“ Seorang yang baru berusia 18 tahun?! Daddy ingin kami menganggapnya sebagai ibu ”
“ Sampai kapanpun aku tidak akan menerima dia jadi ibuku! ”
Aku hanya bisa menundukkan kepala pasrah mendengar perdebatan yang terjadi tepat di depan mataku.
Melihat bagaimana amarah diwajah anak-anak itu aku hanya bisa terdiam dan tak berkutik
“ Daddy sudah buat keputusan, tidak peduli kalian menganggap dia sebagai ibu atau tidak ”
“ Tapi Daddy-
“ Tidak ada bantahan!! ”
Semua yang ada di meja makan itu terdiam termasuk aku sendiri
Suara tegas dari seorang pria yang baru kunikahi dua hari yang lalu, Zein Brown. Mampu membuat keheningan penuh, tidak ada lagi perlawanan dari ketiga anak itu.
Anak sulung yang bernama Noah berusia 25 tahun, anak kembar Aidan dan Nadia berusia 18 tahun. Lalu si bungsu Lily yang berusia 5 tahun
Bagaimana aku yang baru menginjak usia 18 tahun bisa menjadi ibu untuk mereka?
Aku tidak bisa membayangkan mempunyai anak tiri yang usianya lebih tua 5 tahun dariku, tapi ini benar-benar telah terjadi.
“ Kalian tidak harus menganggap dia sebagai ibu karena itu pilihan kalian tapi dia tetaplah wanita yang sudah ayah kalian nikahi. Kalian juga harus menunjukkan rasa hormat padanya ” ungkap Zein dengan tegas dan penuh penekanan.
Aku bisa melihat Nadia yang mengepalkan tangannya menahan amarah. Namaku Adira jika mereka memanggilku dengan sebutan nama saja merupakan suatu kehormatan besar bagiku karena apa yang aku harapkan jika mereka yang seusia denganku memanggilku Ibu.
Aku juga bingung rasa hormat seperti apa yang harus kuharapkan dari mereka? Yang menjadi biang masalah disini adalah aku, wanita yang entah dari mana tiba-tiba muncul dan diperkenalkan sebagai istri baru ayah mereka.
“ Aku pikir Daddy sangat egois! Bagaimana bisa aku memanggil dia Ibu? Usianya saja baru 18 tahun ” tolak Noah
“ Aku tidak memaksa kalian untuk memanggilnya ibu, tapi aku juga tidak bisa menerima jika kalian memperlakukan dia dengan tidak hormat ”
“ Daddy mengharapkan rasa hormat kami untuknya? Baiklah, siapa namamu tadi? ” tanya Aidan dengan tajam padaku.
“ A-Adira ” jawabku dengan terbata.
“ Bagaimana kalau kamu dipanggil Nona A? Itu sudah cukup hormat bukan ”
“ Aidan! ” bentak Zein menunjukkan ketidaksukaannya pada ide putranya yang jelas bermaksud merendahkan Adira.
“ Ti-tidak masalah, aku baik-baik saja dipanggil Nona A ” tukasku begitu saja dengan harapan perdebatan antara ayah dan anak itu segera usai.
“ Daddy dengarkan dia saja tidak masalah, itu panggilan paling hormat yang kami miliki untuknya ” Aidan kembali mengungkapkan yang ada dipikirinnya.
Zein meletakkan garpu yang ada di tangannya lalu meninggalkan meja makan. Aku bisa melihat tatapan tajam yang sulit diartikan, entah itu sorot kemarahan atau apapun. Yang terpenting saat ini akhirnya tidak terjadi permasalahan yang lebih parah.
“ Aku sudah banyak bertemu wanita murahan, tapi tidak sekalipun aku bertemu dengan wanita seburuk ini ” sarkas Noah lalu beranjak pergi, tidak perlu ditanyakan ucapan tadi tentu ditujukan untukku.
