NovelToon NovelToon

KEKASIH PENGGANTI SANG CEO

Bab Satu. KPSC.

Pamungkas Bagas Dhefin Adibrata atau yang lebih akrab di panggil Bagas, seorang CEO muda yang tampan. Bagas memiliki seorang kekasih bernama Latika Fiona Eleanor yang biasa di sapa Tika. Tika berprofesi sebagai seorang model.

Bagas malam ini berencana melamar kekasihnya, Tika. Dia sengaja menyewa satu kafe untuk memberikan kejutan.

Bagas membuat kafe menjadi tempat yang sangat romantis. Hanya ada mereka berdua nantinya.

"Sayang, kita akan makan malam di mana. Tumben pakai rahasia segala," ucap Tika manja. Tidak biasanya Bagas menyembunyikan tempat makan malam mereka.

"Aku ingin memberikan kejutan. Jika aku mengatakan sekarang. Itu bukan kejutan namanya."

"Nanti kamu pasti akan tau juga, Sayang."

Bagas menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan tangan kanan Tika selalu dalam genggamannya.

Tiba di salah satu kafe ternama di kota tempat mereka tinggal, Bagas menutup mata kekasihnya.

"Kenapa harus ditutup matanya, Sayang?"

"Berhenti bertanya, Sayang, nikmati saja kejutan yang akan aku berikan," jawab Bagas.

Laki-laki itu turun dari mobil, membukakan pintu untuk sang kekasih. Bagas dengan setia menuntun Tika memasuki kafe yang telah didekorasi secantik dan seromantis mungkin.

Dia menarik kursi untuk Tika duduk. "Jangan membukanya sebelum ada perintah dariku," bisik Bagas sedikit menunduk.

"Jantung aku berdebar, entah apa yang akan kamu lakukan, Sayang."

"Intinya itu akan membuat kamu dan aku bahagia," jawab Bagas.

Laki-laki itu memberi kode pada pelayan yang telah di latih pagi tadi untuk kelancaran acara kejutan. Bagas ingin semua berjalan lancar sebab hari ini adalah hari istimewa untuknya juga Tika, kalau saja wanita itu menerima lamarannya.

"Sayang?" panggil Tika meraba tangan Bagas yang duduk di hadapannya.

Masih dengan mata tertutup, Tika menolehkan kepala ke sana kemari mencari dari mana asal alunan musik yang begitu romantis dan menusuk relung hati.

"Bagas?"

Bagas tidak menyahut, lelaki itu berjongkok di depan kekasihnya seraya memegang kotak cincin sangat indah.

"Bukalah!" perintah Bagas.

Tepat saat Tika membuka penutup matanya, dia di suguhkan pemandangan yang sangat indah. Di belakang Bagas rangkaian bunga mawar bertuliskan: ‘WILL YOU MARRY ME LATIKA FIONA ELEANOR?’. Lilin-lilin yang disusun sedemikian rupa menambah keromantisan suasana malam ini.

Tika menutup mulutnya tidak percaya melihat kejutan yang di berikan Bagas untuknya. Terlebih saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut sang kekasih.

"Kebanyakan orang mengatakan obat dari jatuh cinta adalah menikah. Dan sekarang aku sedang jatuh cinta. Tika, maukah kamu menjadi obat jatuh cintaku? Di hati ini hanya tertulis namamu, namun apalah arti itu semua jika bukan namamu yang tertulis di buku nikah kita."

Tika meraih tangan Bagas agar berdiri. "Aku sangat bahagia dengan kejutan yang kamu berikan, aku tidak menyangka kamu akan melamarku malam ini, Sayang," ucap Tika penuh kelembutan.

"Tapi maafkan aku." Tika menjeda ucapannya, menatap Bagas sangat dalam, mungkin kalimat yang akan dia katakan membuat Bagas kecewa.

"Maafkan aku karena tidak bisa menerima lamaranmu," lirihnya.

Senyuman Bagas langsung memudar, bukan respon ini yang dia harapkan dari Tika. Bagas tidak pernah menduga jika Tika menolak lamarannya. Tiga tahun mereka berpacaran, apakah belum cukup bagi Tika untuk dapat menerima lamaran darinya.

"Kenapa?" tanya Bagas dengan dada bergemuruh.

"Karena aku belum ingin menikah, masih banyak rencana dan keinginanku yang belum terpenuhi, Bagas. Tapi percayalah, aku hanya mencintaimu. Cuma aku masih ingin mengejar karirku. Aku juga bulan depan akan ke luar negeri untuk mengembangkan karier." Tika berusaha meyakinkan Bagas.

