Sudah hampir satu tahun kini Maya dan Pandu membangun rumah tangga impian mereka. Mereka adalah sejoli muda yang memutuskan untuk menikah bukan karena hamil duluan ataupun karena pernikahan perjodohan. Maya dan Pandu memutuskan menikah karena cinta mereka yang sudah terjalin semenjak awal masuk duduk di bangku SMA. Maya sendiri bahkan pernah mengungkapkan bahwa Pandu adalah cinta pertamanya dan selamanya akan menjadi satu-satunya cinta yang menemaninya hingga akhir hayat.
Kedua orang tua Maya sudah lama meninggal ketika wanita itu masih duduk di bangku SMP. Semenjak hari dimana kedua orang tuanya meninggal karena mengalami kecelakaan disitulah kehidupan Maya menjadi kacau. Maya hanya hidup berdua bersama adiknya yang bernama Tyo, kedua kakak beradik tersebut kemudian diasuh oleh paman Maya adik dari ayahnya. Paman Maya sangat menyayangi kedua keponakannya begitupun dengan sang istri, mereka sudah menganggap Maya dan Tyo sebagai anak mereka sendiri.
Pada awalnya keputusan Maya untuk menikah sempat ditentang oleh Paman Maya begitupula istrinya. Bagi mereka, Maya masih terlalu dini untuk menikah dimana impian kesuksesan sangatlah mudah Maya gapai mengingat Maya adalah murid yang sangat berprestasi. Maya selalu berusaha meyakinkan pamannya untuk memberikan restu hingga restu pun berhasil Maya kantongi meskipun kini hubungannya bersama pamannya semakin renggang.
Kini Maya hidup terpisah dengan paman dan adiknya karena setelah menikah, Pandu memboyong Maya ke rumah kedua orangtuanya. Setelah menikah, Maya dan Pandu menjalani kehidupan bahtera rumah tangga sesuai dengan keinginan mereka. Pandu sangat mencintai istrinya, laki-laki itu berjuang untuk membahagiakan Maya. Pandu bahkan rela menyembah Paman Maya demi agar Maya menjadi istrinya. Dan sekarang keinginan Pandu pun terwujud, Maya menjadi miliknya saat ini.
" Mas, ini aku masih siapin bekal untuk kerja kamu nanti" ucap Maya sembari menyiapkan kotak bekal untuk suaminya.
" Terima kasih sayang, mas sangat puas dengan masakan mu nantinya" puji Pandu kepada istrinya.
" Ayah juga suka dengan masakan Maya," sahut ayah mertua Maya yang tak lain adalah ayah kandung Pandu.
Saat ini keluarga besar Pandu sedang menikmati sarapan pagi mereka. Ada ayah dan ibu Pandu ditambah kakak laki-laki Pandu yang saat ini belum menikah dan masih menempuh studi S1 di universitas ternama. Ibu Pandu adalah ibu rumah tangga yang sangat menyayangi anak beserta menantunya.
" Semenjak ada Maya kalian jadi jarang makan masakan ibu ya,," ucap Ibu Pandu yang bernama Desi.
" Tapi ibu juga suka kan sama masakan Maya," ledek Fahmi kakak Pandu.
" Iya iya Maya memang menantu terbaik di rumah ini. Ibu beruntung punya menantu sempurna seperti Maya," timpal Desi.
" Intinya kita semua suka sama masakan menantu di rumah ini," ucap Pak Rusdi ayah Pandu dan Fahmi.
" Betul ayah, kurang anak pertama kita nih. Kamu kapan akan menikah Fahmi? Masa iya kamu kalah sama adek kamu? Lihat Pandu, sudah bekerja dan punya anak ditambah istri yang cantik lagi," puji Desi kepada anak keduanya.
" Aduh Bu, Fahmi masih harus menyusun skripsi mana kepikiran punya istri sih. Lagian kan kata Manda, dia mau lanjut S2 jadi belum ada pikiran buat menikah," jawab Fahmi sembari membayangkan Amanda kekasihnya yang saat ini juga satu fakultas dengannya.
" Pokoknya kamu kalau cari istri harus yang seperti Maya. Udah cantik, baik, santun, printer masak lagi. Jangan cuma memikirkan pendidikan yang tinggi - tinggi kalau ujung-ujungnya di dapur juga. Ingat Fahmi! Kodratnya perempuan itu di rumah bukan bekerja jadi kamu harus pintar cari istri yang kayak Pandu," puji Desi.
