NovelToon NovelToon

Sekretaris Arogan Kesayangan CEO

Percuma Saja Jika Dia Hanya Cantik Tapi Tidak Memiliki Skill Yang Bagus

 Siang hari beberapa orang terlihat memasuki sebuah gedung rusun. Mereka berjalan dengan langkah kaki yang serempak menuju salah satu kamar. Diantara mereka ada seorang gadis yang berjalan didepan dengan elegan dan penuh wibawa.

“Buka pintunya sekarang!” Pinta gadis itu dengan sikap yang dingin dan tegas

“Baik, bu” ujar salah satu pria yang mengikutinya dibelakang. Pria itu pun maju kedepan gadis itu dan membuka paksa pintu didepan mereka.

Dug

Dug

Brak

Setelah beberapa kali mencoba akhirnya pintu itupun terbuka. Gadis itu kembali melenggang masuk kedalam ruangan, melewati pria yang membuka paksa pintu

“B-bu Dara. Sa-saya bisa jelaskan ini. Tolong beri saya kesempatan” seorang pria paruh baya dengan wajah yang terlihat pucat dan panik memohon agar dia diberikan kesempatan karena melakukan kesalahan. Dia terlihat sedang menghabiskan waktu  bersama seorang wanita.

“Bukankah kamu sendiri tahu kalau bos kita itu tidak suka dengan adanya kecurangan? Setelah kamu membocorkan rahasia perusahaan kita, sekarang kamu malah asyik bermain perempuan. Apa kamu tidak punya rasa malu?Atau kamu justru tidak punya otak?” ujar gadis itu bicara dengan senyum tipis yang terlihat menyeramkan.

“Saya mohon bu, tolong berikan saya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan saya. Saya akan lakukan apapun asalkan anda mau memberikan kesempatan kedua untuk tetap bekerja dengan anda diperusahaan” pria paruh baya itu terus memohon agar kesalahannya diampuni, namun gadis itu justru berkata

“Jika semua orang memiliki kesempatan kedua, maka mereka akan melakukan kesalahan dengan sikap yang tenang karena memiliki kesempatan kedua dalam hidupnya” gadis itu kembali menimpali dengan senyum yang dingin dan menyeramkan. Setelah dia selesai bicara, dia berbalik dan bicara pada pria dibelakangnya

“Urus dia. Jangan sampai dia terlihat lagi diperusahaan kita” ujarnya sambil berbalik pergi meninggalkan pria itu dan anak buahnya.

“Baik bu” jawab salah satu dari pria yang mengikutinya.

“Bu Dara tolong berikan saya kesempatan. Saya akan bertanggung jawab atas semuanya. Bu Dara! Bu Dara!”

Gadis itu tetap melenggang pergi meninggalkan gedung meskipun pria paruh baya itu terus memanggil namanya.

Drrt drrt drrt

Tak berselang lama, ponselnya bordering. Dia melihat nama yang tertera dilayar ponselnya terlebih dahulu sebelum menerima panggilan.

“Halo, Pak” Sapa gadis itu dengan sikap yang sopan dan elegan

“Dara, apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaanmu?” tanya seorang pria dari ujung telepon

“Sudah, Pak. Anda tidak perlu khawatir lagi. Pak tua itu tidak akan terlihat lagi diperusahaan dan juga dia sudah membayar mahal karena telah jadi pengkhianat. Dia tidak akan bisa bekerja diperusahaan manapun lagi” ujar gadis itu menjelaskan dengan senyum tipis dibibirnya

“Kerja bagus. Tidak salah aku menjadikanmu sekertarisku” ujar pria dari ujung telepon

“Terimakasih atas pujian anda, Pak. Sampai jumpa dikantor” gadis itupun langsung menutup panggilan teleponnya dan kembali melanjutkan langkah kakinya menuju mobil.

Namanya adalah Andara Prianka Darmawan, dia seorang sekertaris salah satu CEO perusahaan besar di Negara D, meskipun perusahaan ini hanya perusahaan cabang dan belum lama didirikan, namun nama perusahaan ini sudah dikenal sejak lama.

Tak berselang lama Dara tiba dikantornya. Dia melenggang masuk ke perusahaan dengan elegan. Semua orang terpana dengan kecantikan dan keanggunan Dara.

