NovelToon NovelToon

Terpaksa Menjadi Istri Tuan Mafia

Prolog

...Siapa yang mampu bertahan hidup maka dia akan tetap bisa bernafas di atas tanah yang sama dengan para penguasa tapi siapa yang tidak mampu maka dia akan menjadi seekor tikus kecil dan mati di tangan yang lebih kuat. ...

...~King Mafia...

...***...

"Teruslah berlari tikus kecil!" Teriak seorang pria dengan suara menggelegar yang begitu menakutkan.

Dia berdiri pasang badan dengan tangan memegang pistol dan diarahkan ke seorang pria yang tengah berlari mencoba menjauh dari kejarannya. Mata tajamnya begitu menyeramkan dengan nafas naik turun dia masih bisa melihat dan memastikan jika dirinya menarik pelatuk itu maka pria tersebut akan jatuh tersungkur.

"Hitungan ketiga, kau berlari, aku tembak!" Ancamnya tak main-main.

Namun, sepertinya pria itu sudah begitu takut dengan pria beraura tegas dan dominan. Dia mengabaikan ancamannya hingga akhirnya

suara pistol ditembakkan dan tak lama erangan pria itu bersamaan tubuhnya jatuh tersungkur mulai terlihat.

"Ampun, King. Kumohon lepaskan aku!" Pinta pria itu dengan berusaha memundurkan tubuhnya saat pria yang ia panggil king berjalan ke arahnya dengan tangan menggantung dan pistol dalam genggamannya. "Aku bersumpah bukan aku yang mengkhianatimu. Aku bersumpah padamu, King!"

Pria yang dipanggil king tak menggubris. Langkah kakinya tetap melangkah dengan tegas. Aura dingin dan kejamnya sudah sangat terasa.

Dia tak lepas memandang pria itu dengan pandangan tajamnya. Matanya begitu sipit hingga membuat pria itu menggeleng dan menyatukan tangannya di depan dada memohon ampun.

"Ampun, King. Lepaskan aku!" Pinta pria itu lagi memohon belas kasihan.

Bukannya memiliki belas kasih. Pria dengan panggilan king itu menendang pria itu dengan kuat hingga jatuh terlentang. Dari hidungnya mengeluarkan darah segar yang membuatnya tersenyum puas.

"Jika bukan kau yang mengkhianatiku. Lalu siapa, hah?" Serunya dengan menurunkan tubuhnya dan menarik kemeja pria itu hingga wajah keduanya berdekatan.

"Aku aku… " Ucap pria itu terbata. "Aku tak tahu, King. Aku tak tahu! "

Pria itu berdecak. Dia melepaskan kerah baju itu dengan kasar lalu segera beranjak berdiri.

"Ada kata yang ingin kau sampaikan?" Kata pria dengan kemeja hitam putih melekat di tubuh kekarnya dan pistol yang sudah dia arahkan ke arah pria yang mulai gemetar ketakutan.

Tak ada lagi kesempatan untuknya hidup. Hingga pria itu pasrah akan hidupnya. Matanya yang penuh kekecewaan dan balas dendam mulai mendongak. Dia menatap ke arah bola mata pria yang ia panggil King tanpa takut.

"Kau akan hancur, King. Kau akan hancur oleh keluargamu sendiri! " Seru pria itu yang membuat tangan King mengepal kuat.

Dia sudah menahan amarahnya sejak tadi sampai akhirnya batas akhirnya tak terbendung. Dalam sekali tarikan nafas, dia melepaskan tiga kali pelatuk dan akhirnya pria itu langsung jatuh dan tewas di tempat.

"Terlalu bodoh!" Seru King lalu menginjak dada pria itu dengan kakinya dan dia memasukkan pistol ke balik pinggangnya lagi.

"Tuan," Seru para pengawal yang baru datang dengan nafas naik turun mendekati tuannya.

"Bereskan tikus kecil ini dan hapus semua jejaknya!" Seru King lalu dia menarik kakinya dan hendak pergi.