"Aku tidak akan menghalangimu Tika, asalkan kamu mau menerima lamaranku, menjadi istri dan ibu bagi anak-anak aku kelak. Kamu masih bisa terus berkarier."

"Kita tidak harus menikah untuk menjalin sebuah hubungan, Sayang. Aku dan kamu akan tetap bersama. Kita masih bisa menjalani hubungan ini beberapa tahun ke depan. Dua tahun lagi mungkin aku siap menikah denganmu."

Bagas senyum penuh kekecewaan, menyingkirkan tangan Tika di wajahnya. "Aku tidak menyangka kamu akan melakukan ini padaku, Tika. Aku kira waktu tiga tahun kita berhubungan telah cukup bagimu untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius."

"Sekali lagi aku minta maaf, Sayang." Tika ingin meraih tangan Bagas, namun ditepis pria itu.

Bagas memasukan kembali cincin dan meninggalkan di atas meja itu. Bagas berjalan cepat meninggalkan Tika.

Tika langsung berdiri dan mengejar Bagas. Tangan Bagas dipegang dan ditahannya.

"Bagas ... maafkan aku. Aku sangat mencintaimu. Namun untuk saat ini aku belum siap menikah. Beri aku waktu dua tahun lagi."

"Dua tahun? Apa kamu pikir waktu dua tahun itu sebentar. Dengan waktu segitu, banyak yang dapat berubah. Apakah kamu bisa menjamin hatiku dan hatimu akan tetap seperti saat ini?" tanya Bagas.

"Percayalah, Bagas. Aku akan menjaga cinta kita hingga saatnya aku siap untuk menikah."

"Kamu tau, Tika. Rasa sakit yang terburuk adalah ketika seseorang membuatmu merasa istimewa kemarin dan membuatmu merasa tidak diinginkan hari ini dan hal yang tersulit adalah ketika aku sakit untuk bertahan denganmu, tapi aku juga tak mampu hidup tanpamu. Terima kasih sudah singgah meski lalu pergi. Setidaknya, aku bahagia walau hanya sesaat."

"Bagas ... mungkin saat kita berpisah adalah jalan terbaik bagi kita. Namun percayalah, tak peduli sejauh apa jarak memisahkan dan setebal apa rindu ini menyelimuti, akan kujaga cinta ini untukmu. Aku sedang belajar menguatkan hati agar kelak jika kita dipertemukan kembali, tidak ada lagi air mata dan rasa sesak di dada," ucap Tika. Wanita itu tampak menarik napas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Jika kita memang ditakdirkan bersama, sejauh manapun aku melangkah. Pasti suatu hari kita akan bertemu kembali," ucap Tika lagi.

"Orang berkata, jika dia cinta, dia akan kembali. Aku berkata, jika dia cinta tidak akan pernah pergi," ucap Bagas.

Bagas melepaskan pegangan tangan Tika dan melangkah masuk ke dalam mobil. Hatinya terlalu sakit karena penolakan lamarannya.

...****************...

Bersambung

Selamat siang semuanya. Mama hadir lagi dengan karya terbaru. Ini novel diikut sertakan dalam event. Jadi updatenya tidak bisa banyak karena harus menunggu persetujuan editor. Mama harap dukungan dari semuanya. Terima kasih.

Bab Dua. KPSC.

Tidak terasa seminggu telah berlalu saat Tika menolak cintanya. Setiap hari Bagas menerima pesan dari Tika, berupa ungkapan kata maafnya. Beberapa kali juga Tika datang ke kantor untuk menemuinya, namun Bagas tidak pernah mau bertemu.

Hari ini Bagas mendapat kabar jika Tika akan berangkat ke luar negeri. Tika mendapat kontrak kerja menjadi model selama dua tahun di Australia.

Dari tadi Bagas mondar mandir di ruang kerjanya. Tika mengirim pesan padanya.

‘Sayang, aku ini akan berangkat ke Australia. Dua tahun aku akan tinggal di sana. Semoga setelah dua tahun kita akan dipertemukan kembali dengan hati dan cinta yang sama. Dua tahun bukanlah waktu yang lama. Nantikan aku kembali.’

Bagas bisa saja datang ke Australia kapan dia ingin. Namun, hatinya sudah terlanjur sakit atas penolakan cinta Tika. Bagas akhirnya memutuskan melepaskan Tika dan cintanya.

Satu bulan telah berlalu sejak kepergian Tika. Hari ini Bagas ingin menghabiskan waktunya di salah satu mal terbesar di kota tempat tinggalnya.

Bagas berjalan sambil menelepon dan tidak melihat papan yang bertuliskan lantai licin. Akibatnya Bagas terpeleset dan jatuh mencium lantai. Ponselnya sampai terpelanting.

