Beberapa tahun berlalu setelah Feli dan Yudis lulus sekolah menengah atas. Dan lulus universitas pula di sebuah universitas ternama di Indonesia.
Selama itu pula dengan setianya Yudis, selalu menemani Feli. Kemanapun dia berada, sampai saat ini pula balasan cinta Yudis belum terjawab oleh Feli. Yah masih bertepuk sebelah tangan, hanya dia yang berjuang sedangkan Feli tidak.
Memikirkan itu membuat Yudis, dilanda sebuah dilema dia ingin kejelasan hubungannya dengan Feli.
"Hari ini aku akan mengambil keputusan, tentang hubungan kita. Yang gak jelas ini Fel," gumam Yudis, menatap kosong ke depan.
Kemudian Yudis mengetik sebuah pesan untuk Feli, dan setelah mendapatkan balasan Yudis menyimpan ponsel pintarnya, lalu melanjutkan pekerjaannya di perusahaan sang ayah Mike. Ya setelah lulus dari bangku kuliah Yudis langsung menduduki kursi wakil CEO, sang ayah ingin terlebih dulu Yudis belajar sebelum dia menjadi CEO menggantikan dirinya.
Sedangkan Feli, dia bekerja sebagai sekretarisnya Gemy. Setelah masa lalu yang diceritakan oleh Gemy membuat Feli dan Gemy menjadi dekat. Membuat hubungan adik kakak mereka sangat erat, membuat siapa saja bisa menyangka jika Feli dan Gemy pasangan. Begitu pun Feli dan Gemy mereka langsung bekerja di perusahaan keluarga yang digabung jadi satu. Keluarga Gemy dan ayah Feli.
Awal nya Feli menolak jadi sekretaris Gemy. Namun, permintaan Anisa yang membuat Feli menyetujui dirinya jadi sekretaris Gemy.
Flashback...
"Hah!! No, aku gak mau ya. Nis, aku gak mau jadi sekretarisnya si Gemy." Tolak Feli. Setelah Anisa menceritakan alasan kenapa dia yang harus jadi sekertaris Gemy.
"Pleas Feli, kamu kan bakal jadi ipar aku. Jadi aku mohon jadi sekretaris Gemy yah untuk sementara ini ko, yah." Pinta Anisa, membuat Feli menautkan kedua alisnya. Anisa terlalu berlebihan menurutnya, karena dia gak mau Gemy kecantol cewek lain.
"Huff, kenapa sih gak lo aja. Nis, kan lo tunangannya. Kenapa gak lo aja," kesal Feli cemberut.
"Kamu kan tau Fel, aku kerja di perusahaan lain. Dan belum selesai kontraknya, aku janji setelah aku selesai, aku bakal jadi sekretarisnya Gemy." Jelas Anisa.
"Yah please," pinta Anisa lagi dengan wajah memelas.
"Ayolah Feli," rengek Anisa.
"Ya udah deh ahh, lo yah kalo bukan sahabat gue. Gue ogah nolongin lo," ucap Feli ketus, membuat Anisa tertawa.
"Kamu memang ipar yang baik." Anisa mencubit pipi chubby Feli, membuat Feli memutar bola mata malas, dan mengusap pipinya.
"Dasar lo nyebelin Nis, ini sih kaya gue. Jagain jodoh lo," gerutu Feli.
Ucapan Feli membuat Anisa terkekeh, mereka pun melanjutkan acara gosip mereka.
Flashback selesai
Tak terasa waktu sudah menunjukan jam pulang kerja, Feli bersiap-siap untuk pulang setelah menanyakan apa Gemy akan pulang langsung atau tidak?
"Gem, lo mau langsung pulang ?atau gimana?" tanya Feli, pada Gemy yang sedang membereskan berkas-berkas di meja.
"Gue mau jemput Anisa, lo pulang aja bentar lagi gue keluar ko." Jawab Gemy, dan Feli mengangguk.
"Ya udah kalo gitu, gue pulang duluan yah, bye." Pamit Feli pada Gemy, dan keluar dari ruangan Gemy. Dan menekan lift menuju lantai satu. Feli akan langsung ke tempat biasa dia dan Yudis bertemu.