" Tapi pendidikan itu juga penting Bu. Fahmi selalu mendukung keputusan Manda untuk meneruskan kuliah karena itu adalah hak Amanda. Fahmi akan selalu mendukung keputusan Manda selagi itu bagus," jawab Fahmi.
" Kamu kalau dibilangi sama ibu ngejawab mulu deh. Pokoknya ibu mau kamu cepat menikah dan memiliki istri yang seperti Maya,"
" Sudah sudah, ayo habiskan sarapan kalian setelah ini kita berangkat," lerai Pak Rusdi takut ujung-ujungnya terjadi perdebatan antara ibu dan anak.
Maya yang sedari tadi menyimak obrolan keluarga itu hanya tersenyum tipis. Sudah biasa jika setiap pagi akan ada perbincangan hangat diantara keluarga Pak Rusdi. Wanita itu bergegas membereskan kotak bekal yang sudah siap untuk suaminya.
" Ayah berangkat dulu," ucap Pak Rusdi berpamitan.
" Fahmi juga mau berangkat," ucap Fahmi menyusul ayahnya.
Pak Rusdi dan Fahmi sudah meninggalkan meja makan terlebih dahulu. Maya yang berada di dapur dekat meja makan ikut menyalimi ayah mertuanya yang akan berangkat bekerja.
" Sayang, aku juga berangkat ya," pamit Pandu menghampiri istrinya. Pandu menerima kotak bekal pemberian sang istri. Tak lupa laki-laki itu mengecup kening istrinya singkat. Hal yang sudah menjadi rutinitas pasangan muda itu sudah biasa mereka lakukan bahkan di depan orang tua Pandu sendiri.
" Hati-hati ya mas. Aku membuat makan siang kamu penuh cinta jadi kamu harus menghabiskannya," jawab Maya tersenyum manis.
" Pasti sayang. Masakan kamu adalah yang terbaik pokoknya. Oooo ya Bayu dimana?" tanya Pandu menanyakan si kecil Bayu yang merupakan anak pertama mereka.
Setelah menikah Maya dan Pandu memang langsung dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan perpaduan antara Maya dan Pandu. Bayu tumbuh menjadi bayi gemuk dengan pipi gembilnya. Kehadiran Bayu menjadi pelengkap buah cinta antara Pandu dan Maya.
" Dia masih tidur mas. Aku sengaja bikin dia tidur lagi supaya dia enggak ngerengek saat kamu tinggal pergi kerja nanti," jawab Maya.
" Yah,, padahal aku mau cium pipinya yang gembul itu,"
" Kebiasaan banget sih," ucap Maya seraya mencubit ringan lengan suaminya.
" Yaudah berangkat sana,"
Pandu pun berpamitan kepada Maya dan ibunya. Desi ikut mengantarkan Pandu sampai ke depan rumah. Pandu memang sudah bekerja menjadi salah satu kepala bagian di sebuah pabrik. Berkat koneksi ayahnya, Pandu berhasil masuk kerja ke tempat pabrik tanpa tes dan segala macam.
Setelah memastikan suaminya pergi bekerja, Maya lanjut membereskan meja makan yang penuh dengan piring kotor. Setelah selesai membereskan dapur, Maya langsung bergerak membereskan meja makan rumah itu.
" Ya ampun May kamu kok rajin sekali sih nak. Padahal ibu baru aja mau membereskannya," ucap Desi masuk ke dalam rumah menghampiri Maya yang sedang menumpuk piring kotor bersiap membawanya ke wastafel.
" Iya Bu enggak apa-apa. Ini sekalian aja tadi," jawab Maya tersenyum tulus.
" Yaudah kamu jangan lupa sarapan juga ya. Masa dari tadi kamu belum makan," ucap Desi.
Memang sejak bangun tidur Maya sudah sibuk dengan urusan mencuci baju, memasak sarapan hingga menyiapkan bekal sang suami. Semua itu adalah rutinitas sehari-hari yang ia jalani setelah menikah. Maya sengaja tidak ikut sarapan bareng bersama keluarga Pandu karena tidak ingin bekal sang suami ketinggalan. Karena ketika sarapan Pandu makan sangat cepat dan Maya yang terbiasa makan lambat jadi Maya lebih memilih menyiapkan bekal Pandu terlebih dahulu agar suaminya itu tidak telat.
" Iya bu nanti Maya sarapan kok," jawab Maya.
" Habis sarapan kamu ke pasar ya May,"
" Iya bu," jawab Maya.
