Jauh di dasar laut, di tempat yang gelap dan dingin, tinggallah berbagai jenis hewan laut yang tak biasa. Hewan-hewan ini adalah binatang laut yang mampu bertahan di tempat ini karena minimnya oksigen di sana. Tidak aneh bila hanya ada siluman dan beberapa binatang laut saja yang menjadikan tempat itu tempat tinggal terbaiknya.
Gelap, seram dan mistis menyelimuti setiap tempat di sana yang benar-benar tanpa cahaya, bahkan mungkin hanya mata para binatang lautlah yang sedikit bisa menerangi daerah itu.
Bergerak ke sana kemari cahaya itu pun takkan bisa menerangi kegelapan yang ada. Hanya samar-samar tanpa tahu sebesar apa binatang-binatang yang hidup di sana sebenarnya. Bisa saja binatang itu ikan yang sangat besar dengan taring panjang dan bergerak pelan tapi saat bertemu mangsanya ia bergerak secepat kedipan mata dan mangsanya langsung hilang ditelan mulut binatang itu dengan cepat tanpa sempat memberi perlawanan.
Ada beberapa binatang kecil yang bersinar karena tubuhnya memang seperti lampu berjalan yang menerangi gelapnya tempat itu tapi binatang itu hanya mampu menerangi dirinya sendiri, tidak lebih.
Jauh lebih dalam di suatu gua besar, banyak binatang laut dan siluman berkeliaran di sana. Seperti sebuah pusat kegiatan di mana ramai binatang-binatang laut dengan berbagai rupa, mereka menunjukkan wujud aslinya di sana. Bahkan menjadikan tempat itu tempat terbaik untuk beristirahat, mencari mangsa atau saling mengenal satu sama lain.
Seekor putri duyung berambut merah bergerak dengan indahnya masuk ke dalam gua itu. Rambutnya yang panjang dan kulitnya yang pucat membuat ia sering menjadi pusat perhatian, bukan saja karena ia berpakaian tapi ia juga mengenakan mahkota.
Keberadaannya sering dijadikan bahan ejekan siluman yang lain karena putri duyung itu selain sangat suka kehidupan manusia di dunia atas, dirinya sering mengenakan barang-barang manusia yang didapatnya. Seperti mahkota dan pakaian itu. Padahal dia baru beberapa kali membantu manusia untuk menjadi kaya.
Seekor buaya yang bertubuh besar datang menyambangi saat putri duyung itu yang duduk menepi di tepian sebuah batu besar dan datar. Putri duyung itu menggoyang-goyangkan siripnya melihat lalu lintas begitu banyaknya binatang laut dan siluman yang melintas di depannya.
"Miri, kamu belum lepaskan juga mahkota itu dan baju yang kau dapat dari mereka?" ujar buaya itu sambil tertawa. Para siluman itu tidak bicara dengan mulutnya tapi dengan batinnya.
"Aku suka pakaian ini karena sama dengan warna sisikku, dan mahkota ini membuatku serasa menjadi ratu. Bukankah namaku putri duyung?"
"Ha ha ha, itu hanya nama untuk jenismu, jadi bukan berarti kamu seorang putri, Miri," ujar buaya itu menertawakan kebodohan Miriam.
"Biarlah. Selama aku menyukainya aku akan terus memakainya."
Buaya itu pun pergi meninggalkan putri duyung itu sendirian. Saat turun dari batu besar itu, tubuhnya yang kasar bergesekkan dengan permukaan batu itu sedikit keras sehingga menimbulkan bunyi gesekkan yang sangat berisik. Untung saja, buaya itu berada di dalam air hingga tubuhnya segera terangkat dan berenang menjauh.
Tiba-tiba wajah seorang pria muncul di hadapan putri duyung itu dari atas.
"Hades, kau mengagetkanku!" teriak Miriam kesal.
Putra duyung tampan itu tersenyum senang. Ia berenang ke bawah dan memutar tubuhnya menghadap Miriam. "Halo Sayang. Apa kau menantiku?" Ia membusungkan dada memperlihatkan otot-otot kekar tubuhnya pada putri duyung incarannya itu.