Saat masuk mobil, Feli mengirim pesan pada Yudis bahwa dia sedang berada dalam perjalanan. Feli melaju meninggalkan halaman kantor di dalam perjalanan, Feli ditemani oleh musik yang di putar di mobil nya lewat bluetooth.
Berpuluh menit kemudian, Feli sudah sampai dan memarkirkan mobilnya, kemudian turun dan berjalan ke arah taman. Taman yang sering di datangi oleh Yudis dan Feli di akhir pekan.
Feli duduk di tempat biasa sambil memandangi anak-anak yang tengah bermain sore. Feli tersenyum membayangkan dirinya memiliki anak kecil yang berlari dan memanggilnya Mommy.
Tak lama Yudis pun datang, dan menyapa Feli.
"Sudah lama?" tanya Yudis.
"Belum," jawab Feli sambil tersenyum manis, senyum yang selalu meluluhkan hati Yudis.
Hingga beberapa menit mereka hanya diam, menatap lurus ke depan.
"Tumben ngajak ketemuan, ada apa?" tanya Feli membuka suara terlebih dulu. Feli sudah berubah tak pernah berbicara ketus pada Yudis.
Yudis tak menjawab, dia menoleh mengamati wajah cantik yang sudah menghiasi hari-harinya untuk yang terakhir kali. Karena tak ada jawaban dari Yudis Feli menoleh dan tatapan mereka beradu, mereka saling tatap sampai Yudis memutuskan pandangannya terlebih dulu.
"Fel, bagaimana jawabanmu? Apa masih belum bisa ngasih, jawaban juga?" tanya Yudis.
"Maksudnya, bagaimana?" Feli bertanya pada Yudis dengan heran, membuat Yudis menghela napas secara kasar dia bosan, sangat bosan Feli selalu begitu pura-pura tidak tahu.
"Jangan pura-pura tidak tau, dan tidak mengerti Feli." Desis Yudis mencoba mengontrol emosinya.
"Yudis aku..." Feli tidak bisa meneruskan kata-katanya, karena Yudis memotongnya sebelum Feli berbicara.
"Baiklah, jika kamu tidak mengerti dan terus saja berpura-pura. Aku akan jelaskan bagaimana kelanjutan hubungan, kita? Apa kamu tidak akan membalas pernyataan, cintaku? Apa kamu akan tetap menggantung hubungan kita ini, Feli? Apa kamu tidak akan memberi kepastian, padaku?" tanya Yudis panjang lebar, dengan suara yang dingin. Suara yang untuk pertama kali Feli dengar.
Feli hanya diam, mendengar perkataan Yudis. Dia tidak menjawab.
"Dan seperti biasa kamu hanya bisa diam, atau mengalihkan pembicaraan ke topik lain." Yudis berucap dengan ketus, menahan emosi.
"Yudis aku..." Feli sampai sekarang masih bingung, dengan hatinya. Setiap hari Yudis selalu bersama dengannya walau Feli tidak memberi kepastian.
"Sudah cukup Feli, aku tau jawaban kamu. Dan mulai sekarang aku menyerah memperjuangkan cintamu, aku lelah berjuang sendiri, sementara kamu tidak pernah berusaha untuk mencintaiku. Kamu tidak bisa move on dari masa lalu mu," ujar Yudis, Yudis berdiri di hadapan Feli.
"Aku pergi Feli, jangan pernah mencari ku atau menghubungiku lagi. Semoga kamu, bahagia Feli." Yudis mengusap pipi Feli, untuk terakhir kalinya.
Setelah mengatakan itu, Yudis pergi dari hadapan Feli sebelum Feli berbicara dan tanpa menoleh ke belakang.
Feli memejamkan matanya, dia menoleh ke belakang. Dan melihat Yudis sudah menjauh, kemudian Feli bangkit dari duduknya, berusaha mengejar Yudis. Dia tidak akan membiarkan, laki-laki sebaik Yudis pergi. Dia tidak akan, mengulangi kesalahan yang sama.
"Yudis, Yudis tunggu, Yudis jangan seperti ini. Jangan tinggalkan aku," teriak Feli.
Tapi sayang Yudis tetap tak menoleh ke belakang dia sudah benar-benar menyerah, memperjuangkan cintanya pada Feli. Tapi Feli seperti mempermainkannya.