“Selamat siang Bu Dara?”

“Siang”  Dara menanggapi sambil tersenyum pada setiap orang yang meyapanya. Dara terus melangkahkan kaki menuju ruangan bosnya untuk melaporkan apa yang telah

dikerjakannya.

Tok tok tok

Dara langsung mengetuk pintu begitu dia tiba disalah satu ruangan yang terletak dilantai atas gedung.

“Masuk!” Dara langsung masuk setelah dia mendapatkan izin dari atasannya.

Saat Dara masuk, terlihat seorang pemuda tengah duduk dengan sebuah dokumen ditangannya. Dia mengenakan setelan kemeja rapih dengan jas yang digantungkan dibelakangnya

“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya pemuda itu dengan kedua tangan menyangga dagu

“Semua sudah saya tangani, Pak. Saya yakin dia tidak akan pernah melupakan saat ini” Dara menjawab dengan senyum tipisnya yang terlihat dingin

“Aku sangat penasaran dengan wajahnya, tapi apa mau dikata, pekerjaanku masih sangat banyak, jadi aku tidak bisa menikmati pertunjukanmu secara langsung” pemuda itu mengeluh dengan nada yang tenang

“ Anda tidak perlu repot lagi. Cukup berikan perintah saja pada saya. Saya akan melaksanakannya dengan sangat baik” Dara bicara dengan sikap yang tenang dan penuh

percaya diri

“Sepertinya kamu sangat yakin bisa mengerjakan semuanya dengan sangat baik?” Kenzie bicara dengan sedikit senyum dibibirnya

“Tentu saja, Pak. Anda sendiri sudah tahu bagaimana kemampuan saya kan? Selama ini saya tidak  pernah mengecewakan anda” ujar Dara membanggakan diri sendiri

“Sudahlah kembali kepekerjaanmu. Tidak akan ada habisnya jika bicara denganmu” ujar Kenzie yang mengakhiri pembicaraannya.

“Baiklah. Saya akan kembali ke meja saya. Permisi” Dara pun berbalik dan hendak pergi dari ruangannya

“Tunggu. Ingat kalau nanti sore kamu harus menemani saya ke pesta perusahaan Pak Desta” Langkah Dara terhenti saat Kenzie kembali memanggilnya. Dia pun berbalik dan mendengarkan apa yang dikatakan Kenzie

“Baik, Pak. Saya mengerti” jawab Dara dan langsung kembali melangkahkan kaki meninggalkan ruangan Kenzie.

Kenzie tersenyum sambil memperhatikan punggung Dara yang perlahan menghilang dibalik pintu.

“Dara, jika aku tidak memutuskan untuk membuka cabang disini, mungkin aku tidak akan pernah mengenalmu” gumam Kenzie sambil tersenyum. Pikirannya pun mulai melayang jauh dan kembali pada saat dia pertama kali datang ke Negara D untuk membuka cabang perusahaan Kusuma.

Flash back on

“Noey apa kamu sudah mencari sekertaris yang akan membantuku disini?” Kenzie bertanya pada asistennya untuk mencarikan seorang sekertaris pribadi yang akan membantunya diperusahaan cabang yang baru dibuka dinegara D. Sementara Noey akan kembali ke negara A untuk membantu Chefa dengan perusahaan Kusuma yang ada disana.

“Ada beberapa orang yang mendaftar sebagai kandidat. Tapi sepertinya belum ada yang cocok untuk itu” ujar Noey menanggapi Kenzie dengan sikapnya yang tenang.

“Kenapa belum ada yang cocok?” tanya Kenzie dengan dahi berkerut karena penasaran.

“Karena setelah dites, belum ada yang memiliki mental yang kuat untuk itu. Aku belum menemukan orang sabar dan cekatan untuk berada disampingmu” Noey menanggapi dengan sikap yang dingin dan tenang.