"Siapa yang menantimu? Aku sedang senang sendirian kenapa kamu menggangguku?" Wajah pucat putri itu merengut.
Hades semakin gemas dan ingin menggodanya terus. Ia berenang dan duduk di sampingnya.
Hades sangat menyukai Miriam bahkan ia sudah jatuh cinta pada putri duyung berambut merah itu sejak kecil, hanya saja putri duyung itu selalu menolak cintanya. Padahal Hades adalah putra duyung paling tampan di dasar laut itu. Banyak putri duyung yang tergila-gila padanya tapi cintanya pada Miriam tak pernah berubah.
Miriam sebenarnya tidak termasuk putri duyung yang cantik di sana, bahkan dianggap paling aneh karena selain rambutnya yang merah, kebiasaannya mengumpulkan barang-barang milik manusia yang dibantunya menjadi kaya membuat ia dianggap putri duyung paling gila di dasar laut itu. Di antara para putra duyung pun ia dianggap putri duyung yang dikutuk karena rambutnya yang merah.
Putri duyung berambut merah itu tidak peduli. Ia sebenarnya sangat memuja kehidupan manusia yang bisa berjalan dan berkaki indah. Ia senang saat menjadi manusia dan berjalan di darat dan satu-satunya orang yang senang mendengar ocehannya tentang dunia manusia hanyalah Hades. Walaupun ia tidak mencintai putra duyung itu, Hades adalah teman terbaiknya. Hanya saja, putra duyung itu sering mengajaknya kencan dan itu membuatnya sebal.
"Miri, kita naik ikan hiu yuk, jalan-jalan berdua," bujuk Hades dengan tersenyum.
"Ngak mau ah! Aku ingin sendiri." Miriam melengos ke samping.
"Mau naik lagi ke atas?"
"Mungkin."
"Mau aku temani?"
"Tidak, aku ingin sendiri!"
Hades menyentuh tangan Miriam. "Miri ...."
Tiba-tiba sekumpulan awan berwarna abu-abu mendatangi gua itu. Semua mata mahluk siluman langsung tertuju pada benda itu dan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka tegang menunggu, siapa di antara mereka yang akan dipilih.
Awan abu-abu itu bergerak pelan. Benda itu mendekati Miriam. Serta merta putri duyung itu berdiri. Awan itu kemudian menelan Miriam. Setelah itu, awan abu-abu itu melesat pergi.
Hades menghela napas karena kesepian. Ia tak tahu kapan lagi ia akan bertemu dengan putri duyung pujaannya itu. Ia berharap manusia itu serakah, agar ia bisa cepat bertemu lagi dengan Miriam.
Miriam masih berada di dalam awan yang membawanya ke sebuah rumah sederhana dan masuk ke dalamnya. Ia hapal betul rumah siapa itu karena memang itu adalah rumah dukun langganannya. Ia selalu memakai Miriam untuk menjadikannya mahluk pengumpul kekayaan untuk manusia. Putri duyung itu diam dan mengintip di balik awan.
Dukun itu merapal mantra-mantra di depan kemenyan yang tengah dibakar dan bunga 7 rupa di dalam mangkok yang berisi air. Ia meludah pada kemenyan dan mengusap keris yang berada di tangan kanannya dengan air kembang.
Kemudian matanya beralih pada pria muda di hadapannya. "Ini yang aku panggil adalah Siluman Putri Duyung. Dia akan membawa kekayaan untukmu setiap hari tapi ada satu pantangannya. Kau tidak boleh tidur dengannya karena kalau kau lakukan itu, kau akan mati."
"Ah, itu pasti tidak akan saya lakukan karena saya sudah punya pacar yang cantik."
"Yah, itu saja peringatanku. Yang lainnya, kau harus menyediakan tempat tinggal untuk putri duyung itu. Beri ia sebuah kamar yang tidak boleh dimasuki siapapun kecuali dirimu, kalau tidak rahasiamu akan terbongkar dan putri duyung itu tidak akan membantumu lagi."
