Rin melangkahkan kaki menjauhi area lapangan. Matahari siang ini benar-benar menyengat, membuat gadis itu ingin segera kembali ke kelas.
Rambutnya yang terkuncir satu bergerak kanan-kiri, diikuti poni sedagunya yang ikut bergoyang mengikuti pergerakan angin.
Dari arah belakang, terdengar suara langkah kaki mendekati Rin, yang kemudian kepala gadis itu sedikit tertarik ke belakang akibat ulah seseorang yang menarik ikat rambutnya.
Rin menoleh, membuat rambut hitam panjangnya yang berkilau memanjakan mata itu berterbangan bebas tertiup angin.
Ketika berbalik sempurna, gadis itu mendengkus saat tahu siapa pelakunya.
"Balikin," ucap Rin tanpa ekspresi.
"Gak mau," balas Raka yang juga memasang wajah datar.
"Ya udah ambil aja. Gue masih banyak ikat rambut begituan."
Rin berbalik badan, hendak melangkah meninggalkan kakak kelas yang seenaknya saja ingin masuk ke hidupnya itu.
"Gak usah, gue balikin. Gue tadi cuma mau ngasi tau, tali sepatu lo belum keiket."
Damn it.
...*****...
Siapa yang menduga, bertemu Raka membawa masalah besar dalam hidup Rin yang semulanya memang sudah kacau balau. Kedatangan laki-laki itu benar-benar membuat hidupnya makin berantakan.
Alena Rin Gracia, sosok gadis yang selalu tampil dengan ekspresi sama setiap harinya ketika menjalani aktivitas sehari-hari itu hanya bisa berusaha sebaik mungkin menghindari Raka. Entah apa alasan laki-laki itu yang selalu mengganggunya. Satu yang Rin tahu dengan pasti, tentu Raka sang ketua geng motor itu tidak hanya sekadar ingin dekat dengannya, kan?
Belum lagi ia mendapat kabar kalau dirinya menjadi incaran—bukan dalam artian untuk dijadikan pacar—Raka. Melainkan untuk membalas dendam. LMAO. Memang Rin melakukan apa? Mungkin karena selalu ia tolak? Raka ini selalu dikejar perempuan, bertemu dengan Rin, justru laki-laki itu yang mengejarnya, setelah itu ditolak lagi.
It's so funny. You can imagine, right?
Namun, apapun itu, benteng pertahanan hati Rin tidak semudah itu, kok untuk diterobos dengan mudah.
...*****...
Arfano Raka Arion, sang ketua geng motor Deverald, ia tidak pernah menyangka kalau akan dipertemukan dengan sosok Rin. Di saat semua perempuan berlomba-lomba ingin mendapatkan hatinya, si Rin ini justru abai dan masa bodoh.
Berawal dari penasaran yang malah membuat Raka tersakiti secara perlahan. Memang benar, tidak baik kalau terlalu dalam ingin mengetahui kehidupan seseorang. Rin merupakan contoh nyata, untuk Raka memperkuat argumennya tentang 'pura-pura tidak tahu memang lebih baik, daripada ketika tahu, kita hancur'.
Gadis itu makin diselami, makin gelap. Layaknya palung mariana, tidak hanya gelap, tapi juga mematikan.
Sialnya, Raka bukannya berhenti dan sadar, tapi malah nekat dan berniat membawa Rin berenang ke atas, untuk mengenalkan pada gadis itu bahwa langit tidak semenakutkan itu untuk dipandang.
Namun, dibalik semua itu, bolehkah Raka bersandiwara saat tahu kebenarannya?
...*****...
"Senyumnya menawan yang sukses membuat satu hati es yang jarang jatuh hati tertawan, bahkan terjerat begitu dalam." —Arfano Raka Arion.
"Mencoba bertahan menjadi diri sendiri, memangnya apa yang diharapkan orang-orang seperti kalian yang hanya tahu luarnya saja?" —Alena Rin Gracia.
"Dia tertawa ketika satu dunia berduka." —Arfano Raka Arion.
"Lucu, ketika kau melihat kalau orang-orang selalu menilai dari satu sisi, selalu menyimpulkan sesuatu tentang kita padahal baru 'katanya' yang entah benar atau tidak, lalu berlagak layaknya korban dengan menimpakan semua salah kepada kita." —Alena Rin Gracia.
"Semesta lucu, ya. Namun, diri sendiri lebih lucu lagi, sudah tahu membuat sakit, tapi tetap bertahan. Kemudian merasa paling tersakiti ketika semesta bertindak." —R².
...***...
Tidak sekadar geng motor yang 'katanya' bikin resah masyarakat, kami juga punya sisi lain yang tidak perlu dipamerkan. —Raka.
