Ibu Rani sedang memasak didapur ditemani putrinya Mita bukannya membantu malah asik mencomot tempe goreng hasil masakan ibunya.
"Adek sudah dong makannya nanti habis keburu bapak sama kakak sarapan!"
"Habisnya ibu sih masaknya enak banget Mita ketagihan jadinya."Mita menikmati tempe goreng sambil merem melek. Ibu Rani geleng kepala melihat kenakalan putrinya.
"Ya udah besok-besok ibu masaknya gak usah dibumbuin biar rasanya gak enak dan kamu gak ketagihan."Goda Bu Rani yang langsung disambut bibir manyun Mita.
"Jangan dong Bu nanti kalau gak enak kebuang terus mubazir dosa juga kan!"
"Pinter banget sih ngomongnya anak siapa kamu?"Bu Rani mencubit pelan pipi Mita.
"Ya Allah pake nanya anak siapa?"
"Anaknya pak Handoko lah."Teriak Mita. Sengaja ingin didengar sama bapaknya.
"Adek apaan sih teriak-teriak gitu gak sopan bapak gak suka."Tegur pak Handoko. Mita langsung mengeluarkan dua jari tengahnya tanda permintaan maaf sambil nyengir. Bapak menarik napas panjang menghadapi putrinya yang menginjak usia remaja. Sudah tentu akan mengikuti kebiasaan anak-anak seusianya. Harus lebih sabar lagi.
"Adek gak sopan begitu sama orangtua."
"Iya bapak. Adek minta maaf sudah bersikap gak sopan sama bapak sama ibu."
"Iya dimaafin.....jangan diulangi ya nak!"Ucap Ibu Rani.
"Insya Allah..."
"Adek ganti baju seragam gih kita sarapan sama-sama."
"Iya Bu..." Mita bergegas masuk ke kamarnya untuk ganti baju seragam. Tak butuh waktu lama karena ibunya membiasakan mandi sebelum subuh jadi Mita tidak perlu mandi lagi. Buku pelajaran juga sudah disiapkan sejak kemarin malam jadi tinggal bawa.
"Cepet amat dek?"
"Gak mandi ya?"Goda Dani setelah Mita keluar dari kamarnya sambil menenteng tas sekolahnya.
"Enak aja ya sudahlah." Jawab Mita sewot. Dani cekikikan berhasil menggoda Adiknya.
"Sudah-sudah jangan ribut ayo sarapan nanti telat ke sekolah." Bu Rani menengahi perdebatan putra putrinya. Akhirnya semuanya makan dengan tenang setelah mengawali dengan doa makan bersama.
"Bapak ibu kakak berangkat!" Pamit Dani lalu salim pada orangtuanya dan diikuti Mita.
"Adek juga berangkat Pak Bu!"
"Assalamu Alaikum...." Ucap Dani dan Mita serentak.
"Walaikum salam...buk,bapak juga berangkat ya Assalamu Alaikum!"
"Walaikum salam..."Giliran Bu Rani salim pada pak Handoko. Bu Rani mengikuti dibelakang ingin mengantar anak dan suaminya.
"Hati-hati ya...jangan lupa bismillah!" Pesan ibu pada mereka.
"Ya ibu." Jawab mereka bertiga kompak.
"Ayo bareng sama kakak!" Ajak Dani sambil menggandeng tangan Mita yang langsung ditepis.
"Gak mau nanti dikira kakak pacarnya adek."
"Capek jelasinnya ke anak-anak." Keluh Mita.
"Mau bareng sama bapak aja." Mita langsung duduk diboncengan motor bapak.
"Dasar anak manja!" Ejek Dani dan Mita melotot tak suka.
"Sudah jangan mulai lagi...kakak berangkat gih!" Dani mengangguk patuh segera melajukan motornya diikuti bapak setelah sebelumnya kembali berpamitan dengan ibu sambil dada-dada.
Ibu Rani tersenyum sendiri melihat tingkah kedua anaknya. Beliau sangat bersyukur bisa melihat tumbuh kembang anak-anaknya.
Sungguh kebahagiaan yang luar biasa bisa mengurus keluarga. Tentunya lebih mulia jika dibandingkan dengan seorang ibu yang bekerja. Walaupun menghasilkan uang tapi mereka melewatkan momen bersama dengan keluarga. Mungkin juga akan jadi penyesalan untuk mereka saat anak-anaknya sudah dewasa dan sibuk dengan urusan masing-masing.
Mita sedang berada di kantin sekolah. Tadi pagi tidak sempat sarapan jadi istirahat pertama perutnya kelaparan.
Mulutnya sibuk mengunyah makanan tapi pikiran dan hatinya kosong,tidak bersemangat.
"Mita...gue cariin ternyata disini." Alif langsung duduk disebelah Mita. Mita sendiri secara spontan menggeser posisi duduknya agak menjauh. Alif menghela napas. Mita selalu seperti itu.