“ Jangan pikir kau telah berhasil menjadi nyonya dirumah ini karena aku akan segera membuatmu angkat kaki ”
“ Awwww..” ringisku pelan sembari mengibaskan gaunku yang basah terkena tumpahan teh yang sengaja didorong Nadia.
Semua bisa menyebut aku bodoh dan lemah tapi aku tetap diam menerima perlakuan kasar mereka, karena aku tahu mereka yang menjadi korban di sini.
“ Nikmatilah nerakamu mulai hari ini Nona A ” ucap Aidan tersenyum sinis.
Aku terduduk lemas kembali di kursiku, kembali teringat peristiwa yang menyebabkan aku harus menjadi istri seorang Zein Brown.
Flashback
“ Ayah aku gak mau melakukan hal itu, bagaimana ayah setega itu? ” ucap Adira dengan air mata tertahan.
Tapi tanpa rasa iba sedikit pun Ayahnya menepis tangan Adira.
“ Ayah hanya ingin kau berbuat sesuatu yang berguna untuk keluarga ini, jangan egois Adira pikirkan juga adik-adikmu! ” bentak Farhan ayah Adira.
“ Kenapa aku yang harus berkorban? Ayah yang menikah lagi! Harusnya Ayah yang bertanggung jawab pada kehidupan kami, bukan aku! ”
“ Dasar tidak tahu diri! Beruntung walaupun ayah sudah menikah lagi, tapi Ayah tidak membuangmu. Setidaknya balas budiku yang telah membesarkanmu selama ini! ”
Adira menangis mendengar penuturan Ayahnya. Tidak cukup selama ini perbuatan Ayahnya yang pilih kasih terhadap Adira dan adik-adik tirinya. Lalu ditambah perbuatan Ayahnya kali ini yang berniat menikahkan Adira dengan seorang pengusaha tua.
“ Aku tidak mau menikah dengan pria tua itu hanya demi uang! ”
“ Anak kurang ajar! Percuma aku bicara lembut padamu! ” Farhan menarik tangan Adira kuat dan memaksanya masuk ke dalam kamar kemudian mengurungnya di sana.
“ Ayah! Ayah! Lepaskan! Aku tidak mau Ayah ” seberapa keras pun Adira merintih memohon namun Ayahnya tidak menghiraukan sama sekali.
“ Apa anak itu masih tidak mau menurut? ” tanya Suci, ibu tiri Adira.
“ Dia menolak, makanya dia dikurung di kamar ” jawab Farhan.
“ Sia-sia aku berkorban banyak untuk membesarkan anak itu! Sama sekali dia tidak peduli untuk membantu keluarga. Harusnya dia sadar keluarga ini sedang dalam masalah keuangan ”
“ Berhentilah menggerutu, kau malah membuat kepalaku tambah sakit ”
“ Aku akan berhenti kalau kita sudah punya uang, aku tidak bisa membiarkan anak-anakku kelaparan. Bagaimana pun caranya Adira harus menikah dengan pria itu baru aku bisa tenang ”
“ Aku akan urus hal itu ” ucap Farhan berlalu meninggalkan istrinya.
Adira yang mendengar pembicaraan kedua orang itu hanya bisa menangis sendirian di dalam kamar itu, entah bagaimana nasibnya nanti. Dari yang dia dengar pria yang akan dinikahkan dengannya adalah seorang Kakek berusia 75 tahun yang merupakan seorang konglomerat dari kota besar, yang kebetulan datang ke desa mereka untuk urusan bisnis.
Tidak tahu sebabnya hingga pria tua itu bisa mengenal Adira lalu tanpa rasa malu datang ke rumah mereka untuk melamar Adira dengan menawarkan sejumlah uang.
Malam hari barulah Ayahnya datang dan memaksa untuk membawa Adira pergi. Tentu saja Adira berontak karena dia sudah tahu akan kemana dia dibawa oleh Ayahnya.
“ Lepaskan Ayah aku mohon, aku akan lakukan apapun tapi jangan paksa aku menikah dengan pria tua itu ” Adira kembali memohon pada Ayahnya.