"Siapa sih yang mengepel lantai ini. Masih basah begini," omelnya.

Bagas berdiri sambil memegang pinggangnya yang terasa sakit.

"Aku harus menemui manajer mal ini. Minta tanggung jawabnya. Ponselku jadi rusak." Bagas mengomel pada dirinya sendiri.

Dengan berjalan perlahan Bagas berjalan menuju tempat informasi. Masih dengan wajah kesal Bagas bertanya.

"Di mana manajer mal ini? Saya ingin bertemu!" ucap Bagas dengan suara lantang karena masih kesal.

"Maaf, Pak. Apa yang bisa kami bantu? Ada perlu apa Bapak ingin bertemu manajer kami?" tanya wanita yang berada di meja informasi.

"Saya ingin minta tanggung jawabnya. Kenapa bisa lantai masih basah dibiarkan tanpa mengeringkan terlebih dahulu. Untung saya yang terpeleset, jika wanita hamil pasti udah keguguran."

"Maaf sekali lagi, Pak. Mungkin semua karena kelalaian petugas pembersih kami."

"Saya tidak mau hanya kata maaf. Saya mau tanggung jawab atas semua kerugian yang ditimbulkan karena terpeleset saya tadi. Jika tidak mau memanggil manajer kamu, saya akan viralkan mal ini tidak bertanggung jawab. Kamu tau saya siapa?" tanya Bagas. Pria itu memyerahkan satu kartu nama kehadapan wanita itu.

Petugas informasi itu membaca kartu nama yang Bagas berikan. Setelah itu memandangi Bagas dengan saksama. Bagas yang merasa diperhatikan memandangi petugas itu lagi.

"Kenapa? Kamu tidak percaya jika saya ini Pamungkas Bagas Dhefin Adibrata, pemimpin perusahaan itu?" tanya Bagas lagi.

"Baik Pak, saya percaya. Tunggu sebentar saya panggilkan manajernya."

Wanita itu menghubungi manajernya dan mengatakan apa yang terjadi. Tidak begitu lama, sang manajer datang.

"Selamat sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya manajer itu dengan sopan.

"Kamu manajer mal ini?" tanya Bagas.

"Iya, Pak. Apa ada masalah?"

Bagas mengatakan semua yang terjadi. Jika dia tidak bisa menerima semua ini. Gara-gara terpeleset, ponselnya rusak. Padahal Bagas sedang bicara mengenai bisnis. Bagas menyatakan kerugiannya atas peristiwa yang menimpanya.

Bagas ingin bertemu langsung dengan petugas kebersihan itu. Jika tidak, Bagas mengancam akan viralkan masalah ini.

Manajer Mal yang tidak ingin Bagas memperpanjang masalah lalu meminta petugas itu memanggilkan petugas kebersihan yang bersangkutan.

Tidak berapa lama, tampak seorang wanita berjalan tergesa menuju ke arah manajer dan Bagas langsung berdiri.

"Tisya, apa kamu tadi yang bertugas mengepel lantai tiga?" tanya manajer itu.

"Iya, Pak. Ada apa, Pak?"

"Apa benar lantainya masih basah, tapi sudah kamu tinggalkan tanpa mengeringkan terlebih dahulu."

"Maaf, Pak. Saya tadi dipanggil untuk membersihkan ruangan lain. Namun, saya telah meletakkan papan peringatan."

"Itu bukan satu alasan bagimu untuk dapat meninggalkan lantai yang basah. Kamu tau berapa kerugian yang saya alami. Gara-gara jatuh, ponsel saya rusak. Padahal saya sedang menghubungi rekan bisnis saya. Kerugian saya bisa hingga miliaran. Apa kamu bisa mengganti kerugian saya itu?" tanya Bagas.

Tisya, wanita petugas kebersihan itu langsung membalikkan badannya yang tadi menghadap manajer, kini berhadapan dengan Bagas. Bagas terkejut saat wanita itu memandangnya.

"Astaga, gadis ini mirip dengan Tika," ucap Bagas di hati.

"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja. Jangan tuntut saya," ucap Tisya dengan suara gemetar.

Bagas yang masih terkejut, hanya terdiam tanpa berkata apa pun. Tisya yang masih ketakutan lalu berlutut di hadapan Bagas. Pria itu tersadar saat Tisya menyentuh tangannya.

"Maafkan saya, Pak. Saya akan melakukan apa saja asal Bapak tidak menuntut saya," ucap Tisya sambil berlutut.

"Berdirilah. Saya bukan Tuhan, yang harus kamu sembah. Saya akan memaafkan kamu dengan satu syarat."