"Bukan..."
"Muhrim...iya aku ingat." Potong Alif langsung pindah tempat duduk jadi berhadapan dengan Mita. Mita menghabiskan makanannya dengan cepat agar tidak berlama-lama duduk berhadapan dengan Alif. Rasanya tidak nyaman.
"Pelan-pelan makannya aku gak minta." goda Alif sambil memandang setiap gerakan Mita. Selesai makan Mita berdiri. Hendak pergi ingin membayar yang Mita makan. Setelah itu Mita berjalan mengarah keluar kantin.
"Eh tunggu ditemenin kok malah mau pergi..." Protes Alif saat melihat Mita akan pergi. Merasa kurang puas memandangi wajah seorang Mita.
"Ada urusan." Jawab Mita singkat.
Berteman boleh asal ada batasan antara laki-laki dan perempuan. Tapi tidak bagi Alif. Alif terlalu agresif terhadap Mita hingga sempat digosipkan mereka berpacaran. Hal itu mengundang perselisihan antar teman perempuan yang merasa menyukai Alif hingga menuduh Mita merebut Alif.
Begitulah anak muda berpikir dengan emosi. Suka bertindak tanpa pikir panjang. Belum apa-apa sudah main ancam dengan kekerasan. Geleng kepala deh.
Pada akhirnya Mita menghindari Alif. Sebenarnya tidak enak juga pada Alif tapi mau bagaimana lagi demi kedamaian semua orang.
Mengingat siapa lawannya Mita bergidik ngeri. Siswi populer disekolah dengan tampang diatas rata-rata dan kaya raya. Sayangnya sikapnya bar-bar namanya Diandra Ahmad Jaya.
"Aku pergi dulu!" Pamit Mita yang dicegah oleh Alif dengan mencekal pergelangan tangan Mita. Spontan Mita langsung menepis tangan Alif dengan ekspresi tidak suka.
"Sorry..." Ucap Alif dengan raut penyesalan. Sementara Mita diam mencerna yang terjadi. Dia sendiri merasa serba salah.
"Kenapa kamu selalu menghindar dari ku?" Tanya Alif dengan wajah memelas,Mita mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Hanya menghindari gosip."Jawab Mita singkat.
"Ha...ha...aku gak percaya."
"Kamu gak berani lihat aku." Ucapnya percaya diri sambil menatap Mita. Mita memutar matanya malas.
"Ini bukan cerita novel yang menceritakan roman picisan anak sekolah. Ini kenyataan hidup."
"Kamu tahu gimana aku..."
"Atau kamu sudah lupa?" Sindir Mita sambil tersenyum mengejek.
"Perlu ku ingatkan dengan lawan jenis gak boleh saling pandang,dosa...." Skakmat Alif garuk kepala,kali ini dia melupakan prinsip Mita.
"He...he...aku lupa." Benar-benar terlihat bodoh. Terlalu menjiwai perannya hingga mengurangi pesona kegantengan Alif sebanyak 50 persen...wk...wk...
"Cie...cie...makan berdua ni ye..." Goda Rian yang kebetulan singgah dikantin.
"Makan berdua kepalamu...minggir!" Ucap Mita sewot lalu berjalan keluar dan kaget spontan berhenti. Ternyata Diandra and the Genk sedang menyaksikan,terlihat wajah murkanya.
"Mita...aku ikut." teriak Alif.
"Bukannya sudah ku ingatkan untuk jauh-jauh dari Alif kenapa masih gak ngerti juga." Bentak Diandra sambil menunjuk Mita.
"Stop...memang apa urusan mu meminta Mita menjauhiku." Ucap Alif emosi,mukanya tak kalah seram. Akhirnya Alif dan Diandra terlibat perdebatan sengit tentang penolakan dan kepemilikan secara sepihak.
Mita rasanya ingin mengubur hidup-hidup dirinya sendiri karena malu. Mungkin setelah ini akan tersebar gosip"perebutan seorang pemuda ganteng". Ya salam.
"Aku menyukaimu." Jawab Diandra lantang dan percaya diri. Berpikir bahwa dengan status anak konglomerat semua keinginan akan didapatkan.
"Cih memalukan...seorang gadis menyatakan cinta duluan." Sindir Alif dengan ketus.
"Sayangnya aku gak menyukaimu karena yang aku sukai adalah Mita..." Mata Mita terbelalak.
"Stop...jangan diterusin!" Ucap Mita panik. Bagaimana tidak,mereka bertiga jadi konsumsi publik. Tiba-tiba saja Alif menggenggam tangan Mita hingga Mita dibuat takjub tanpa sadar melongo.
