NovelToon NovelToon

Pelarian

Jatuh Cinta Lewat Cerita

Siapa sangka, karena seringnya mendengarkan cerita tentang seorang gadis, buat seorang pria yang bernama Kian menaruh rasa suka pada gadis yang diceritakan itu. Bagaimana tidak, secara kepribadian gadis itu, nyaris memenuhi semua kriteria gadis idamannya.

Dari cerita yang ia dengar, ia tahu gadis itu sederhana, gadis itu cerdas, gadis itu baik hati dan gadis itu periang. Lalu bagaimana dengan cantik? Apakah masuk dalam kriteria gadis idamannya? Tidak, sayang.

Ia tidak memasukkan kondisi fisik, seperti cantik, kedalam kriteria gadis idamannya. Baginya, kepribadian adalah yang utama. Baginya, cinta karena fisik, tidak kekal, karena fisik akan luruh seiring berlalunya waktu. Sementara itu, jatuh cinta karena berdasarkan kepribadian, memang tak mutlak kekal, tapi paling tidak ia tangguh dan tak mudah berubah terlebih karena waktu.

Lalu, rasa suka itu perlahan berubah manakala ia akhirnya berjumpa, berkenalan, dan sedikit berinteraksi dengan gadis itu. Ia jatuh cinta. Ia yakin bahwa ia jatuh cinta dengan gadis itu saat ia, satu persatu, mendapati apa yang selama ini ia dengar, cerita-cerita yang mengungkapkan kepribadian gadis itu, adalah benar adanya. Ia ramah, periang, dan senyum juga tawanya laksana candu, manis sekali. Gadis itu tidak cantik melainkan manis. Baginya, gadis itu paket komplit. Nadine, nama gadis itu.

"Ah, beruntung sekali, yang bisa memilikinya" ungkapnya dalam hati. Iya hanya dalam hati. Tak mau berucap jelas karena rawan terjadinya baku hantam atau bahkan membuat ambyar pertemanan. Karena gadis yang ia cintai secara diam-diam itu adalah kekasih dari Heru, temannya sendiri.

Iya, ia tahu akan gadis itu karena Heru yang tak lain kekasih gadis itu, sering bercerita padanya. Curhat, kalau bahasa gaulnya. Tidak disangka, seringnya curhat tentang kekasih hati pada orang lain, dapat membuat orang tersebut jatuh hati pada si kekasih hati.

Maka dari itu, jangan pernah atau sering bercerita tentang kekasih hati pada orang lain, mana tau orang itu akan menaruh hati, semisal cerita begini: "Lah pacar gue malah dapet beasiswa kuliah dari XXX" atau "Ayo makan rame rame, pacar gue bawa-in masakannya agak banyak nih, enak koq, dijamin". Lalu yang paling parah kalau sampai cerita hal ini, "Gue sudah minta maaf karena sudah menduakan dia dan dia sudah maafin gue, baek bener", karena siapa tahu ini malah akan membuat seseorang termotivasi untuk merebut kekasih hatimu. Hayolooo.

Sebagaimana yang dialami oleh pria ini. Begitu temannya bercerita soal betapa baiknya hati kekasihnya karena sudah mau memaafkan perselingkuhannya, ia pun bertekad untuk menikung temannya itu.

"Nggak pantes sama Heru" ujarnya.

Pernah ia berusaha menikung Heru. Ia pun sudah mengatur strategi merebut kekasih Heru. Namun sayangnya strategi tersebut gagal, bahkan sejak dari awal langkah. Gadis itu tak hirau saat ia mengajaknya berbicara. Dicuekiiiinnnnn.

Sejak itu, ia sadar diri bahwa ia tak berarti di depan gadis itu. Mata dan hati gadis itu tertuju pada temannya.

"Arrrgghhh Gue ingin nyelametin elo, eh elonya nggak mau. Elo nggak tahu, pacar loe itu kayak gimana, nggak baik buat elo" Ujarnya sendiri.

Ia mengacak rambutnya. Ia kepayahan memikirkan gadis kekasih temannya itu.

"Aaarrgggg"

Ya, gadis itu memilih untuk membangun benteng saat ia ingin menyelamatkannya dari cengkraman kekasihnya yang jahat.

"Sudahlah, biarkan saja, tak usah peduli lagi pada gadis itu" katanya.

"Gue cuma bisa doain, semoga dia bahagia".

Lalu apa?

Ia pun memilih untuk menyibukkan diri sendiri. Ia berharap agar rasa cintanya pada kekasih temannya hilang musnah. Ia bahkan memberi sinyal hijau pada beberapa wanita yang caper atau suka mencari perhatiannya. Demi agar dia bisa melupakan cintanya pada gadis itu segera.

Hingga suatu hari, ia mendapat kabar bahwa Heru menikah. Bukan, bukan dengan Nadine. Melainkan dengan gadis lain.

"Ah, Nadine, gimana dia?"

Cinta atau Harta?

