepat, dia segera berjalan menuju lift. Lelaki itu mendengus lega kala telah berhasil masuk ke dalam lift.
Bersamaan dengan itu, seseorang tiba-tiba menghentikan pintu lift yang hampir tertutup.
Deg!
Jantung Zafran kaget. Rasanya seperti disembar gelegar petir. Matanya membola. Bagaimana tidak? Orang yang masuk ternyata adalah Selia. Di iringi oleh Nadia dan Chika. Dua sahabat Lika.
Zafran bergeser ke ujung. Dia berusaha menjaga jarak dan bersikap senormal mungkin.
"Lika-nya sudah pakai baju pengantin, Tante?" tanya Nadia.
"Ya sudahlah... kan akadnya dimulai sebentar lagi," jawab Selia seraya melirik ke arah Zafran. Merasa aneh dengan kehadiran lelaki tersebut. Walaupun begitu, Selia tidak mengenali Zafran sama sekali.
"Mas-nya artis ya?" Selia tiba-tiba menegur Zafran. Nadia dan Chika sontak ikut menatap.
Zafran memilih bungkam. Dia hanya menggeleng sambil berdehem. Satu tangannya memegangi tenggorokan. Di akhir Zafran berpura-pura batuk.
"Oh... sakit ya. Maaf kalau mengganggu, Mas. Aku kira artis. Kalau artis kan bisa aku jadikan bintang tamu di acara nikahan keponakanku," ucap Selia yang merasa tidak enak.
"Tante apaan sih," komentar Chika. Dia cekikikan. Tetapi tidak untuk Nadia. Gadis itu menatap Zafran penuh curiga.
Ting!
Bel berbunyi saat lift tiba di lantai tujuan. Pintu perlahan terbuka. Semua orang segera keluar dari lift. Termasuk Zafran sendiri.
Zafran berjalan melingus begitu saja. Melewati Selia, Nadia, dan Chika. Dia sengaja bersikap seperti orang yang menyewa kamar hotel. Parahnya Zafran membuka pintu kamar secara acak. Lalu masuk ke dalam kamar tersebut.
Sementara itu, Selia, Chika, dan Nadia berjalan menuju kamar Lika. Selia menjadi orang yang memimpin jalan.
"Chik, kau nggak curiga sama lelaki yang bareng sama kita di lift tadi?" bisik Nadia. Sebagai orang yang pernah satu sekolah dengan Zafran, dia tentu merasa tidak asing.
"Enggak. Emang kenapa?" balas Chika dengan dahi berkerut.
"Aku merasa tidak asing sama dia."
Chika memutar bola mata jengah. "Gimana kau bisa kenal sama dia? Orang tadi mukanya ditutup sama topi dan masker kok. Kita cuman bisa lihat matanya. Tapi dari matanya aku tahu kalau dia ganteng," ucapnya yang malah terfokus pada hal lain.
"Terserah apa katamu deh." Nadia mengalah. Dia membuang rasa curiganya jauh-jauh.
Di sisi lain, Zafran merasa lega saat berhasil menjauh dari Selia. Kini dia menyandar di depan pintu. Memejamkan matanya dengan rapat.
"Kau siapa?" suara bariton seorang lelaki tiba-tiba menegur.
Zafran sontak dibuat kaget. Ia menoleh ke arah sumber suara. Dirinya menyaksikan seorang pria tinggi semampai dengan balutan jas dan tuxedo. Pria itu terlihat brewokan tetapi tampan.
'Fix! Ini pasti calon pengantin lelakinya. Gila! Dari semua kamar yang ada, kenapa aku malah pilih kamar ini?" batin Zafran.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!