"Oh, itu saja?"
"Oh, beri juga ia pakaian."
"Dan makanan?"
"Oh tidak perlu."
"Oh, baiklah."
Dukun itu kembali merapal mantra-mantra. Kembali ia mengangkat keris miliknya. Ia meniupkan asap kemenyan pada keris itu.
Tiba-tiba awan abu-abu tempat putri duyung itu berada, bergerak dan memudar. Tidak ada yang melihat keberadaan Miriam sejak tadi hingga ia menjelma menjadi gadis yang cantik.
Pria itu terpesona melihat penampilan Miriam yang cantik. "Apa ini Siluman Putri Duyungnya?"
"Iya. Namanya Sheila. Kau bisa membawanya sekarang."
Pria itu kemudian membayar jasa dukun itu sebelum membawa Miriam keluar.
___________________________________________
Hai reader, bertemu kembali dengan author ingflora di sini. Ini adalah novel terbaru author dengan tema berbeda yang mungkin berbau horor. Jangan lupa tekan favorit sebelum meneruskan. Hadiah dari pembaca berupa vote, like, komen, iklan dan koin merupakan penyemangat author. Ini visual Miriam, si putri duyung berambut merah. Salam, ingflora. 💋
"Apa kau benar siluman putri duyung?" tanya pria itu melirik gadis yang berada di sampingnya seraya menjalankan mobil. Ia hampir tak percaya gadis secantik itu adalah siluman dan ia masih merasa dukun itu hanya mengakalinya saja.
"Iya, benar." Miriam yang kini berganti nama menjadi Sheila menjawab acuh. Ia tahu, manusia-manusia seperti pria di depannya itu hanya salah satu dari manusia pemalas yang tidak mau hidupnya dihadang rintangan lalu memilih kaya dengan cara instan. Memuja dan pria itu akan memuja dirinya.
"Oh ...." Mata pria itu tak lepas dari wanita di depannya. Terpesona.
Tubuh yang dimiliki Miriam saat itu memang seksi, pinggul dan ukuran dadanya yang sedikit menantang. Apalagi wajahnya cukup cantik, bodohlah pria yang tidak tergila-gila padanya saat itu. Bahkan pria yang ada di sampingnya saja terlihat ingin menerkamnya.
Soal hal-hal begini, Miriam sudah tahu harus bagaimana sehingga ia diam saja selama pria itu tidak berusaha menyentuhnya, walaupun cara pria itu memandangnya sungguh memuakkan.
"Eh, bagaimana kalau kita makan di restoran?"
Miriam mengangkat kepalanya. Begitu cepatkah ia jatuh dalam perangkap kecantikanku? Mmh, aku ingin tahu, berapa lama manusia ini akan bertahan dengan jasaku. "Kau tak boleh memperlihatkan aku pada orang banyak."
"O-oh, maaf. Aku hanya berusaha bersikap sopan sebenarnya."
Kembali gadis itu merebahkan kepalanya pada sandaran kursi. Ia berusaha tidak peduli karena pria ini nampaknya makin dilayani akan makin jatuh ke dalam perangkap tubuhnya yang terlihat seksi. Pria bodoh!
Tak lama, mobil melambat ketika mendekati sebuah rumah mewah nan megah. Ketika pria itu membunyikan klakson, pintu pagar perlahan di buka. Pria itu kemudian mengendarai mobilnya masuk ke dalam halaman rumahnya.
Sungguh Miriam takjub dengan rumah pria itu yang terlihat mewah. Kalau ia sekaya ini, kenapa dia butuh jasaku? Gadis itu sampai terperangah dan mencondongkan tubuhnya ke depan.
Pria itu tersenyum senang melihat Miriam terpukau akan rumahnya yang megah. Ia kemudian membukakan pintu untuk Miriam dan menunggunya turun. Gadis itu hanya diam dan keluar dari mobil. Pria itu mengantarnya ke dalam rumah.