“Sabar dan cekatan? Memangnya seberapa tinggi kriteria yang kamu tetapkan untuk jadi sekertaris pribadiku?” Kenzie kembali bertanya dengan raut wajah bingung dan juga penasaran

“Dia haruslah orang yang sabar dan juga bisa mengendalikanmu. Aku tahu betul kalau kamu keras kepala dan selalu bersikap seenaknya. Jika dia tidak sabar, mungkin saja dia hanya akan bertahan selama 1 hari. Sekertarismu juga harus cekatan karena aku tidak bisa menemanimu disini, jadi dia harus bisa bergerak dengan cepat mengikuti keinginanmu dan menyelesaikan masalah

secepatnya. Zo mengatakan padaku untuk bisa menjadi tangan kananmu dan sekarang

aku harus mencarikan tangan kirimu” Noey kembali menjelaskan seseorang yang dia

cari untuk menjadi sekertaris Kenzie.

“Kamu ini asistenku tapi kamu lebih patuh pada Kenzo. Sepertinya kamu hanya akan mendengarkan apa yang dikatakan Kenzo saja daripada aku” Zie menanggapi Noey dengan sikap acuh tak acuh.

“Yaah bisa dibilang kalau aku ini berdiri disampingmu sebagai mata-mata Kenzo” Noey menimpali dengan nada acuh tak acuh

“Dasar menyebalkan!” Noey tidak menanggapi keluhan Kenzie dan terus saja mengabaikannya. Kenzie pun kembali melihat CV dari kandidat yang akan jadi sekertarisnya. Dia membaca CV milik Dara

“Andara Prianka Darmawan. Aku ingin mewawancarai sendiri gadis ini” ujar Kenzie sambil menunjukkan CV milik Dara

“Yang ini? Apa kamu yakin?” tanya Noey memastikan pada Kenzie

“Ya, atur waktu untukku bisa bertemu dengannya. Aku yakin kalau dia ini bisa jadi sekertaris sempurna untukku”

"Entahlah. Percuma saja jika dia hanya cantik tapi tidak memiliki skill yang bagus"

Terkejutnya Dara

Sesaat Kenzie terdiam mendengar ucapan Noey, namun setelah itu dia kembali bicara dengan sikap yang tenang.

"Tidak, Noey. Dia memiliki skill dan kemauan yang bagus. Aku bisa mejaminnya sendiri kalau dia adalah orang yang sempurna untuk jadi sekertaris pribadiku" ujar Kenzie sambil memandangai CV milik Dara yang ada ditangannya.

"Baiklah, kalau begitu. Aku akan aturkan waktu untukmu agar bisa melakukan interview langsung padanya" jawab Noey sambil berbalik hendak pergi dari hadapan Kenzie

"Terimakasih"

"Hmn" Noey pun beranjak pergi dan meninggalkan kantor Kenzie

Beberapa hari kemudian, akhirnya Kenzie akan melakukan interview langsung terhadap Dara. Kenzie tetap menghadirkan bagian dari HRD untuk melakukan interview dengannya sebagai formalitas dasar.

"Selamat pagi" ujar Kenzie yang baru saja memasuki ruang interview. Disana 2 orang bagian HRD telah menunggu. Sedangkan Dara masih berada diluar ruangan.

"Selamat  pagi, Pak" 2 orang itu menanggapi dengan serempak

"Langsung kita mulai saja"

"Baik, Pak" Setelah mendapatkan instruksi dari Kenzie, Dara pun dipersilahkan masuk.

"Permisi, selamat pagi" ujar Dara ketika dia memasuki ruang interview.

"Pagi. Silahkan duduk!" pinta Kenzie sambil menggerakkan sebelah tangan mempersilahkan Dara untuk duduk.

"Terimakasih" Dara pun duduk dikursi yang telah disediakan. Dara terlihat sangat gugup, kedua tangannya yang diletakkan diatas pangkuannya dan saling menggenggam terlihat gemetar dan Dara berusaha mengatasi itu.

Orang dari bagian HRD saling memberikan pertanyaan secara bergantian dan Dara menjawab dengan sempurna meskipun dengan nada bicara yang terdengar sedikit bergetar karena gugup.

"Apa kamu bisa bela diri?" tanya Kenzie dengan sikap yang tenang

"Ya, Pak. Saya sedikit mempelajari seni beladiri dari kakek saya" jawab Dara menanggapi pertanyaan Kenzie

"Apa kamu yakin ingin menjadi sekertaris disini? Bagaimana kalau atasanmu itu sangat  menyebalkan dan merepotkan?" tanya Kenzie lagi dengan sikap yang dingin dan ekspresi wajah terlihat menyeramkan.