Namun, saat matanya tanpa sengaja menatap ke ujung jalan. Pandangannya bertemu pandang dengan seorang perempuan yang sudah berdiri disana.

Entah sejak kapan. Namun, King hanya bisa melihat bentuk tubuhnya karena memang ujung jalan begitu gelap dan hanya ada pantulan cahaya dari seberang jalan.

Dia sudah penasaran. King lekas berjalan ke arah sana tapi perempuan itu sudah pergi dan membuat King mempercepat langkahnya.

"Siapa dia?" Seru King dengan menatap kanan kirinya.

~Bersambung

Selamat pagi semua. Selamat datang di karya terbaruku. Karya yang dinanti perjalanan cinta Zelia yang hidupnya penuh lika liku.

Jangan lupa selalu dukung aku dengan klik like, beri komentar dan juga vote koin poin agar author selalu semangat untuk update kisah Zelia sampai tamat.

Ikutin terus yah, jangan lupa masukin favorit. Biar kalian gak ketinggalan cerita dan updatenya.

Calon Suami Zelia

...Hidup itu seperti roda yang berputar. Terkadang kau akan ada di atas dan hidup bahagia tanpa air mata sedikitpun. Namun, tak sedikit banyak ada orang yang memulai semuanya dari bawah dan mencoba bangkit dari segala keterpurukan yang menimpanya di masa lalu. ...

...~Azzelia Qaireen...

...***...

"Selamat pagi, Nona," Sapa beberapa orang karyawan dengan tubuh sedikit menunduk saat seorang wanita datang dan berjalan begitu tegas memasuki sebuah perusahaan yang menjadi tempatnya bekerja selama tiga tahun ini.

"Pagi," Sahutnya dengan senyum manis dan suaranya yang begitu lembut.

Langkah kakinya terus melangkah memasuki lift. Dia menekan angka dimana ruang kerjanya berada hingga tak lama lift itu tertutup dan mulai bergerak.

Senyumannya tak pernah lepas dari kedua sudut bibirnya. Tiga tahun terberat sudah dijalani dengan begitu luar biasa. Banyak hal yang sudah merubah sosok dirinya di masa lalu.

Dia bukanlah orang yang sama. Banyak hal yang merubahnya menjadi sosok yang lebih cuek dengan keadaan sekitar. Senyum palsu sering diberikan pada siapapun yang menyapanya.

Dia lebih banyak diam. Tak ada lagi wajah ceria dan candaan seperti dulu. Tak ada lagi senyuman lepas yang selalu bertengger di kedua sudut bibirnya setelah semua kejadian yang menimpanya.

"Apa jadwal saya hari ini, Ve?" Tanyanya dengan suara tegas dan meletakkan jas yang baru saja dia lepas di sandaran kursi kebesarannya.

"Hari ini jadwal Anda hanya menandatangani semua laporan dan rapat bulanan, Nona Ze," Kata Eve dengan menatap buku harian jadwal atasannya itu.

"Bawa semua laporan itu ke mejaku dan kau boleh keluar!" Katanya dan langsung dipatuhi oleh Eve dengan cepat.

Sepeninggal Eveline. Perempuan dengan bola mata indah itu berjalan menuju jendela yang menampilkan banyaknya gedung di Kota Jakarta. Pemandangan yang selalu menemaninya selama tiga tahun disini tak pernah membuatnya bosan.

Senyuman yang sejak tadi dia berikan perlahan menyusut. Matanya menatap kosong ke depan lalu tangannya diangkat untuk menyentuh kaca itu dengan pelan.

"Tiga tahun yang telah usai," Lirihnya dengan tangan yang bergetar.

Sampai akhirnya suara pintu yang terbuka membuat dirinya tersadar dari lamunannya. Dia berbalik dan melihat sosok pria yang selalu menjadi pahlawan dalam hidupnya datang dengan senyuman yang selalu dirindukan.

