" Alvin !!, mana sarapannya !?" Teriak Leni Su Mertua Alvin.
" Bentar Bu, ini sedang di siapkan !" Alvin menyaut dari dapur.
Alvin bergegas menyiapkan sarapan untuk mertuanya, dia dengan cekatan menaruh semua makanan yang dimasaknya di meja.
" Lambat banget sih !, dasar babi yang tidak berguna !" Leni memarahi Alvin.
" Maaf Bu " Ucap Alvin lembut.
" Sudahlah Bu, ini juga masih pagi, sayang kamu juga ikut makan sini " Ucap Jeni lembut.
Alvin menolak dengan lembut ajakan Jeni, pasalnya dia tahu jika mertuanya akan makin marah padanya " Aku mau membersihkan dapur dulu sayang, soalnya tadi masih berantakan, kamu nikmati makanannya bersama ibu dan Ayah saja dulu " Alvin langsung bergegas masuk ke dapur.
***
Alvin Moor Pria sebatang kara, dia tidak memiliki apa - apa, jangankan uang makan saja dia di nafkahi oleh istrinya.
Sebenarnya Alvin sudah berusaha mencari pekerjaan, tapi sayangnya dia hanya mendapatkan pekerjaan dengan gaji kecil, menjadi tukang parkir, kuli kasar hingga pengirim barang.
Karena gajinya yang kecil, Istri Alvin menyarankan untuk diam di rumah saja membereskan pekerjaan Rumah, awalnya Alvin menolak tapi melihat Jeni selalu membereskan rumah setelah pulang bekerja dia jadi tidak tega.
Akhirnya Alvin memutuskan untuk berhenti bekerja untuk meringankan beban Jeni, kehidupan pasangan tersebut baik - baik saja sebelum orang Tua Jeni memilih tinggal bersama mereka.
Alvin sudah seperti pembantu jika ada Jeni dirumah, ditambah lagi Orang tua Jeni kalau bicara selalu kasar padanya, membuat kehidupan damainya berubah menjadi Neraka dunia.
Alvin bertemu dengan Jeni waktu dia menjadi pengirim barang, Motor bututnya ditabrak Jeni hingga ringsek, Alvin juga sempat masuk rumah sakit.
Jeni yang memiliki hati yang baik, dia bertanggung jawab merawat Alvin sampai sembuh, hingga akhirnya perasaan yang awalnya hanya rasa iba berubah menjadi Cinta.
Akhirnya mereka berdua menikah, Jeni menerima Alvin apa adanya, Walaupun Orang tua Jeni tidak setuju, tapi Jeni tetap menikah dengan Alvin.
Mereka berdua memilih tinggal di rumah yang mereka beli dengan cara mencicilnya, daripada tinggal dengan orang Tua Jeni, Karena Jeni Tahu jika Orang Tuanya akan terus membuat masalah dengan Alvin.
Setelah Rumah mereka sudah Lunas, Mereka berdua hidup dengan bahagia di rumah tersebut selama tiga tahun.
Sebelum akhirnya Orang Tua Jeni meminta tinggal bersama mereka dengan Alasan rumah mereka terlalu kecil untuk menampung dua keluarga sekaligus.
Adik Jeni , Daren Su sebenarnya yang menyuruh orang tua Jeni tinggal dengan mereka, pasalnya Daren ingin menguasai rumah tersebut bersama istrinya, akhirnya Orang Tua jeni tinggal bersamanya.
Jeni Su, Istri Alvin merupakan Wanita dengan tempramen yang baik, Wajahnya khas wanita Chinese, dia memiliki perawakan yang proposional, tingginya 170 Cm, dia hanya terpaut 5 cm dari Alvin.
Orang Tua Jeni Robet Lu dan Leni Su, dia memiliki seorang adik laki - laki Daren Su.
Keluarga Su termasuk keluarga menengah, tapi akhir - akhir ini bisnis keluarga Su Anjlok semenjak Mei Ning yang Notabenya pendiri Su Grup, atau Nenek Jeni meninggal, semenjak Su grup di pegang oleh anak dan Suaminya.
Nilai saham Su grup menurun drastis, karena anak dan Suami Mei Ning hanya bisa mengelola perusahan alakadarnya tanpa di dasari sebuah kemampuan bisnis.
Leni Su anak bungsu Mei Ning, dia yang tidak tahu apa - apa tentang bisnis, bagian perusahaan yang seharusnya untuknya, dia berikan pada Jeni, tentu saja tidak gratis, Jeni hanya menerima gaji dari ibunya.