...*****...
Gerombolan motor besar memenuhi jalan, membelah ramainya ibukota dengan tidak sabaran. Jalanan yang awalnya memang sudah ramai jadi seperti ada ketegangan ketika kumpulan laki-laki berjaket hitam kulit itu menyalip kendaraan yang menghalangi dengan kecepatan di atas rata-rata.
Mereka Deverald.
Kumpulan badboy anak motor yang anggotanya tersebar di setiap sekolah di Jakarta. Diakui dan disegani oleh hampir semua geng motor yang ada di Indonesia.
Pada tanggal 15 Mei 2020 adalah generasi ke-34, dipimpin oleh Arfano Raka Arion, si iblis pencabut nyawa yang memliki ketampanan layaknya dewa dalam mitologi Yunani. Begitu pantas menjadi pemimpin, terbukti ketika laki-laki itu mengambil alih, Deverald yang sudah diakui kehebatannya semakin berjaya di atas angin.
Untuk bisa bergabung bersama mereka, tentu tidak mudah atau asal-asal. Ada tiga aturan yang harus disanggupi dan sudah ditetapkan sejak Deverald berdiri, tepatnya dari generasi pertama, tahun 1986.
Deverald's rules :
Have a sense of solidarity.
Take care unity of fellow members.
No act without brain.
Mereka—calon anggota baru—akan melewati satu tes, untuk menguji seberapa tinggi rasa solidaritas ke sesama. Seperti rules Deverald yang pertama. Walau hanya satu, bagi mereka yang tingkat kepeduliannya rendah, tentu akan kesulitan, dan dapat dipastikan gagal.
Bagi mereka yang berhasil melewati tes itu, maka secara resmi akan dinyatakan sebagai bagian dari Deverald. Sebagai informasi, setiap tahun peminat atau orang yang ingin bergabung menjadi bagian Deverald semakin bertambah.
Terlepas dari kehebatan dalam adu fisik, tak terkalahkan, penuh intimidasi, taktik serta strategi penyerangan yang begitu ditakuti, Deverald juga—bisa dikatakan—menjadi tempat pulang, rumah bagi mereka yang ingin berkeluh kesah. Menerima siapa saja, asal bertanggung jawab atas sumpah yang diucapkan saat diresmikan, Don't die as a loser, fight to be a winner.
Bagi kalian yang merasa tidak dihargai, selalu terinjak, dari keluarga sederhana, atau mengalami tekanan dari berbagai pihak, Deverald siap menerima dengan tangan terbuka. Mau kaya, tidak, mau ganteng atau tidak, semua sama.
Satu rumah, yaitu Deverald. Satu tujuan, yaitu mempertahankan posisi rumah mereka tetap berada di puncak. Dan satu motto, come, fight, win!
Mereka yang masuk, mustahil akan berkhianat. Kecuali, orang-orang dengan niat yang buruk dari awal.
Raka yang merupakan ketua dari Deverald, sang pemilik manik hijau itu tentu tidak sendiri. Dia ditemani enam temannya yang termasuk sebagai anggota inti. Bukan hanya sebagai pajangan nama, keenam temannya yang lain juga punya kemampuan yang tidak bisa diremehkan, dan menjadi kunci kemenangan.
Dengan bersekolah di SMA Starlight, di mana setiap pagi sebuah sambutan memekakkan telinga selalu terdengar dari hampir seluruh siswi yang ada di sini. Buktinya, gadis-gadis berseragam putih-krem, dengan balutan jas berwarna nafi itu heboh sendiri kala melihat gerombolan motor besar memasuki area parkir SMA Starlight.
Dengan jaket kulit berwarna hitam, dilengkapi tulisan DEVERALD di bagian punggung itu berhasil membuat siapa saja enggan mengalihkan pandangan dari mereka. Seluruh perhatian kini terarah pada tujuh cowok yang baru saja memarkirkan motor itu.
Salah satu dari ketujuh laki-laki itu, melepas helm full face-nya, memperlihatkan wajah tampan dengan garis rahang tegas yang mampu memikat jutaan hati gadis remaja. Mata hijau tajamnya memerhatikan sekeliling, mengernyit samar saat sadar ramainya parkiran tidak seperti hari-hari lain. Walau sebenarnya—bagi orang biasa—ini saja sudah ramai sekali. Sangat.
Di sebelah cowok itu, seorang laki-laki bermata biru cerah menyisir rambutnya ke belakang, sedikit berantakan akibat helm yang ia kenakan. Cowok itu tersenyum saat teriakan para gadis terdengar di sekitarnya. Sambutan pagi, yang tak pernah absen.