Tisya langsung berdiri dari berlututnya. Dia tampak sedikit lega mendengar ucapan Bagas.

"Apa syaratnya, Pak?" tanya Tisya.

"Saya ingin kamu bekerja di perusahaan saya untuk menebus kerugian yang kamu timbulkan karena kelalaian kamu bekerja."

"Saya harus bekerja di perusahaan, Bapak?" tanya Tisya.

Tampak Tisya agak keberatan dengan permintaan Bagas. Namun, jika dia menolak Tisya takut Bagas akan menuntutnya. Bagas yang melihat keraguan di wajah Tisya langsung bicara.

"Baiklah, jika kamu keberatan tidak apa. Saya hanya ingin kamu membayarkan kerugian yang saya alami."

"Baik, Pak. Saya bersedia bekerja di perusahaan Bapak." Tisya menjawab cepat. Dia takut jika Bagas benar akan melaporkan dirinya.

Bagas lalu mengobrol dengan manajer mal dan meminta untuk memberhentikan Tisya, karena mulai besok dia harus bekerja di perusahaan milik Bagas.

...****************...

Bersambung

Selamat Siang Semuanya. Semoga kita semua dalam lindungan-Nya. Maaf jika novel ini agak slow update. Karena masih harus menunggu feedback dari Editor Terima kasih.

Bonus Visual.

Bagas

Tisya

Tika

Terima kasih.

Bab Tiga. KPSC.

Setelah ada kesepakatan akhirnya Tisya harus menerima tawaran bekerja di perusahaan Bagas.

Pagi ini, hari pertama Tisya harus bekerja di kantor Bagas. Dengan tergesa Tisya memasuki gedung kantor yang dia yakin adalah perusahaan milik Bagas. Tisya menuju meja informasi dan bertanya mengenai Bagas.

"Selamat Pagi, Mbak. Apa ini benar perusahaan milik Bapak Pamungkas Bagas Dhefin Adibrata?" tanya Tisya sambil mengulurkan kartu nama yang diberikan Bagas.

"Betul, Mbak. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita petugas informasi itu.

"Saya di minta menemui Pak Bagas. Apa Pak Bagasnya ada?"

"Tunggu sebentar, Mbak. Saya tanyakan dulu dengan Pak Bagas. Nama Mbak siapa?"

"Tisya, katakan saja Tisya petugas kebersihan yang di Mal X," jawab Tisya. Mendengar jawaban Tisya, wanita itu kaget dan memandanginya dengan seksama.

"Baiklah," ucapnya pelan. Wanita itu lalu menghubungi Bagas.

"Mbak Tisya, silakan langsung ke ruang kerja Pak Bagas. Anda sudah ditunggu," ucap wanita itu.

"Terima kasih, Mbak," ucap Tisya.

Sebelumnya Tisya telah bertanya di mana ruangan Pak Bagas. Setelah Tisya menghilang wanita yang bekerja dibagian informasi itu duduk kembali.

"Mbak Tisya tadi sangat cantik. Mirip dengan kekasih Pak Bagas. Namun, dia kurang perawatan saja. Jika di poles pasti akan tampak seperti saudara. Apa karena kemiripan mereka Pak Bagas menerimanya bekerja?" gumam wanita itu pada dirinya sendiri.

Tisya yang telah sampai di depan ruang kerja Bagas, mengetuk pintunya. Setelah terdengar sahutan dari dalam barulah Tisya membuka pintunya.

"Selamat pagi, Pak," sapa Tisya.

"Selamat pagi. Duduklah!" perintah Bagas. Tisya lalu duduk di kursi yang ada di hadapan Bagas. Pria itu tampak memperhatikan Tisya.

"Wanita ini sangat mirip Tika. Di beri polesan sedikit, wajahnya bahkan lebih manis dari Tika," ucap Bagas di hati.

"Pak, tugas saya apa?" tanya Tisya membuat kaget Bagas. Pria itu tersadar dari lamunannya.

"Mulai hari ini kamu bekerja untuk saya. Siapkan sarapan saya dan air minum saya. Makan siang dan juga segala kebutuhan saya. Kamu juga harus membersihkan ruangan saya ini."

"Baiklah, Pak. Saya boleh bertanya?"

"Silakan!"

"Bagaimana mengenai gaji saya, Pak. Saya mohon jangan di potong semua gaji saya. Karena saya butuh untuk makan dan sewa rumah. Saya janji akan mengangsur kerugian yang bapak alami karena saya."

"Apa? Gaji kamu? Tenang saja, gaji kamu tidak akan saya potong."

