"Di depan kamera nanti, kamu harus memberikan senyum terbaikmu. " Ujar seorang pria dengan jas hitam yang mewah.
"Ya, pa." Balas gadis dengan gaun putih polos.
Mereka berjalan bertiga dengan seorang wanita yang memiliki tampilan glamour, terlihat masih sangat muda. Satu hal yang bisa disimpulkan dari keluarga ini adalah KELUARGA KAYA !
Semua orang telah menunggu terutama wartawan, ketiganya berjalan berdampingan keluar dari bandara. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, gadis bergaun putih menunjukkan senyumnya.
Senyumannya sangat indah, langkahnya sangat anggun, layaknya seorang Putri Kerajaan. Di kanan dan kirinya, dia menggandeng kedua orang tuanya seolah olah mereka adalah keluarga yang bahagia.
"Nona Iris sangat cantik !"
"Senyuman Nona Iris seperti Dewi !" Seru para Wartawan terutama ketika gadis bergaun putih menoleh kearah kamera dengan senyum ramahnya.
"Nona Iris akan menginjak usia 15 tahun tahun ini, kemana Nona Iris akan melanjutkan pendidikan ?" Tanya seorang wartawan.
"Kami akan mengabarkan hal ini di masa depan. " Ucap Wanita paruh baya disamping gadis bergaun putih yang dipanggil Nona Iris.
Ketiganya dijemput oleh sebuah mobil hitam panjang yang megah, tentunya sudah mendapatkan beberapa modifikasi yang membuat itu terlihat lebih glamour.
Pria berjas duduk dibagian depan, sementara gadis bergaun putih dan wanita paruh baya itu masuk ke bagian penumpang belakang.
Itu adalah keluarga Alexandra, siapa yang tidak mengenal keluarga Alexandra ? Keluarga yang dianggap sebagai keluarga paling sempurna.
Pria yang menggunakan Jas tadi, adalah Pemilik Perusahaan Batu Bara terbesar se Asia, George Alexandra.
Sementara wanita paruh baya yang masih tampak sangat cantik itu adalah seorang selebriti papan atas yang terkenal diseluruh dunia, Diana George Alexandra.
Telah berkarir sejak usia muda dan menikah dengan pemilik Perusahaan Batu Bara terbesar Se Asia, tentu saja menghasilkan seorang anak dengan kekayaan yang melimpah.
Gadis bergaun putih itu adalah Iris Putri Alexandra, putri dari sepasang orang luar biasa itu, sayang sekali bahwa yang terlihat oleh orang orang belum tentu benar.
Wajah ketiga orang itu berubah dan kehangatan yang ada diantara keluarga itu telah berubah menjadi abu. Sopir yang sudah bekerja dengan keluarga mereka selama 7 tahun, sudah mengetahui hal ini dan terbiasa dengan hal ini.
Sementara Diana sendiri sibuk dengan handphonenya dan melihat lihat reaksi di sosial media tentang kembalinya mereka ke Tanah Air setelah berlibur cukup lama ke luar Negeri.
Sementara Iris sendiri hanya menatap ke arah luar jendela mobil dan melihat lalu lalang orang orang, merasa iri pada orang yang bisa tertawa walaupun hanya menaiki sepeda motor.
Sementara dirinya, yang duduk diatas mobil mewah ini merasa tidak ada kebahagiaan di dalam keluarganya. Bukannya dia tidak bersyukur dengan segala kemewahan yang dimiliki olehnya.
Tapi, ini benar benar menyiksanya. Iris seperti seekor burung yang berada di dalam sangkar emas, benar benar tidak bisa dibandingkan dengan seekor burung yang terbang dengan bebas.
Iris POV
Seandainya aku bisa terbang dengan bebas seperti burung dilangit dan ikan dilautan, aku rela untuk melepaskan semua kemewahan ini.
Mungkin tidak mudah, tapi aku masih akan mengusahakannya, untuk kebahagiaanku sendiri. Hidup ini walaupun terkadang terasa tidak adil, tapi masih mengirimkan sesuatu yang indah untuk menemaniku.
Itu adalah Galaksi Putra Wijaya, nama pria itu tidak kalah terkenal dariku. Pria yang dingin dan cuek itu, adalah teman bermainku.