"Saya butuh pekerjaan ini, Pak. Dan saya yakin kalau saya bisa tahan dengan atasan seperti itu" Dara kembali menanggapi dengan sikap yang tenang

"Benarkah? Meskipun atasanmu bersikap semena-mena dan tidak berperasaan?" Kenzie bertanya dengan sikap yang tenang dan berwibawa. Dia duduk dengan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan kaki yang disilang, dia juga meletakkan tangannya diatas meja dengan sebelah tangan terus memutar balpoin.

"Tergantung semena-mena yang seperti apa. Jika memang sikapnya itu sesuai dengan pekerjaan, maka saya bisa menerimanya. Tapi jika semena-mena karena saya seorang perempuan, maka saya tidak bisa menerimanya"

"Bagaimana jika atasanmu memintamu melakukan hal yang tidak-tidak, apa kamu akan mengikuti perintahnya?". Sejenak Dara terdiam memikirkan jawaban yang akan dia berikan

"Seperti yang saya katakan sebelumnya, jika itu menyangkut pekerjaan, maka saya akan melakukannya. Tapi jika itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan, maka saya akan dengan tegas menolaknya" Dara kembali menanggapi setelah beberapa lama terdiam. Sementara Kenzie hanya tersenyum tipis tanpa diketahui orang lain.

"Jika atasanmu menggunakan pekerjaan sebagai alasannya, apa yang akan kamu lakukan?"

"Saya tetap akan menolak meskipun harus kehilangan pekerjaan saya". Kenzie dan 2 orang lain yang melakukan interview terus menganggukkan kepala sambil mencatat penilaian mereka setelah mendapatkan jawaban dari Dara.

Cukup lama mereka melakukan interview. Dan Kenzie selalu bersikap dingin selama dia melakukan interview.

"Baiklah, kurasa cukup dengan pertanyaan ini.. Kamu bisa menunggu diluar sampai kami menentukan hasil interview ini" ujar Kenzie dengan sikap yang dingin dan penuh wibawa.

"Baik, Pak. Terimakasih. Permisi" Dara pun beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan ruang interview.

Jangan sampai dia menjadi atasanku. Dia sangat dingin, dan semua yang dia tanyakan membuatku merasa takut akan pekerjaanku ini

Pikir Dara saat dia beranjak keluar ruangan, dia berpapasan dengan Noey yang akan menemui Kenzie.

"Permisi" ujar Noey sambil mengetuk pintu dan langsung masuk keruang interview.

Apa dia juga salah satu petinggi disini? Kenapa para petinggi disini terlihat dingin dan menyeramkan ya?

Pikir Dara lagi setelah melihat Noey melewatinya.

Beberapa saat kemudian terlihat Kenzie yang keluar dari ruang interview dengan gagahnya ditemani Noey yang berjalan disampingnya. Mereka berjalan sambil membahas sesuatu. Kenzie yang sedang membahas masalah pekerjaan dengan sikap yang dingin menoleh sesaat pada Dara yang sedang duduk menunggu hasil interview yang dia lakukan.

Tak berselang lama, pintu ruang interview kembali terbuka dan seseorang keluar mendekati Dara

"Nona Dara, selamat bergabung dengan perusahaan kami. Anda diterima bekerja disini" ujar salah satu dari bagian HRD sambil mengulurkan sebelah tangan pada Dara hendak berjabat tangan dengannya.

"Benarkah saya diterima bekerja disini?" Dara terlihat sangat antusias dan bahagia saat mendengar kalau dia dapat pekerjaan.

"Ya, anda diterima bekerja disini. Besok anda sudah bisa mulai bekerja"

"Terimakasih,, terimakasih banyak" ujar Dara sambil mengepalkan kedua tangan karena bahagia

"Eh, maaf. Boleh saya bertanya sesuatu?" tanya Dara pada orang itu setelah dia mengingat sesuatu

"Silahkan"

"2 orang tadi itu ... siapa mereka? Apa mereka merupakan petinggi diperusahaan ini? Maksudku ... aku akan bekerja disini, jadi aku harus tahu apa mereka merupakan orang yang harus dihormati atau bagaimana". Dara langsung menjelaskan maksud pertanyaannya setelah dia melihat ekspresi orang yang berbincang dengannya mengerutkan dahi heran saat Dara bertanya.

