Anyelir baru saja keluar dari sebuah mall tempat dia bekerja sebagai SPG. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam karena memang kebetulan, wanita cantik itu kebagian sift sore ke malam.
"Akhirnya bisa pulang dan istirahat! kasurku, I am coming, aku merindukanmu!" dengan tersenyum lebar, gadis itu mengayunkan kakinya melangkah, ke trotoar tempat dia biasa menunggu angkutan.
"Seandainya bukan tanggal tua, dan uangku hanya cukup untuk ongkos angkot saja, aku ingin sekali naik ojek, biar cepat," batin Anyelir, sembari tetap melanjutkan langkahnya. Bahkan sesekali gadis itu, melompati ubin-ubin secara jig-jag.
Tiba-tiba mata gadis itu menangkap sebuah pemandangan yang membuat matanya sakit. Di mana dia melihat mantan kekasihnya sedang berjalan mesra bersama seorang wanita yang merupakan mantan sahabatnya juga.
"Haish, sial sekali hidupku, bertemu mereka. Aku harus menghindar sebelum mereka melihatku," batin Anyelir lagi sembari memutar badan dan berlari. Namun naas, ternyata Dewi Fortuna, lagi tidak berpihak padanya. Kedua orang yang ingin dia hindari ternyata melihatnya dan memanggil namanya.
"Anyelir!" panggil wanita yang bernama Nania, nama yang sudah masuk daftar hitam bagi Anyelir.
"Haish pakai manggil segala lagi! Jangan menoleh Anyelir! pura-pura tidak dengar saja!" Anyelir tetap melanjutkan langkahnya. Namun sepertinya Nania dan Bayu mantan kekasih Anyelir, tidak putus asa. Mereka berdua tetap masuk ke dalam mobil Bayu dan memutuskan untuk mengejar Anyelir.
"Kalau begini, bagaimana caranya aku menghindar dari dua penghianat itu? aku benar-benar tidak ingin berurusan dengan mereka!" Anyelir mempercepat langkahnya.
Di depannya terlihat sosok pria yang baru saja keluar dari sebuah supermarket. Tanpa berpikir panjang Anyelir menghambur menghampiri pria itu dan langsung memeluk pria itu sembari menyembunyikan wajahnya di dada sang pria.
"Wangi sekali pria ini? dia mandi pakai parfum atau apa sih?" masih sempat-sempatnya Anyelir membatin.
"Hei, siapa kamu? jangan asal peluk-peluk saja!" pria itu terlihat tidak nyaman dan berusaha melepaskan pelukan Anyelir
"Tuan tolong saya kali ini! aku janji kalau aku gajian, aku akan bayar upahmu, tapi jangan banyak-banyak ya, gajiku pas-pasan soalnya,"pinta. Anyelir sembari mengintip Nania dan Bayu yang terlihat turun dari mobil.
"Aku tidak butuh uangmu! sekarang lepaskan pelukanmu!" pria itu masih berusaha melepaskan tangan Anyelir dari pinggangnya.
"Sttt, mereka datang,Tuan! bisa diam nggak sih? sok nggak butuh uang aja," Anyelir semakin mempererat pelukannya, membuat pria yang tidak dia tahu siapa namanya itu, merasa sesak.
"Hai Anyelir, ternyata kamu sudah punya pacar juga ya! tapi sepertinya masih kalah jauh dari Bayu! kamu menghindari kami, bukan karena kamu masih sakit hati dan belum terima dengan hubungan kami kan?" tegur Nania dengan tersenyum palsu, bahkan lebih mirip ke arah senyum yang mengejek.
Anyelir akhirnya memutuskan untuk melepaskan pelukannya dan memperlihatkan wajahnya yang sebelumnya dia sembunyikan di dada pria yang tidak dikenalnya itu, ke arah Nania dan Bayu.
Sosok pria yang dipeluk oleh Anyelir sontak bernapas lega,dan melihat ke arah Anyelir. Mata pria itu sontak membesar begitu melihat wajah Anyelir. Entah apa yang membuat pria itu,bisa kaget melihat wajah wanita yang memeluknya tadi.