Galaksi...... kita akan segera bertemu lagi.
Author POV
Galaksi dan Iris memiliki hubungan yang aneh di antara mereka , Galaksi adalah orang yang menyukai ketenangan sementara Iris sendiri cenderung berisik jika dengan orang yang membuatnya nyaman.
Belum lagi dengan rumah mereka yang bersebelahan, tentu saja seharusnya membuat hubungan keduanya menjadi lebih dekat.
Galaksi sendiri seringkali mengusir Iris tapi Iris masih terus mengejar Galaksi, karena ketika Iris sedang terpuruk, itu adalah Galaksi yang menyemangatinya.
Galaksi sendiri tidak terlalu beruntung, ayah dan ibunya bercerai ketika dia berusia 6 tahun dan itu telah membuatnya tumbuh menjadi anak yang kurang masih sayang.
Oleh karena itu Iris bertekad untuk menjadi pelangi dalam kehidupan Galaksi yang suram. Entah apakah niat baik Iris dapat diterima atau tidak, itu kembali lagi pada Galaksi.
"Mama telah mendaftarkan mu ke kursus piano. " Ucap Diana tanpa memandang Iris.
Iris pun tersadar dari lamunannya dan menatap mamanya dengan tatapan tidak percaya, pagi pagi sekali dia harus bangun untuk sekolah.
Pukul lima pagi dia bangun sekolah, kembali jam 4 sore. Melanjutkan les pelajaran sampai jam 6 sore, lalu les menyanyi sampai jam 7 malam.
Kapan lagi dia memiliki waktu istirahat ? Belum lagi dengan semua pekerjaan rumah yang diberikan oleh sekolah ?
"Ma, kan Iris ada les untuk pelajaran. " Ujar Iris dengan kecewa.
"Enggak apa apa, mama sudah kasih tau ke guru lesnya bahwa kamu bisa dari jam 8 sampai 9." Balas Diana tanpa beban.
"Tapi, ma...... " Keluh Iris dengan sedih.
"Sudah diam saja, mama melakukan itu untuk kebaikanmu. Lagipula jangan terlalu manja, nanti kamu akan masuk ke dunia hiburan dan kamu akan berterima kasih dengan mama karena telah melatih mu dari kecil. " Ucap Diana dengan acuh tak acuh.
"Siapa bilang aku mengizinkannya untuk masuk ke dunia hiburan, hah ?!" Bentak George dengan marah.
Suasana menjadi tegang sementara Iris memilih untuk menatap bagian luar mobil dan berusaha untuk tidak peduli.
"Bagaimanapun Iris adalah Putri satu satunya, dia adalah penerusku !" Balas Diana dengan tidak terima.
"Lalu siapa yang akan meneruskan perusahaan milikku ? Sudah kukatakan untuk berhenti dari pekerjaan kotormu itu !" George memukul dashboard mobil dengan keras.
"Aku tidak terima dengan kata katamu ! Siapa yang kamu sebut melakukan pekerjaan kotor, hah ?! Apakah kamu tidak sama ? Mengurangi setiap rekan bisnis mu untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya ?! Apakah kamu tidak malu ?! Turunkan aku disini !" Bentak Diana dengan murka.
"Jangan gila ! Wartawan masih mengikuti kita dari belakang ! Jika kamu turun disini maka akan menyebabkan banyak keributan !"
"Kamu yang gila ! " Balas Diana.
Iris menghela nafas lelah dan tampak terbiasa dengan hal ini, karena semuanya sudah reda maka selanjutnya adalah gilirannya.
"Iris , lihatlah rapor mu yang jelek ini ! Apa apaan ini ?! Membiarkan nilai matematika mu mendapatkan A-, seharusnya kamu belajar lebih giat lagi !" Bentak George melampiaskan amarahnya pada Iris.
"Ya, pa. Maaf , Iris pasti akan belajar lebih giat dimasa depan. " Ucap Iris dengan lelah dan pasrah.
"Sudah berulang kali mama ngomong sama kamu, liatlah nilai seni teater kamu hanya A bukan A+ , kamu benar benar mengecewakan Iris. " Ucap Diana dengan kesal.
"Ya, ma, maaf. " Ucap Iris sambil menundukkan kepalanya.