"Anda tidak tahu siapa 2 orang tadi?", tanya orang itu memastikan. Dara menggelengkan kepala perlahan karena memang tidak mengenal Kenzie dan Noey

"Yang melakukan interview padamu tadi adalah pak Kenzie, beliau yang akan jadi atasanmu secara langsung dan yang baru saja datang itu adalah asisten pribadinya"

"Apa?! Jadi pak Kenzie tadi yang akan jadi atasan saya? Saya akan jadi sekertarisnya?!" Dara sedikit berteriak karena terkejut mengetahui kalau dia akan jadi sekertaris Kenzie.

"Benar". Orang itu menanggapi sambil menganggukan kepala perlahan.

"Mampus aku! Bagaimana bisa aku jadi sekertaris dari bos yang dingin dan menyeramkan seperti dia?" ujar Dara sambil memukul keningnya sendiri

Flash back off

Kenzie masih bergelut dengan tumpukan dokumennya sampai jam pulang kerja selesai

"Dara, tolong keruangan saya sekarang" pinta Kenzie dengan sikap lembut yang memanggil Dara melalui sambungan telepon.

"Baik, Pak" tak berselang lama, Dara pun masuk keruangannya

"Anda memanggil saya, Pak?" Dara bicara dengan sopan dan sikap yang tenang.

"Ini dokumen yang harus segera ditangani dan besok aku memiliki janji temu diluar, jadi aku tidak akan datang kekantor. Tolong kamu hendel pekerjaanku untuk besok"

"Baik, Pak" Dara menganggukkan kepala disertai dengan senyum dibibirnya

Asyik, besok aku bisa sedikit tenang dengan pekerjaanku.

Dara bersorak gembira dalam hati

"Kamu boleh pergi"

"Baik, Pak. Permisi" Dara pun kembali ke meja kerjanya untuk merapikan barang miliknya. Tak berselang lama, Kenzie keluar dari ruangannya.

"Apa pekerjaanmu masih belum selesai?" tanya Kenzie ketika dia menghampiri meja kerja Dara

"Sudah, Pak. Saya hanya merapikan barang milik saya saja" Dara menanggapi dengan senyum lembut dibibirnya.

"Kalau begitu saya pulang duluan"

"Iya, Pak. Silahkan". Kenzie pun langsung berlalu pergi meninggalkan Dara yang masih merapikan barangnya.

Saat Dara turun ke lantai bawah, dia melihat Kenzie sedang bicara dengan seseorang. Terlihat Kenzie bicara dengan sikap yang dingin dan ekspresi wajah yang terlihat acuh tak acuh.

Apa pak Kenzie memang selalu bersikap seperti itu ya? Rasanya selama ini dia selalu bersikap hangat dan banyak tersenyum. Kenapa dia bersikap dingin pada orang-orang yang menyapanya?.

Pikir Dara dengan ekspresi wajah yang terlihat bingung melihat sikap Kenzie

Sedikit Masa Lalu Dara

Dara masih terus saja termenung setelah dia pulang dari tempat kerjanya.

“Hei! Apa yang kamu pikirkan? Aku lihat sejak kamu pulang dari kantor, kamu terus saja melamun” ujar Sita sambil menjentikkan jarinya tepat dihadapan Dara. Dia adalah satu-satunya sahabat Dara. Dan selama 2 tahun ini mereka telah tinggal bersama di apartemen milik Sita.

“Aku memikirkan atasanku” Dara yang tersadar dari lamunannya karena Sita, menanggapi dengan wajah yang masih bingung.

Sita pun terlihat bingung dengan dahi berkerut.

“Ada apa dengan atasanmu?”

“Tidak ada apa-apa. Hanya saja tadi aku melihat dia saat sedang bicara dengan karyawan lain. Dia terlihat sangat dingin. Ekspresi wajahnya terlihat seakan itu bukan pak Kenzie yang aku kenal” Dara bercerita dengan ekspresi wajah yang terlihat tak percaya.

