NovelToon NovelToon

Twins R

Kecelakaan

Mengetahui para putra dan keponakannya melakukan hal luar biasa, Ars pun tak ingin semua itu terjadi. Dia tidak ingin lagi berurusan dengan masalalunya yang selalu saja menghantuinya. Ia tak ingin terjadi sesuatu pada seluruh keluarganya.

Dengan begitu Ars memutuskan untuk memisahkan para anak-anaknya dengan saudara-saudaranya. Ars memutuskan untuk memboyong keluarganya ke Milan. Ars ingin hidup bebas tanpa adanya komputer dan internet.

Ia sudah bisa memastikan jika musuh-musuhnya dulu akan mengetahui keberadaannya jika ia dan keluarganya masih memakai barang-barang elektronik tersebut. Dan itu akan sangat membahayakan keselamatan keluarganya. Ataukah mungkin putranya dan para saudaranya itu menciptakan hal baru yang belum Ia ketahui? Semua itu membuat Ars begitu khawatir.

"Daddy, maafkan kami. Kami berjanji tidak akan lagi menyentuh barang-barang Daddy. Biarkan kami bersama dengan kak George dan Sachi." rengek Rion dan di angguki oleh Renon. Mereka menampilkan wajah memelasnya agar sang Daddy berubah pikiran.

"Tidak! apa kalian tahu betapa berbahayanya jika mereka mengetahui keberadaan Daddy? jika sampai mereka tahu Daddy hidup bahagia bersama kalian, maka mereka tidak akan tinggal diam. Nyawa kita semua dalam bahaya. Apa kalian mengerti?!"

Kedua twins itu hanya bisa terdiam. Mereka menyesal karena telah menggunakan barang-barang milik Daddy nya. Mereka juga telah menyelesaikan beberapa misi berbahaya sebelumnya. Namun mereka tidak akan memberitahu Ars, karena itu pasti akan membuat sang Daddy menjadi semakin marah kepada mereka.

Saat ini yang bisa mereka lakukan hanyalah terdiam dan menyesal.

Alexa yang sejak tadi mendengar obrolan suami dan kedua putranya hanya bisa terdiam. Wanita itu tahu jika kedua putranya salah. Dan juga sang suami sedang di rundung kemarahan saat ini. Jadi dia pun lebih memilih diam.

Saat ini mobil mereka sedang menuju ke bandara. Ars tidak ingin jika musuh-musuhnya segera mengetahui kebenarannya. Jadi ia bergerak cepat untuk membawa keluarga kecilnya ke negara lainnya.

Namun sayangnya dirinya kalah cepat. Salah satu musuhnya sudah mengetahui keberadaannya.

Di saat keheningan tercipta di antara ayah dan anak itu, ponsel Ars berdering. Terlihat nomor tak dikenal kenal di sana.

Tanpa ragu, Ars menggeser tombol hijau pada ponselnya.

"Hahahaha... Kau sudah masuk kedalam perangkap ku. Apa Kau tahu apa yang sudah ku lakukan? Aku sudah melakukan sesuatu pada sopir mu dan juga mobilmu. Jadi inilah hari terakhir mu dan keluarga mu menghirup udara segar. Karena setelah ini Kalian semuanya akan binasa hahaha...."

Ars langsung menjatuhkan mobilnya. Lalu dengan segera ia menoleh ke arah sopirnya yang tiba-tiba saja terlihat kejang-kejang.

"sial!" Ars berusaha memegang kendali mobil miliknya. Saat ini mobilnya menjadi tak tentu arah. Dengan terpaksa Ars membuka pintu di dekat kemudi dan mendorong keluar sopirnya yang sudah tewas seketika tadi.

"Sayang, apa yang terjadi!" pekik Alexa ketakutan. Dia meraih kedua putranya dan merangkulnya.

"Sepertinya musuh sudah bertindak cepat." ucap Ars yang kini sudah memegang kendali mobilnya. Namun sesuatu yang lainnya kembali terjadi.

Mobil itu melaju dengan begitu kencangnya. Ars mencoba untuk menghentikannya dengan menginjak pedal rem. Namun ternyata rem mobilnya tak berfungsi.