"Sebaiknya kamu keluar dari eskul band milikmu, menghabiskan waktu di hari sabtu, benar benar menyebalkan. " Keluh Diana.
"Ma, Iris janji akan kasih nilai baik di musim depan , mohon jangan paksa Iris untuk keluar dari eskul band. " Ucap Iris dengan nada memohon.
"Dengan begitu maka mama mau kami memberikan nilai paling sedikit 96 untuk Seni Teater. " Ucap Diana dengan ancaman.
"Papa juga mau Nilai matematika kamu mendapat paling kecil 95 , jika dibawah itu maka papa akan bakar semua gitar yang ada di kamarmu dan juga piano diruang tamu. " George juga tidak ingin kalah.
"Ya, Iris akan memberikan nilai terbaik. " Jawab Iris dengan nada pasrah.
Memang seperti inilah setiap hari, jika kedua orang tuanya bertengkar maka dia akan menjadi korbannya. Selalu ada hal yang harus disalahkan dari dirinya yang tidak sempurna.
Hampir setiap harus orang tuanya bertengkar, saling meninggikan pekerjaan masing masing dan menyindir yang lain.
Ini sudah makanan sehari hari bagi Iris, Iris memandang ke arah langit langit mobil dengan tatapan kosong.
Itu berarti kedepannya, dari senin sampai jumat, semua kegiatannya akan selesai jam 9 malam. Sementara dari sabtu kegiatannya akan selesai pukul 11. Hanya ada hari minggu yang sepenuhnya kosong.
Iris masih menghela nafas lega sebelum akhirnya George kembali membuka suara terkait keputusannya.
"Papa lihat jadwal mu di hari sabtu minggu masih kosong jadi papa akan menambahkan kursus matematika selama 2 jam di masing masing hari. " Ucap George.
"Kalau begitu mama juga akan menambahkan kursus ballet masing masing satu setengah jam. " Balas Diana tidak mau kalah.
Iris tidak bisa tidak membulatkan matanya ketika mendengar ini, bahkan hari kosong yang dimilikinya harus direbut darinya ?
"Tapi Ma, Pa, Iris sudah enggak ada waktu kosong lagi untuk istirahat ?"Ucap Iris dengan putus asa.
"Istirahat apasih kamu ? Cuma belajar kayak gini aja butuh istirahat, jangan manja banget. Dibandingin dengan mama dulu kamu masih jauh banget dibawah." Ucap Diana merendahkan.
"Iris, papa dulu selalu mendapatkan nilai 98 untuk matematika papa dan nilai yang lainnya, papa sudah kasih keringanan jadi jangan menolak lagi ya ? " Ucap George.
Iris yang dipojokkan oleh kedua orang tuanya hanya bisa kembali mengangguk dan merasa tertekan dari luar dalam.
Setiap kali dia mendapatkan yang lebih baik, orang tuanya akan menunjukkan bahwa mereka lebih baik dan lebih luar biasa daripada Iris.
Selalu merendahkan Iris, tidak pernah memuji tidak peduli betapa Iris bekerja keras untuk mendapatkannya, seolah olah sudah menjadi kewajiban Iris untuk menjadi anak yang sempurna.
Iris paling takut dengan papanya, papanya tidak akan main main dengan ancamannya. Juga tidak segan untuk main tangan padanya.
"Sebagai gantinya, jika Iris mendapatkan nilai tinggi untuk kedua nilai yang diminta papa mama, apakah papa mama bisa kasih Iris sebuah ruangan untuk memainkan alat musik ?" Tanya Iris.
"Papa akan kasih semua yang kamu mau asalkan kamu bisa memenuhi permintaan papa. "
...----------------...
Terimakasih karena telah mampir ke karya author yang baru, karya ini akan update setiap hari ya guys ! Sampai ketemu di chapter selanjutnya.
...----------------...
"Aku akan berjuang untuk hal yang aku sukai dan hal yang aku cintai, termasuk Kak Gala. "
- Iris Putri Alxandra
"Nona, semuanya sudah siap. " Suara seorang wanita terdengar ditelinganya.
Iris yang sedang menyisir rambutnya lalu menguncir rambutnya menjadi dua sebagaimana model rambut yang disukainya.