"Menurut kalian berdua? aku tidak mungkin kan terpuruk karena penghianat seperti kalian? itu jauh dari sifat seorang Anyelir. Kamu juga pasti sudah tahu, siapa aku? aku itu wanita kuat, yang bisa bertahan hidup tanpa ketergantungan pada pria, seperti seseorang yang tega melakukan hal licik, menusuk sahabatnya sendiri, supaya bisa hidup enak," ucap Anyelir sembari tersenyum.
Wajah Nania sontak berubah karena dia tahu kalau Anyelir sedang menyindirnya. Namun, lagi-lagi wanita itu kembali tersenyum seakan-akan tidak peduli dengan sindiran Anyelir.
"Wah, pacar kamu ini sepertinya boleh juga ya, tampan dan berkharisma. Tapi, aku gak tahu, kalau dia sekaya Bayu atau tidak," ucap Nania sembari melihat sosok pria di samping Anyelir dari atas sampai ke bawah.
"Tapi, kalau dilihat-lihat dari penampilannya, sepertinya dia sama seperti kamu. Sama-sama dari kaum yang ... Ck,kamu tahu lah maksudku apa? nggak enak kalau disebut," Nania, kembali menghina di balik ucapan lembutnya.
Anyelir terlihat menggeram, tapi dia berusaha untuk menahan emosinya.
"Oh ya,kami nggak mau berlama-lama. Aku cuma mau mengundang kamu, untuk datang ke acara pembukaan cabang perusahaan Bayu, sekaligus acara pertunangan kami. Kamu mau datang kan? kalau kamu tidak datang, itu berarti kamu belum bisa melupakan Bayu. Kamu datang ya,Nye!" Nania menggandeng tangan Bayu. Sementara itu, Bayu menatap sosok pria yang berada di samping Anyelir dengan tatapan merendahkan.
"Ayo,Sayang kita pulang! aku sudah capek!" ucap Nania dengan nada manja.
Bayu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pasangan kekasih itu kemudian berbalik dan melangkah menuju mobil.
"Ayo sayang kita pulang aku capek!" Anyelir meniru ucapan Nania dengan mulut yang dimiring-miringkan,dan sedikit mengangkat hidungnya ke atas. Tingkah Anyelir, sontak membuat pria di sampingnya itu, berusaha menahan tawa. Pria itu pun diam-diam mengambil photo Anyelir.
Belum sampai ke mobil Bayu, Nania kembali berbalik dan menatap Anyelir.
"Anye, kamu jangan lupa bawa pacar kamu ini ya! kan kasihan nanti kalau kamu hanya datang sendiri. Bisa-bisa kamu nanti jadi bahan tertawaan. Oh ya, jangan lupa pakai gaun yang cantik, jangan berpenampilan seperti ini. Kalau kamu tidak punya gaun, datang ke rumahku, aku masih punya banyak gaun pemberian Bayu, yang sangat jarang aku pakai," lagi-lagi Nania menghina Anyelir di balik nada ucapannya yang sok lembut.
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Nania masuk mobil dan tidak menunggu lama, mobil itupun melaju meninggalkan Anyelir dan pria yang belum dikenal itu.
"Ihh, pergi kalian jauh-jauh! ke neraka sekalian!" umpat. Anyelir sembari melayangkan tinjunya ke udara. "Eh, tidak-tidak! aku tidak boleh menyumpahin orang, jangan catat sumpahku ya Tuhan! tolong dihapus! Tuhan punya penghapus atau Tipe-X kan?" ucap. Anyelir, absurd, lupa tentang keberadaan sosok pria di sampingnya yang dari tadi berusaha menahan tawa.
"Benar-benar aneh!" gumam pria itu sembari kembali melangkah.
Anyelir seketika menyadari sosok pria itu dan langsung mengejarnya.
"Tuan,Tuan, tunggu!" teriak Anyelir.
Pria yang mendengar teriakan Anyelir sontak berhenti hingga membuat kepala wanita itu membentur dadanya.
"Ini dada apa batu sih? keras amat!" Anyelir tanpa sadar menekan-nekan dada pria itu.
"Ehem, ehem!" pria itu berdeham, membuat Anyelir menarik tangannya seketika.