Maya melanjutkan aktivitas mencuci piringnya. Keringat sudah memenuhi wajah cantiknya. Maya bahkan tidak sempat untuk mandi karena sedari bangun tidur dirinya sudah disuguhkan aktivitas yang begitu banyak.
" May,, itu Bayu nangis," teriak Desi yang kini sudah bersantai di ruang tamu.
Maya menghentikan aktivitas cuci piringnya. Wanita itu setengah berlari menaiki tangga untuk melihat bayinya yang tengah menangis. Dengan tangan yang masih basah dan keringat yang menetes, Maya masuk ke dalam kamarnya.
" Cup cup anak ibu nangis yaa," ucap Maya yang melihat Bayu menangis dengan pipi yang semakin merah.
" Yang," ucap Pandu seraya membuka pintu kamarnya.
Di dalam kamar, Pandu mendapati Maya yang tengah menyusui bayinya. Beruntung meskipun hamil di usia muda, Maya tidak mengalami kesulitan baik itu saat hamil bahkan setelah melahirkan. ASI nya sangat lancar cukup untuk membuat putranya itu kenyang.
" Kok kamu baru pulang sih mas? Biasanya kan pulang sore, sekarang kamu pulang jam sepuluh malam," ucap Maya.
" Maaf sayang, aku tadi ikut acara makan-makan temen kerja ku. Enggak enak kalau nolak tawaran dari mereka," jelas Pandu.
Maya hanya mengangguk mengerti alasan suaminya. Setelah bayinya puas menyusu, Maya meletakkan bayinya di box bayi hadiah pemberian dari pamannya waktu Maya melahirkan beberapa bulan yang lalu.
" Kamu mandi gih, setelah itu aku siapin baju terus kamu makan ya," ucap Maya sembari membenarkan kancing teratas dasternya. Maya berjalan menghampiri Pandu yang sibuk melepas baju kerjanya.
" Aku sudah makan sayang. Aku mau mandi terus langsung istirahat, capek banget aku yang," ucap Pandu.
Maya menerima seragam kerja suaminya yang sudah kotor. Hanya memakai celana pendek Pandu berjalan ke kamar mandi untuk menyelesaikan ritual mandinya. Selagi Pandu sedang mandi, Maya meletakkan seragam kotor baju suaminya di keranjang kotor. Maya menghela nafas baru dua hari ia selesai mencuci baju, kini keranjang cuciannya sudah penuh kembali. Belum lagi milik kedua mertuanya, besok bisa seharian Maya selesai mencuci baju kalau tidak dia awali pagi-pagi sekali.
Krucuk krucuk bunyi perut Maya yang kelaparan malam hari. Maya memegang perutnya yang tiba-tiba terasa perih. Ia lupa jika hari ini ia baru makan siang tadi,itupun tidak habis karena ibu mertuanya menyuruh Maya untuk membersihkan kolam ikan di rumah mereka.
" Aku sampai lupa kalau hari ini aku baru makan sekali," gumam Maya.
Daripada sakit, Maya bergegas turun dari kamarnya menuju dapur. Kondisi rumah yang sudah gelap karena penghuninya sudah tidur membuat Maya harus berjalan pelan agar tidak membangunkan seisi rumah. Maya membuka kulkas dua pintu dan mendapati ada sisa makanan tadi. Ada ayam rica-rica, tahu bacem dan juga tumis pare hasil masakannya sendiri. Sebenarnya makanan ini untuk suaminya yang sengaja disisain oleh Desi, namun karena suaminya sudah makan jadi makanan ini untuk Maya.
Maya makan dengan lahap karena wanita itu sangat kelaparan. Sepiring nasi penuh berhasil ia habiskan dengan kalap karena perutnya yang memang teramat kosong. Maya yang dulunya makan sangat santai kini sering makan terburu - buru karena rasa lapar yang mendominasi perutnya.
" Loh yang, kamu kok baru makan," ucap Pandu tiba-tiba. Pandu sengaja menyusul istrinya karena tidak mendapati Maya di dalam kamar.
" Iya mas aku baru bisa makan sekarang. Dari tadi aku sibuk banget,"
" Nanti aku bilang sama ibu supaya enggak suruh - suruh kamu terus," ucap Pandu mengelus kepala istrinya dengan sayang. Pandu mengambil tempat duduk di samping Maya yang sedang makan.