"Ya, aku akan turun dalam waktu lima menit. " Balas Iris.
Iris berdiri dan menggunakan rompi seragam sekolah barunya, hari ini adalah hari pertama, dia harus menimbulkan kesan yang positif pada orang orang disekitarnya.
Tidak peduli dimanapun dia berada, akan ada kamera yang bersiap untuk memotret nya secara diam diam. Jadi, sesuai dengan permintaan Ibunya, dia harus terlihat sempurna dimana saja kecuali dibalik pintu kamarnya.
Siapa yang tidak frustrasi ketika menjalani kehidupan penuh kepalsuan ini ? Tapi ini sudah menjadi kewajibannya sejak dia terlahir menjadi putri dari 'pasangan sempurna' ini.
Iris membuka pintu kamarnya dan melangkah menuju tangga yang sangat indah, menggunakan warna perak sebagai pegangan tangga dan tangga yang terbuat dari kaca.
Tangga yang dibuat melingkar ini memiliki 50 anak tangga yang dibuat dengan detail yang indah, pembangunan rumah ini memakan waktu 5 tahun dengan 40 pekerja yang telah sangat berpengalaman.
Iris melangkah turun dengan hati hati sampai akhirnya tiba dipaling bawah dan ketika dia dipaling bawah sudah ada seorang pelayan wanita yang menunggunya.
"Bi Yani, tas ku sudah dibawa ke dalam mobil ya ?" Tanya Iris.
"Ya, Nona. Tuan memerintahkan untuk datang lebih cepat ke SMA Terang Jaya karena Tuan akan memberikan kata kata pembukaan disana. " Ucap Bi Yani.
"Jadi Iris semobil dengan Papa ? " Tanya Iris lagi.
Bi Yani hanya menganggukkan kepalanya dan Iris tidak bertanya lagi, dari satu kalimat pendek tadi, Iris langsung bisa menyimpulkan bahwa paginya tidak akan membahagiakan.
Begitu dia berada di depan, sudah ada sebuah mobil yang menunggunya dan Bi Yani membukakan pintu untuknya.
"Kenapa kamu lama sekali ?" Tanya George dengan tidak senang karena menunggu selama 5 menit.
"Iris sudah bilang dengan Bi Yani untuk menunggu 5 menit, Iris enggak tahu kalau misalnya akan berangkat dengan papa pagi ini. " Ucap Iris dengan tenang.
George mendengus dan mobil dijalankan dalam keheningan ketika sudah dekat dengan sekolah barunya, George kembali membuka suara.
"Nanti kamu harus bertindak layaknya anak pada umumnya. " Ucap George.
"Ya, Papa tenang aja. Ini bukan pertama kalinya Iris melakukan ini kan ?" Tanya Iris dengan sarkas.
"Dimana mama ? Kenapa enggak ikut ?"Tanya Iris melihat kursi sampingnya yang kosong.
"Mama mu itu sibuk sekali dengan urusannya dan telah berangkat ke Amerika semalam. " Balas George dengan tidak senang.
"Tapikan kita baru sampai di Indonesia kemaren sore dan mama sudah berangkat lagi malamnya ?" Tanya Iris dengan tidak percaya.
Kenapa kedua orang tuanya menjadi semakin egois? Apakah sulit untuk meninggalkan sebuah pesan ? Apakah dia masih memiliki nilai dimata mereka ?
Dia adalah putri mereka, tapi mamanya bahkan tidak mengatakan akan berangkat lagi kemarin dan hanya pergi pergi saja.
"Bukankah itu sudah biasa ? Mama mu tuh engak betah disini, biarin aja. "Balas George dengan acuh tak acuh.
Iris menghela nafas, tampak tertekan dengan semua kegilaan yang ada disini. Tapi ada bagusnya juga, dia tidak akan bertemu dengan kedua orang tuanya ketika akan pergi ke sekolah.
Mobil mereka melaju kearah sebuah pekarangan yang luar biasa besar, benar benar tidak dapat dijelaskan dengan kata kata.
Begitu ramai dan penuh dengan orang orang, Iris merasa sedikit semangat karena akan bertemu dengan orang yang sudah lama tidak ditemuinya.