Di dalam mobil, Yudis menghembuskan napasnya secara kasar, sampai kapan pun Yudis akan selalu mencintai Feli walau sekarang dia tidak akan menghubungi Feli lagi dan menemuinya. Yudis merogoh ponsel di dalam saku celananya dan memblokir nomor Feli.
"Semuanya, sudah selesai Feli." Lirih Yudis menyeka air matanya.
Di Taman
Feli menangis sesenggukan di bangku taman, dia tidak bisa mengejar Yudis dan tidak bisa menyakinkan hatinya.
Feli sadar sudah bertahun-tahun dia menggantungkan Yudis.
"Maafkan aku Yudis," gumam Feli.
Feli mencoba menghubungi Yudis.
"Kenapa tidak bisa?" tanyanya pada diri sendiri.
"Maafkan aku Yudis, maaf." Lirih Feli, menatap nanar wallpaper yang menampilkan fotonya dengan Yudis.
Entah mengapa perpisahan dengan Yudis lebih sakit, dibandingkan perpisahannya dengan Radit dulu.
Bersambung…
Maaf typo
Selamat datang di karya baru ku, jangan lupa di tambah ke daftar favorit kalian ya 🤗
Langit yang tadinya senja, sekarang berubah menjadi gelap. Selama dua jam Feli duduk sendiri di bangku taman sambil terisak menatap layar ponsel.
Tak lama ponsel Feli berdering, membuatnya sedikit terkejut.
"Halo," lirih Feli, mencoba menormalkan suaranya tapi tak bisa. Karena terlalu lama menangis.
Gemy yang di seberang sana pun panik, mendengar suara serak. Sebagai seorang yang sangat amat peka, Gemy tahu Feli tak baik-baik saja.
"Feli lo baik-baik saja, kan? Lo dimana? Lo tau ini sudah jam berapa, ayah sama bunda khawatir," cerca Gemy, tapi Feli tetap diam hanya isak tangis yang keluar.
"Feli Juliana jawab gue, atau gue perlu jemput lo, hah!! cepet sekarang lo bilang dimana posisi, lo?" tanya Gemy mencoba tak emosi.
"Gak usah Gem, gue ada di apartemen ko. Tadi abis nonton drakor sedih banget," jawab Feli bohong, Feli mendengar Gemy menghela nafas pelan.
"Kalo lo ada masalah, cerita sama gue. Jangan lo sembunyikan," jelas Gemy. Feli tahu Gemy tidak mudah dibohongi.
Hening tak ada suara baik dari Feli atau Gemy.
"Jangan sampai, kisah dulu terjadi lagi sama kita." Kata Gemy.
"Lebay lo, ya enggak lah." Ketus Feli.
"Ya udah deh ahh, lo ganggu gue aja sih," sambungnya lagi, tanpa menunggu jawaban Gemy Feli mengakhiri panggilan itu.
Hari ini Feli tidak akan kembali ke rumahnya, dia akan pulang ke apartemen yang dibeli beberapa tahun lalu dari uang saku selama sekolah dan kuliah. Belum lagi gaji yang diterima dari perusahaannya, selama dia bekerja dan tentu saja minta tambahan dari ayah Satria.
Feli beranjak dari duduknya, berjalan gontai menuju parkiran. Kemudian dia melesatkan mobilnya, sebelum ke apartemen dia terlebih dulu mampir makan malam. Karena menangis membuatnya lapar.
Feli memesan ayam geprek mozarella level lima, milkshake stroberi kesukaannya. Jika dia sedang sedih, pasti akan memesan makanan yang super pedas.
Setelah selesai makan dan membayar tagihannya. Feli keluar dari tempat makan tersebut namun dia berpapasan dengan Radit.
"Feli," sapa Radit. Tapi Feli hanya tersenyum, dan berlalu begitu saja. Enggan menanggapi Radit.
Membuat Radit menghela napas berat. "Semuanya telah berubah,termasuk kamu." Batin Radit, menatap nanar kepergian Feli.
Kediaman Darwin
Mommy Melati mengetuk pintu kamar anaknya. "Yudis, boleh mommy masuk?"
"Boleh mom, masuk aja gak dikunci kok," teriak Yudis dari kamar.