Saat ini mobil itu melewati sebuah jalan dengan banyak sekali pepohonan di pinggir jalan. Ars bermaksud untuk menabrakkannya di salah satu pohon tersebut agar mobilnya bisa berhenti. Ars yakin jika pengaman di kemudi depannya masih berfungsi.

"Jangan sampai melepaskan sabuk pengaman kalian!" seru Ars. Kini ia benar-benar akan menabrakkan mobilnya.

Brruak...! Mobil itu menabrak pohon. Namun naasnya mobil Ars malah terguling.

Dugaan Ars pun salah. Ternyata pinggir jalan itu adalah jurang yang tertutup oleh pepohonan. Jadi kini mobilnya Terguling sampai di pinggir jurang.

Terlihat banyak sekali darah yang mengalir dari kepala Ars. Namun ia masih dalam kesadarannya. Sementara sang istri tak sadarkan diri.

"Sayang, bagaimana keadaan kalian? di tengah-tengah kesadarannya Ars berteriak memanggil istrinya. Tapi Alexa tak menyahutnya.

Ars mencoba untuk melepaskan sabuk pengaman miliknya untuk melihat sang istri.

"Daddy...," suara lirih Rion terdengar begitu nyata.

"Nak, kita harus keluar dari sini. cepat bantu Daddy untuk mengeluarkan Mommy dan saudara mu. Kita harus cepat sebelum mobil itu terjatuh," ucap Ars tertatih.

Mobil itu memang menggantung dengan separuh badan mobil yang hampir terjatuh dari atas jurang.

Dengan tangan mungilnya, Rion berusaha membantu Ars. Namun sayangnya mobil itu tiba-tiba melesat terjatuh dengan begitu cepat.

Ars yang menyadarinya pun dengan cepat membuka pintu mobil dan mendorong Rion keluar dari sana dan terpental keluar. Sementara dirinya, Alexa dan kembaran Rion masih berada di dalam mobil yang terjun bebas ke bawah jurang. Tak lama setelahnya terdengar ledakan di bawah sana.

"Daddy!!!" teriak Rion dengan begitu kencangnya kala melihat mobil itu terjatuh beserta seluruh anggota keluarganya. Bocah kecil itu lalu tak sadarkan diri.

***

Tiga puluh menit setelah ledakan mobil itu. Beberapa gerombolan mafia telah mendatangi tempat tersebut. Mereka berpencar untuk mencari apakah masih ada yang hidup dalam kecelakaan mobil tersebut.

Ketika mereka meyakini jika tidak ada lagi nyawa yang selamat. Mereka langsung melaporkannya kepada ketua geng mafia yang sudah menyuruh mereka.

"Tuan Valen, seluruh anggota keluarga Mr Zero sudah habis tak bersisa. Mustahil ada yang selamat karena mobil terbakar habis dan sudah tak berbentuk lagi," ucapnya pada sambungan telepon.

"Bagus. Sekarang kembalilah ke markas. kita akan bersenang-senang malam ini," sahut suara dari seberang sana.

Para anggota mafia Itu kegirangan mendengar bos mereka akan mengadakan pesta. Dengan segera mereka pergi dari sana.

Disisi lain, Rion telah bersembunyi dari kelompok mafia yang dia yakini telah menyebabkan kecelakaan yang terjadi. Bocah kecil itu mengepalkan tangannya dengan erat.

Ia merasa sangat bersalah karena sudah menggunakan barang-barang milik Daddy-nya. Jika ia tahu ini semua yang akan terjadi atas imbal baliknya, jika saja waktu bisa di putar. Maka bocah kecil itu akan menuruti perintah sang Daddy.

Bocah kecil itu hanya bisa menangis. Kini ia merasa sendirian. Ia hanya memiliki pakaian yang menempel di tubuhnya saja. Selebihnya bocah kecil itu tak memiliki apa-apa.

Seandainya kembarannya bersamanya, mungkin saat ini mereka akan saling menguatkan. Namun kini Rion hanya sendirian.