“ Kalau kau menikah dengannya bukan hanya keluarga kita yang terbantu, tapi kau juga akan hidup enak jadi istri orang kaya ”
“ Aku tidak mau! ”
Merasa kewalahan dengan perlawanan Adira, Farhan tanpa pikir panjang memukul kuat leher belakang Adira hingga gadis itu pingsan tak sadarkan diri.
“ Ayah tidak ingin menyakitimu, salahmu sendiri tidak mau menurut ” tukas Farhan dengan kesal.
“ Ya sudah cepat gendong saja anak itu, nanti kita terlambat ” perintah Suci.
Dengan cekatan mereka berdua membawa Adira ke dalam sebuah mobil yang sudah menunggu di depan rumah mereka.
Tentunya itu sesuai rencana pria tua yang akan membeli Adira.
Novel baru Author☺
Tentunya itu sesuai rencana pria tua yang akan membeli Adira.
~ ~ ~
Malam hari yang berlalu tanpa adanya ingatan tentang malam itu kulalui. Saat aku terbangun di pagi hari yang kulihat adalah sebuah ironi dimana tubuh polos tanpa busana dan terparah adalah seorang pria berbaring di ranjang itu bersamaku di tengah kerumunan orang-orang didalam ruangan entah dimana tempat ini aku pun tak tahu.
“ Kami tidak bisa mentolerir tindakan mesum ini!! ” teriak orang-orang
Memandangi sekitar melihat wajah murka kerumunan itu kepalaku kembali berdengung, napas tercekat tak tahu harus berbuat dan berkata apa.
“ Bisa-bisanya seorang pendatang membuat aib kepada seorang gadis dari desa kami!! Anda harus bertanggung jawab pada gadis ini!! ”
Aku bisa melihat pria itu juga sama bingungnya denganku namun bedanya dia nampak tetap tenang ditengah kerumunan yang mungkin sebentar lagi merajamnya dengan batu.
“ Ahh!! Putriku! Hiks...hiks...putriku yang polos bagaimana bisa dia mengalami hal sekeji ini!! ” tanpa aba-aba ibu tiriku berlari ke arahku memelukku sembari mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhku seolah seseorang yang sedang melindungi.
Aku hanya diam tercengang melihat sandiwara yang diperankan oleh wanita ini karena semua yang terjadi ini adalah perbuatannya, tapi bagaimana aku bisa melawan jika keadaan seperti ini? Apa aku masih akan baik-baik saja? Hal apa yang telah terjadi malam itu? Tidak sedikit pun aku bisa mencerna situasi ini.
“ Pria sialan!! Tolong kami pria ini telah memperk*sa putriku!! ”
Orang-orang itu segera menyeret pria itu keluar dengan paksa.
“ Dia pasti terguncang, sebaiknya rawat dia terlebih dahulu. Kasihan sekali anak ini harus mengalami hal itu ”
“ Iya benar tidak apa-apa kami akan melindungi mu, Anda ibunya kan tolong pakaikan bajunya ”
Wanita-wanita itu berulang kali mengucapkan rasa ibanya, dan Ibu tiriku menyambutnya dengan akting yang tak kalah sedih. Akhirnya di ruangan itu tertinggal hanya aku dan ibu tiriku.
“ Rencananya kacau sekali entah siapa pria itu semoga dia bisa memberi uang pada kita ” decik suci kesal.
“ Apalagi yang kau tunggu! Cepat pakai bajumu tidak berguna juga kau berikan tubuhmu pada pria itu jika dia tak sanggup bayar! ”
“ Si-siapa pria itu ” gumanku tertahan karena untuk menangis saja aku tidak sanggup lagi, rasanya jiwaku sudah tercabik dari tubuh ini.
“ Mana aku tau! Berengs*k itu entah datang dari mana malah bikin kacau!! ”
Benar dia bukan pengusaha tua yang akan dinikahkan denganku sesuai rencana mereka, lalu siapa pria itu?
Setelah selesai memakai pakaianku kembali aku segera dibawa ke sebuah ruangan.