Tapi berkat Jeni, perusahaan yang dipegangnya tergolong stabil, dibandingkan dengan perusahaan cabang lainnya yang di pegang kakak - kakak Leni Su.
***
" Sayang !, aku mau berangkat !" teriak Jeni memanggil Alvin.
Alvin terlihat tergopoh - gopoh menghampiri Jeni " Apa sudah tidak ada yang ketinggalan Sayang ?" tanya Alvin lembut.
Jeni menggeleng " tidak ada, semuanya sudah aku bawa, kamu hati - hati yah dirumah " Jeni mencium tangan Alvin dan keluar rumah.
Alvin mengantarnya sampai depan rumah, karena rumah tersebut tidak besar, jadi halamannya hanya cukup untuk memarkirkan sebuah Mobil.
Mobil Jeni juga cuma Mobil bekas, dia membeli Mobil tersebut sekitar 20 ribu dolar.
Alvin melambaikan tangannya sembari tersenyum saat Mobil Jeni meninggalkan rumah, tiba - tiba Leni memukul kepala Alvin dengan Kipas lipat yang selalu dia bawa - bawa.
" Ceplak !"
" Ngapain kamu masih disini !, cepat kerja sana Babi tidak berguna !" ucap Leni ketus.
Alvin mengepalkan tangannya, dia mencoba untuk tetap bersabar " Baik Bu " Alvin membungkuk dan kembali masuk rumah.
Alvin melakukan pekerjaannya dari Ngepel, nyapu, mencuci baju, piring dan pekerjaan rumah lainnya, Sementara Leni dan suaminya bagaikan raja dirumah tersebut.
Alvin sebenarnya ingin mengeluh, tapi setiap melihat Jeni yang selalu pulang dengan wajah Lesu, dia tidak ingin menambah bebannya, jadi Alvin terus bersabar menghadapi orang Tua Jeni satu tahun belakangan ini.
Sekesal apapun Alvin dia berusaha tetap tersenyum saat Jeni pulang, dia akan membuang jauh - jauh amarahnya, demi melihat Jeni tetap tersenyum.
Hari berganti Hari Alvin menjalani kehidupannya seperti itu, Cacian dan makian dari mertuanya sudah menjadi makanan sehari - hari.
Suatu malam saat Jeni pulang malam karena lembur, Jeni terlihat sangat lesu, tidak ada senyum sedikitpun di wajahnya.
" Sayang, mau di pijitin ?" Alvin memijat bahu Jeni dengan lembut.
" Apakah ada masalah dikantor ?" tanya Alvin lagi, pasalnya dia tidak mendengar jawaban dari Jeni dari tadi.
Jeni membalik badannya, Air mata sudah membasahi pipinya, Alvin terkejut " Sayang, kamu kenapa ?" Alvin langsung memeluk Jeni.
" Aku tertipu Alvin, padahal semua Modal sudah aku belikan bahan untuk memenuhi pesanan, tapi setelah semua pesanan terpenuhi, orang yang memesan barangnya tiba - tiba tidak bisa di hubungi !, aku tidak tahu harus bagimana lagi, semua uang perusahaan sudah terpakai !, sementara Karyawan juga harus segera di gaji !, jika seperti ini Perusahaan kita akan di tutup !" Ucap Jeni sambil menangis tersedu - sedu.
Alvin tidak tahu harus berbuat apa, pasalnya dia juga tidak bisa membantu, dia yang hanya seorang bapak rumah tangga tidak memiliki tabungan sepeserpun, dia hanya bisa menjadi tempat cerita Jeni saja.
Alvin mengusap puncak kepala Jeni " Kamu tenang yah sayang, besok aku akan mencoba meminjam uang dengan teman lamaku, siapa tahu dia mau memberi kita pinjaman !"
Jeni masih menangis " Teman lama yang mana ?, Alvin aku tahu kamu tidak punya siapa - siapa !, aku juga tahu jika kamu ingin membuatku tenang, tapi masalah kali ini berbeda !, aku benar - benar butuh dana !" Jeni marah pada Alvin, mungkin itu pertama kalinya dia marah pada Alvin.
Karena Suara Jeni keras, sontak saja Leni mendengarnya, dia tiba - tiba berteriak " Alvin !, babi sialan kamu apakan Putriku !?, berani sekali kamu menyakitinya !, cepat buka pintunya !!"
.
.
.