"Selamat pagi, Zeliaku. Putriku yang selalu sibuk dengan pekerjaan," Ujar pria paruh baya yang usianya semakin tua dengan tubuh masih terlihat bugar.

Sapaan itu tentu membuat perempuan dengan kemeja putih dan rok pendek selutut berjalan menuju sosok ayah yang sangat dirindukannya. Dia lekas memeluk sosok ayah sekaligus ibu yang sudah dia tinggal untuk melakukan pekerjaan di luar kota selama tiga hari.

"Papa. Aku merindukanmu," kata Zelia dengan semakin mengeratkan pelukannya.

"Jika rindu Papa. Kenapa tak langsung pulang?"

Perempuan yang usianya lebih dari kepala tiga itu menyengir kuda. Dia melingkarkan tangannya ke lengan sang Papa dan membawanya duduk di sofa.

"Banyak pekerjaan yang harus Ze lakukan, Pa. Maka dari itu Ze ke kantor sebentar," Bujuknya dengan mengedipkan sebelah mata.

"Kamu memang pandai merayu Papa," Ujar Zee, Papa Zelia.

Gadis itu hanya mampu terkekeh pelan. Namun, apa yang dikatakan papanya memang benar. Zelia yang sekarang adalah wanita penggila kerja. Bahkan dia rela menggantikan posisi papanya. Menyerahkan urusan salon pada teman yang dia percaya lalu dia fokus pada perusahaan.

"Ada apa Papa kemari? Bukankah jika ada yang ingin dibicarakan Papa bisa menunggu Ze di rumah?" Ungkap gadis itu dengan jujur.

Papa Zee mengangguk. Dia melingkarkan tangannya di pundak putrinya dan membuat gadis itu bisa melihat wajah tua sosok yang dengan setia tak mau menikah lagi.

Rela memberikan ilmu perusahaan padanya. Rela mengurus dirinya sendirian.

"Kamu masih ingat soal janji kamu sama Papa?" Tanya Pala Zee dengan pelan.

"Janji?" Ulang Zelia dengan kening berkerut.

"Ya. Kamu berjanji mau menikah dengan pria pilihan Papa. Ingat?"

Kepala Zelia mengangguk. Apa yang dikatakan papanya memang benar.

"Ya. Ze masih ingat," Jawab Zelia dengan jujur.

"Papa sudah menemukan pria terbaik untukmu, Nak. Pria yang akan menggantikan Papa untuk menjagamu. Pria yang akan menemani perjalananmu selanjutnya," Ujar Papa Zee dengan mantap.

Zelia termangu. Bahkan dia merasa jantungnya seakan berhenti berdetak. Dia tak menyangka jika waktunya telah tiba.

"Bagaimana? " Tanya Papa Zee dengan serius.

Zelia seakan bingung. Namun, matanya menatap wajah tua yang tak pernah lelah mengurusnya. Dia bisa melihat bagaimana papanya yang terlihat menunggu dan berharap padanya.

"Baiklah, Pa. Zelia mau," Jawabnya dengan serius dan membuat senyuman muncul di kedua sudut bibir Papa Zee.

"Terima kasih, Nak. Pulanglah tepat waktu. Nanti malam dia akan makan malam di rumah kita."

...***...

Tak terasa waktu terus bergulir. Siang kini mulai berganti malam. Seorang perempuan tengah berdiri di depan cermin dengan sebuah gaun indah baru yang dibelikan oleh Papanya. Wajahnya terlihat berhias tipis yang tentu mampu menambah kecantikan seorang Azzelia Qaireen.

"Do'ain Zelia dari atas sana ya, Ma. Semoga pilihan Papa yang terbaik," Lirihnya dalam hati saat melihat foto mamanya yang tergantung di dinding sebelum dia keluar dari kamarnya.