“Bukannya dia memang orang yang seperti itu? Dulu kamu pernah bilang padaku kalau atasanmu terlihat sangat dingin dan menyeramkan”

“Eh? Kapan aku mengatakan hal seperti itu?” Tanya Dara yang bingung dan tidak merasa pernah mengatakan pada Sita kalau Kenzie adalah orang yang dingin.

“Dulu. Saat kamu melakukan interview langsung dengannya” Sita pun menjawab dengan apa adanya

“Benarkah? Tapi selama 2 tahun aku bekerja disini … pak Kenzie itu orang yang hangat dan baik. Dia juga ramah dan sangat sopan. Bahkan setiap pak Noey, asisten pak Kenzie datang kemari dari Negara A, pak Kenzie selalu terlihat bercanda dengannya” Dara terlihat sangat antusias saat dia menceritakan Kenzie.

“Apa benar dia seperti itu? Kalau begitu, mungkin saja saat ini pak Kenzie mu itu sedang ada masalah makanya dia terlihat tidak senang saat bicara dengan rekan kerjamu yang lain” ujar Sita dengan sikap yang tenang. Dara seakan mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.

“Ya, mungkin saja apa yang kamu katakan itu benar” Dara mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Sita, meskipun dia juga masih bingung dan tidak percaya.

“Oh iya Dar, apa kamu sudah dengar kabar tentang mantan pacarmu itu? Ku dengar dia akan bertunangan dengan saudara sepupumu” Sita mengganti topik pembicaraan mereka dengan membahas masalah Dara.

“Aku tidak peduli” Dara menanggapi dengan acuh tak acuh dan beranjak pergi meninggalkan Sita ke dapur

“Apa benar kamu sudah tidak peduli?!” Sita berteriak pada Dara yang kini berada didapur agar dia mendengarnya.

“Tidak ada gunanya lagi membahas pria mata duitan seperti dia. Aku merasa beruntung karena kak Nasya mau mengambil sampah seperti dia dari hidupku. Jika tidak, sudah pasti pria kurang ajar itu terus menempel padaku” Dara yang baru saja kembali dari dapur dengan segelas minuman

ditangannya menanggapi dengan sikap yang sinis.

“Kamu benar. Aku tidak bisa bayangkan jika pria itu masih berada disampingmu”. Dara tidak lagi menanggapi Sita, pikirannya melayang pada saat dia dan Lucky masih bersama.

Flash back on

“Dara, apa kamu lelah? Aku telah lama menunggumu disini” Seorang pria menjemput Dara dikampusnya setelah dia selesai kuliah

“Kamu sengaja menjemputku?” tanya Dara yang merasa terharu karena dijemput oleh sang kekasih.

“Tentu saja aku menjemputmu. Saat ini aku sedang cuti kerja, tentu saja aku akan jadi pacar yang baik untuk gadisku” Dara semakin terharu dengan wajah yang tersipu malu mendengar ucapan Lucky .

“Baiklah. Ayo pergi” Dara pun mengajak Lucky untuk pergi dari kampusnya

“Ra, apa kamu mau pergi makan dulu? Ini sudah mulai sore, aku yakin kamu tidak sempat makan siang karena ada mata kuliah kan?” Lucky bicara dengan lembut saat dia berjalan menuju mobil bersama Dara.

“Boleh. Memangnya kita mau makan dimana?” tanya Dara dengan senyum manis dibibirnya.

“Ada restoran yang bagus disekitar sini”

“Baiklah”

Pikiran Dara beralih pada waktu lain dimana Lucky mengakhiri hubungan diantara mereka begitu saja.

“Dara, sebelumnya aku ingin minta maaf padamu. Tapi sepertinya kita sudah tidak bisa lagi bersama” Lucky bicara dengan ekspresi sedih di wajahnya. Dara yang sudah cukup lama menjalin hubungan dengan Lucky merasa kalau saat ini dunianya tiba-tiba hancur. Air matanya langsung mengalir deras setelah mendengar ucapan Lucky.

“Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Dara dengan derai air mata dipipinya.