Rion terus saja menangis hingga menjelang sore hari. Tak ada tanda-tanda orang lain yang melintas di tempat yang mirip seperti hutan itu. Otak pintanya yang selalu saja bekerja, kini mendadak menjadi buntu. Bocah kecil itu masih meratapi kepergian orang tua dan kembarannya.

"Daddy... Mommy... Ren..., Ron mau ikut kalian saja. Ron takut sendirian," tangis Rion.

Hingga indera pendengarannya menangkap suara langkah kaki. Rion terdiam dari tangisnya. Ia takut jika kelompok mafia tadi kembali ke sana.

***

Ini lanjutan untuk Putraku Adalah Mr Zero ya. Sesuai janji othor 🥰🥰 love you all ☺️☺️

Keberuntungan Rion

Suara langkah kaki itu semakin terdengar mendekat. Rion masih tak bersuara dan memperhatikan siapa seseorang yang datang ke sana.

Dua orang laki-laki sedang membawa sebuah bungkusan. Sementara yang satunya lagi melihat ke sekitar.

"Cepatlah, kita harus menyembunyikan dengan rapi. Jangan sampai polisi mengendusnya. Jika sampai polisi mengetahuinya, nyawa kita ada dalam bahaya. Tuan Dexter pasti akan mencincang tubuh kita dan memberikannya kepada harimau peliharaannya!"

"Iya-iya, Aku mengerti. Kau tidak memberitahu ku pun Aku sudah tahu," sahut lelaki satunya.

Rion masih memperhatikan mereka. Ia tahu jika kedua pria tersebut bukan berasal dari kelompok mafia yang tadinya datang ke sana.

Ia mengingat nama Dexter yang di bicarakan kedua pria itu. Dexter adalah gembong narkoba kelas kakap yang tidak pernah tertangkap oleh siapapun, bahkan FBI sekalipun.

Rion memikirkan bagaimana dia dapat membalaskan dendam kepada mafia yang sudah membunuh keluarganya. Ia harus bertahan hidup dalam kehidupan keras ini.

Bocah kecil itu akan tumbuh dewasa sebelum waktunya. Dan itu di sebabkan oleh takdir. Namun ia masih merasa sangat bersalah karena tak menuruti perintah daddy-nya waktu itu.

Bocah kecil yang masih berusia 5 tahun itu kini berpikir keras. Jika dia ingin hidup dan membalaskan dendamnya, maka ia harus memulai semuanya dari awal. Yaitu ia harus bisa bergabung dengan Dexter.

Dengan bergabung dengan gembong narkoba kelas kakap itu, dia akan bisa lebih leluasa untuk menemukan siapa musuh yang sudah menghabisi keluarganya.

Walaupun Rion tahu jika Dexter adalah penjahat, tidak ada salahnya bukan jika ia bisa memanfaatkannya?

Tapi ia masih memikirkan bagaimana caranya agar bisa bergabung dengan si Dexter itu.

Bocah kecil itu terus berpikir. Hingga ia mendapatkan sebuah ide. Senyum kecil nampak dari sudut bibir Rion.

Setelah dua orang tadi pergi dari sana. Dengan hati-hati Rion pergi ke tempat dua orang pria tadi mengubur bungkusan yang diyakini Rion adalah narkoba yang bernilai tinggi.

Rion kembali ke tempat persembunyiannya dan menunggu seseorang yang akan mengambil barang itu.

Di saat menunggu, Rion meringis merasakan perih pada tubuhnya yang penuh dengan luka-luka. Namun demi apapun, ia menahannya.

Mungkin jika anak lainnya akan menangis jika mengalami banyak luka seperti yang di rasakan Rion saat ini. Namun berbeda dengan Rion. Mau tak mau ia harus menahannya. Takdir yang akan telah membawanya pada sebuah hidup yang begitu pahit. Hingga waktu yang akan menjadikan bocah itu menjadi kuat nanti.

Masih dengan menunggu. Rion hampir tertidur karena mungkin sudah hampir satu jam tidak ada tanda-tanda seseorang yang datang.