"Terima kasih, Pak. Saya tidak akan melupakan semua kebaikan Bapak. Percayalah, saya akan mengganti kerugian yang Bapak alami."

"Saya tidak minta ganti rugi. Cukup kamu buktikan saja dengan bekerja secara baik."

"Sekali lagi terima kasih banyak, Pak," ucap Tisya senang.

Bagas meminta karyawannya berkumpul dan mengenalkan Tisya sebagai karyawan baru. Tidak lupa Bagas mengatakan jika Tisya hanya bekerja untuk dirinya.

Tisya akan bekerja khusus untuknya, tidak ada yang boleh meminta bantuan Tisya selain dirinya. Setelah pertemuan itu, seluruh karyawan mulai menggosipkan Tisya dan Bagas.

Sebulan telah berlalu sejak Tisya bekerja di perusahaan Bagas. Hubungannya dengan Bagas makin dekat. Tisya bukannya tidak menyadari gosip yang beredar mengenai dirinya dan Pak Bagas.

Karyawan wanita banyak yang iri dengan kedekatan Tisya dan Bagas. Tidak sedikit dari mereka yang terang-terangan mengatakan jika Tisya bekerja hanya mengandalkan wajah cantiknya dengan memikat Bagas.

Tisya berusaha tidak terpancing dengan omongan karyawan-karyawan itu. Bagi Tisya, yang terpenting dia tidak melakukan kesalahan.

Siang ini seperti biasa, Tisya menyiapkan makan siang Bagas. Makan siang atasannya itu khusus dipesan pada salah satu restoran ternama setiap harinya.

Tisya masuk ke ruangan setelah mengetuk pintu. Tisya memyiapkan makan siang Bagas di meja yang ada di ruangan itu.

"Silakan, Pak. Saya pamit, mau makan siang juga," ucap Tisya.

"Tunggu sebentar, Tisya. Ada yang ingin saya katakan. Duduklah!" kata Bagas.

Tisya duduk di sofa yang ada di ruang kerja Bagas, yang disediakan untuk para tamu.

"Ada apa, Pak?"

"Saya ingin kamu besok malam menemani saya ke pesta."

"Ke pesta? Saya tidak ada baju ke pesta, Pak."

"Sore sebelum ke pesta kita bisa pergi ke butik dan salon. Kamu jangan takut, semua biaya saya yang tanggung. Bukankah saya yang membutuhkan bantuan kamu."

"Saya tidak pernah ke pesta, Pak. Saya takut salah tingkah nantinya."

"Jangan takut, kamu tinggal dampingi saya saja."

"Baiklah, Pak."

Setelah setuju, Tisya keluar dari ruangan menuju pantry. Banyak karyawan wanita memandangi Tisya dengan wajah tidak senang.

Sore ini, seperti janji Bagas kemarin, dia membawa Tisya ke salah satu butik langganan Tika, mantan kekasihnya dulu.

Setelah mendapat gaun yang pas buat Tisya, Bagas mengajak ke salon. Di salon Tisya di rias hingga membuat Bagas pangling saat melihatnya.

Tisya berdiri di hadapan Bagas, wajahnya jadi jauh lebih cantik dan semakin mirip dengan Tika.

Karena semua sudah siap dan hanya tinggal menunggu waktu pesta saja, Bagas pun memilih mengajak Tisya untuk makan saja.

Bagas dan Tisya kini sudah berada di restaurant, memesan makanan kemudian makan berdua.

"Tika, kamu mau makan apa?" tanya Bagas yang membuat Tisya mengangkat kepala menatap Bagas.

"Tika?"

"I mean, maksud saya Tisya, maaf saya suka lupa," jawab Bagas meralat ucapannya.

Tisya yang mendengar itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum mereka berdua makan malam akhirnya.

Kini Tisya dan Bagas sudah berada di pesta malam itu, Bagas tampak menyapa beberapa teman kerjanya sedangkan Tisya hanya canggung di samping Bagas.

Bukan apa-apa rasanya tidak pantas bagi Tisya bersanding dengan Bagas, Tisya yang awalnya hanya diam dan malu, tanpa dia sadari kini seluruh pusat perhatian sudah berada kepadanya.

Tisya menatap sekeliling, ada apa sebenarnya dan ternyata Bagas kini tengah bersimpuh di hadapannya.

"Tisya, aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku tidak mau kamu direbut orang lain, maukah kamu menjadi kekasihku?"

Tisya hanya terdiam tanpa tahu harus menjawab dan berkata apa. Ini sangat mengejutkan baginya.

...****************...

Bersambung

Selamat Siang, masih setia menunggu novel ini update'kan. Mama mohon dukungannya untuk novel ini. Terima kasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!