Jeni bergegas menghapus air matanya dia sedar jika Ibunya melihat dia menangis seperti itu, pasti Alvin yang akan menjadi sasaran kemarahan ibunya.
Jeni langsung membuka pintu " aku tidak apa - apa Bu " Ucap Jeni sambil tersenyum manis.
Leni melihat jika Make up Jeni sedikit luntur karena air matanya " Tidak apa - apa bagaimana ?, lihat kamu habis menangiskan ?!, Sini kamu Babi Sialan !"
Leni mendekati Alvin " Ceplak !, Ceplak !, Ceplak !" dia memukuli Alvin dengan kipas lipat kesayangannya.
" Adu..du..duh... Ampun Bu " Alvin menahan pukulan Leni dengan kedua tangannya semabri menundukan kepalanya.
Jeni langsung menghentikan Ibunya " Bu Cukup !, ini bukan salah Alvin, aku yang salah, karena kesalahanku Perusahaan terancam bangkrut !" ucap Jeni langsung.
Sontak saja Leni langsung terkejut, dia menatap Jeni dengan tidak percaya " Apa maksudmu Jeni !"
" Aku tertipu Bu, uang perusahaan semua habis !" ucap Jeni lemah.
" Apaaa !!!, bagaimana mungkin itu terjadi ?, kalau perusahaan bangkrut kita akan makan apa !?" Ucap Leni Syok.
Leni menatap Alvin " Ini semua karena salahmu !, gara - gara kamu tidak berguna jadi Jeni harus bekerja keras seorang diri !, pergi kamu dari sini babi Sialan !!"
" Ceplak
" Ceplak
Alvin di seret Leni sambil di pukuli, Alvin tidak melawan sama sekali, dia memilih pasrah agar tidak menambah beban Jeni, pikirnya.
Jeni mau menahan ibunya tapi tidak bisa, Leni terus marah - marah, akhrinya Alvin di tendang euar dari rumah dan Leni langsung menutup gerbang rumah.
" Bu, apa yang kamu lakukan ?, Alvin tidak salah sama sekali " Jeni mencoba untuk membela Alvin.
Leni membentak Jeni " Diam kamu Jeni !, Ibu sudah cukup sabar menerima Babi sialan itu !, mulai sekarang kamu harus mengikuti perintah Ibu !"
Jeni menatap Ibunya tidak berdaya, semenjak kecil dia tidak pernah bisa berdebat dengan ibunya, jadi Jeni hanya bisa menghela napas panjang.
Jeni juga sedang tidak Mood jadi dia tidak mencari Alvin yang di usir.
Sementara itu Alvin di luar gerbang masih menunggu Jeni membukakan gerbang, karena dia yakin Jeni masih peduli padanya.
Alvin tidak tahu jika didalam Jeni sedang mencoba menenangkan ibunya yang Syok karena perusahaannya terancam bangkrut.
" Jeni !, sekarang kamu harus menuruti perintah ibu !, pokoknya kamu harus menceraikan Babi sialan itu !, lihat saat kamu sedang seperti ini dia bisa apa ?, dia tidak berguna sama sekali !"ucap Leni marah.
Robert menimpali dengan lembut " Jeni, lebih baik kamu turuti permintaan ibumu, ini juga yang terbaik buat kamu "
" Ayah, Ibu, aku mencintai Alvin, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja, berikan dia kesempatan Bu !" jawab Jeni tegas.
" pokoknya tidak !, jika kamu tidak bercerai dengannya, ibu akan bunuh diri !" ucap Leni mengancam.
Jeni menangis " Kenapa sih ibu selalu seperti ini !, kenapa Ibu tidak pernah mengerti Jeni sedikitpun !?" Jeni berlari masuk ke kamar sambil berlinangan air mata.
Robet menghela napas " sudahlah Bu, berikan Jeni waktu dulu .."
" Kamu juga sama tidak bergunanya dengan menantumu !, jika bukan karena keluarga Su, keluarga Lu kamu tidak ada apa - apanya !, lihatlah perusahaanku akan bangkrut, apa kamu bisa memberi solusi ?!,tidak usah mengaturku !" Leni malah memarahi Robet.
Di kamarnya Jeni masih menangis, dia kecewa dengan ibunya yang selalu menganggap Alvin hanyalah sampah.
Jeni sudah berusaha sekuat tenaga untuk membuat Alvin terlihat di mata Ibunya, tapi nyatanya semua itu hanya sia - sia belaka, ibunya tidak pernah menerima Alvin sampai kapan pu.