Namun beberapa saat kemudian, ia kembali mendengar suara langkah kaki. Tapi kali ini bukan hanya satu orang Rion lihat, melainkan 3 orang.

Dua orang berbadan besar berjalan menuju ke tempat dua orang sebelumnya mengubur barang yang ia pegang. Sementara satu orang menunggu agak jauh di belakang mereka.

Rion memperhatikan pria yang menunggu dua orang berbadan besar itu dengan seksama. Mungkinkah dia Dexter? pikir Rion. Tapi jika memang benar dia adalah Dexter, ini adalah suatu keberuntungannya.

"Tuan, barang itu tidak ada di tempatnya. Sepertinya dua orang bodoh itu telah menipu kita," ucap dua orang berbadan besar.

Seseorang yang memerintah kedua orang berbadan besar itu menggeram marah.

"Sialan mereka! Rupanya mereka benar-benar ingin keluarganya di habiskan!" Ketika pria itu hendak menelpon orang suruhannya, Rion segera keluar dari persembunyiannya.

"A-apa Paman mencari ini?" Suara Rion membuat semuanya menoleh ke arahnya.

Mereka semua terkejut mendapati seorang anak kecil di sana.

"Siapa Kau, bocah kecil?" Tanya kedua orang bertubuh besar. Refleks kedua pria itu menodongkan senjata ke arah Rion.

"Maafkan Saya, Paman. Tadi Saya melihat ada dua orang yang mengubur sesuatu di sana. Ku pikir itu makanan. Aku sangat kelaparan, Paman. Tapi ternyata isinya hanya tepung. Mana bisa aku memakan tepung mentah." Rion mulai terisak.

Sejujurnya Rion begitu ketakutan saat ini. Ia takut jika mereka malah akan menembaknya. Namun ia tak boleh panik. Ars pernah berkata padanya, jika dirinya berada di pihak yang tersudutkan atau terancam, dia tidak boleh panik. Panik hanya akan menyumbat otaknya untuk berpikir luas.

Rion akan mempertaruhkan nyawanya di sana. Ia berharap ketiga orang di depannya akan percaya dengan ucapannya.

"Bagaimana anak kecil seperti mu bisa berada di tempat seperti ini? Dan semua tubuhmu penuh luka. Sepertinya apa yang terjadi dengan mu son?" Tanya pria yang Rion yakini adalah Dexter.

Rion semakin mengeratkan tangisannya.

"Hwaaa... Tolong Ron, Paman. Mobil kami masuk kedalam jurang. Keluarga Ron ikut jatuh di sana. Ron sendirian, Ron mau Mommy dan Daddy," ucap Ron dalam tangisnya. Ron mengatakan hal yang sejujurnya, tapi untuk mengatakan siapa keluarganya, itu tidak akan dia lakukan.

Ron harus mengambil simpati mereka agar mau membawanya ikut dengan mereka.

Dan terbukti. Pria itu menyuruh kedua pria bertubuh besar itu menurunkan senjatanya. Pria itu menghampiri Ron dan langsung menggendongnya.

"Jangan menangis, Son. Paman akan membawamu dan mengobati lukamu. Kau tidak perlu takut. Siapa namamu, Nak?" tanya pria itu melunak.

'Yes, berhasil' batin Rion.

"Nama Saya Ronald, Paman."

"Kalau begitu panggil Saya, Paman Ex. Paman akan mengajak mu pulang dan mengobati lukamu." ucap pria bernama Ex.

Ya, Ex adalah Dexter. Pria itu akan kejam terhadap siapapun yang menentang dirinya. Bahkan dia tak segan untuk langsung membunuh lawannya. Dia adalah gembong narkoba yang tidak pernah tertangkap oleh siapapun.

Namun pria sepertinya akan begitu lunak jika menyangkut seorang anak kecil. Ada cerita tersendiri dari hidupnya mengapa ia begitu luluh dengan anak kecil. Dan itu adalah keberuntungan untuk Rion. Dia akan memanfaatkan hal tersebut untuk dirinya bertahan hidup.