Mommy Melati membuka pintu kamar Yudis, melihat anaknya sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya.
"Jangan terlalu lelah dalam bekerja, nak. Ini sudah malam sebaiknya kamu istirahat," ujar mommy Melati.
"Iya bentar lagi selesai, mom," jawab Yudis tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop.
"Yudis bagaimana hubunganmu dengan, Feli? Apa ada, kemajuan?" Mommy Melati mengetahui hubungan Feli dan Yudis, karena Yudis selalu membawa Feli kerumah mereka. Tapi, mommy Melati ibu yang paling peka sedunia, tahu mereka hanya berteman. Namun, Melati memilih diam dan tak ikut campur. Baginya Yudis sudah dewasa dan tak perlu mengekangnya.
"Semuanya sudah selesai mom, aku dan Feli tidak memiliki hubungan apapun lagi. Aku gak cocok sama dia," papar Yudis, jelas menyelipkan kebohongan diantara ceritanya.
Yudis tidak ingin ibunya, sedih mendengar dirinya dan Feli hanya teman dekat saja.
Mommy Melati tersenyum pada Yudis, mengusap kepala anaknya dengan lembut. Membuat Yudis tenang. "Jangan terlalu terburu-buru, kamu masih muda sayang. Mommy akan mendukungmu dengan siapapun kamu menjalin sebuah hubungan."
Yudis hanya tersenyum, menanggapi ucapan ibunya. "Kalo gitu mommy balik ke kamar lagi yah, jangan terlalu larut," jelas mommy Melati.
"Iya mom," balas Yudis.
Mommy Melati mencium, puncak kepala Yudis. "Selamat malam, sayang."
"Selamat malam, mom," jawab Yudis.
Dan mommy Melati keluar dari kamar Yudis, menutup pintu kamarnya. Tapi sebelum pintu itu tertutup rapat, mommy Melati kembali lagi membuka pintu dan menghampiri sang anak.
Yudis menatap sang ibu, yang kembali masuk ke kamar nya. "Ada apa, mom ?ada yang ketinggalan?"
Mommy Melati menggeleng, dan kembali duduk di samping sang anak.
"Kalo kamu sekarang sedang sendiri, kamu mau kan kenalan sama anak dari temannya, mommy?" tanya mommy Melati antusias, terpancar kebahagiaan diraut wajahnya.
Yudis yang melihat kebahagiaan diraut wajah mommy Melati yang tak muda lagi dan senyum bahagianya, tak mampu untuknya menolak.
"Baiklah, mom," lirih Yudis. Bagaimana pun dia masih sangat berharap pada Feli, dan masih mencintainya.
Mommy Melati tersenyum lebar, langsung memeluk Yudis melabuhkan ciuman bertubi-tubi di wajah putra semata wayangnya yang tampan. Yang sangat mirip dengan sang suami.
"Ya sudah kalo gitu, mommy ke kamar dulu. Besok mommy akan kasih tau anak temen mommy itu," ucapnya semringah. Kemudian mommy Melati melenggang pergi meninggalkan Yudis di kamarnya.
Yudis menatap foto yang dibingkai sangat rapi. Mengusap foto itu dan menciumnya, foto Feli yang diambil secara diam-diam saat kelulusan mereka di sekolah menengah atas. Saat itu Feli terlihat sangat cantik dengan dress berwarna hitam, yang terdapat payet-payet sekitar dadanya. Rambutnya yang kecoklatan dia biarkan digerai dan bawahnya di curly. Make-up tipis kesan natural membuat Feli tambah cantik dan manis, belum lagi bando bunga yang menghiasi kepala nya.
Membuat Yudis yang saat itu melihatnya jadi terpana, tak bisa memalingkan wajahnya dari Feli. Tapi pada saat itu Feli lebih memilih bersama sahabat-sahabatnya. Dibanding dirinya, dia menempel terus pada Radit membuat Yudis cemburu.
Jika mengingat itu membuat dadanya sesak. Yudis menghembuskan nafasnya secara perlahan. Kemudian Yudis beranjak dan menuju tempat penyimpanan barang lama.
Dipandanginya foto Feli untuk yang terakhir.