Sementara Itu Alvin masih menunggu di depan gerbang, tapi tiba - tiba hujan datang, Alvin berlari untuk berteduh.
Petir menyambar kesana kemari, membuat suasana malam tersebut seolah petaka buat Alvin.
Karena semua rumah di komplek tersebut memiliki gerbang, Alvin terpaksa brlari kebawah pohon yang ada di pinggir jalan raya.
Alvin berteduh di bawah pohon dengan basah kuyup, dia menggigil kedingan di bawah pohon tersebut
" Traalaap
" Duaaarrrr !
Pohon tempat berteduh Alvin terkena sambaran Petir, Alvin jiga terlihat ikut tersambar petir, dia tergeletak di tanah dengan tubuh sedikit gosong dan pakaian pada Robek.
Tiba - tiba ada suara Robot berbunyi.
[ Ding ]
[ Mulai memasangkan System Cek in Pikiran.... 10%...20%...30%...50%...60%...80%..90%...99%..100%....System Cek in Pikiran sudah terpasang sepenuhnya ! ]
[ Status ]
Nama : Alvin Moor
Umur : 29 tahun
Kemampuan : Pekerjaan Rumah
Kotak Hadiah : Silver
Misi : -
Penyimpanan : -
Alvin sayup - sayup mendengar hal tersebut, tapi dia pikir itu hanya halusinasi sebelum kematiannya, akhirnya Alvin pingsan di tempat tersebut.
Di rumah Jeni yang teringat dengan Alvin, dia mulai khawatir dengannya, Jeni menatap keluar jendela, tapi sayangnya dia tidak melihat Alvin di luar, dia berpikir Jika Alvin pergi untuk berteduh, hingga akhirnya Jeni tidak memeprdulikan Alvin.
Ke esokan harinya Alvin terbangun, dia mengira jika dirinya sudah Mati, tapi ternyata dia masih hidup dan ada di rumah sakit.
Alvin memegangi kepalanya yang masih terasa pening " Aduh..., aku ada dimana ini ?" gumam Alvin lirih.
Alvin bangun dari ranjang Rumah sakit, dia bersender di tembok Rumah sakit dan menyapu pandangannya ke seluruh ruangan tersebut.
Pintu ruangan tersebut terbuka, seorang perawat memasuki ruangan Alvin " Tuan, anda sudah bangun ?" ucap perawat ramah.
Alvin memgangguk " saya ada dimana ?" tanya Alvin pada perawat tersebut.
" Tuan ada di rumah sakit, anda tadi malam di bawa seseorang yang menemukan anda tergeletak di pinggir jalan, dia membawa anda kemari " jawab Perawat sopan.
" Ternyata aku belum mati ?, tapi siapa yang menyelamatkan aku ?" gumam Alvin dalam hati.
" Nona, apakah anda mengenal orang yang menyelamatkan aku ?, aku ingin berterimakasih padanya " Ucap Alvin tulus.
Perawat menggeleng " Saya juga tidak tahu Tuan "
Alvin beranjak dari ranjangnya, dia ingin cepat euar dari rumah sakit karena dia tidak memiliki uang sepeserpun, tapi perawat menghalanginya.
Alvin tidak peduli dia bergegas berlari keluar dengan memakai, pakaian Rumah sakit.
Setelah dia sudah jauh dari rumah sakit, Alvin berhenti dia menghela napas lega " Huh... untung saja aku bisa kabur, jika tidak bagaimana aku mau membayar biaya rumah sakit ?"
Alvin tidak tahu jika orang yang menyelamatkannya sudah membayar biaya perawatannya, orang tersebut meninggalkan uang 200 ribu dolar untuk perawatan Rumah sakit, tapi Alvin malah kabur.
Tiba - tiba suara System terdengar [ Host belum Cek in Hari ini, Silahkan pikirkan sesuatu dan Cek in ]
Alvin terkejut karena tiba - tiba ada suara, dia melihat kekanan, kiri, depan belakang, tapi tidak ada seseorang didekatnya, tapi suara itu sangat jelas.
Alvin begidik ngeri dan berteriak " Si..Siapa kamu ?!"
[ Host tidak perlu takut, Saya System Cek in Pikiran yang akan membantu anda memenuhi impian anda ]
" System Cek in pikiran ?" Beo Alvin bingung.
[ Benar Host, System Cek in Pikiran akan membantu anda mewujudkan impian anda, Anda Hari ini belum Cek In, Apakah anda ingin Cek In ?]