Siapa lagi jika bukan Galaksi ? Galaksi Putra Wijaya, sama sekali tidak kalah kaya darinya. Galaksi juga bersekolah disini, mereka telah tidak bertemu selama tiga tahun lamanya karena dia menempuh pendidikan di luar negeri.
"Ingat, jangan berteman dengan orang dari kalangan yang lebih rendah. " Ucap George sebelum turun.
Kata kata dari Papanya membuat Iris kembali lesu dan tidak menantikan sekolah barunya, George turun dan membuka pintu.
Iris memasang senyum terbaiknya dan memegang tangan George, ada begitu banyak mata memandang mereka.
Beberapa orang berteriak dan memuji mereka berdua sebagai keluarga yang luar biasa, Iris menundukkan kepalanya dan menunjukkan kerendahan hatinya lalu terus berjalan.
Kepala sekolah dari SMA Terang Jaya secara pribadi menyambut kedatangan George dan Iris dengan wajah yang ceria.
"Tuan Besar Alexandra dan Nona muda Alexandra, ini adalah kehormatanku untuk bisa bertemu langsung dengan kedua tokoh terkenal seperti kalian. " Ucap wanita yang mungkin menginjak usia 28 sampai 30 tahun itu.
Setahu Iris, ini adalah orang yang dipilih oleh Papanya sendiri, wanita ini bernama Pelita dan wajahnya cantik serta natural.
Tampak begitu lemah lembut dan ramah, ada beberapa rumor tidak sedap diantara George dan Pelita, Iris sendiri tidak menutup mata terhadap kemungkinan ini.
Pelita ini adalah seorang janda beranak satu, putrinya juga sekolah disini jika tidak salah. Iris telah menyelidiki orang ini sebelumnya.
Mereka dibawa ke aula dan disana sudah berkumpul semua murid baru, Iris diberikan kursi kehormatan di paling depan dan ada beberapa murid yang lebih tua darinya mengenakan jas berwarna kuning dan biru tua.
Itu adalah pengurus OSIS, yang berarti adalah kakak kelasnya, Iris tidak takut bahwa dia akan mendapatkan bullyan seperti yang sering muncul di televisi.
Bagi Iris, itu adalah hal yang tidak mungkin sama seperti mencoba untuk menarik bintang dilangit. Memang tidak mungkin untuk membully nya secara fisik.
Tapi, itu tidak berarti dengan kata kata. Mulut orang orang beracun, tentu saja Iris tidak bisa mencegah kata kata orang lain yang ditujukan olehnya.
Iris juga seringkali dikucilkan di sekolah lamanya karena takut dengan kendali dari kedua orang tuanya. Pada saat ini, ketika melihat kepala sekolah yang merupakan orang dari Papanya.
Membuat Iris menyadari satu hal, bahwa Papanya memberi peringatan, bahkan dalam sekolah sebesar ini, Papanya masih memiliki kekuasaan yang tak terhingga.
Sehingga apapun yang di lakukannya di dalam sekolah ini akan dengan mudah tersampaikan ke papanya, itu adalah maksud dari papanya.
Iris menonton dengan senyum tapi tidak dengan hatinya, George memberikan beberapa pidato dan beberapa anak dipanggil.
"Ini adalah beberapa anak yang luar biasa berbakat, 8 orang ini masuk ke dalam SMA Terang Jaya dengan beasiswa, benar benar berbakat !" Seru George dengan ramah dan memberikan salam kepada setiap murid yang masuk dengan beasiswa.
George menatap kepada Iris dan Iris sedikit mengangguk sebagai tanda, George menunjukkan bahwa Iris tidak boleh berteman dengan salah satu diantara 8 orang ini.
Pidato terus berlanjut dan sampai akhirnya namanya dipanggil dan Iris melangkah naik ke atas panggung, bahkan jika berdiri di hadapan begitu banyak orang, masih tidak bisa membuat Iris menunjukkan reaksi yang luar biasa.
"Selamat pagi semuanya, saya adalah Iris Putri Alexandra. Salam kenal dengan semuanya, Iris memohon bantuan kalian semua di masa depan, terimakasih. Semoga kita semua bisa berteman dan saling membantu. " Ucap Iris dengan lembut dan tersenyum lalu turun dari panggung.
Iris menatap sekeliling dan berusaha untuk mencari orang yang dicarinya tapi pada akhirnya kembali dengan tangan kosong.