“Tidak. Kamu sangat baik dan aku merasa nyaman denganmu. Hanya saja … aku sudah merasa kalau hubungan ini tidak bisa diteruskan lagi. Ada sesuatu dalam hubungan kita yang membuatku merasa kurang. Jadi jalan terbaik adalah berpisah. Selamat tinggal” Lucky langsung berlalu meninggalkan Dara yang masih kebingungan dan sedih.

“Tunggu! Kamu harus jelaskan dulu apa salahku. Kamu tidak bisa pergi begitu saja … hiks … hiks …” Dara bertanya dengan sedikit berlari mengejar Lucky yang sudah masuk kedalam mobilnya, namun Lucky mengabaikannya dan tetap berlalu pergi meninggalkan Dara yang terduduk di pinggir jalan dengan derai air mata diwajahnya.

Hati Dara masih belum sembuh dari lukanya yang disebabkan oleh Lucky. Kini dia merasa luka itu kembali dipukul dengan benda yang berat ketika sepupunya mengenalkan pacar barunya pada Dara.

“Ra, kenalkan. Ini Lucky, pacar baruku” Nasya memperkenalkan Lucky dengan nada bicara yang terlihat bangga dan percaya diri.

“Oh, selamat ya. Kalian memang serasi” Dara yang sesaat terkejut, mulai paham dengan situasinya dan menanggapi dengan acuh tak acuh

Flash back off

“Ra! Ra! Dara!”

“Iya? Apa?” suara Sita kembali menyadarkan Dara dari lamunannya

“Apa lagi yang kamu lamunkan? Jangan bilang kalau kamu memikirkan mantan kurang ajarmu itu?” Sita bicara dengan sikap yang sinis

“Tidak. Tidak sama sekali” Dara kembali menanggapi dengan sikap yang acuh tak acuh.

“Baguslah. Tidak ada gunanya kamu  mengingat pria seperti dia. Lebih baik sekarang kita tidur saja. Besok kita harus kembali bekerja” ujar Sita sambil berbaring ditempat tidurnya.

Sementara Sita tertidur lelap, Dara masih termenung memikirkan masa lalunya hingga dia bari bisa tidur saat menjelang pagi.

Keesokan harinya, Dara tiba dikantor setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya bersama Sita.

“Selamat pagi bu Dara?”

“Pagi” Dara menjawab dengan sopan dan senyum tipis setiap kali ada yang menyapanya.

“Bu Dara, kita memiliki masalah!” ujar salah seorang karyawan ketika melihat Dara yang baru saja tiba.

“Apa yang terjadi?” tanya Dara yang penasaran melihat pria

yang panik itu.

“Salah satu supplier tidak mengirimkan bahan baku untu produksi kita. Akibatnya produksi hari ini terhambat” pria itu menjelaskan dengan ekpresi panik diwajahnya.

“Tenanglah. Apa mereka memberitahu alasan kenapa tidak mengirimkan bahan yang kita butuhkan?” tanya Dara lagi dengan sikap yang tenang

“Mereka tidak memberitahu saya alasannya, tapi mereka bilang jika bu Dara datang kesana, maka mereka akan menjelaskan apa yang terjadi” terangnya lagi menjelaskan pada Dara.

Dahi Dara berkerut dengan senyum mencibir dibibirnya

“Mereka ingin aku datang kesana? Apa mereka sengaja membuat masalah dengan perusahaan kita? Berani sekali” ujar Dara sambil menggelengkan kepalanya berkali kali.

“Saya juga tidak tahu Bu. Tapi mereka bilang, mereka hanya akan mengirimkan pasokan bahan baku jika kita menuruti apa yang mereka inginkan”. Dara semakin heran dan tidak mengerti dengan apa yang diinginkan oleh supplier itu.

“Baiklah. Aku akan langsung pergi kesana. Jika pak Kenzie menanyakanku, katakan kalau aku pergi menemui supplier bahan baku. Mereka pikir mereka itu siapa berani membuat ulah dengan perusahaan kita? LIhat saja, jika mereka sudah tidak ingin beroperasi, maka aku akan mengabulkannya” gumam Dara dengan seringai tipis dibibirnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!