Zelia akhirnya mulai menapaki tangga. Melangkah satu per satu hingga ruang tamu rumahnya mulai terlihat. Dari jaraknya berjalan, dia bisa melihat seorang pria tengah berbincang dengan sosok papanya. Dia memang membelakangi dirinya tapi wanita itu bisa melihat bahu besar dan kekar. Rambut yang hampir mullet berwarna hitam dan juga jas yang melekat di tubuhnya semakin menambah sosok jiwa penasaran dalam diri Zelia.

"Nah itu putriku datang," Kata Papa Zee saat jarak Zelia hampir sampai.

Zelia menghentikan langkahnya bersamaan dengan pria itu membalikkan tubuhnya hingga wakaf keduanya bertemu pandang. Spontan mata Zelia terbelalak tak percaya dengan wajah yang sudah lama sekali tak pernah ditemui.

"Frans?"

"Hai, Baby. Long Time No See," Sapa Frans dengan senyuman manis di kedua sudut bibirnya.

Zelia mendelikkan matanya tak percaya. Bisa-bisanya pria yang pernah mengatakan cinta padanya saat ini berdiri di depannya dan menjadi kandidat calon suami dari pilihan papanya sendiri.

Takdir macam apa yang tengah datang padanya saat ini.

"Kalian saling kenal?" Tanya Papa Zee dengan bingung.

"Nggak, Pa. "

"Iya, Pa,"

Keduanya saling menjawab bersamaan. Namun, hal yang membuat Zelia terkejut adalah jawaban dan panggilan Frans pada papanya.

Tingkah keduanya tentu membuat Papa Zee tersenyum sendiri. Sepertinya pilihan dirinya kali ini tak salah.

"Duduklah, Sayang!"

Zelia memilih duduk di samping papanya. Sedangkan Frans, pria itu duduk di depan mereka berhalangan meja.

"Sepertinya kalian saling kenal. Jadi Papa tak mau berbasa basi lagi," Ujar Papa Zee yang membuat Zelia menatap papanya dan menunggu perkataan apa lagi yang akan dikatakan.

"Pa. Jangan bilang… " Jeda Zelia tertahan saat kepala Papa Zee mengangguk.

"Iya, Nak. Ini Frans, calon suami kamu yang Papa pilihkan dan Papa jodohkan denganmu."

~Bersambung

Avvv ternyata banyak juga yang antusias sama kisah Zelia. Perlu diingat ini kisah pemeran utama Zelia oke guys. Alurnya tentunya akan membuat perasaan pembaca jungkir balik, hihi.

Ikuti terus alurnya yah. Ingat bakalan banyak kejutan di dalam novel ini. Banyak plot twist yang bakalan bikin kalian terkejut hehe.

Jangan lupa selalu dukung aku dengan klik like, komen dan vote. Biar author semangat ngetiknya.

Setuju atau Tidak

...Ketika aku sudah menjatuhkan perasaanku padamu maka jangan harap bahwa kau bisa pergi dariku....

...~Frans Federick Knight...

...***...

"Apa kamu setuju?" Tanya Papa Zee secara langsung.

Zelia tak menyangka takdir sekecil ini jatuh kepadanya. 3 tahun dia mencoba memulai semuanya, mengubur tentang masa lalunya. Ternyata sosok yang akan menjadi suaminya adalah orang yang pernah menyelamatkannya di masa lalu.

Pria yang pernah mengungkapkan perasaan kepadanya, pria yang menangkapnya ketika dia hampir jatuh ke jurang, pria yang tak pernah ia kenal datang dan masuk dalam hidupnya tanpa bisa dicegah.

"Bisakah Ze bicara dengan Frans sebentar, Pa. Hanya sebentar?" Pinta Zelia dengan pelan.

Dia tak mau membuat Papanya tersinggung. Bagaimanapun dia ingin tahu motif Frans apa kepadanya dan kepada keluarganya.

"Boleh, Nak. Bicaralah kalian berdua. Setelah itu mari kita makan malam bersama," Ujar Papa Zee mengizinkan.

Akhirnya Zelia beranjak dari duduknya. Dia mengajak Frans pergi ke taman samping rumahnya. Entahlah wanita itu ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Frans.