" Enggak usah mas, ini kan memang sudah menjadi tugas aku sebagai menantu di rumah ini. Nanti kalau Mas Fahmi sudah menikah pasti tugas ku akan terkurangi sama istrinya nanti,"
" Yaudah baik-baik kamu jangan sampai sakit,"
Sembari mengunyah makanan ditemani oleh suaminya, Maya jadi kepikiran sesuatu yang mengganjal hatinya beberapa hari ini. Ia memutuskan untuk membicarakan hal ini dengan Pandu agar beban pikirannya itu terkurangi.
" Oh ya mas, aku boleh ngomong sesuatu enggak?" tanya Maya.
" Tanya apa sayang? Kamu kalau nanya pakai izin segala sih, kayak sama siapa aja,"
" Jadi sebenarnya aku merasa nggak enak sama ibu kalau setiap kali belanja urusan rumah dan dapur pakai uangnya. Uang yang kamu kasih selalu habis untuk kebutuhan makan kita di awal bulan dan setelah itu kita selalu mengandalkan uang ibu dan ayah," jelas Maya.
" Habis mau bagaimana lagi, aku harus nabung buat beli motor. Selagi ibu sama ayah diam aja berarti mereka tidak keberatan,"
" Iya tapi kan kita sudah menikah, alangkah baiknya kalau kita memiliki uang sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. Malu sama ayah dan ibu kalau kita mengandalkan uang mereka," ucap Maya.
" Maya, kamu kan tahu kalau aku lagi berhemat sekarang. Kamu yang pinter dong mengelola keuangan. Aku udah lama banget pengen ganti motor, malu sama temen-temen kerja ku kalau naik motor yang biasa itu,"
" Tapi motor kamu kan masih bagus mas. Bagaimana kalau uang tabungan kamu untuk kita pindah rumah? Setidaknya kalau kita punya rumah sendiri kita jadi lebih bebas. Nanti aku bisa bantuin kamu kerja. Kan lumayan kalau aku sama kamu kerja kebutuhan sehari-hari keluarga kecil kita bakal terpenuhi,"
" Kalau semua kerja terus yang jaga Bayu siapa? Kamu tega ninggalin anak kita sama orang lain,"
Ucapan Pandu berhasil membungkam Maya. Wanita itu lebih memilih melanjutkan makannya mencoba mencerna ucapan Pandu yang benar adanya itu.
†******†*********†*********
" Maya sini deh," panggil Desi yang melihat Maya selesai menidurkan Bayu.
Sore ini kegiatan Maya sudah kelar dan wanita itu bersiap ingin makan siang yang tertunda. Maya tidak sempat makan siang karena Bayu sedikit rewel. Beruntung sekarang bayi itu sudah anteng di tempat tidurnya jadi Maya bisa sedikit bernafas lega sekarang.
" Iya bu kenapa?" tanya Maya menghampiri ibu mertuanya yang sedang menonton TV.
" Kamu tahu Amanda pacarnya Fahmi kan?" tanya Desi.
" Ibu sebenernya kurang suka sama Amanda karena dia gadis yang sombong. Beda banget sama kamu May. Kamu kalem dan penurut sedangkan si Amanda itu suka asal ceplas-ceplos terus enggak punya etika. Masa ya kemarin dia ngatain ibu itu cerewet dan tukang suruh - suruh. Padahal itu tidak benar kan ya May? Buktinya aja kamu betah jadi menantu ibu" lanjut Desi lagi.
" Mungkin maksud Mbak Amanda bukan begitu kali bu. Sejauh Maya kenal Mbak Amanda, dia orangnya baik kok," jawab Maya.
" Alah si Maya kenapa kamu kalau diajak gosip kaku banget sih," sungut Desi.
" Bukan begitu maksud Maya bu, tapi Mbak Amanda itu memang baik. Dia orangnya tegas dan pemberani,"
" Terserah mu lah May. Ibu mau lanjut nonton sinetron kesukaan ibu dulu. Habis ini kamu mau ngapain?"
" Habis ini Maya mau makan bu, dari tadi siang Maya belum makan soalnya "
" Yaudah makan sana, jangan sampai kamu sakit. Kasihan anak dan suami kamu nanti kalau kamu sakit. Mereka enggak ada yang ngurus,"
" Iya bu," ucap Maya kemudian meninggalkan ibu mertuanya yang sudah fokus dengan sinetronnya.
Sebelum Maya benar - benar pergi, Desi kembali memanggil Maya. Wanita itu setengah berteriak meskipun Maya masih didekatnya.
" May, tolong nanti kamu hadiri undangan Bu Ela ya. Bu Ela lagi ngadain acara syukuran karena anaknya baru pulang dari luar negeri," perintah Bu Desi.