"Ma-maaf,Tuan!" ucap Anyelir, kikuk.
"Kenapa kamu membuntutiku?" tanya pria itu, dengan nada dingin.
"Begini Tuan,aku mau kasih kamu rejeki. Bagaimana kalau hari Sabtu ini Tuan berpura-pura jadi pacarku? nanti akan aku kasih upahnya setelah gajian.bagaimana?". dengan penuh percaya diri Anyelir memberikan penawaran.
"Berapa yang mau kamu kasih?" tanya pria itu, sembari mencondongkan tubuhnya.
"Emmm, satu juta bagaimana? eh nggak deh, 500 ribu aja. Kan sudah banyak tuh?" ucap Anyelir dengan bangganya. "Kalau satu juta,mau pakai apa aku berangkat kerja nanti?" batin Anyelir, sesudahnya.
"500 ribu kamu bilang banyak? bahkan satu juta aja belum bisa dikatakan banyak," pria itu berdecak menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Itu sudah banyak bagiku. Gajiku hanya tiga juta. Dua juta aku kasih ke mama untuk biaya hidup kami sebulan. Satu juta itu untuk biaya transportasiku kerja. Kamu jangan bilang itu sedikit!" Anyelir mengerucutkan bibirnya.
Pria itu terlihat menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Tiga juta sebulan? bagaimana bisa dia hidup dengan uang segitu?" gumam pria itu yang tentu saja masih bisa didengar oleh Anyelir.
"Hei,Tuan. Tentu saja uang segitu banyak. Sekarang jangan bahas uangnya! sekarang aku mau tanya,Tuan mau kan membantuku,. jadi kekasih pura-pura di depan mereka? please,kali ini aja!" Anyelir menangkup kedua tangannya di depan dada.
"Tidak mau!" singkat padat dan jelas.
"Kenapa?" Anyelir mengrenyitkan keningnya.
"Karena aku tidak mau berbohong. Bohong itu sama saja dengan dosa,"
"Bagaimana kalau aku saja yang menanggung dosamu? kamu mau kan membantuku?". Anyelir sama sekali tidak putus asa.
"Hei,kamu kirain dosa itu sama seperti utang? kamu yang berutang tapi aku yang menanggung. Itu dua hal yang berbeda," pria itu masih berusaha untuk menolak.
"Ya elah, Tuan santai aja. Paling dosanya sedikit. Banyakan pahalanya, karena Tuan berbohong karena menolong wanita teraniaya sepertiku," ucap Anyelir yang benar-benar pantang menyerah.
"Aku tetap tidak mau!" tegas pria itu lagi.
"Haish, anda benar-benar tidak memiliki rasa empati. Kalau Tuan mau,yang lima ratus ribu tadi aku tambahin lima ratus lagi dah ditambah dengan aku yang menanggung dosamu, bagaimana?" Anyelir memberikan penawaran lagi.
"Sekali tidak ya tidak!" tolak pria itu, membuat Anyelir menghela napas berat.
"Oh ya,siapa nama kamu tadi?" tanya pria itu lagi.
Anyelir sontak berbinar kembali, mengira kalau pria itu, berubah pikiran.
"Aku Anyelir! kamu bisa panggil aku, Anye atau terserah kamu mau panggil apa?" ucap Anyelir, bangga menyebut namanya yang menurutnya sangat bagus.
"Kalau begitu, aku panggil kamu, Nye ditambah t di belakang jadi nyet, atau Anyir biar lebih singkat, boleh?" tanya pria itu berusaha menahan tawa.
"Enak saja! nama sebagus itu mau kamu ganti Anyir. Bunga Anyelir itu wangi, kalau Anyir kan bau yang gak enak," protes Anyelir dengan kesal.
"Nah itu dia masalahnya? nama kamu memang wangi tapi sayangnya badanmu bau, kami belum mandi ya?"
Anyelir sontak mengangkat keteknya dan mencium aroma yang keluar dari sang ketek. Wanita itu seketika nyengir ke arah pria yang belum dia tahu namanya siapa.