"Mulai sekarang aku akan melupakan mu, bahagia lah dengan pilihanmu Fel." Gumam Yudis, kemudian dia menyimpan foto itu di dalam kardus.
Kemudian Yudis mengecek ponselnya, dan membuka galeri. Dengan ragu dia menghapus semua foto-foto Feli dari ponsel nya dan menyisakan satu saja.
"Semuanya sudah berakhir, cukup sampai disini," lirih Yudis.
Apartemen Feli
Di dalam ruang tamu yang cukup besar, Feli duduk sendiri menatap televisi yang menyala, tatapannya kosong air matanya terus mengalir.
Dia mencoba untuk menghubungi Yudis, tapi tetap saja hasilnya nihil.
"Yudis aku rindu," lirih Feli dengan suara paraunya.
Feli membuka sosial media nya.
"Dia juga meng-unfollow aku." Feli menatap nanar ponselnya, dia merindukan berisikan Yudis, yang selalu mengganggunya tiap saat.
Lagi dan lagi, Feli menangis terisak menelusupkan wajahnya di sela-sela lututnya.
"Aku rindu kamu, Dis. Kamu jahat, kamu tega sama aku."
Jika dipikir-pikir, siapa yang jahat? Dirinya atau Yudis? Jelas semua orang juga tahu, Feli jahat menggantung Yudis tak memberikan kejelasan sama sekali.
Setelah puas menangis, Feli melihat jam di dinding telah menunjukan pukul satu dini hari. Kepalanya terasa pusing, matanya perih karena kebanyakan menangis.
Dia beranjak dari duduknya dan melangkah menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar.
Feli menatap pantulan dirinya di cermin, yang terlihat acak-acakan. Feli menghembuskan nafasnya secara kasar. "Jelek banget sih gue, pantes aja Yudis gak mau sama lo." Feli tertawa sumbang, kemudian dia menangis lagi.
"Yudis," teriak Feli menggema.
"Aku rindu Dis, tolong maafin aku," lirih Feli, seperti orang yang kehilangan arah Feli tertawa dan menangis. Kemudian memukul-mukul pinggiran wastafel, dia ingin sekali memukul kaca di depannya. Tapi Feli tak cukup berani.
Perpisahannya dengan Yudis, membawa dampak besar pada kehidupan Feli.
"Yudis..." Teriak Feli lagi dan dia menangis lagi kemudian semua terjadi begitu cepat, Feli tak sadarkan diri. Tanpa ada yang mengetahuinya, begitulah Feli jika ada masalah selalu memendam sendiri sampai membuatnya tertekan jatuh pingsan dan besoknya sakit.
Bersambung…
Maaf typo
Pagi pun tiba, Feli masih setia dibalik selimutnya setelah semalam pingsan di kamar mandi. Feli sadar saat dia merasakan dingin yang menusuk tubuhnya, alhasil sekarang dia demam.
Ponselnya pun terus bergetar, tapi dia enggan untuk mengangkat. Karena kepalanya pusing dan tubuhnya kedinginan
Sementara itu di perusahaan Gemy meletakan ponselnya dengan kasar, dia kesal karena Feli tidak mengangkat panggilan dari dirinya.
"Kemana sih tuh, anak? Niat kerja gak sih?" gerutu Gemy, sambil menatap jam ditangan.
Akhirnya Gemy memutuskan untuk menghubungi bunda Nia.
"Iya, Gem. Kenapa?" tanya bunda Nia di seberang sana.
"Bunda lagi, di mana?"
"Lagi di sekolahnya Al, emang kenapa?"
"Bun, itu Feli gak masuk, dia juga gak angkat telepon dari Gemy," cerita Gemy.
"Aku takut dia kenapa-kenapa bun, dia di apartemen sendirian. Bunda tolong liatin dia yah!" pinta Gemy.
"Anak itu, selalu saja bikin khawatir. Ya udah bunda bakal liat Feli. Kamu kasih tau alamat apartemennya."
"Iya, bun."
Setelah menutup panggilan telepon, Gemy mengirim pesan pada bunda Nia, dia melanjutkan kembali pekerjaannya.
*****
Setelah mendapat pesan dari Gemy, bunda Nia melajukan mobilnya menuju alamat yang sudah diberikan Gemy. Dia menitipkan anaknya pada guru di sekolah. Berjanji akan segera kembali sebelum jam pulang.