Dari sinilah Rion akan menjadi kehidupannya yang penuh dengan intrik politik, kejahatan bahkan ia akan melihat pembunuhan di depan matanya sendiri.

Namun dari sana Ia akan menjadi anak yang begitu kuat. Dia akan mengambil apa yang menurutnya baik untuknya. Ia pun juga harus belajar dari sisi gelap kejahatan.

Dan di saat waktunya tiba, Ron akan membalas dendam kepada mafia kejam yang sudah dengan teganya membunuh keluarganya.

Rion juga menyamarkan namanya dari siapapun. Ia semakin beruntung lagi karena Dexter menjadikannya menjadi anak angkatnya.

Dexter merasa begitu beruntung menemukan bocah seperti Rion. Karena selain pintar. Terkadang Rion membantu pekerjaannya menjadi semakin mudah. Karena Rion begitu pandai dalam mengatur strategi untuknya.

Dexter juga menyekolahkan Rion di sekolah terkenal di kotanya. Pria itu ingin Rion menjadi penerusnya kelak dalam menjalankan bisnisnya. Bisnis sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri dan juga bisnis narkoba yang ia jalani selama ini.

***

Kehaluan othor terlalu tinggi 😂😂 mohon di maafkan yak 🙏✌️

Sekolah baru

2 tahun berlalu.

Kini usia Rion sudah menginjak 7 tahun. Dan dia akan memasuki sekolah barunya. Dia akan masuk sekolah dasar yaitu kelas satu.

Selama hampir dua tahun Rion belum juga menemukan siapa dalang di balik kecelakaan yang merenggut keluarganya.

Bocah kecil itu menyugar rambutnya kasar. Dirinya terus saja di bayangi oleh rasa bersalah beberapa tahun lalu.

Andai saja ia tidak mempengaruhi saudara kembarnya untuk menyentuh dan ingin tahu mengenai barang-barang daddy-nya, mungkin semua kecelakaan itu tidak mungkin terjadi.

Namun kembali lagi pada takdir. Bocah itu segera menaiki kasurnya untuk istirahat. Karena besok dirinya akan memasuki sekolah barunya. Dahulu Rion selalu memimpikan akan bersekolah bersama dengan saudara-saudaranya. Rion jadi merindukan mereka, terlebih saudara kembarnya.

Walaupun ia tahu jika Mommy, Daddy dan saudara kembarnya ikut terjatuh dalam mobil itu, tapi sampai saat ini ia masih berharap jika keajaiban itu ada. Satu sisi lain dalam dirinya masih meyakini jika keluarganya mungkin masih saja selamat, walaupun sangat kecil sekali kemungkinannya.

Dua tahun belakangan ini Dexter juga begitu menyayangi dirinya. Rion merasa jika Dexter sebenarnya adalah sosok Ayah yang baik. Dexter selalu saja bersikap seperti Ars. Hingga terkadang Rion merasa jika Daddy-nya ada di sampingnya.

Dexter pernah mengatakan kepada Rion bahwa dirinya pernah memiliki seorang putra. Namun sayangnya Dexter enggan untuk menceritakannya.

***

"Pagi, Tuan muda Ronald. Sekarang sudah saatnya Anda untuk bangun." Suara Liam mengganggu tidur nyenyak Rion.

"Emh." Rion menelungkup kan badannya dan menarik selimut sampai menutupi tubuhnya.

"Tuan muda. Tuan Dexter telah menunggu Anda di ruang makan," ucap Liam kembali dan langsung membuat Rion berjangkit terbangun. Rion lupa jika hari ini dia akan memasuki sekolah barunya.

Rasanya ia begitu malas. Pelajaran yang akan dia terima pasti akan terasa begitu mudah untuknya. Padahal otaknya di atas rata-rata untuk anak seusianya.

Bahkan Dexter sendiri juga tidak tahu mengenai kejeniusan Rion. Dia hanya tahu jika Rion begitu lihai dalam berstrategi. Ia tidak mengetahui kepandaian Rion untuk hal lainnya.