"Hehehe, tadi sebelum kerja aku tidak mandi Tuan. Karena aku kebablasan tidur siangnya. Karena takut telat aku pergi kerja tanpa mandi deh jadinya. Parfumku juga hanya parfum murah,yang sekali disemprot wangi semerbak, tapi begitu ditiup angin langsung hilang begitu saja," tutur Anyelir dengan wajah memerah.
"Oh, pantas! ya udah aku mau pergi dulu!" pria itu hendak melangkah kembali.
"Hei,jadi tadi tujuan kamu nanya namaku apa? bukannya kamu mau bilang kalau kamu setuju dengan permintaanku?" pekik Anyelir.
"Siapa bilang aku mau setuju?" ucap pria itu sembari lari menyebrang jalan yang kebetulan sepi.
"Dasar,pria sombong! udah menghina namaku, dan bilang aku bau, seenaknya kamu pergi!" teriak Anyelir sembari menghentak-hentakkan kakinya.
Kekesalan Anyelir tertunda sebentar begitu sebuah angkot jurusan ke rumahnya menghampirinya.
Dari arah yang tidak terlalu jauh, sosok pria itu memperhatikan kepergian Anyelir. Kemudian dia masuk ke dalam sebuah mobil mewah yang memang dia parkirkan di sebrang supermarket karena malas untuk memutar balik.
Pria itu merogoh ponselnya, dan terlihat menghubungi seseorang.
"Radit, aku ada tugas untukmu. Kamu selidiki seorang wanita bernama Anyelir. Dia bekerja di gedung mall ku, sebagai SPG. cari tahu, ada hubungan apa dia dengan Shakila. Karena mereka memiliki kemiripan. Nanti aku akan kirimkan photonya padamu!" Pria itu memasukan kembali ponselnya ke dalam saku setelah panggilan terputus.
Ya, pria itu adalah Arjuna, pengusaha muda yang sangat sukses.
Tbc
"Ahhhhh, gimana dong, Vik? aku udah nggak ada pacar, nggak ada gaun,belum gajian. Lengkap deh penderitaanku!" keluh Anyelir pada Vika sahabatnya, sembari mengacak-acak rambutnya, frustasi.
"Jangan ngeluh ke aku! salah kamu sendiri
Orang gila macam Nania, ngapain kamu tanggapin coba?" sahut Vika sembari merapikan gaun-gaun yang ada di standnya.
"Kan aku juga harus punya harga diri, Vik. Masa aku harus mengaku kalah sama si ular itu?" Anyelir, terus saja mengikuti kemana Vika pergi.
"Masalahnya, sekarang kamu benar-benar akan kehilangan harga diri yang kamu jaga itu, Anye. Sekarang masalah semakin rumit. Kalau kamu tidak datang dia akan semakin merasa di atas angin. Kalau kamu, datang dengan penampilan ala kadarnya, dan tanpa pria yang kamu katakan kemarin itu, kamu akan dipermalukan,"
"Jadi aku harus bagaimana dong? bantu cari solusi kenapa?" rengek Anyelir bak seorang anak kecil yang minta dibelikan sesuatu.
"Maaf, kali ini aku benar-benar tidak tahu bagaimana menolongmu. Kamu yang buat masalah, kamu harus selesaikan sendiri. Makanya jadi orang itu jangan impulsif. Sebelum bertindak, kamu harus berpikir akibatnya lebih dulu. Apa salahnya, kalau kamu bersikap apatis dan tidak menanggapi Nania dan Bayu?"Vika mengomel panjang lebar, karena kesal atas sikap Anyelir yang memang selalu impulsif.
"Kamu ini sahabatku atau nggak sih? bukannya ngasih solusi, malah mengomel,". Anyelir mengerucutkan bibirnya.
"Anye, kamu itu memang pantas diomelin. Jadi kamu mau aku apa? kalau bantu kamu beli gaun,aku juga tidak punya uang, kita sama-sama belum gajian. Kalau mau carikan kamu pria tampan dan tajir, aku aja susah mendapatkan pria seperti itu. Kalau ada, ya pasti buat aku lebih dulu lah,masa iya aku kasih ke kamu,"
"Kamu memang sahabat tidak ada akhlak, Vik. Kamu benar-benar tidak punya empati padaku. Itu lagi, cowok kemarin, sok-sok nolak, mentang-mentang dia tampan. Aku juga kan nggak jelek. Buktinya aku pernah jadi primadona di sekolah dulu," tutur Anyelir dengan bibir yang masih maju ke depan.