"Siapa yang kamu cari ?" Tanya George.
"Enggak kok, Pa. Iris cuma lihat sekitar aja dan berusaha hafalin wajah wajah yang ada disini. " Bohong Iris tanpa keraguan.
George tidak bertanya lagi karena sedang berbincang dengan Pelita, Iris juga kembali ke tempat duduknya dan memilih untuk tidak mengurusi urusan orang dewasa lagi.
Ketika acara yang membosankan ini selesai, Iris langsung masuk kedalam kelas barunya dan kursi di sekolah ini dirancang sendiri sendiri sehingga tidak memiliki teman sebangku.
"Halo semuanya, selama pagi, Ibu adalah Bu Lily. Saya telah mengajar disini selama 12 tahun dan sekarang saya akan menjadi wali kelas kalian. " Ucap wanita paruh baya di depan.
"Salam kenal, Bu Lily !" Seru murid kelasnya.
"Sebagai murid X IPA 1 , kalian harus menjadi contoh bagi kelas kelas lain. " Ucap Bu Lily.
Semuanya mengangguk dengan antusias dan Bu Lily menanyakan apakah ada yang ingin ditanyakan.
"Saya mau bertanya , Bu. " Ucap Iris sambil mengangkat tangan.
"Ya, kamu yang disana. " Balas Bu Lily.
"Perkenalkan nama saya Iris, saya mau bertanya, mata pelajaran apa yang Ibu ajar ?" Tanya Iris.
"Oh pertanyaan bagus sekali, saya lupa mengatakannya tadi. Saya adalah guru Fisika, jadi nanti pas pelajaran Fisikan kalian akan diajar oleh saya. " Jawab Bu Lily.
Semuanya berlanjut sampai pemilihan pengurus kelas dan seperti perkiraan, Iris kembali dipilih menjadi seorang Ketua Kelas.
Hal ini sudah terjadi padanya sejak dia sekolah dasar jadi ini tidak heran baginya, ketika istirahat tiba. Iris langsung melarikan diri dan mendekat kearah seorang wanita dengan wajah yang cantik.
"Kak Tata !" Panggil Iris.
"Iris ? Sudah lama banget enggak ketemu kamu, enggak nyangka kamu masuk sini. " Balas wanita yang bernama lengkap Marta itu.
"Iya Kak, kok tadi Iris enggak lihat kak Tata ?" Tanya Iris lagi dengan heran.
"Tadi pagi Kak Tata ada urusan jadi masuknya telat, Kak Tata memang ada dengar sih Papa mu bakal kasih upacara penyambutan, tapi enggak nyangka kamu juga bakal sekolah disini. " Balas Marta dengan terkejut.
"Ohh gitu, kemarin sih memang pengen kasih tahu kak Tata, tapi lupa hehe. " Ucap Iris tanpa rasa bersalah dan terkekeh.
Marta sendiri adalah kakak kelasnya dan juga sering bertemu dengannya di acara acara sosial yang di adakan oleh Ayah Marta.
"Kak Marta ada nomornya Kak Gala gak ?" Tanya Iris.
"Halah kamu tuh, Iris. Sudah Kak Tata duga, enggak mungkin cari Kak Tata kalau enggak ada niat terselubung. "Balas Marta dengan cemberut.
"Eh jangan salah sangka dong, Kak. Kan Iris jadi ikut sedih, ih. Hape Iris kan diganti sama yang baru jadi kehilangan nomor kak Tata dan Kak Gala. " Ucap Iris sambil tertawa kecil.
"Ya udah deh, mana nomor mu nanti kaka chat sekalian kasih nomornya sih Gala. Kamu hati hati ya dengan dia, dia sudah enggak sama lagi kayak dulu. " Ucap Marta serius.
Iris yang mendengarkan hal inipun terkejut dengan kata kata Marta, lalu menatap mata Marta dengan tatapan serius juga.
"Maksud Kak Tata sudah berubah kayak gimana ?" Tanya Iris bingung dan berusaha untuk tetap positif thinking.
"Kamu coba chat dulu deh sih Gala. " Ucap Marta tidak ingin menjelaskan kata katanya.