Berpuluh menit kemudian, bunda Nia sudah sampai di basement apartemen tersebut.
"Ya ampun Fel, mewah banget apartemennya." Gumam bunda Nia, dia tak percaya anaknya bisa membeli apartemen di lingkungan yang mewah ini.
Bunda Nia memasuki lift, menekan tombol lima dimana unit Feli berada. Saat sudah sampai bunda Nia tidak merasa sulit menemukan unit sang anak, karena di sana hanya terdapat empat unit.
Bunda Nia menekan bel berkali-kali, tapi tidak ada sahutan dari dalam membuatnya jadi khawatir. Kemudian memutuskan bertanya pada Gemy tentang password unit Feli. Setelah mendapatkannya, bunda Nia menekan angka-angka yang ternyata tanggal ulang tahun anaknya sendiri, membuat bunda Nia geleng-geleng kepala. Saat membuka pintu suasana nya sangat gelap, tidak ada pencahayaan sama sekali.
"Feli..Feli, anak perawan kok malesan sih," omel bunda Nia.
Bunda Nia membuka gorden, yang menutupi sinar matahari agar masuk ke dalam. Saat gorden terbuka bunda Nia bisa melihat betapa luasnya apartemen sang anak, didominasi warna biru kesukaan sang anak. Dan semerbak wangi vanila dan stroberi
"Feli." Panggil bunda Nia.
Karena tak ada sahutan dari sang anak, bunda Nia memanggil kembali.
"Feli," teriak bunda Nia.
Di kamar
Feli benar-benar merasa sangat lemas, tidak bisa menjawab panggilan bunda Nia yang berisiknya melebihi kang sayur yang memanggil ibu-ibu komplek. Kemudian dia meraih ponsel yang berada di atas nakas, untuk menghubungi bunda Nia.
"Feli, kamu ini yah bener-bener buat bunda khawatir. Kamu dimana?" bentak bunda Nia.
Membuat Feli meringis. Dengan suara lemahnya dia memberitahukan bahwa dia ada di kamar lantai dua. Ya bunda Nia tidak tau bahwa apartemen sang anak memiliki lantai duanya. Karena tangganya nyempil di pinggir.
Saat sampai di kamar yang sedikit terbuka, bunda Nia langsung masuk dan melihat Feli bergelung dibawah selimut.
"Feli, apa kamu baik-baik saja, nak?" tanyanya cemas, sambil menghampiri sang anak.
Bunda Nia duduk di dekat pinggir ranjang, dan meraba kening Feli.
"Kamu demam Fel." Bunda Nia panik, karena suhu tubuh Feli sangat tinggi.
"Bunda, aku baik-baik saja," lirih Feli.
Bunda Nia memukul lengan Feli, dengan mata berkaca-kaca. Dia merasa sebagai seorang ibu kurang memperhatikan anak gadisnya. "Baik-baik saja gimana? Orang kamu demam tinggi gini."
"Bunda beliin kamu bubur dulu yah, kamu jangan kemana-mana," perintah bunda Nia.
Membuat Feli berdecak. "Memangnya aku mau kemana, bun. Aku aja lemes gini."
"Ya kali, kamu mau keluar dari kamar gitu," jawab bunda Nia, membuat Feli terkekeh. Bundanya ini bisa-bisanya dia sedang sakit malah melawak.
"Ya udah bunda keluar dulu, sebentar."
Yang dijawab anggukan oleh Feli. Setelah bunda Nia keluar Feli menghela napas lelah.
Tak berapa lama, Feli mendengar pintu kamar nya di buka. Bunda nya datang dengan membawa nampan.
"Kok cepet banget sih, bun?"
"Udah jangan banyak tanya, nih makan dulu, habis makan minum obatnya," jelas bunda Nia.
"Suapi bun," pinta Feli manja.
Bunda Nia menyuapi Feli sampai buburnya habis, walaupun rasanya pahit dia bersusah payah menghabiskan makanannya, kemudian Feli menerima obat penurun demam.
"Kamu istirahat aja lagi, bunda mau ke bawah dulu."
"Iya." Cicit Feli.