Ditinggal nikah pas lagi sayang-sayangnya, bagi Nadine, adalah cobaan yang paling berat seumur hidupnya. Ingin marah, tapi tidak bisa. Nadine tidak bisa melakukannya. Yang ada malah ia masih tetap menaruh rasa. Yang ada malah, ia memaklumi keputusan kekasihnya untuk menikah dengan orang lain. Nadine tidak bisa marah, Nadine tidak bisa membenci, manakala menyangkut orangtua.

Ya, Heru mengatakan padanya bahwa ia terpaksa menyetujui permintaan orangtuanya untuk segera menikahi wanita pilihan orangtuanya. Alasannya menerima perjodohan tersebut karena ia tidak ingin membuat kondisi ibunya yang sakit-sakitan menjadi parah.

"Aku cinta kamu. Tapi mau gimana lagi. Maaf" kata Heru.

"Iya, kapan acaranya?" Tanya Nadine sembari mengusap air matanya yang menderas.

"Besok".

Nadine menutup mulutnya. Sengaja, agar Heru tak mendengar suara tangisnya.

"Baik, kalau gitu, kita sampai di sini, aku do'akan semoga samara, semoga bahagia, selamat tinggal" ucap Nadine.

"Tungg.." Nadine buru-buru memutuskan sambungan telponnya. Ia sadar, ia akan terisak, menangis tersedu-sedu, mengharu biru.

Perih, sakit teramat sangat, di situ, tepat di hatinya. Tubuhnya luruh, lemas, kehilangan tenaga, musnah daya.

"Mas Heru..." Nadine berulang kali memanggil-manggil nama Heru sembari terisak. Nadine tak menyangka kisah cinta pertamanya akan berakhir seperti ini.

***

Keesokan harinya, pernikahan dilaksanakan di rumah keluarga mempelai wanita. Kian datang bersama dengan teman-temannya. Bukan dengan 3 wanita yang tengah dekat dengannya. Entahlah, Kian sama sekali tidak terpikir untuk mengajak salah satu dari mereka.

Kian mengikuti prosesi pernikahan Heru dari awal sampai akhir. Maklum, Heru adalah salah satu teman yang cukup dekat dengannya. Sempat terlintas dipikirannya, kondisi Nadine.

"Nad, elo gimana?" Batinnya.

Ia memikirkan gadis itu. Sungguh, ia mengkhawatirkan kondisi gadis itu. Karena yang ia tahu, Nadine dan Heru belum putus. Yang ia tahu, Heru menikah tiba-tiba. Ia sendiri cukup kaget dengan kabar pernikahan Heru dengan Ria, gadis yang jadi istrinya saat ini, yang begitu tiba-tiba. Mungkin jika Heru menikah dengan Nadine, ia tidak akan kaget hanya saja mungkin patah hati.

Sepengamatannya, Heru baru saja dekat dengan istrinya ini. Sedangkan hubungan Heru dengan Nadine, sudah berjalan lama. Seingatnya lagi, kabar pernikahan ini, setelah secara tidak sengaja Kian memergoki Heru dengan istrinya ini berduaan di dalam kamar kos Heru. Tanpa bertanya, Kian sudah bisa menyimpulkan apa yang sedang mereka berdua lakukan. Karena ada banyak warna merah di leher Ria.

"Mungkin karena Ria sudah hamil, mereka jadi tiba-tiba menikah" tebak Kian.

"Ah, biarlah, urusan mereka, bukan urusan gue" batin Kian.

Tiba, di acara ramah tamah. Heru juga Kian berikut teman-teman yang lain, duduk bersantai sambil menikmati sajian. Ngobrol ini itu. Kadang diselingi canda tawa. Hari itu, Heru begitu bahagia. Di sela-sela itu, Heru menyempatkan mengucapkan terima kasih pada Kian. Bukan, bukan karena Kian telah menyempatkan waktu untuk datang. Melainkan karena saran yang diberikan oleh Kian.

"Eh, makasih atas saran loe waktu itu" ucap Heru pada Kian.

"Saran apaan?"

"Yang waktu gue tanya elo buat milih antara cinta atau harta."

Kian mengerutkan alisnya. Ia belum paham

"Elo nyaranin ke gue buat menjatuhkan pilihan yang minim risiko."

"Oh, maksud lho ini, Nadine dan Ria?"

"Yup, gue milih Ria, masa depan gue cerah, Ria kaya."

"Kalau gue jadi elo, gue milih Nadine."

Kawan Rasa Lawan

"Kalau gue jadi elo, gue milih Nadine" ungkap Kian.

"Elo udah ngelepasin berlian begitu saja" lanjut Kian.

Heru mengerutkan alis. Ia menaruh curiga dengan apa yang dikatakan Kian.

"Tunggu tunggu, jangan bilang kalau elo suka Nadine?"

Heru menatap Kian tajam. Tatapannya seakan berusaha mencari jawaban atas tanyanya.

"Ah rasanya sekarang sudah tidak ada masalah gue mengatakan ini, toh Nadine sudah nggak sama elo".