Sebuah rumah dengan langit-langit tinggi di lantai 2 dan tangga yang melingkar cantik di sebelah kiri membuat ruangan berkesan megah. Pegangan tangga pun diberi hiasan berukir dari besi berwarna putih. Prabot bernuansa emas pada kayu yang di cat putih membuat ruangan terlihat bersih dan elegan. Rumah itu sangat indah.
Pria itu membawa Miriam ke lantai 2 rumahnya melalui tangga. Ia kemudian memimpin hingga ujung koridor. Di sana, di kamar terakhir, pria itu membukakannya untuk Miriam. "Ini kamarmu."
Terlihat sebuah ruangan yang sangat besar, dengan tempat tidur besar dan lemari beserta meja rias dan beranda menghadap ke kebun belakang. Ruangan bernuansa pink lembut membuat hati berbunga-bunga berada di dalamnya.
"Kamu suka?" Pria itu menatap Miriam dengan bangga.
Gadis itu mengerut kening. Apa itu penting? Sebenarnya aku suka tapi apa maksudnya? Mau mencari masalah dengan kalimat itu? Gadis itu merapatkan bibirnya.
Miriam melangkah ke beranda. Dilihat kebun belakang yang indah dan asri. Ia melihat bayangan pria itu yang tersenyum padanya di kaca jendela dan terlihat tergoda. Ia menyembunyikan senyum dan memutar tubuh ke arah pria itu. Ia mengangkat tangannya. "Siapa namamu?"
"Artha. Namaku Artha."
"Baik tuan Arta, kau sekarang memelihara aku tapi kau tak boleh merusakku karena nyawa taruhannya. Belikan aku sebuah gaun yang bagus. Juga kemenyan dengan bunga 7 rupa. Kau harus segera mengadakannya karena kamu hanya punya waktu 24 jam sebelum permintaanmu hangus. Nah, sekarang kerjakan."
Pria itu membungkukkan tubuhnya dan segera pergi. Miriam menghempaskan tubuh di atas tempat tidur, dan melihat langit-langit.
Apa yang dipikirkan orang itu ya? Kurang kaya? Cih, manusia! Hidupnya tak ada puas-puasnya. Kalau bukan karena agama, manusia hanyalah mahluk yang gampang diperbudak nafsu.
Miriam mengedarkan pandang ke seluruh ruangan. Ia kemudian berdiri karena tertarik dengan barang-barang milik manusia yang berada di sekitarnya.
Sebuah meja rias didekati dengan melihat wajahnya di cermin. Wah, pantas saja pria itu tergila-gila, wajah secantik ini yang disodorkan dukun itu padanya. Pintar juga dia mencarikan wajah yang menggoda.
Gadis itu mencoba membuka laci-laci di meja rias itu tapi ternyata laci itu kosong semua. Ia kemudian beralih ke lemari. Dibukanya pintu lemari itu dengan kedua tangannya dan tiba-tiba ada sesuatu yang terbang dan berhenti dahi. Apa ini? Pelan-pelan ia melihat wajahnya di cermin dan kemudian merasa lega. Oh, hanya seekor kecoa.
Ia membuka mulutnya. Dengan cepat lidahnya keluar memanjang dan mencapai di mana tempat kecoa itu berada. Lidahnya membelit kecoa itu dan menariknya masuk ke dalam mulut. Kecoa itu dimakannya. Hah, mengganggu saja.
Di dalam lemari itu juga tidak ada apa-apa. Miriam kemudian menutup lemari itu.
Dibutuhkan waktu sejam untuk Artha bisa membawakan apa yang diminta Miriam. Ia mengetuk pintu.
"Masuk."
Pria itu memastikan tidak ada yang mengikutinya lalu kemudian ia masuk. Ia membawa baki berisi mangkuk dengan kembang 7 rupa dalam air dan kemenyan. Ia juga membawakan sebuah tas belanja di tangan yang lain. Miriam memintanya meletakkan semua itu di atas meja rias.