Lalu, cowok di sebelah kiri Raka, dengan rambut sedikit ikal di bagian atas, mengedipkan sebelah matanya pada sang adik kelas cantik yang hendak melewatinya. Sontak, gadis itu mempercepat langkahnya. Tidak lama, pekikan heboh terdengar.
"Anjir!" seru laki-laki pemilik senyum menawan, menanggapi temannya yang baru saja menggoda adik kelas. Cowok itu kembali berucap, "Jadi kebelet kan tuh dekel lo senyumin!"
"Lang, Lang, ilangin dikit kek jiwa playboy lo. Dekel unyu yang lo gebet setahunan itu mau di kemanain?" tanya seorang laki-laki yang duduk di atas Harley kesayangannya.
"Biasalah, modus doang dia," sahut laki-laki dengan undercut hairstyle yang baru saja turun dari Lamborghini-nya. Tak lupa kacamata hitam yang bertengger di mata indah cowok itu.
Terakhir, ada laki-laki berwajah datar yang baru saja melepas helmnya, paling dingin, cuek, dan irit bicara. Banyak yang mengejarnya, sayang semua gadis hanya dibalas tatapan dingin menusuk dengan wajah sedatar tembok.
"KYAAA!! KAK RAKA!!!"
"HUAAA KAK RAKA GANTENGNYA GAK NGOTAK BANGET!!"
"KAK ARGA!!! MATA BIRUMU MELEMAHKAN KU KAK!!"
"Kampret! Galang makin ganteng aja!!! Kasian jantung gue woyy!!"
"SKSKSKSKS SENYUMNYA IQBAL MANISNYA GADA OBAT!!"
"KAK ALDEN!! Kakak gak senyum, diem gitu aja gantengnya udah kelewatan!"
"Buset si Arka mobil baru lagi nih?? Holkay mah emang beda, gue yang kentang ni cuma bisa geleng-geleng doang anjir!"
"Woi lo pada jangan genit deh sama Regan, punya gue juga!! Entar nih pulang sekolah dia bonceng gue pake Harley, yuhuu!!"
"Bodoamat anjir."
"Cape gue, asli, ni sekolah isinya cogan semua anjir!"
Teriakan demi teriakan terdengar, sahut-menyahut yang menimbulkan kerusuhan luar biasa di parkiran. Bagi para perempuan di SMA Starlight, bisa melihat pemandangan tujuh cowok tampan seperti ini setiap pagi benar-benar menyejukkan mata.
Raka turun dari motor, menoleh pada enam temannya yang lain lalu berujar dengan tegas, "Kelas."
"Ya elah, padahal masih mau ngeliat dekel," sahut Iqbal memberengut, laki-laki pecicilan itu sedikit tak rela tapi tetap menuruni motornya. "Kayak ada aja yang mau ngeliat lo," ucap Arga, si pemilik mata biru yang friendly abis menanggapi.
"Anjir, lo ngeraguin kegantengan gue?!" balas Iqbal tak terima, yang dibalas tatapan remeh dan senyum miring dari Arga.
"Ngeluluhin satu cewek aja gak bisa, sok-sokan mau ngegebet yang lain," ejek Regan. Arga menoleh pada cowok itu, keduanya lantas bertos ala laki-laki.
Iqbal mendengkus, tak lagi bersuara, karena apa yang Regan ucapkan benar.
Miris banget dah gue elah.
"Rak, gue denger bakal ada anak baru cakep, adek kelas," kata Galang, si playboy kelas atas, sambil berjalan mendekat dengan salah satu tangan menyisir rambutnya ke belakang.
Raka menoleh, mengedikkan bahu tak acuh lalu menjawab, "Di kelas banyak stok cewek cantik. Gak usah kayak cowok haus cewek lo."
"Anjir!" kata Arga sambil tertawa hingga kepalanya mendongak ke langit.
Galang berdecak kesal. "Yang haus cewek siapa, sih, gue cuma ngomong, kali aja lo suka. Soalnya tuh cewek beda dari yang lain. Dingin."
Satu sudut bibir Raka terangkat. "Siapa aja yang papasan sama gue, 100% gak bakal biasa aja tuh cewek," kata cowok itu dengan bibir bawah yang ia basahi.
"Nyenyenyenye," olok Iqbal dengan wajah menyebalkan, berbisik pada Arga. Keduanya tertawa mengejek dengan volume suara yang kecil. Regan yang tidak sengaja mendengarnya geleng-geleng. "Didenger Raka mampus lo bedua."
"Lo gak tau aja dia gimana."
"Ya."