Alvin masing bingung apa maksudnya, tapi dia berusaha untuk menerimanya " Baiklah, Aku ingin Cek In !"
[ Tolong Host pikirkan sesuatu yang anda inginkan, agar dapat Cek in ]
Karena Alvin belum percaya sepenuhnya dengan System, dia memikirkan sesuatu yang selama ini ingin di berikan pada Jeni.
Alvin memikirkan Sebuah Cincin berlian yang dia idam - idamkan selama ini.
[ Pikiran Host terdeteksi, Cek In harian di buka ]
Tiba - tiba sebuah Cincin berlian ada di genggaman Alvin, Alvin membuka tangannya " Astaga.. ini... ?" tangan Alvin bergetar melihat Cincin yang sama persis dengan yang dia inginkan.
Alvin masih tertegun saking terkejutnya, dia tidak percaya jika hanya memikirkan sesuatu saja, dia akan dapat memilikinya.
Alvin sangat bersemangat " System !, apakah aku bisa Cek In lagi ?" tanya Alvin begitu senang.
[ Host hanya bisa Cek In satu hari satu kali, Tapi Host bisa mendapatkan Hadiah lain dari menjalankan Misi dan Mendapatkan Kotak Hadiah ]
" Eh... apa maksudnya ?"
[ Host silahkan bilang cek Status, disitu nanti ada Misi yang harus di lakukan Host ]
Alvin yang sudah mulai percaya dengan System, dia langsung menurut " Cek Status !"
[ Status ]
Nama : Alvin Moor
Umur : 29 tahun
Kemampuan : Pekerjaan Rumah
Kotak Hadiah : Silver
Misi : -
Penyimpanan : -
Alvin terkejut saat melihat layar transparan yang hanya bisa di lihat olehnya " System !, misi kok masih kosong dan kenapa ada kotak Hadiah ?"
[ Misi akan terpicu dengan sendirinya saat Host melakukan kontak dengan orang Lain, Kotak Hadiah tersebut Hadiah pertama anda ]
Alvin mengangguk - anggukan kepalanya " Apa aku bisa membuka Kotak Hadiah ?"
[ Tentu Saja ]
" Kalau begitu Buka Kotak Hadiah !" Ucap Alvin senang.
[ Membuka Kotak Hadiah Silver, Selamat anda mendapatkan Uang 100 juta Dolar dan Sebuah Mobil McClaren !]
Black Card Muncul di telapak tangan Alvin, tiba - tiba sebuah Mobil Mewah menghampiri Alvin, Mobil tersebut berhenti didepan Alvin.
Seorang Pria dengan wajah datar, memakai pakaian serba Hitam Keluar, dia memberikan sebuah Kunci Mobil pada Alvin.
Setelah itu Pria tersebut langsung pergi, dan menghilang secepat Kilat.
Alvin terkejut dengan kejadian tersebut " ini serius ?" tanya Alvin masih dengan tubuh gemetar.
[ Selamat bersenang - senang Host, semoga Hari kamu menyenangkan ]
Alvin berteriak kegirangan di tempat tersebut, dia langsung bergegas memasuki Mobil barunya, dia mengelus - elus setir mobil dan tersenyum cerah.
" Sayang !, kita akan jadi orang kaya !, kamu tidak perlu bekerja lagi " Alvin membayangakan Jeni akan sangat senang ketika melihatnya yang sudah mapan seperti itu.
Alvin langsung menyalakan Mobil tersebut, dia langsung mengendarainya kerumah Jeni dengan semangat.
Tapi saat dia hampir sampai dirumah tersebut terlihat Mobil Jeni keluar dari Rumahnya.
Alvin melihat Orang Tua Jeni ikut dengannya, Alvin mengerutkan keningnya " Mereka mau kemana ?" gumam Alvin Lirih.
Tiba - tiba System berbunyi.
[ Ding ]
[ Misi Terpicu : Cegah Istri Host untuk menceraikan Host.
Hadiah : Kotak Gold ]
Mendengar pemberitahuan System Alvin terkejut, pasalnya dia tidak menyangka jika Jeni akan menceraikannya.
" Sial !, ini pasti ulah nenek sihir itu !, Sayang kamu harus tunggu aku !" Alvin langsung menginjak gas dan mengejar Mobil Jeni.
Saat di perempatan jalan Raya, Mobil Jeni melaju terus tapi ketika Mobil Alvin sampai, lampu merah menyala membuat Alvin sangat kesal.