"Apa-apaan ini...lepasin!" Alif tidak menghiraukan Mita tetap setia menggenggam tangan Mita seolah mereka pasangan kekasih yang dipaksa berpisah. Diandra melotot tajam melihat genggaman yang begitu erat. Dadanya bergemuruh tidak menerima kekalahan.
"Lepasin tangannya!" Bentak Diandra sambil mengurai genggaman tangan Alif ditangan Mita. Mita pun ikut mengurai tapi kalah oleh kekuatan tangan Alif. Ketiganya saling berebut tangan.
"Lepas!" Ucap Mita memaksa.
"Kamu adalah milikku!" Racau Diandra sambil terus berusaha mengurai genggaman tangan mereka. Tapi Alif semakin kuat menggenggam sampai tangan Mita terasa berdenyut.
"Tanganku sakit..." Keluh Mita terpaksa mencubit lengan Alif.
"Aw...sakit Mita." Erang Alif menahan pedih hingga tanpa sadar terlepas.
"Salah sendiri..." Mita mengibaskan tangannya lalu meniupnya berulang kali.
"Pokoknya kamu harus jadi milikku!" Begitu terlepas Diandra langsung merangkul kuat lengan Alif seolah takut kehilangan. Sedangkan Mita bersiap untuk kabur.
"Ehem...mau kemana?" Terdengar suara berat saat Mita akan pergi. Pak Bagus rupanya.
"Kalian bertiga..." Pak Bagus menatap ketiganya lalu mendengus sebal.
"Ikut saya ke ruang BP."
"Saya juga pak?" Tunjuk Mita pada dirinya sendiri.
"Sudah pasti..."Pak Bagus menekan kalimatnya sambil menyeringai. Mita lemas seketika.
"Yang lain bubar. Sebenarnya kalian dikasih makan apa sih sudah tau ada yang ribut bukannya dipisah malah ditonton." Sembur pak Bagus. Seketika semuanya bubar seperti siluman bahkan ada yang saling bertabrakan saking kagetnya.
Mereka bertiga digelandang menuju ruang BP. Mita berjalan menunduk karena malu jadi pusat perhatian disepanjang jalan yang dilewati. Alahai ikut kecebur juga...
Sampai diruang BP pak Bagus berdiri sambil menyender di meja kerjanya memperhatikan ketiga anak didiknya yang berdiri dihadapannya.
"Bisa-bisanya kalian..." Geram Pak Bagus sambil menggelengkan kepala. Tak habis pikir dengan sikap anak zaman sekarang.
"Maaf pak saya gak tahu menahu...demi Allah pak saya gak punya hubungan dengan siapapun." Mita mengeluarkan dua jarinya tanda sumpah.
"Jadi tolong jangan panggil orangtua saya!" Ucapnya menghiba.
"Mereka ini yang buat ulah." Tunjuk Mita pada Alif dan Diandra.
"Saya sadar diri pak,saya masih sekolah bukan waktunya pacar-pacaran. Bayar sekolah saja masih minta orangtua. Harusnya belajar yang rajin kan pak biar bisa membanggakan sekolah dan orangtua."
"Bagus kalau kamu sadar diri." Pak Bagus mengomentari.
"Kamu Diandra...bisa-bisanya kamu menunjukkan kekuasaan. Apa-apaan itu kamu harus jadi milikku." Pak Bagus menirukan ucapan Diandra.
"Lagak mu sudah seperti Alif suamimu saja."
"Kalian itu belum menikah." Ejek pak Bagus. Jeda sebentar lalu melihat ke arah Alif.
"Dan kamu Alif pake pegang-pegang tangan anak gadis orang,sudah bisa bertanggungjawab kamu hah..."
"Saya saja tidak berani pegang tangan anak gadis orang." Omel Pak Bagus sambil menarik napas dalam agar tidak semakin emosi menghadapi anak-anak itu.
"Ya iyalah pak mana berani,ketahuan istri bisa habis bapak." Batin Mita sambil menahan tawa.
"Kalian itu kebanyakan nonton drama. Ini kalau sampai ada yang merekam lalu diunggah ke medsos bisa habis sekolah kita."
"Ah iya jadi ingat. Kalian tunggu sebentar nanti dilanjut lagi!" Alif,Mita,Diandra melongo melihat tingkah pak Bagus. Apa enaknya mendengarkan omelan dari pak Bagus? Mereka bertiga tersenyum kecut dan menurut saja saat diminta untuk tetap tinggal.
"Saya mau ngasih pengumuman dulu!." Pak Bagus melambaikan tangan sambil berjalan cepat. Setelah itu terdengar suara pak Bagus memberi pengumuman lewat pengeras suara.
"Assalamu Alaikum anak-anak tolong dengarkan saya kalau ada yang merekam kejadian dikantin tadi segera dihapus. Sekali lagi langsung dihapus. Atas perhatiannya terima kasih Wassalamu Alaikum..."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!