"Tunggu anaknya dateng deh, si dekel putri es~" Arka mengulurkan kedua tangan ke depan dan menggerakkannya seperti rumput yang bergoyang. "Kalo dia cuek, gue ketawa ampe kayang! Udah di bilangin Galang juga," imbuhnya sambil tertawa renyah.
Raka mengedikkan bahunya tak acuh. Lalu berjalan diikuti enam temannya yang lain. Kerumunan gadis-gadis di sekitar bertambah heboh melihat ketujuhnya mulai melangkah.
Dipimpin oleh Raka yang berjalan paling depan, Galang yang hanya berjarak satu langkah dari cowok bermanik hijau itu, disusul Arka dan Alden, dan paling belakang tiga laki-laki perusuh yang tebar pesona sana-sini. Di sepanjang parkiran menuju kelas, jeritan dan pekikan histeris para kaum hawa menemani langkah ketujuhnya.
Pesona mereka memang sekuat itu, sih, tidak ada lawan pokoknya.
Katanya aku begini, katanya aku begitu, tapi itu semua masih katanya. Jika aku orang cerdas yang diberikan anggapan 'katanya' untuk memulai percakapan, sebelum lanjut pembahasan aku akan menanyakan satu hal pada orang tersebut. Really? —*R**in*.
...*****...
"Guys, gue punya berita baru!" seru seorang gadis yang baru saja mendudukkan diri di kursi taman.
Ketiga gadis lain yang sudah datang di sana lebih awal mendongakkan kepala mereka. "Apa?" tanya salah satu dari ketiganya.
"Jadi pas gue dateng, gue nyamperin gengnya si Jessica bentar. Mereka bilang bakal ada anak baru. Kemaren salah satu dari anggota gengnya, si Dita, ngeliat cewek seragam SMA Holder keluar dari ruang kepsek. Gila aja ya, padahal baru ngeliat dari belakang, si Dita sampe insecure! Kalian tau artinya? Pasti si anak baru tuh cantik banget! Dita yang terkenal gak mau ngakuin orang lain cantik aja sampe segitunya!" seru gadis dengan ujung rambut bergelombang hasil catokan itu.
Teman perempuannya yang memiliki wajah jutek alami berdecak pelan. "Gak penting." Gadis itu kemudian melanjutkan aktivitas awalnya yang tertunda, main ponsel.
"Memangnya anak baru itu masuk kelas mana nanti? Maksud aku, kelas berapa?" tanya seorang gadis berambut coklat alami dengan suara lemah, lembutnya.
Gadis ini memang menggunakan aku-kamu, dengan suara lembutnya yang enak didengar. Dijamin deh, siapa aja yang denger dia ngomong, pasti terpana sama suaranya.
"I don't know, tapi denger-denger, sih kelas 11. Gatau pasti kelas 11 apa. Mudahan kelas 11 IPA 1 deh! Gue pengen dia join sama kita," ucap Audey, si pembawa informasi tadi dengan senyum manis yang tak lupa diperlihatkan.
"Asal ajak aja lo Dey," kata satu temannya lagi sambil mengibas angin di depan wajahnya. "Kalau pun nanti sekelas, dia juga belum tentu mau bareng kita."
Gadis yang memiliki rambut hitam legam sepunggung, berkilau indah memanjakan mata itu kembali melanjutkan menonton salah satu MV dari boyband Kpop ternama favoritnya. Gadis itu tidak tertarik lagi dengan pembahasan Audey.
"Hell ya—" Audey memutar matanya malas. "—lo gak denger apa yang anak-anak lain bicarain soal cewek baru itu Meg? Katanya nih ya, selain cantik, pas diliat-liat si anak baru ini mirip sama si cewek famous di SMA Holder. Si ceria otak encer. Tau kan lo dia siapa?"
Megan mem-pause video tujuh laki-laki tampan yang sedang duduk di sofa dengan seorang perempuan berambut merah, lantas menoleh pada Audey.
"Nope."
"Gak asik lo ah!" Audey merajuk.
"Emm, memangnya siapa?" tanya Cellin, si manis yang feminin.
Audey menyengir lebar hingga matanya menyipit. "Gak tau juga gue. Tapi intinya, karena dia dapet gelar otak encer juga, bagus dong kalau gabung sama kita. Cewek cakep sekelas si anak baru ini, yang udah famous bahkan sebelum memperlihatkan wajahnya, wajib banget masuk geng kita yang isinya para cecan incaran inti Deverald! Selain itu, dia juga pinter, mayan lah ya buat belajar bareng."
"Aku setuju," kata Cellin membuat Audey tersenyum manis. Gadis itu kemudian menatap Megan yang duduk di sebelahnya. "Kalau lo Meg, gimana?"