“ Kemarilah nak...dosa apa yang sudah kuperbuat sampai putriku harus semenderita ini hiks...hikss ” Ayahku menarik aku disampingnya dengan tipuan yang sama dengan ibu tiriku.
“ Nak apa kau mengenal pria itu? ” tanya seorang pria tua lembut padaku sepertinya dia salah satu dari antara tetua di desa ini.
“ Tidak..” jawabku lirih.
“ Kamu tahu apa yang terjadi sampai kejadian itu menimpamu? ”
“ Tidak ”
“ Apa pria itu memaksamu atau kamu diculik? ”
“ Aku tidak tahu karena aku sama sekali tidak sadar ” jawabku setelah terdiam beberapa saat.
Melirik sejenak ke arah pria itu aku bisa melihat tatapan tajamnya, tapi sedikit pun aku tidak berkata bohong karena tidak sedikit pun klise memori kejadian itu ada di ingatanku.
“ Lalu bagaimana kamu bisa berada di tempat itu juga kamu tidak tahu? ”
Aku menggeleng pelan.
“ Terus kita harus bagaimana menyelesaikan perkara ini, kalau korban saja tidak ingat kejadiannya ” ucap tetua desa yang lain.
“ Apanya yang bagaimana! Tentu saja pria ini harus membayar ganti rugi dan bertanggung jawab pada putriku!! ” sela Ayahku dengan kemarahan.
Aku ingin berteriak memberi tahu bahwa kedua orang tuaku telah menipu mereka yang merencanakan semua ini, tapi bagaimana aku bisa melakukan itu jika saja pria itu benar-benar memperk*saku.
Bagaimana selanjutnya nasibku? Aku juga butuh pertanggungjawaban.
“ Sekarang saya bertanya mengapa Anda melakukan hal itu pada gadis ini? ” sekarang para tetua itu balik bertanya pada pria itu.
“ Aku hanya berbaring dikamar yang sudah disiapkan untukku lalu tiba-tiba gadis itu ada disana ” jawaban yang sangat tenang tanpa beban sedikit pun, aura dingin dari pria itu mampu membuat semua orang di ruangan ini terdiam dan hanya jadi pendengar yang baik.
“ Bagaimana bisa kami percaya gadis ini berbaring begitu saja diranjang Anda, sedang dia tak sadarkan diri dan juga dalam keadaan telanj*ng seperti itu. Anda jelas telah berbuat hal senonoh pada gadis ini, apakah Anda mengakui hal itu? ”
“ Iya ” ucapnya dengan singkat dan satu kata itu sudah bisa membuat pertahanan diri yang kubangun selama ini runtuh, perlahan rasanya rasa sakit merambak menjalari dadaku. Mataku perih seiring bulir-bulir bening itu berjatuhan, aku meredam isak tangisku dengan mengepal erat tanganku.
Selanjutnya ruangan itu riuh dengan kemarahan orang-orang, karena sudah terbukti pria itu telah melecehkanku.
* * *
Dalam waktu satu jam dengan alasan tidak bisa lengah sehingga memberi kesempatan pada pria itu untuk kabur dari tanggung jawabnya, aku sudah berdiri dengan hanya memakai gaun putih seadanya mengucap janji pernikahan dengan pria itu.
Zein Brown
Aku baru mengetahui nama pria yang telah menjadi suami ku ini setelah diminta menandatangani surat nikah, kurasa pria itu juga sama baru mengetahui namaku.
Bahkan nampak seperti orang yang tidak peduli atau merasa bersalah ketika acara pernikahan selesai dia segera keluar meninggalkan aku sendiri.
“ Adira ”
Aku menoleh ke arah suara yang menghampiri ku, ternyata itu ibu tiriku.
“ Kau untung besar bodoh hentikan wajah menyedihkanmu itu, kau tahu pria yang kau nikahi itu ternyata seorang pengusaha besar ”
Aku hanya tersenyum berdecik dengan perasaan jijik melihat kebahagiaan yang terpancar diwajahnya karena berhasil menjualku.