'Astaga, Aku hampir lupa jika sekarang Aku harus bangun pagi ini memasuki sekolah baru' gumamnya dalam hati. Rion duduk dan mulai mengumpulkan nyawanya yang baru terkumpul setengah.

Rion menoleh pada Liam. Dia tidak kenal dengan pria yang membanggakan dirinya itu.

"Siapa Kamu? Kenapa Kamu ada di kamar ku?" tanya Rion memperhatikan Liam. Karena biasanya yang membanggakan dirinya adalah pelayan yang biasanya.

"Saya Liam, Tuan. Saya di tugaskan Tuan Dexter untuk mendampingi Anda," jelas Liam.

Rion memperhatikan Liam dari ujung rambut hingga ujung kaki. Seorang pria muda dengan postur tubuh sempurna dengan pakaian hitam yang membalut tubuhnya. Mirip seperti bodyguard yang ada di film-film.

Rion jadi memikirkan bagaimana dengan tampilan dirinya ketika sudah dewasa nanti. Mungkinkah dirinya akan memiliki postur tubuh yang good looking seperti Liam. Rion terkekeh memikirkannya. Karena akan membutuhkan waktu puluhan tahun agar dirinya dewasa.

"Baiklah, Aku akan segera turun. Tapi Aku mau mandi dan menyiapkan tas sekolah ku dulu, Li." ucap Rion.

"Semua perlengkapan sekolah Anda sudah di siapkan, Tuan muda. Anda hanya tinggal mandi saja saat ini. Apa Anda ingin Saya memandikan Anda, Tuan muda?" tawar Liam. Seketika Rion terbelalak.

"No, Liam. Apa kamu pikir Aku masih kecil? Aku sudah besar," ucap Rion dan langsung berjalan menuju bathroom dan langsung menutupnya.

Sementara Liam ingin sekali tertawa melihat Rion yang tak sadar diri jika Rion memanglah seorang anak kecil yang masih berusia 7 tahun.

***

Kini Rion telah siap dengan stelan seragam sekolah barunya. Ia berjalan di depan Liam. Hingga ia berhenti di ruang makan.

Di lihatnya Dexter yang tersenyum menatapnya. Dexter seperti seorang Ayah yang menunggu putranya.

"Morning, Paman Ex." sapa Rion seraya mendudukkan tubuh mungilnya di kursi makan. Tadinya Liam ingin membantunya kala melihat Rion yang sedikit kesusahan saat duduk di kursi makan. Namun Rion langsung menatap tajam ke arah Liam , sehingga Liam mengurungkan niatnya.

"Morning, Son," balas Dexter. "Kau sudah siap memasuki sekolah barumu? Sekarang Kau sudah naik satu tingkat, dari TK ke Sekolah Dasar. Apa Kau senang, Son?"

'Tidak, Paman. Aku tidak senang' ucap Rion dalam hati.

"Ya, Paman. Ronald sangat senang. Terimakasih karena Paman selama ini sudah sangat baik kepada Ron. Sudah memberi tempat tinggal dan makan untuk Ron. Dan juga sudah memberikan pendidikan untuk Ron." Rion berkata dengan tulus.

"Kau jangan berkata seperti itu, son. Saat ini Kau sudah ku angkat menjadi Putraku. Jadi Kau harus mendapatkan yang terbaik."

Rion menampilkan senyum manisnya. Sepertinya ia mulai nyaman dengan semua sikap Dexter.

"Aku sudah mengutus Liam untuk menjagamu dari hal-hal yang buruk yang mungkin terjadi. Jika Kau membutuhkan sesuatu, Kau bisa memintanya kepada Liam," ucap Dexter. Rion hanya mengangguk.

Setelah menyelesaikan sarapan paginya, Rion dan Liam segera pergi dari mansion.

Dexter sudah menyiapkan mobil sport miliknya untuk Liam mengantarkan Rion ke sekolahnya. Dexter tak ingin ada orang yang meremehkan Rion nantinya.

Sekitar tiga puluh menit, Liam dan Rion telah sampai di sekolah ternama di kota itu.

Sebelum melangkah untuk turun, Rion menghembuskan napas panjang. Sepertinya hari-hari selanjutnya akan menjadi hari yang membosankan.