" Ibu males kalau disuruh ke sana, mending nonton sinetron kesukaan ibu. Bu Ela itu sombong, pasti dia mau pamer kekayaan. Padahal ya May, anaknya itu di luar negeri cuma jadi TKW. Jadi TKW emang bikin kaya cepet sih tapi kalau ujung - ujungnya jadi pembantu mah itu sama aja," lanjut Bu Desi.
" Iya bu," jawab Maya.
Beberapa hari kemudian Maya menjalani kehidupannya seperti biasa. Rutinitas sehari-hari menjadi ibu rumah tangga membuat Maya terkadang lupa akan dirinya sendiri. Seperti halnya makan, Maya sering kali melupakan hal itu. Jangankan makan tepat waktu sekedar merias wajahnya saja pun dirinya tidak sempat. Penampilan Maya sekarang jauh lebih mirip dengan upik abu di rumah mertuanya sendiri.
" May, tolong setrika baju baju orang rumah ya. Besok kan ayah, Fahmi sama suami kamu sudah mulai bekerja dan kuliah jadi lebih baik kamu setrika sekarang. Sini anak kamu biar ibu yang jaga," ucap Desi.
Di hari libur pun Maya tidak merasakan istirahat apalagi bermalas-malasan. Semua tugas rumah seolah menjadi beban tanggung jawabnya. Sedari pagi Maya belum berisitirahat, ia sibuk mengurusi urusan rumah. Di saat Maya sibuk dengan urusan rumah, ada Pandu yang tadi siang pergi ke luar rumah katanya ada urusan penting.
Hingga malam datang Maya selesai dengan urusan rumah, Pandu baru menampakkan dirinya. Pandu berjalan menghampiri istrinya yang ketiduran di ruang setrika.
" Sayang, kamu kok tidur di sini sih?" tanya Pandu menghampiri istrinya di ruang setrika rumahnya.
" Aku baru kelar setrika terus capek sampai lupa ketiduran di sini," jelas Maya.
" Yaudah sekarang kita naik ke kamar yuk. Kasihan Bayu dia pasti haus ingin minum ASI kamu,"
" Bayu anteng sama ibu kok. Ibu bilang mulai sekarang Bayu harus mulai terbiasa jauh dari aku, supaya pas aku pergi nanti ibu tidak kerepotan,"
" Ayo kita bicarakan masalah yang kemarin di kamar," ajak Bayu.
" Tapi aku mandi dulu ya,"
" Yaudah sekalian kalau begitu,"
" Sekalian gimana maksudnya?"
" Mandi berdualah sayang ku Maya istri ku yang paling cantik,"
Maya tersipu mendengar ucapan suaminya. Sudah berulang kali gombalan selalu Pandu lontarkan namun Maya tetap saja masih tersipu. Menurutnya hal seperti inilah yang akan ia rindukan nanti.
Sehabis mandi kedua pasangan suami istri tersebut duduk bersandar di sisi kepala ranjang. Bayu sudah pulas tidur karena Desi yang menjaganya. Desi sangat menyayangi cucu semata wayangnya tersebut. Bayi gemuk itu saat ini anteng dalam box bayi yang berada di kamar Maya dan Pandu.
" Gimana mas?" tanya Maya kini bersandar di dada bidang suaminya. Yang dikatakan mandi berdua oleh Pandu tadi bukan sekedar mandi seperti biasa. Semua orang tahu aktivitas pasangan muda jika mereka saling berdekatan terlebih itu di kamar mandi. Maya bersemu jika mengingat kegiatan panasnya bersama Pandu tadi.
" Aku sudah mendaftarkan kamu. Biaya pendaftaran dan selama penampungan aku sudah membicarakannya bersama ibu. Ibu setuju untuk mengcover semuanya asal kamu bisa berangkat 4 bulan lagi," jelas Pandu.
" 4 bulan lagi mas?" tanya Maya sedikit mendongak melihat wajah Pandu yang tampak segar karena sehabis mandi.
" Iya sayang. Kamu bisa berangkat setelah 4 bulan berada di penampungan. Tetapi mulai minggu depan kamu sudah harus berada di tempat penampungan karena kamu harus belajar bahasa dan beberapa budaya di negara tujuan kamu nanti," jelas Pandu lagi.
Jadi setelah Maya pulang dari acara Bu Ela minggu lalu dirinya sempat berbincang-bincang dengan anaknya yang baru pulang dari luar negeri sehabis jadi TKW. Maya mendengar cerita anak Bu Ela dengan antusias yang tinggi, sepertinya menjadi TKW cukup membuat Maya tertarik.