“ Berapa banyak uang yang diberikan pria itu pada kalian? ”
“ Lebih besar dari yang kami pikirkan dia mau membayar 500 juta sebagai kompensasi padahal dia sudah mau menikahimu hahahhaha benar-benar durian runtuh ”
Aku hanya diam membiarkan dia menyelesaikan tawanya.
“ 500 juta ku rasa merupakan harga yang cocok untuk bayaran karena membesarkanku selama inikan ” tegasku.
“ Sangat cukup aku merasa senang kau mampu membalas budi dan bahkan tidak akan jadi beban untukku lagi ”
“ Baguslah karena mulai hari ini aku tidak punya hubungan apa pun denganmu, kau bukan lagi Ibu tiriku dan tidak ada utang lagi diantara kita karena aku sudah membayarmu ”
Aku melangkah meninggalkannya
“ Kau pikir aku peduli, justru aku senang tidak berhubungan denganmu lagi kau hanyalah beban yang aku besarkan ingat itu! ”
“ Jangan pernah muncul dihadapanku seolah kita pernah punya hubungan atau saling mengenal ” ucapku penuh penekanan untuk terakhir kalinya.
Aku memang tidak bisa membalas apa yang telah mereka lakukan padaku, anggaplah aku orang yang gagal karena aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti alurnya.
“ Semoga keluargamu sejahtera dan anak-anakmu bisa sekolah dengan baik, Ayah ” bisikku pelan pada Ayahku.
“ Apa maksudmu? ” .
“ Untuk terakhir kalinya saat ini aku akan memanggilmu Ayah, uang kompensasi sebesar 500 juta bukannya sudah cukup sebagai bayaran untuk jasamu yang sudah membesarkanku selama ini ”
“ Adira! ”
Cara kasar Ayahku ketika memanggil namaku terdengar seperti bisanya.
“ Mulai hari ini aku bukan lagi putrimu dan kau bukan lagi Ayahku. Jika Anda bertemu saya tolong anggap kita tidak saling kenal atau pernah punya hubungan sebelumnya ”
“ Ya sudah pergilah! Kau pikir aku kekurangan anak, lagian pria itu juga akan membawa pergi dan aku sangat senang untuk itu. Maka aku tidak perlu menghidupi lagi ”
Aku berjalan sembari mendengar perkataan yang meluncur dari Ayahku, bahkan sampai akhir dia memang mengharapkan aku pergi. Aku merasa itu bagus karena tekadku semakin kuat untuk bebas dari kekangan mereka walau aku tidak tahu apa yang akan kuhadapi bersama pria itu?
Flashback Off
Aku akhirnya sudah mengetahui asal usul suamiku, namanya Zein Brown seorang presdir GC Grup perusahaan fashion ternama. Saat ini dia berusia 43 tahun perbedaan usia kami 18 tahun, harusnya aku sangat cocok sebagai putrinya.
Dari informasi yang aku gali dari para pelayan dirumah ini dia menikah saat usia 18 tahun.
“ Karena menurut saya tentu saja Nyonya harus tahu makanya saya akan ceritakan pada Nyonya, Tuan menikah saat baru berusia 18 tahun dengan almarhum Nyonya Starla yang saat itu juga baru berusia 18 tahun ” jelas Vera kepala pelayan di rumah ini dia wanita berusia 35 tahun.
“ Benarkah bukankah mereka menikah di usia yang terlalu muda? ” tanyaku ragu.
“ Saat itu Tuan terlanjur menghamili Nyonya Starla walau mereka akhirnya bisa lulus SMA karena baru ketahuan setelah selesai ujian akhir ”
“ Pantas saja dia biasa saja bahkan setelah melakukan itu padaku, ternyata memang sudah dari dulunya dia m*sum ”
“ Nyonya Starla juga berasal dari keluarga berada sehingga walaupun dia tidak melanjutkan kuliah dia bisa mewarisi butik dari keluarganya, sedangkan Tuan tetap melanjutkan kuliah sampai akhirnya mewarisi perusahaan Ayahnya ”
“ Mereka menjalani kehidupan yang berbeda, andai anak orang miskin yang melakukan hal itu maka akan berbeda akhirnya ” celotehku tanpa pikir panjang sampai Vera terdiam.