Heru tidak melepaskan pandangannya ke Kian.

"Iya, gue suka Nadine" ungkap Kian santai. Ia menyunggingkan senyum teringat senyum dan tawa Nadine.

"Cih, elo nggak pantes sama dia, elo sama kayak gue"Kata Heru.

"Gue sama kayak elo? Mimpi Lo"

Ada alasan Heru mengatakan hal itu. Bagi Heru, Kian sama dengannya, dari segi apapun.

Heru dan Kian bekerja di tempat yang sama, dan juga terjun di organisasi yang sama. Di tempat kerja, mereka berada di struktur jabatan yang sama dan demikian juga di organisasi, mereka berdua memiliki jabatan yang sama penting. Kemudian dari segi popularitas, mereka pun sama. Yang berbeda hanya segi kemampuan. Heru mengakui bahwa kemampuan kian terkait dalam hal kerjaan juga organisasi memang lebih ahli darinya. Heru mengaku kalah di bagian ini. Namun, sejak ia memiliki Nadine, ia merasa lebih unggul dari Kian.

"Elo nggak akan bisa milikin Nadine, gue pastikan ini" Heru masih menatap Kian tajam.

"Terserah, gue pergi" Kian malas meladeni Heru.

Setelah berpamitan dengan teman-teman yang lain, kian beranjak pergi. Ia sama sekali tidak terkejut dengan sikap Heru. Ia tahu Heru memang tak suka padanya. Heru lebih menunjukkan bahwa ia adalah saingannya bukan sebagai teman apalagi sahabatnya baik di dunia kerja maupun di organisasi. Heru seakan tak mau kalah dengan Kian.

Kian sendiri heran mengapa Heru bersikap seperti itu padanya. Tak terbersit niat Kian untuk menyaingi Heru karena hanya buang-buang waktu. Kian memilih untuk fokus pada pekerjaannya dan mengembangkan organisasi yang tengah ia tekuni.

Dari acara pernikahan Heru, Kian pergi ke kantor organisasinya. Hanya ada 1 motor yang terparkir di sana. Kian memarkirkan motornya, lalu masuk ke dalam kantor, mengucapkan salam sambil mencari tanda-tanda kehidupan. Namun, nihil, tidak ada orang di sana.

"Ah iya, mereka semua mungkin pergi ke acara Heru" katanya.

Kian lalu menyulut rokok dan menikmatinya lalu memilih duduk di teras kantor.

Sembari merokok, Kian mengingat pernyataan Heru bahwa Ia tak akan bisa memiliki Nadine. Ia penasaran, benarkah demikian.

Tapi jika dilihat dari kepribadian Nadine yang begitu setia, dan benar-benar menjaga komitmen, mungkin memang susah mendapatkan Nadine.

"Susah, bukan berarti tidak bisa?" Gumamnya.

"Apa gue coba aja, ya?" Pikirnya lagi.

"Ah, nggak usahlah, nomor hp Nadine saja gue nggak punya" Kian mengurungkan niatnya.

"Woy, ngelamun" Ali, salah satu anggota junior organisasi membuyarkan pikiran Kian.

"Elo.."

"Lo pikir siapa bang"

"Grandong"

"Yaelah"

Ali mengambil rokok Kian tanpa permisi, menyulutnya lalu menghisapnya kemudian

"uhuk uhuk uhuk"

Ali terbatuk.

"Kampung Lo, rokok mahal Lo malah batuk-batuk"

"Bukan bang, ini kayaknya ada yang ngomongin gue, cewek-cewek gue kayaknya"

Ali nyengir.

"Gaya, emangnya pacar Lo ada berapa?"

"5"

"Dikata balon" Ali nyengir lagi.

"Eh elo punya nomor hp Nadine nggak?"

"Nadine pacar eh mantannya bang Heru?" Kian mengangguk.

Ali menatap heran. Karena ini kali pertama Ali mendapati Kian menanyakan soal perempuan. Karena biasanya Kian selalu membahas atau mengajak diskusi terkait dengan organisasi.

"Ngapain Lo ngelihat gue kayak gitu?" kata Kian risih ditatap Ali.

"Elo sakit, Bang?" Ali memegang dahi Kian.

"Apa apa sih Lo"

"Ya kan nggak biasanya elo tanya beginian"

"Anjrit, punya nggak Lo?"

"Kagak, Bang" jawab Ali nyengir. Kian melengos.

"Tapi gue bisa ngusahain, Bang"

"Serius Lo?"

"Iya bang, apa sih yang nggak buat Lo" kata Ali sambil mengedipkan satu matanya dan mengarahkannya pada Kian.

"Ih najis Lo"

Ali tertawa lalu dengan sigap ia mengambil sebungkus rokok Kian dan membawanya kabur bergegas menyalakan motornya.

"Makasih bayarannya bang. Secepatnya gue bakal dapetin nomor hp Nadine. Daaaaaaah Bang Kian" Ali berlalu seraya melambaikan tangannya pada Kian. Kian bergidik, geli.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!