Bagaimana pria itu bisa masuk dan berdiri di depannya. Bagaimana pria itu tahu tentang Papa dan kedekatannya.

"Apa yang sebenarnya kau mau dariku, Tuan Frans?" Tanya Zelia secara tegas tanpa ada senyum lagi di bibirnya.

"Dirimu," Jawab Frans langsung tanpa ragu.

Mata pria itu menatap lekat kedua bola mata Zelia. Apa yang dia katakan tak main-main.

"Bukankah aku pernah bilang pada pertemuan terakhir kita. Bahwa aku akan mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku!"

"Tapi aku bukan barang yang bisa seenaknya kau ambil!" Sela Zelia dengan matanya yang tajam menusuk bola mata Frans. "Aku bukan benda yang bisa kau lempar kesana kemari, Frans!"

"Tapi aku tak menganggapmu sebagai sebuah barang, Ze," Sahut Frans mendekat.

Dia melangkah satu langkah lebih dekat. Tubuh keduanya saling berhadapan. Frans sedikit menunduk karena memang tinggi tubuhnya lebih tinggi dari wanitanya ini.

Sedangkan Zelia, perempuan itu mendongak. Entah kenapa bola mata tajam itu seakan membuatnya tak bisa mengalihkan tatapannya sedikitpun.

"Percayalah padaku, Ze," Kata Frans pelan sambil menyentuh pipi Zelia dengan telapak tangannya.. "Aku tak akan menyakitimu. Aku benar-benar jatuh cinta padamu sejak pertemuan pertama kita."

Usapan tangan Frans di pipinya membuat matanya terpejam. Sudah sejak lama dia tak pernah bersentuhan dengan pria. Hingga usapan dan nafas Frans yang menerpa wajahnya membuat gadis itu membuka matanya secara pelan.

"Aku tak percaya pada janji siapapun. Semua orang pandai berkata manis tapi mereka akan berakhir meninggalkanku sendirian," Kata Zelia secara langsung.

Frans bisa melihat luka itu masih menganga begitu dalam. Dia bisa melihat kesedihan di kedua bola mata wanita yang sampai saat ini menduduki hatinya.

"Aku tak akan berjanji untuk mencintaimu sampai akhir tapi berikan aku kesempatan untuk membuktikan semua ucapanku!" pinta Frans dengan yakin.

"Tapi aku tak mencintaimu," balas Zelia dengan jujur.

"Maka izinkan aku untuk masuk dan membuatmu jatuh cinta kepadaku," kata Frans tanpa ragu.

Tangan pria itu ikut terangkat yang lain. Kedua tangan Frans menangkup kedua sisi wajah Zelia hingga tatapan keduanya semakin dalam.

"Izinkan aku menyembuhkan lukamu. Izinkan aku mencintaimu dengan caraku dan membuatmu membalas cintaku, Ze," ucap Frans dengan tatapan penuh cinta.

Entah kenapa kedua mata tajam itu seakan menembus jantung Zelia. Setiap kata yang keluar dari Frans mampu menggetarkan dirinya. Dia bisa melihat keseriusan di kedua bola matanya. Dia bisa melihat bagaimana Frans yang berbicara dengan yakin dan tanpa ragu sedikitpun.

"Jadilah istriku dan akan kutunjukkan bagaimana cintaku yang besar untukmu," ungkap Frans pelan lalu dia menjatuhkan dirinya.

Tanpa diduga, pria itu berlutut di hadapan Zelia lalu mengambil sebuah kotak beludru berwarna hitam lalu menyodorkan pada sosok wanita yang selama ini dia tunggu untuk menjadi istrinya.

Zelia merasa tak bisa mengatakan apapun. Dia merasa hatinya masih belum tertata rapi. Sampai akhirnya kedua matanya tak sengaja menatap sosok papanya yang berdiri berjarak beberapa langkah dengannya.