“ Ahh...maaf jangan hiraukan ucapanku lanjutkan saja ceritanya.
“ Sampai kemalangan itu terjadi, Nyonya meninggal dalam kecelakaan tunggal tahun lalu ”
Bla bla bla bla bla
Aku mendengarkan cerita panjang lebar tentang Zein Brown, anak-anaknya, dan segala peraturan dirumah ini panjang lebar dari Vera.
Hanya satu orang yang menerimaku di rumah ini, si bungsu Lily.
“ Terima kasih Daddy sudah membawa Mama untukku ” ucap Lily begitu Zein memperkenalkan aku.
Bayangkan itu baru pertama bertemu dia langsung memanggilku Mama, aku saja sampai tercengang. Sedangkan saudaranya yang lain memanggilku Nona A.
Satu yang harus diketahui dirumah ini Zein adalah aturan, jadi walaupun anak-anak tidak terima dengan kehadiranku tapi mereka tetap tidak bisa berbuat hal yang berlebihan padaku.
Seperti malam ini aku harus segera kembali ke kamar karena sebentar lagi pukul 11 malam, aturan di rumah ini tepat pukul 11 malam semua aktivitas dirumah harus dihentikan dalam artian seluruh penghuni rumah harus tidur tepat waktu.
Mungkin aturan itu dibuat oleh Zein untuk mendisiplinkan waktu tidur anak-anaknya. Aku tidak mau belum sampai ke kamar ketika semua lampu dirumah ini di padamkan seluruhnya.
“ Selamat malam Mas ” ucap sekadar salam pemberitahuan kehadiranku di dalam kamar ini, memanggilnya dengan sebutan Mas adalah juga aturan yang diciptakan agar anak-anak tidak mengetahui bahwa pernikahan ini sebenarnya sebuah kecelakaan.
Walau ucapan selamat malamku tidak mendapat jawaban namun aku segera menuju sofa tempat untukku tidur. Sekamar tapi tidak seranjang tapi apa aku merasa menderita harus tidur disofa tentu saja tidak sofa ini bahkan lebih luas dari ranjangku dulu.
“ Aku tidak ingin kejadian pagi tadi terulang lagi, kau tidak punya hak untuk menentukan. Aku tidak ingin karena kecerobohan itu mengubah karakter anak-anakku menjadi tidak sopan ” ucap Zein dengan kalimat panjang.
Adira yang baru berbaring segera bangun.
“ Maaf Mas aku..a-aku hanya tidak ingin memperpanjang masalah ” jawab Adira lirih.
“ Segera ubah panggilan konyol itu ”
DEG!!
“ Bagaimana aku bisa memaksa mereka untuk mengubah panggilan lagi ”
“ Baik Mas ” jawab Adira dan begitulah percakapan itu berakhir.
* * *
“ Pagi Aidan ” sapa Adira canggung pada Aidan walaupun akhirnya diabaikan.
Adira mengikuti di sekitar Aidan sembari mencoba mengutarakan niatnya.
“ Nona A apa keahlianmu membuat orang lain kesal? ” tanya Aidan mulai risih dengan kehadiran Adira.
“ Ehh..bukan, begini aku bisa minta tolong padamu supaya mengubah panggilanmu padaku ”
“ Biar aku yang mengatakan permintaan tolongku padamu segera tinggalkan rumah ini ” hardik Aidan yang membuat Adira menghela napas.
“ Bisa panggil aku dengan nama saja aku mohon ” pinta Adira lagi.
“ Apa wanita ini tidak memiliki rasa sadar diri? ”, batin Aidan.
“ Memangnya kalau aku mengubah nama panggilan padamu, apa untungnya untukku? ” tanya Aidan.