Setelah selesai membersihkan bekas makan, bunda Nia naik ke lantai atas untuk melihat Feli, dan Feli telah tertidur. Bunda Nia memutuskan untuk menjemput anaknya yang berada di sekolah dasar. Dan memberitahukan Gemy bahwa Feli sedang sakit.
Perusahaan Darwin
Yudis yang sedang serius memeriksa berkas di laptopnya, tidak menyadari kehadiran mommy Melati, yang datang dengan seorang gadis cantik.
"Ternyata kamu kalo kerja serius sekali," ejek Melati.
Mendengar suara mommy Melati, Yudis mengangkat kepalanya dan menunda pekerjaannya.
"Mom, kapan datang?" tanyanya bingung dan menghampiri mommy Melati, kemudian mencium punggung tangan ibunya.
"Lima menit yang lalu," ketus nyonya Melati.
"Maaf mom, pekerjaanku banyak," sesal Yudis.
"Ohh ya, mommy hampir lupa, kenalin anak teman mommy namanya..." Nyonya Melati menjeda ucapan nya, karena dia lupa nama anak dari temannya tersebut.
"Mommy belum terlalu tua, tapi sudah pikun," ejek Yudis.
Nyonya Melati melotot mendengar ucapan sang anak, dan memukul lengan Yudis pelan.
"Kamu tuh yah, jadi anak menyebalkan sekali, mommy kutuk jadi batu baru tahu kamu." Ketus nyonya Melati. Membuat Yudis terkekeh
"Ayo kenalan," perintah nyonya Melati.
Yudis mengulurkan tangannya.
"Yudis."
Sarah menyambut uluran tangan Yudis.
"Sarah," jawabnya malu-malu.
"Baiklah, karena kalian sudah kenalan. Mommy mau ketemu daddy, mau makan siang berdua," jelasnya, sambil cipika-cipiki pada Sarah dan mencium Yudis membuat Yudis menahan malu.
"Yudis jangan lupa, ajak Sarah makan siang oke."
"Iya,mom," ucap Yudis.
Setelah nyonya Melati keluar, Yudis melakukan pekerjaannya kembali sebelum makan siang yang sebentar lagi. Dan menghiraukan Sarah.
Sedangkan Sarah langsung sibuk dengan ponselnya, di dunia maya. Entahlah seperti apa hubungannya dengan Yudis kedepannya tapi dia akan menjalaninya terlebih dulu.
****
Gemy yang diberi tahu, bahwa Feli sakit langsung meluncur ke apartemen Feli setelah makan siang. Dan kebetulan sekali setelah makan siang jadwalnya tidak begitu padat, dan tidak ada meeting penting.
Berpuluh menit kemudian, Gemy telah sampai di kawasan apartemen Feli. Memberikan kunci mobilnya pada satpam, Gemy melangkah menuju lift dengan tergesa. Setelah sampai di depan unit Feli, Gemy menekan password nya setelah terbuka rumah tampak sepi. Karena bunda Nia belum kembali menjemput adik bungsu mereka.
Gemy melangkah menuju kamar atas, dan dia melihat Feli masih tertidur. Gemy duduk di dekat sisi ranjang dan mengecek suhu tubuh Feli, yang sudah agak mendingan.
Gemy yakin pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Feli, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Nanti dia akan bertanya pada Feli setelah dia bangun, untuk saat ini Gemy membiarkan Feli untuk beristirahat karena dia tidak tega, melihat wajah pucat Feli dan kantung mata yang menghiasi wajah cantiknya. Gemy mengusap lembut puncak kepala Feli dengan sayang.
"Apa gue gagal jagain, lo? Dan buat lo, bahagia? Dari dulu lo selalu sedih, tanpa menunjukkannya pada gue." Gumam Gemy sambil menyeka air mata nya, yang keluar tanpa permisi.
"Gue sayang dan akan selalu melindungi lo, sampe lo ketemu sama cowok yang mampu buat lo bahagia," tutur Gemy pelan, dan mencium kening Feli sayang.
Kemudian Gemy beranjak dari kamar Feli, menuju ke bawah. Setelah mendengar pintu tertutup Feli membuka mata nya. Dia mendengar apa yang Gemy katakan, membuat dia terharu dan meneteskan air matanya.
Bersambung…
Maaf typo
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!