Kepalanya mengangguk seakan sosok papanya benar-benar percaya pada Frans. Seakan sosok papanya benar-benar telah yakin bahwa Frans mampu menggantikan dirinya.

"Izinkan aku masuk dan mengobati lukamu, Ze. Aku tak akan berjanji banyak hal tapi berikan aku kesempatan untuk menjadi suamimu dan membuktikan bagaimana cintaku yang besar untukmu," kata Frans lagi dengan menatap Zelia penuh cinta.

"Ya. Aku mau!"

Jawaban itu membuat Frans tersenyum lebar. Namun, mata Zelia lebih tertuju pada sosok Papanya yang tertawa padanya dengan menghapus air mata yang menetes.

Zelia hanya mampu membuat papanya bahagia dengan cara ini. Dia tak mungkin membuat papanya kembali kecewa dengan jawabannya. Mungkin memberikan kesempatan pada Frans dan percaya dengan perjodohan oleh Papanya dia bisa meraih kebahagiaannya.

"Terima kasih. Terima kasih banyak, Ze," Sahut Frans lalu beranjak berdiri dan dengan pelan meraih tangan Zelia untuk memasangkan cincin itu di jari manisnya.

"Cantik," Kata Zelia saat cincin itu sudah bertengger manis di jarinya.

"Tapi tak bisa melebihi kecantikanmu," ujar Frans merayu.

"Si perayu handal," Cibir Zelia dengan menyipitkan kedua bola matanya.

...***...

Akhirnya acara makan malam berlangsung dengan lancar. Papa Zee dengan Frans terlihat begitu sangat akrab. Bahkan tak ada kecanggungan di antara keduanya. Dari sana juga, Zelia bisa tahu jika Frans adalah rekan kerja papanya.

"Kapan pernikahan kalian dilaksanakan?" Tanya Papa Zee saat acara makan malam mereka selesai.

"Satu minggu lagi, Pa," kata Frans dengan serius.

"Apa!" Balas Zelia terkejut. "Apa itu… "

"Apa kamu tak siap, Nak?" Tanya Papa Zee yang membuat bibir Zelia bungkam.

"Bukan begitu, Pa," Balas Zelia dengan gugup. "Apa semua persiapan akan selesai dalam waktu satu minggu?"

"Tenanglah, Baby. Katakan pernikahan apa yang kamu inginkan dan semuanya pasti aku wujudkan!"

Zelia benar-benar tak tahu seberapa berkuasanya Frans. Bahkan pria itu terlihat begitu tertutup. Namun, dibalik semua itu, wajah dan tingkah laku Frans benar-benar membuat Zelia merasa mampu memberikan kepercayaan pada pria yang sudah lama sekali tak ia temui.

"Apa kamu memiliki permintaan, Nak? Pernikahan impian seperti apa yang kamu inginkan?"

"Tak ada, Pa. Ze tak memiliki pernikahan impian seperti apapun," Ungkapnya dengan sekelebat bayangan yang mengingatkan dirinya akan masa lalu.

"Jadi kamu setuju jika satu minggu lagi, kalian akan menikah?"

Zelia menarik nafasnya begitu dalam. Ini adalah akhir dari kesendiriannya. Setelah ini dia akan menjadi istri orang. Namun, demi kebahagiaan sang Papa dia rela melakukan apapun meski harus mengorbankan hatinya sendiri.

Frans juga menunggu. Dia menatap wanita yang ia cintai dengan lekat. Dirinya bisa melihat keraguan disana. Namun, tak lama wajah wanita itu terangkat lalu menatap ke arahnya. Padangan keduanya beradu pandang.

Frans bisa melihat bagaimana banyak perubahan di wajah cantik itu. Tak ada lagi senyum ceria yang dulu pernah dia lihat.

"Ya, Pa. Zelia setuju!"

~Bersambung

Siapin baju oke guys. Mbak Ze mau nikah sama si Frans Bucin federick hahaha. Awal yang indah, dari terpaksa paksa dulu ini mah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!