"Kak Gala belum ada pacar kan ? Takutnya nanti enggak enak kalau aku chat. " Ucap Iris bertanya terlebih dahulu.
"Santai aja sih, kayaknya belum ada pacar. " Balas Marta.
Iris menyebutkan nomor teleponnya dan Marta langsung mengechat Iris lalu mengirimkan nomor telepon Gala.
Baru saja Iris akan menanyakan hal lain , telepon berbunyi dan dan Marta langsung mengangkat panggilan itu.
"Kak Tata pergi dulu ya ? Dicari kakak OSIS yang lain nih. " Ucap Marta sebelum akhirnya berlari pergi.
Iris pun membuka hapenya dan mulai mengechat nomor yang baru saja dikasih oleh Kak Tata.
Tidak berselang lama sebelum akhirnya mendapatkan balasan, Iris tampak agak suram ketika melihat balasannya.
Sampai akhirnya, Iris berakhir dengan diblokir oleh Gala karena Galaksi telah melupakannya dan mengatakan enggak kenal padanya.
Iris tampak kesal tapi tidak bisa mengatakan apapun ketika memikirkan hal ini, apakah selama ini dia telah melebih lebihkan hubungan yang ada di antara mereka.
Iris mengingat sebuah kalimat dari Galaksi yang terus berkesan di dalam hatinya sampai saat ini.
'kalau lo enggak bisa masih ada gue yang bisa bantu lo. '
Setidaknya itu adalah kalimat yang dilontarkan oleh Galaksi 6 tahun lalu, tepat ketika dia kelas tiga.
Tapi, sekarang Galaksi telah melupakannya sementara dia masih hidup dalam bayang bayang kenangan indah masa lalu.
Iris menyenderkan tubuhnya di pembatas lantai dan memejamkan matanya, membiarkan angin pagi meniup rambutnya dengan lembut.
"Iris mau sekalian pergi ke kantin gak ?" Tanya seorang gadis dengan kacamata bulat dan rambut yang terurai.
"Boleh." Balas Iris dengan senyum tipis, berusaha untuk menyingkirkan semua kegundahan yang ada dihatinya pada saat ini.
"Nama kamu siapa ?" Tanya Iris dengan penasaran.
"Eh kamu enggak keberatan kalau aku pake aku kamu kan ?" Tanya Iris.
"Iya, enggak apa apa kok. Aku juga pake gitu, nama aku Park Lia. Aku juga cenderung suka pake aku kamu kok. " Ucap Lia.
"Kamu orang korea ?" Tanya Iris dengan terkejut.
"Iya, Papa ku orang Korea Selatan sementara Mama ku orang Indonesia. " Jawab Lia.
"Ooh, jadi kenapa kamu sekolah disini ? Kan bisa sekolah di Korea ?" Tanya Iris.
"Karena katanya sekolah ini masuk kedalam 10 Sekolah terbaik di dunia, siapa sih yang enggak suka masuk ke Sekolah ini. Paling Papa ku akan repot aja, bolak balik Korea Indonesia. " Ucap Lia dengan enteng.
"Kalau gitu bukannya berat di biaya ya ?" Tanya Iris.
"Enggak juga kan naik Jet pribadi. " Balas Lia tanpa beban.
Sementara Iris terkejut ketika mendengar itu, Lia sendiri bingung kenapa Iris terkejut.
"Kenapa terkejut gitu ? Kamu juga punya kan ?" Tanya Lia.
"Bener sih, cuma agak terkejut aja. " Balas Iris segera menetralkan lagi ekspresinya.
"Ngomong ngomong, Papa kita saling mengenal satu sama lain. Kita juga pernah saling ketemu di acara sosial, cuma saat itu kamu sedang berbincang dengan seorang pria jadi aku enggak berani deketin. " Ucap Lia dengan jujur.
Iris mengangguk dan merasa bahwa bahasa Indonesia Lia cukup lancar walaupun cara bicaranya masih kaku.
Bercampur antara bahasa baku dan bahasa yang sering digunakan sehari hari, sulit untuk tidak mengatakan kata kata baku.
Memberikan banyak pidato di usia ini membuat Iris mau tidak mau terbiasa dengan bahasa yang baku, jadi jangan heran kalau dia agak ketinggalan di bahasa gaul.
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!