"Silahkan, Tuan muda." Liam membukakan pintu untuk Rion sebelum Rion membuka pintu mobil tersebut.

Rion menatap Liam sejenak. "Kamu tidak usah ikut masuk mengantarkan ku, Liam. Tunggulah di sini saja." titah Rion.

Namun Liam menolaknya. Tidak mungkin dirinya membiarkan Rion berjalan sendirian. Bisa-bisa ia di gantung oleh Dexter nantinya.

"Maaf, Tuan muda. Tapi Tuan Dexter ingin Saya selalu mengawal Anda kemanapun Anda pergi."

Rion menepuk keningnya sendiri. "Yang benar saja, Liam. Apa Kamu mau membuat ku malu?!" Rion berkata dengan menatap tajam Liam.

"Tapi Saya harus melakukan tugas dari Tuan Dexter, Tuan muda." Liam masih bersikeras.

Sungguh saat ini Rion di buat jengkel dengan bodyguard nya itu. Ia harus memutar otak agar bisa lepas dari Liam. Mana mungkin dia kemana-mana harus diikuti oleh Liam. Bisa-bisa dirinya akan di tertawaan siswa-siswa di sini nantinya.

"Jika Kamu masih mengikuti ku masuk ke dalam, Aku mau mogok sekolah saja. Tunggu sampai Paman Dexter memarahi mu nanti!" ancam Rion.

Lian menelan ludahnya kasar. Membayangkan jika Tuan Dexter mengetahui jika putra angkatnya tidak bersekolah, pasti dia akan mendapatkan masalah besar. Pria itu benar-benar bingung dalam memilih. Dan akhirnya Liam menyerah. Dia membiarkan Rion masuk kedalam sekolahannya sendiri.

Bel masuk berbunyi. Banyak siswa yang berhamburan memasuki kelasnya masing-masing. Sementara Rion berjalan dengan santainya memasuki kelasnya.

Ia menggelengkan kepalanya melihat beberapa anak yang berebut tempat duduk. "Dasar anak kecil," gumam Rion.

Rion memperhatikan tempat duduk lainnya yang akan dia tempati. Rion melihat ada gadis kecil yang menelungkup kan kepalanya di meja tempatnya duduk.

Rion berpikir akan duduk di kursi kosong di seberang gadis kecil itu. Sepertinya di sana terlihat begitu tenang, walaupun tempat duduknya hampir di belakang.

Rion mulai mendudukkan dirinya di sana. Dia masih menggelengkan kepalanya melihat gadis kecil itu yang asik tertidur di tempatnya.

Ketika guru datang, semua murid langsung duduk dengan begitu tenang. Namun gadis kecil itu masih setia pada posisinya yang nampak sedang tertidur.

Tadinya Rion ingin membiarkan nya. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk membangunkan gadis kecil itu.

Rion menyobek kertas dan menggulungnya menjadi bola-bola kecil. Lalu melemparkannya kepada gadis kecil itu.

"Ssst... Bangunlah! Dasar pemalas," ucap Rion.

Awalnya gadis kecil itu merasa sedikit terganggu. Tapi ia begitu mengantuk, jadi dia membiarkannya saja. Namun lama-kelamaan banyak sekali bola-bola kertas kecil yang menimpa kepalanya. Hingga gadis kecil itu merasa begitu geram. Sebenarnya siapa yang berani mengganggunya.

"Dasar gadis pemalas! Cepat bangun!" Rion sedikit mengeraskan suara.

Gadis itu mulai bergerak dan langsung menatap tajam kearah Rion. Namun bila mata gadis kecil itu hampir lepas ketika melihat Rion.

***

Tebak, kira-kira siapa gadis kecil itu ya 🤔

mohon maaf jika author hanya bisa up 1 bab perhari jika tidak ada kendala. jika bosan bisa baca karya ongoing othor lainnya yang berjudul "Hasrat Mencintai Suami Orang" tapi jangan proses karena itu karya yang gak ada faedahnya. Jika sempat sih, othor gak maksa 😂✌️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!