Vika tidak menjawab sama sekali. Wanita itu hanya bisa berdecak seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkat rasa percaya diri sahabatnya yang terlalu tinggi.
"Anye, kalau pria tampan kemarin menolakmu, berarti kamu memang belum benar-benar cantik seperti yang kamu katakan," ucap Vika, sembari mengembuskan napasnya.
"Woi, Kalian berdua lagi ngomongin apa sih, boleh aku tahu?" tiba-tiba seorang pria yang masih masuk kategori tampan muncul dan mengagetkan Anyelir.
"Haris, kalau mau datang, bilang-bilang dong! aku kaget tahu! untung aku nggak punya penyakit jantung, kalau iya, aku pasti sudah modar. Kamu mau menanggungjawabi kebutuhan mamaku?" omel Anyelir.
"Maaf,Nye! tapi jantung masih aman kan?" tanya Haris sembari terkekeh.
"Anye, aku punya usul!" pekik Vika tiba-tiba.
"Usul apa?" Anyelir langsung memasang tampang serius.
"Bagaimana kalau Haris saja yang jadi pacar pura-puramu,dia pasti mau,iya kan,Ris?"
Anyelir seketika mengangkat hidungnya ke atas dan kembali lemas.
"Pacar pura-pura? jangankan jadi pacar pura-pura, jadi pacar benaran pun aku mau," Haris terlihat sangat semangat.
"Akunya yang gak mau!" tolak Anyelir dengan cepat. " kamu tahu sendiri kan, Bayu itu siapa? dia itu anak orang kaya, pewaris perusahaan yang lumayan besar. Lagian Nania juga tahu siapa Haris. Aku akan semakin jadi bahan ejekan nanti di tempat itu kalau aku sama Haris. Masa aku dapat Haris sih?" ucap Anyelir yang benar-benar terlihat frustasi sekarang.
"Ini ada apa sih sebenarnya? kenapa ada nama Bayu dan Nania?" Haris terlihat tidak senang.
Vika akhirnya menceritakan, apa yang sebenarnya terjadi dan hal yang membuat Anyelir, pusing.
"Bagaimana kalau aku saja yang belikan kamu gaun? aku juga benar-benar bersedia menjadi pacar pura-puramu," Haris memberikan usul.
"Haris kamu gimana sih? bukannya tadi aku bilang kalau aku tidak mau. Dan aku juga sudah kasih tahu alasannya kan? kalau kamu jadi pacarku,yang ada aku juga bakal dihina. Lagian kamu punya uang dari mana? toh kamu sama aja seperti kita belum gajian," lagi-lagi Anyelir, memberikan penolakan.
"Jadi bagaimana dengan pria tadi malam? kenapa kamu justru memintanya jadi pacar pura-puramu? dia kan juga tidak kaya. Kamu juga akan jadi bahan hinaan kan?" Vika kembali buka suara, menanggapi ucapan Anyelir.
"Iya sih,tapi setidaknya dia ada satu kelebihan. Dia lebih tampan dari Bayu. Pakai, pakaian kasual saja dia sudah sangat tampan, apalagi berpakaian formal," Anyelir melihat ke atas, membayangkan wajah pria yang ditemuinya tadi malam, sembari senyum-senyum.
"Maksudmu aku jelek?" ujar Haris, berpura-pura kesal.
"Bukan jelek, tapi kalah tampan dari pria tadi malam. Kalau sama Bayu sih, sebelas dua belas lah," sahut Anyelir yang memang suka bicara blak-blakan.
"Asal kamu tahu,pria tadi malam benar-benar tampan tahu," Anyelir kembali tersenyum-senyum sendiri.
Vika memutar bola matanya, merasa jengah dengan sikap Anyelir yang dianggapnya tidak jelas.
"Bayangkan aja terus! biar kamu gila sekalian! umpat Vika, membuat Anyelir terkekeh.