Setelah pria itu melakukan apa yang diperintahkan, Miriam mengambil pakaian itu dan menggantinya di kamar mandi.
Pria itu makin terpesona melihat Miriam ketika gadis itu keluar dari kamar mandi. "Kau cantik sekali Sheila," ujarnya tanpa pikir panjang. Gaun warna hitam yang dibelikannya untuk gadis itu sangat cocok dengan wajah cantik gadis itu yang terkesan misterius.
"Tolong bakar kemenyan itu," perintah Miriam pada Artha. Pria itu kemudian membakarnya dengan korek yang berasal dari kantung celananya.
"Apa yang kamu inginkan?"
"Uang yang banyak. Aku ingin melamar pacarku yang anak orang kaya, tapi orang tuanya melarang. Itu karena aku dulu miskin. Kini aku punya usaha restoran yang maju dan terkenal dan berkat restoran itu, aku kini kaya raya." Pria itu kemudian berhenti sampai di situ.
"Lalu?"
Pria itu terlihat ragu-ragu.
"Ayo, katakan saja apa keinginanmu."
"Aku sudah melamar pacarku dan diterima. Masalahnya sekarang ini usahaku malah menurun. 3 restoranku terancam bangkrut dan orang tua pacarku meminta anaknya dilamar dengan uang 1 milyar. Ke mana aku cari uang sebanyak itu?" terang pria itu dengan wajah muram.
"Aku bisa memberikannya untukmu."
"Tapi untuk uang segitu aku ingin memodali lagi usahaku. Istriku makan apa kalau ia tahu restoranku telah tiada. Ia akan menceraikanku dan kalaupun ia setia pasti orang tuanya akan memaksa kami untuk bercerai. Lalu aku harus bagaimana?" Wajahnya terlihat frustasi tapi di sisi lain wajah Miriam membuatnya berpikir ulang tentang menikah dengan kekasihnya karena begitu sulit. "Seandainya kau mau," gumamnya.
"Apa?"
"Eh, tidak."
"Aku juga bisa memberimu uang untuk modal usahamu. Bagaimana?"
Pria itu terbelalak. "Benarkah? Benarkah kau akan memberikan semuanya?"
"Iya. Karena itu aku ada di sini. Aku bahkan bisa memberi lebih."
Seandainya gadis ini yang menjadi istriku, betapa bahagianya. Ia mengerti kemauanku dan juga cantik. Malah lebih cantik dari Nafa, pacarku. Ia juga bahkan bisa membuatku kaya raya tanpa memikirkan akan jatuh miskin. Ia sempurna, sayang ia tak bisa kunikahi, batin pria itu.
"Hei, kau dengar tidak ucapanku?" tanya gadis itu sedikit keras hingga menyadarkan lamunan Artha.
"Eh i-i-iya."
"Kumpulkan daun sebanyak mungkin dari kebunmu. Aku akan mengubahnya menjadi uang."
____________________________________________
Reader, halo semua. Author senang bila kalian bisa memberi semangat author dengan like, komen, vote, hadiah, iklan atau koin. Ini visual Miriam setelah menjadi Sheila. Salam, ingflora. 💋
Pria itu kembali keluar. Kemudian ia datang dengan sekeranjang daun kering yang ia ambil dari halaman belakang rumahnya.
Gadis itu menuangkan seluruh isi keranjang itu di atas tempat tidur. Pelan, dirabanya daun-daun itu. Mulutnya komat kamit menyebutkan mantra yang tak terdengar dan memutar kedua tangannya di atas daun-daun kering itu. Tiba-tiba daun-daun itu bercahaya dan berubah menjadi berlembar-lembar uang berwarna merah.
Netra pria itu takjub melihat perubahan itu hingga membulat sempurna. Kini tumpukkan daun kering itu telah berubah menjadi tumpukkan lembaran uang yang berjumlah sangat banyak. Ia mencoba menyentuhnya. Asli. Uang itu benar-benar uang asli! Pria itu sampai gemetar saat menyentuhnya. "Ini ...."