"Tergantung, sih ya. Kalau kelakuannya gak elit banget, males gue temenan, tapi kalo pembawaannya berkelas, boleh lah," kata Megan dengan bibir bawah yang dimajukan sambil mengangguk kecil.
"Nah gini dong, firasat gue bilang si anak baru ini bakal cocok banget sama kita!" ucap Audey sambil memeluk Megan dari samping. Tangannya sedikit dipanjangkan untuk menoel bahu sahabatnya yang sejak tadi diam memainkan handphone.
Ruth mengangkat kepalanya ketika dirasa semua memerhatikan dia. "Kenapa?" tanyanya pada Audey yang senyum-senyum tidak jelas.
Audey berdecak. "Lo tuh ya, bukannya dengerin gue ngomong juga! Jadiiii, gue mau ngajak si anak baru ini gabung geng kita."
Ruth mengangguk beberapa kali. "Terserah."
"Aww gak sabar punya temen baru," kata Audey yang semakin mengeratkan pelukannya pada Megan dengan gregetan.
"Ih Odeyyyy, jangan erat-erat meluknya! Napas gue habis ntar gimana? Nanti Enchim gak punya masa depan lagi!"
"Dih? Kayak mau-mau aja tuh oppa sama lo, Meg. Siapa namanya? Jimun?"
"Oh my gosh, you really annoying. His name Jimin, I called him Jimina. Tidak ada yang namanya Jimun. Udah, ah, jangan meluk-meluk gue, alergi ntar!!" Megan menjauh dari jangakauan Audey, gadis itu merajuk.
"Jangan ngambek dong, Meg, gue beneran gatau namanya yang bener siapa."
"Tiap hari kan gue sebut, masa lo lupa? Itu, sih mikirin kak—"
"Shut up! Jangan sebut nama dia," ucap Audey menyela. Ruth spontan mengangkat pandangan. "Ada masalah lagi? Sering banget lo berdua berentem. Gue doain semoga langgeng."
Audey mengernyit tak suka. "Kok lo gitu, sih Ruth? Gue salah apa njir sama lo?"
"Hah?"
"Maksud lo doain gue langgeng ama dia."
"Lah, emang gak boleh?" tanya Ruth bingung bercampur kesal juga.
"Gak boleh, lah! Lo ngira hubungan gue sama dia lagi di ujung tanduk, kan? Jangan doain gitu lagi, gue gak mau. Hubungan kita baik-baik aja, cuma gue lagi bete ama dianya."
Ruth memutar matanya. "Ya udah, gue doain moga kalian putus."
"IH RUTHHHHHH!!! KOK GITU, SIH?!!" pekik Audey.
"Apanya, sih, Dey? Doain langgeng gak boleh. Putus juga gak boleh. Gak usah di doain aja kali ya ni anak satu," kata Ruth greget.
"Gak usah ah, lo mah mulutnya jelek."
"Iya, kayak muka lo."
Megan berdecak pelan begitu Audey kembali memekik. "Dey, diem deh. Lo ngapain, sih teriak-teriak?"
"Si Ruth tuh, bisa-bisanya ngomong muka gue jelek."
"Enggak tuh. Malah lo ngaku sendiri."
"IHHHH RUTHHHHHHHHH!!!!!!!!"
Megan mendengkus, ia melirik Ruth tajam. "Gak udah ladenin aja udah," ucapnya tanpa suara yang dibalas Ruth dengan memutar mata, tapi tetap mengangguk pelan sebagai persetujuan.
"Up to you, Dey, I don't care about you again."
...*****...
Seorang gadis cantik merebahkan dirinya di atas kasur queen size-nya. Pandangan gadis itu menerawang ke langit-langit kamar, memikirkan banyak hal.
"Starlight highschool. Mama pindahin kamu ke sana."
Kata-kata mamanya terus terngiang, membuat gadis dengan bulu mata lentik itu seakan berkali-kali ditampar kecemasan. Tidak sedikitpun terbayang, SMA inilah yang akan jadi tempat menempuh pendidikannya yang baru nanti.
Gadis itu menghembuskan napas kasar. Ini mah main api duluan!
Tapi kalau boleh jujur, ia sama sekali tidak berniat memainkan api lebih dulu. Ini murni kehendak mamanya yang mau dia bersekolah di SMA Starlight.
Masa bodolah. Toh identitasnya tidak ada yang tahu juga. Lagian, dia mungkin akan menepi dari keramaian, bersembunyi di dalam kelas atau perpustakaan. Pokoknya harus jadi orang asing di Starlight.
"Okay, I'm ready for tomorrow."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!