"Anye, kamu sebaiknya kembali ke stand kamu deh. Kamu tidak takut kalau kena marah sama manager? aku tidak mau ya kena omel karena meladenimu," ucap Vika.
"Belum nemu solusinya nih,Vik!" Anyelir enggan untuk pergi.
" Kamu coba bertapa malam ini. Mudah-mudahan kamu dapat wangsit," sahut Vika asal, membuat bibir Anyelir kembali mengerucut.
"Kamu memang tidak bisa membantu. Aku pergi deh," Anyelir mengayunkan kakinya melangkah hendak meninggalkan stand Vika. Namun, tiba-tiba dia berhenti di depan sebuah gaun cantik yang tergantung indah di tempatnya.
"Ini gaunnya cantik sekali! boleh nggak aku pakai dulu, setelah aku pakai, aku janji akan ingat untuk mengembalikannya," ucap Anyelir, menatap gaun itu dengan tatapan yang sangat ingin memiliki.
"Harga gaun itu sangat mahal,Anye! kalau kotor atau rusak bagaimana?" sahut Vika.
Anyelir sontak melihat ke arah badrol harga. Gadis itu benar-benar kaget begitu melihat harga gaun itu yang ternyata sangat mahal.
"Tidak jadi deh. Nanti kalau rusak atau kotor aku tidak bisa menggantinya," ucap Anye dengan nada lemah sembari beranjak pergi. Namun lagi-lagi dia berhenti, dan menoleh kembali ke arah gaun.
"Kamu mau, biar aku belikan!" Haris yang dari tadi diam saja kembali buka suara.
"Itu harganya mahal. Kamu dapat uang dari mana? CK," Anyelir berdecak sembari menggelengkan kepalanya lalu berlalu pergi.
Haris hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali dan Vika juga sama seperti Anyelir yang menggeleng-gelengkan kepala.
Tanpa mereka sadari seorang pria dari tadi mendengar percakapan mereka. Pria sedikit menjauh dan merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya.
"Tuan, wanita itu sama sekali tidak punya hubungan dengan Nona Shakila. Mereka berdua beda orang, hanya sekedar memiliki kemiripan saja," laporan pria yang ternyata orang suruhan Arjuna itu tidak berhenti di situ saja. Pria itu kembali menceritakan keseluruhan yang dia dengar.
"Baik, Tuan akan aku laksanakan!" pria itu memasukan kembali ponselnya ke dalam saku, dan melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh Arjuna.
Tbc
Hari ini adalah hari yang sangat ingin dihilangkan oleh Anyelir, dari kalender, setidaknya untuk minggu ini, dan kalaupun muncul kembali di Minggu berikutnya, tidak apa-apa. Kenapa? karena hari ini adalah hari di mana Bayu dan Nania akan melakukan pertunangan sekaligus perayaan grand opening cabang perusahaan Bayu.
Demi harga diri, Anyelir akhirnya memutuskan untuk tetap menghadiri acara itu, walaupun dengan gaun seadanya, yaitu gaun yang pernah dibelikan Bayu padanya dulu, dan warna gaun itu sudah sedikit memudar karena terlalu sering dipakai dulu.
Mata Anyelir membesar begitu melihat penampakan yang ada di depannya begitu wanita itu hendak masuk ke ruang acara. Bagaimana tidak? semua orang yang hadir, berpenampilan mewah, sangat kontras dengan penampilannya.
"Sepertinya keputusanku untuk hadir benar-benar salah. Aku sebaiknya pergi saja dari sini sebelum mereka semua melihatku," batin Anyelir sembari berbalik dan hendak melangkah pergi.
Namun,sialnya seorang wanita yang baru saja datang, dan merupakan teman SMA nya, langsung mencegat Anyelir.
"Anye, kamu mau kemana?" tegur wanita itu dengan tatapan merendahkan.
"Oh, A-aku hanya ingin pulang karena ternyata ada sesuatu yang ketinggalan," sahut Anyelir, mencari alasan.
"Hei, ternyata Anyelir sudah datang! kenapa balik lagi?" tiba-tiba Nania datang menghampiri bersama dengan Bayu.