“ Tidak ada tapi kalau kamu butuh bantuanku aku bersedia kapanpun ”
“ Aku tidak butuh bantuan darimu ”
“ Aidan aku mohon aku akan lakukan apa pun ”
“ Apa pun? Baiklah saatnya membalas wanita ini ”
“ Benar kau mau melakukan apa pun? ”
“ Iya aku janji kalau gak percaya aku bersumpah ”
“ Baiklah kalau kau bisa membujuk Daddy untuk membuka kembali kamar gameku baru aku ubah nama panggilan untukmu ” ucap Aidan bersemangat.
“ Ka-kamar game? ”
“ Bukannya itu ruangan peralatan game Aidan yang kata Vera tidak diizinkan oleh Mas Zein untuk dibuka lagi ”
“ Bagaimana mau tidak? ”
“ Ta-tapi Aidan sepertinya aku tidak bisa melakukan hal itu, yang lain saja ya ”
“ Tidak mau apa peduli ku aku akan tetap panggil Nona A, itu sesuai untukmu ”
“ Dasar bocah kekanak-kanakan! Aku juga yang bodoh entah kenapa mau di panggil begitu memangnya aku robotnya di panggil Nona A begitu ”
“ Aidan coba pikirkan yang lain, mungkin aku bisa melakukan kalau yang lain ” bujuk Adira lagi.
“ Ya sudah kau juga tidak rugi kalau dipanggil Nona A, benarkan Nona A? ”
“ Masalahnya...
“ Tidak mungkin juga aku bilang Mas Zein yang marah, malah tambah rumit nanti ”
“ Seharusnya itu tidak masalah kau kan wanita-wanita kesayangan Daddyku, permintaan mu pasti dituruti benarkan ” balas Aidan penuh penekanan.
“ Bu-bukan begitu ” jawab Adira gugup.
“ Dengar ya kalau kau ingin mengajak kerja sama, harusnya pikirkan untung rugi yang didapatkan masing-masing pihak. Aku tidak mau hanya kau yang untung ” ucap Aidan kemudian berlalu.
“ Bagaimana aku bisa meminta Mas Zein mengubah aturan yang dia buat, bisa-bisa aku yang mati nanti ” gerutu Adira.
~ ~ ~
“ Hei kau bicara apa dengan Nona A? ” tanya Nadia penuh selidik pada Aidan.
“ Kau?! Kamu panggil aku kau kalau Daddy dengar baru kamu tahu akibatnya, jaga kesopanan mu aku ini masih lebih tua darimu ” jawab Aidan dengan tegas.
“ Iya maaf kamu hanya lahir 30 menit lebih awal dariku, apa yang Nona A bicarakan denganmu? ” tanya Nadia kembali.
“ Dia memohon agar nama panggilannya diubah ”
“ Apa? Nama panggilan, bukannya dia yang mau dipanggil begitu ”
“ Sepertinya Daddy marah dia mau dipanggil Nona A, makanya aku bilang padamu bersikaplah sopan padanya di depan Daddy ”
“ Kamu mau aku memanggilnya apa?! ” kesal Nadia.
“ Panggil saja Nona A, aku baru buat kesepakatan dengannya tadi kalau dia bisa meminta izin Daddy untuk membuka kembali kamar game ”
“ Kamar game? Kesepakatan bodoh apa itu bikin kesal saja ”
“ Pikirkan saja Daddy yang membuat aturan kamar game tidak boleh dibuka lagi, agar aku tidak lupa waktu. Tidak mungkin dia bisa membujuk Daddy yang keras kepala. Karena pasti tidak akan berhasil berarti nama panggilannya tidak usah diubah ” Aidan menjelaskan dengan antusias.
“ Kalau dia berhasil kamu yang akan diuntungkan karena kamar game dibuka, yang dirugikan kami yang harus memanggilnya Ibu nanti. Dasar egois!! ” rutuk Nadia meninggalkan Aidan dengan kesal.
“ Harusnya dia tenang saja, tidak mungkin Daddy mau membuka kamar game lagi ” guman Aidan dengan percaya diri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!