"Iya. Itu uang yang kau minta bukan?"
Pria itu menoleh ke arah gadis itu. Ia mengangguk haru. Matanya berkaca-kaca. "Paling tidak, aku bisa gunakan uang ini dulu untuk menjalankan restoranku." Ia memasukkan uang itu ke dalam keranjang tadi. "Berapa kali sehari kau bisa membuat uang ini untukku?"
Gadis itu tersenyum. Ia mulai tamak ... "Kapanpun kau berikan aku bisa merubahnya untukmu."
Terlihat cahaya di mata pria itu kian benderang.
Bagus ....
"Ok, aku akan kembali sebentar lagi. Oya, apa ada persyaratan lain yang mesti kupenuhi?"
"Oh, kalau itu, aku ingin kau terus menyediakan kemenyan dan bunga tujuh rupa ini setiap hari dan aku tidak suka pengunjung selain dirimu karena itu, pastikan kamarku selalu terkunci."
Pria itu tersenyum lebar.
Apa maksudnya itu? Kau tergoda? Dasar manusia bodoh!
"Baik Sheila, akan aku lakukan." Pria itu kembali sibuk dengan memunguti semua uang yang tersebar di atas tempat tidur gadis itu. Tak lama ia selesai dan kembali keluar. Ia kemudian kembali lagi dengan daun yang banyak.
Miriam melakukan tugasnya dan pria itu mengumpulkan kembali uang siluman itu dalam keranjang itu.
Pria itu kembali tersenyum dan nampak bahagia. "Kau mau kubelikan apa? Apa saja selama aku sanggup akan aku berikan."
Gadis itu hanya tersenyum kecil. "Ayam."
"Ayam? Ayam goreng, ayam panggang, ayam bakar ...."
"Ayam hidup."
Pria itu mengangkat satu alisnya. "Ayam hi-hidup?" tanya pria itu tergagap. "Oh ... kamu ingin memelihara ayam." Pria itu tertawa pelan. "Baiklah. Kamu ingin ayam yang seperti apa?"
"Apa saja."
Pria itu menoleh berkeliling. "Tapi kamu akan memelihara di mana? Di dalam kamar ini? Apa tidak takut kotor?" tanyanya keheranan.
Gadis itu hanya diam.
"Sheila ...."
Miriam melirik sekilas dengan kerling matanya. "Mau memberi atau tidak terserah padamu," ucapnya acuh dengan melipat tangannya di dada.
"Oh ... tidak, tidak. Aku pasti memberikannya padamu. YANG TERBAIK. Aku pastikan itu. Dengan kandangnya juga aku bawakan." Artha berjalan mundur dengan membawa keranjang berisi uang bersamanya. "Jangan takut aku pasti belikan." Ia kembali tertawa pelan.
Ia segera keluar dan menutup pintu sekaligus menguncinya. Ia bersandar sebentar pada pintu dan menghela napas lega. Walau permintaan gadis itu sedikit aneh, tapi ia kan coba luluskan. Setelah menengok kanan kiri, ia kemudian beranjak pergi.
Malam itu juga Artha mendapatkan ayam yang diminta Miriam. Ia segera mempersembahkan ayam itu pada Miriam di sebuah kandang ayam dari kayu berbentuk bulat.
Seekor ayam kate betina yang lucu diperhatikan gadis itu dengan senyum simpul karena senang. "Terima kasih."
"Sama-sama."
Namun Artha masih tetap berada di sana.
"Kamu masih membutuhkan sesuatu?" tatap tajam gadis itu.
"Kamu mau kubelikan pakaian lagi yang indah?" tanya pria itu dengan senyum lebar.
"Tidak perlu," jawab Miriam dingin.
"Eh, tapi kamu perlu mengganti bajumu kan?"
Kembali gadis itu menatap tajam. "Jangan mengaturku!"
"Ah, Sheila ...," bujuk Artha.
Gadis itu melotot membuat pria itu menyerah.
"Iya, iya maaf." Namun pria itu tak kunjung pergi.