"Aku__"
"Kurang percaya diri ya, karena malu dilihat sama teman-teman? di mana seorang Anyelir, primadona sekolah, berprestasi bernasib tidak baik seperti ini," ucap Nania, dengan tatapan sinis. "Ups, maaf! aku keceplosan ya! mau bagaimana lagi, aku terbiasa jujur sih, jadi kebawa-bawa deh," Nania menutup mulutnya dengan nada manja dengan meledek.
"Aku sama sekali tidak malu. Aku tadi tidak mau pulang, aku hanya ingin ke toilet sebentar," sangkal Anyelir, berharap semuanya percaya.
"Iya deh aku percaya!" ucap Nania,yang dari nadanya masih terkesan meledek. "Oh ya, Kenapa kamu pakai gaun itu? kamu belum bisa ya melupakan Bayu, makanya gaun yang dia beli masih juga kamu pakai? atau jangan-jangan kamu tidak punya gaun selain itu?" Nania walaupun berucap dengan nada lembut, tapi Anyelir tahu kalau mantan sahabatnya itu, sedang mempermalukannya.
Anyelir tidak menjawab sama sekali. Wanita itu benar-benar merasa malu sekarang. Seandainya bisa, ingin sekali dia membenamkan wajahnya sampai kedalaman tanah yang paling dasar.
"Oh ya, bukannya kamu punya pacar ya? di mana dia?"
"Dia lagi sibuk, jadi tidak bisa datang," sahut Anyelir, memberikan alasan yang sudah dia persiapkan sebelumnya.
" Oh ya? kasihan sekali kamu, punya pacar yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada pacar sendiri? tidak seperti Bayu yang selalu mengutamakanku. Atau jangan-jangan itu hanya alibimu saja,. karena sebenarnya kamu malu, punya pacar yang hanya tampan saja, tapi miskin sepertimu?" lagi-lagi Nania melontarkan kata penghinaan di balik nada suaranya yang lembut.
"Hai, Sayang maaf aku terlambat!" tiba-tiba seseorang merangkul mesra bahu Anyelir.
Anyelir sontak melihat ke samping dan kaget melihat sosok pria yang ditemuinya malam itu yang sampai sekarang belum dia tahu namanya.
"Ka-kamu kok datang?" bisik Anyelir.
"Ya, kamu kan pacarku. Jadi aku nggak mau dong membiarkan pacarku pergi ke acara seperti ini sendirian. Aku juga tidak mau nanti dianggap pacar yang tidak punya hati, padahal aku kan punya hati ... hati yang hanya mencintaimu," sahut pria itu sembari mengerlingkan matanya, menggoda.
Wajah Nania sontak berubah kesal, dan Anyelir merasa tersematkan.
"Wah, kamu ternyata bisa juga memakai pakaian seperti itu, sedangkan pacarmu masih memakai pakaian yang diberikan mantan pacarnya. Kamu tidak bisa ya membelikan gaun seperti gaun cantikku?" sindir Nania in yang masih merasa menang dari Anyelir.
"Oh, kamu salah. Aku memang sengaja memintanya untuk memakai gaun ini, hanya untuk menunjukkan sebuah perbandingan yang mungkin sebentar lagi akan kalian lihat," ucap Arjuna, ambigu. Bahkan Anyelir saja juga bingung.
"Maksudnya?" tanya Nania, dengan alis bertaut.
"Kalian tunggu di sini Sebentar! aku pinjam pacarku dulu ya?" Arjuna meraih tangan Anyelir, yang mengikuti Arjuna tanpa bertanya apapun, bagaikan kerbau dicucuk hidungnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tidak berselang lama, Arjuna kembali muncul bersama dengan Anyelir yang penampilan yang sangat jauh berbeda dari sebelumnya.
Semua mata menatap kagum pada Anyelir yang tampil bak bidadari dengan gaun yang sangat diinginkannya di mall kemarin, dan dengan riasan yang membuat semua orang pangling. Bahkan Bayu, sampai tidak berkedip saat menatap Anyelir.
Melihat tatapan Bayu yang terpesona melihat Anyelir, membuat Nania menggeram dan mencubit pinggang Bayu.