" Sial !!, Ayo dong cepat, cepat !!" Alvin sangat takut jika Jeni akan langsung memgajukan gugatan cerai.
Setelah menunggu satu Menit akhirnya lampu kembali Hijau " Tiiin...Tiin...Tiin... !" Alvin membunyikan klakson secara terus menerus, agar Mobil di depannya cepat jalan.
Saat Mobil didepan sudah jalan, Alvin langsung bergegas memacu Mobilnya, Alvin semakin gelisah pasalnya Mobil Jeni sudah tidak terlihat.
Karena Alvin mengendarai Mobil dengan kecepatan di atas standar Mobil lainnya, Polisi Lalu lintas mengejarnya.
" wiiuuw
" Wiiuuw
" Wiiuuw
Alvin Melihat kaca spion, dia semakin geram karena ada - ada saja masalah di saat genting seperti itu.
Alvin masa bodo dengan Polisi dia tetap mengebut, hingga akhirnya dia sampai di kantor perceraian.
Benar saja Mobil Jeni sudah berada disana, Alvin memarkirkan Mobilnya dengan sembarangan, dia bergegas masuk kekantor perceraian.
Polisi lalu lintas yang mengejarnya juga sampai di tempat tersebut, Polisi menggelengkan kepalanya " Mau bercerai saja buru - buru banget !"
Polisi lalu Lintas turun dari motornya, dia menunggu di dekat Mobil Alvin.
Alvin dengan tergesa - gesa kedalam Kantor, dia melihat Jeni dengan kedua orang tuanya.
Jeni sudah mau menandatangani berkas percerian, tapi Alvin segera berlari dan merebut Bolpoin yang ditangan Jeni.
" Hoss..Hosss, apa yang kamu lakukan Sayang ?!" Alvin bertanya dengan terengah - enngah.
Jeni terkejut " Alvin !"
Leni juga ikut terkejut " Babi sialan !, apa yang kamu lakukan disini !, cepat pergi karena anakku tidak pantas untukmu !"
Alvin sangat geram, dia yang sudah memendah amarahnya bertahun - tahun membentak Jeni " Aku berhak ada disini !, aku tidak setuju cerai dengan Jeni !! "
Jeni terkejut dengan keberanian Alvin, pasalnya selama ini dia selalu diam saja ketika di tindas ibunya, tapi hari ini Alvin terlihat berbeda.
Leni juga sedikit takut dengan Alvin yang sangat berani seperti itu, dia melihat Alvin berbeda dari biasanya.
Alvin menatap Jeni, dia berkata dengan Lembut " Sayang kita pulang yah, mulai hari ini aku yang akan menafkahi kamu "
Jeni tertawa " Hahaha.... Dasar Babi tidak tahu malu !, mau menafkahi anakku dengan apa kamu ?, pekerjaan saja kamu tidak punya !!"
Pengurus perceraian menegur " Maaf !, kalau mau membuat keributan silahkan pergi dari sini !"
" Baik pak !, kami akan pergi, Istriku juga tidak akan menceraikanku, benarkan sayang ?" ucap Alvin lembut, sembari memegang tangan Jeni.
Jeni melepaskan tangannya dari gengaman Alvin " Alvin, lebih baik kita akhiri sampai disini saja hubungan kita ! " Jeni berkata dengan sedih.
Sebenarnya Jeni tidak rela jika harus bercerai dengan Alvin, pasalnya walaupun Alvin tidak bisa menafkahinya, tapi Alvin sudah membuat hari - harinya terasa lebih hidup.
" Kamu dengarkan Babi Sialan !!, Jeni akan menikah dengan Pria kaya, dia bisa membelikan Jeni apapun !, tidak seperti kamu !!" Ucap Leni sinis.
Alvin menggertakan giginya " Berhenti mengolok - olokku !"
" Sayang jika aku bisa memberikan kamu segalanya, apa kamu tidak akan menceraikanku ?" tanya Alvin sembari menggenggam kedua tangan Jeni.
" Alvin, aku tahu kondisi kamu seperti apa, tidak perlu memberikanku harapan palsu " Jeni berkata dengan Sendu.
Alvin menghela napas, dia menengadahkan tangan Jeni, kemudian meletakan Black Card, Cincin Berlian dan Kunci Mobil McClaren pada tangan Jeni.
Jeni terkejut, begitu juga Leni yang melihat barang - barang mahal tersebut, walaupun mereka tidak pernah memegang Black Card, tapi mereka semua pernah melihatnya.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!