Iming-iming gaji yang fantastis dengan jumlah waktu yang singkat membuat Maya berpikir jika ini adalah solusinya selama ini. Ia bisa bekerja selama beberapa tahun dan mengumpulkan uang, sehingga uang tersebut bisa ia gunakan untuk membangun rumah dan membuka usaha baru.
Setelah pulang dari rumah Bu Ela, Maya langsung mengungkapkan keinginannya kepada Pandu. Awalnya Pandu sempat menolak namun setelah penjelasan Maya tentang perekonomian rumah tangga mereka kedepannya akhirnya Pandu pun setuju. Kedua mertua Maya pun juga tidak keberatan, mereka justru mendukung keputusan Maya karena demi masa depan cucu mereka. Pak Rusdi berpikiran jika kedepannya ia tidak selalu bisa membantu anak dan menantunya, sehingga ide Maya tersebut sangat diterima oleh Pak Rusdi.
Ibu Desi juga setuju, menurutnya mengurus Bayu tidaklah sulit. Ia pernah membesarkan kedua anak laki-lakinya sehingga Bayu cucunya dapat terurus.
Maya senang semua orang mendukungnya, namun mengingat tentang pamannya Maya tidak membicarakan hal ini. Kata Pandu sebaiknya Paman Maya jangan diberitahu terlebih dahulu agar tidak membuatnya khawatir. Maya setuju karena pendapat Pandu benar adanya, sebaiknya setelah Maya sukses di luar negeri Maya baru mengunjungi pamannya.
" Kamu yakin sayang mau jadi TKW? Itu negara orang, aku enggak bisa melindungi kamu disana. Aku takut terjadi sesuatu sama kamu, apalagi kamu perempuan," ucap Pandu kembali membuka suara.
" Mas, kita udah sepakat. Ini demi masa depan rumah tangga kita. Aku mau bantuin kamu mas, setidaknya uang yang bisa kita kumpulkan jadi lebih cepat kalau aku pergi keluar negeri. Kamu tahu? Kemarin anaknya Bu Ela kasih tahu aku kalau gaji satu tahun di sana bisa untuk membangun rumah. Bukankah itu impian kita mas? Rumah impian kita bakal terwujud cepat kalau aku jadi TKW. Setidaknya itu yang bisa aku lakukan untuk membantu kamu sebagai kepala rumah tangga di keluarga kecil kita," jelas Maya panjang kali lebar.
" Terima kasih sayang. Kamu harus janji, selama kamu di sana kamu sering sering kabari aku ya. Pokoknya setiap saat dimana pun kamu berada kamu harus kasih kabar. Di sini aku selalu berdoa semoga kamu baik baik saja sayang,"
Pandu memeluk Maya dengan erat. Perpisahan mereka sudah berada di depan mata. Jujur dirinya tidak sanggup untuk melepaskan istrinya pergi demi menyambung hidup keluarga mereka kedepannya. Tetapi mau bagaimana lagi, gajinya sebagai kepala bagian di pabrik tidak akan cukup untuk menghidupi keluarganya. Seiring bertambahnya waktu, semua menjadi mahal dan kebutuhan pun juga semakin meningkat.
Belum lagi Bayu juga akan bertambah dewasa, putranya itu pasti membutuhkan banyak uang untuk pendidikannya kelak. Hanya ini satu -satunya jalan keluar yaitu melepaskan Maya sebagai TKW.
" Aku pasti bakal kangen banget sama kamu dan Bayu mas. Kalian berdua adalah prioritas utama ku saat ini. Tolong jaga anak kita ya mas. Selama aku enggak ada, didik dia menjadi anak yang berbakti. Aku merasa bersalah banget karena tidak bisa menemaninya tumbuh dewasa,"
" Aku pasti menjaga putra kita sayang. Pokoknya kamu harus rajin kirim kabar ya,"
" Iya mas," jawab Maya.
" Oh ya, minggu depan kan kamu sudah berangkat. Bagaimana kalau besok kita jalan jalan bertiga? Aku mau pinjam uang sama ibu untuk traktir kamu makan di restoran. Gimana?"
" Apa itu tidak berlebihan mas? Sayang sama uangnya kalau cuma buat makan. Kita juga bisa makan di rumah kan?"
" Pokoknya kamu harus nurut. Besok kita jalan - jalan. Ok?" kekeh Pandu dan akhirnya Maya menurut .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!