"Wah, cantik sekali kamu! tapi, aku rasa harga gaunmu tidak sebanding dengan harga gaunku," Nania masih mencoba-coba mencari kelemahan Anyelir.
"Mungkin saja sih? tapi yang aku tahu, kalau kalung yang kamu pakai, masih kalah dengan kalung yang dipakai Anyelir," Arjuna, tersenyum meledek.
"Wah, iya ya? kalau yang dipakai Anyelir itukan kalung yang sangat malah karena langka. Wah Anyelir hebat," terdengar bisik-bisik dari para tamu yang merupakan teman SMA Anyelir dan Nania.
Wajah Nania sontak berubah merah, mendengar teman-temannya yang memuji Anyelir. "Brengsek! sampai kapanpun Anyelir tidak boleh menang dariku. Aku capek, selalu kalah dari dia mulai dari dulu," Nania menggerutu di dalam hati. Jangan lupakan Anyelir yang terlihat benar-benar bingung.
Gadis itu sangat bingung dan merasa yang terjadi padanya malam ini, tidaklah nyata.
"Wah,aku yakin kalau kalung itu hanyalah tiruan. Karena tidak mungkin kamu punya uang sebanyak itu untuk bisa membelinya. Beda dengan Bayu, yang mungkin hari ini juga bisa membeli kalung yang asli. Kasihan sekali kalian yang bisa menghalalkan berbagai cara, agar bisa tampil mewah," ujar Nania dengan penuh percaya diri.
"Oh ya? sekarang aku mau lihat dong, pacar kamu itu membelikan kalungnya buat kamu? Aku berani jamin kalau kalung ini tidak akan bisa kalian beli, bukan karena tidak mampu, tapi kalian akan ditolak mentah-mentah," tantang Arjuna, masih dengan sikap santainya.
"Atas dasar apa kamu bilang akan ditolak? aku akan buktikan sekarang!" Bayu mulai terpancing. Dia segera merogoh sakunya dan menghubungi toko perhiasan tempat satunya di mana kalung itu dijual.
Bayi dengan nada sombong segera memesan kalung itu, dan memerintahkan untuk mengantarkan sekarang juga.
"Maaf,nama Tuan siapa?" tanya suara seorang wanita dari ujung telepon.
Bayu pun menyebutkan nama lengkapnya,masih dengan nada angkuh.
"Maaf, atas perintah bos kami, kalung ini tidak dijual untuk pria yang bernama Bayu. Karena beliau tidak ingin kekasih anda memakai kalung yang sama seperti dengan kalung yang dipakai kekasih bos kami," ucap wanita itu lagi dari seberang sana.
"Apa? tidak dijual untukku? bagaimana bisa, hah!" pekik Bayu, murka. Bayu hendak kembali membentak wanita itu, tapi tidak jadi karena panggilan seketika langsung diputuskan secara sepihak.
"Brengsek! ini benar-benar penghinaan padaku!" umpat Bayu sembari memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya. Kemudian, pria itu menatap tajam ke arah Arjuna.
"Siapa kamu sebenarnya? kenapa kamu bisa mengintervensi toko perhiasan besar tadi?" mata Bayu memicing, curiga.
Arjuna tersenyum smirk dan melonggarkan dasinya. Aksinya itu benar-benar membuat wanita-wanita di tempat itu terpana.
"Kamu mau tahu siapa aku? kamu apa belum bisa menyimpulkan siapa aku? Tadi kan sudah disebutkan wanita itu kalau yang memintanya menolak orang bernama Bayu adalah bosnya. Apa kamu tidak tahu, siapa pemilik perusahaan perhiasan terbesar di negara ini?"
Wajah Bayu sontak pucat, demikian juga dengan Nania. Hanya Anyelir yang masih bingung.
"A-anda Tuan Arjuna Sadewa pemilik dari King of Jewellery?" tanya Bayu dengan gugup.
"Exactly! eh jangan lupa juga, aku juga pemilik dari Sadewa group!"
Sekarang mata Anyelir ikut-ikutan membesar mendengar nama Sadewa group. Karena dia tahu, mall tempat dia bekerja berada di bawah naungan Sadewa group.
Tbc
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!