"Apalagi?" tanya Miriam ketus. Ia memutar bola matanya, kesal, tapi dalam hati ia tahu pria itu mulai tertarik padanya.
"Eh, apa kita tidak ngobrol-ngobrol dulu," tanya pria itu mulai merambah ke obrolan pribadi.
"Tidak," jawab Miriam cepat.
"Tidak?" mendapat penolakan cepat membuat pria itu salah tingkah. "Eh, iya. Ok." Ia segera undur diri. Ia menutup pintu dan menghela napas. "Sheila ...," desahnya.
Seorang wanita tak sengaja melihatnya berdiri di pintu itu. Ia adalah salah satu pembantu di rumah itu. Ia dan beberapa orang lainnya sudah melihat kehadiran gadis itu dan sejak gadis itu datang, ia sudah melihat keanehan-keanehan yang terjadi dengan diri tuannya.
Mengumpulkan sampah dedaunan di kebun belakang, berbelanja macam-macam barang hingga yang terakhir itu. Ayam. Yang ia heran, tuannya selalu mengunci kamar itu dari luar.
Apa itu pacar barunya, atau ... pacar rahasianya? Kenapa dia mengunci gadis itu di dalam? Aneh? Kenapa dia bawa ayam beserta kandangnya ke dalam?
Sepeninggal tuan rumah, pembantu itu mendekati kamar itu. Ia mencoba menempelkan kepalanya di pintu tapi ia tidak mendengar apapun, padahal saat itu Miriam tahu pembantu itu berusaha ingin tahu apa yang terjadi di dalam kamar itu dan siapa sebenarnya dirinya. Gadis itu tengah berada di samping pintu.
Pembantu itu mencoba mengintip ke dalam lubang kunci tapi ia hanya bisa melihat ke arah tempat tidur, tidak lebih. Lubang kunci itu membuat pemandangan matanya terbatas.
Namun tepat saat itu Miriam mengucapkan mantra dan mengarahkannya ke arah lubang kunci. Saat itu pembantu itu melihat sekelebat bayangan yang membuat ia kaget dan menarik diri dari lubang kunci itu. Saking kagetnya ia buru-buru pergi dari tempat itu karena takut ketahuan.
Miriam hanya tersenyum melihat wanita itu pergi. Rasakan saja nanti, batinnya.
Esoknya pembantu itu sakit. Matanya yang di pakai untuk mengintip itu terus berair. Sakitnya tak pernah sembuh-sembuh hingga akhirnya ia mengundurkan diri dari bekerja di rumah itu.
Tubuh wanita itu sering menggigil kedinginan. Sudah minum beberapa obat tapi ia tak kunjung sembuh. Ia sudah berobat hingga ke puskesmas tapi hasilnya nihil. Penyakitnya tak ditemukan. Karena itu ia kembali pulang ke kampung halaman. Ia kemudian sembuh setelah beberapa kali berganti 'Orang Pintar'.
Lalu diapakan Ayam yang telah dibeli Artha?
Gadis itu berjongkok dan menatap binatang satu itu dengan senyum lebar. Dibukanya pintu kandang ayam itu dan diraihnya binatang satu itu dengan kedua tangannya. Dengan mengunci kaki dan mematahkan kepala ayam itu, ia memakan ayam itu beserta bulunya pelan-pelan.
Ayam yang masih menggelepar itu tak sanggup untuk teriak karena lehernya sudah patah. Ia menggigit dagingnya hingga mengucur darah segar dari dalam tubuh ayam itu. Selagi ia menikmati daging segar, ia menjilati darah yang mengalir dan memakan daging beserta tulang-tulangnya. Terdengar bunyi gemeletuk saat ia memakan tulang ayam itu.
Seusai makan, mulutnya penuh dengan sisa darah dan bulu ayam. Ia segera membersihkan mulutnya di kamar mandi dan kemudian mengisi bak mandi. Setelah penuh, ia membuka pakaian dan masuk ke dalam bak mandi, lalu tidur. Ia kembali menjadi putri duyung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!