Teman-teman mohon dukungannya, ya. Baca sampai selesai, lalu kasih like dan komentar. Semoga hari kalian menyenangkan dan sehat selalu.
***
Bab 1
Terlihat ada dua laki-laki saling berhadapan dengan tatapan yang menyalang. Sorot mata mereka mengisaratkan rasa kebencian satu sama lain. Kuku-kuku panjang dari jari-jari tangan mereka sudah bersiap untuk mencabik satu sama lain.
Dalam hitungan detik berikutnya kedua laki-laki itu saling menyerang satu sama lain. Cakaran kuku-kuku panjang mereka memberikan luka goresan dan cabikkan pada tubuh lawannya. Begitu juga dengan gigi taring mereka yang panjang itu berusaha untuk mengoyak urat nadi yang ada di leher.
Namun, sebagai makhluk buas yang punya insting yang sangat tajam. Mereka tahu betul apa yang diinginkan oleh lawannya. Dia juga tahu bagaimana harus memberikan serangan agar memenangkan pertempuran itu.
"Kamu pikir aku akan mudah dikalahkan oleh kamu?" Seorang laki-laki muda berwajah tampan, tetapi terlihat dingin karena ekspresi mukanya yang datar.
"Mana mungkin seorang Xavier akan mudah dikalahkan begitu saja. Benarkan?" Laki-laki yang menjadi lawannya pun tersenyum mengejek. Dia merasa kalau dirinya itu jauh lebih hebat darinya.
"Zero, masa kamu akan habis sebentar lagi," ucap laki-laki yang bernama Xavier.
"O, ya? Tapi selama hidup aku 350 tahun ini tidak ada yang bisa mengalahkan aku. Apalagi yang bisa membunuhku," ucap Zero dengan napas beratnya karena menahan sakit karena luka yang ada pada tubuhnya.
'Sialan kalau Xavier, sudah membuat tubuh aku sampai seperti ini,' batin Zero.
'Tubuh aku sepertinya tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Kita sudah bertarung selama 7 jam. Sepertinya dia juga sudah sampai batas waktu maksimalnya,' batin Xavier.
Kedua lelaki itu kembali saling menyerang satu sama lain. Pukulan, cakaran, dan tendangan terus mereka lancarkan untuk menyerang dan melukai tubuh lawannya. Meski tahu kalau lawannya tidak akan mati dengan cara seperti itu. Kecuali, jika mereka menggunakan 'peluru perak' yang suci. Peluru perak yang harus menebus jantung untuk membuatnya mati.
Saat keduanya kehabisan energi pada tubuh mereka. Maka, sudah dipastikan tidak akan bisa bergerak lagi karena lemas.
"Si_al! Kenapa di saat seperti ini aku malah harus kehabisan energi, padahal ini adalah kesempatan aku untuk membunuhnya," gumam Xavier sambil melihat ke arah Zero yang sama-sama tergeletak di tanah.
"Akh! Ini kesempatan aku untuk membunuhnya. Padahal di dalam saku jas sudah aku siapkan tiga peluru perak suci," lirih Zero dengan penuh kekesalan.
Tiba-tiba muncul sebuah mobil dari arah kanan dan tidak berselang lama datang juga mobil lainnya di arah kiri. Pengemudi itu sama-sama keluar dari mobilnya dengan cepat berlari ke arah laki-laki yang tergeletak di tanah.
"Tuan!" teriak mereka sambil menghampiri tuan yang mereka layani.
Melihat pelayan setianya Xavier merasa senang. Dia tadinya ingin menyuruh Cedric untuk menembakan peluru perak miliknya ke arah Zero. Namun, hal itu tidak akan bisa karena pelayan setia Zero juga datang di saat yang hampir bersamaan.
"Cedric, cepat bawa aku pergi dari sini!" perintah Xavier dan pelayan setianya itu tidak perlu disuruh dua kali pun langsung mengerti.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Zero dan pelayannya. Mereka pun pergi meninggalkan medan tempur yang selalu menjadi saksi akan keganasan dua orang vampir berdarah murni itu.
***
Suasana pagi yang cerah membuat hati Allura selalu bahagia dan semangat. Dia pun pergi ke kantor tempatnya bekerja. Meski peraturan di perusahaan itu sangat ketat, tidak membuatnya mengeluh. Hal itu dikarenakan dia bisa melihat sang pujaan hati di sana. Lelaki berwajah tampan, dingin, dan memiliki sorot mata yang tajam. Selalu membuat jantungnya berdebar-debar.
"Pagi, Edmond … Sera!" Allura memberikan salam dan senyum terbaiknya kepada kedua sahabatnya.
"Pagi Allura! Semangat seperti biasa," balas Edmond.
"Jelas dia selalu semangat karena akan melihat tuan Xavier," timpal Sera.
Allura tersipu malu mendengar godaan dari perempuan berambut pirang itu. Kedua sahabatnya ini tahu akan perasaan dirinya kepada sang pemilik perusahaan 'BLUE DIAMOND' ini.
"Apa tuan Xavier sudah datang?" tanya Allura berbisik dan keduanya menggelengkan kepalanya.
Keinginan Allura untuk bisa melihat sang pujaan hati harus menelan kekecewaan karena Xavier tidak masuk ke kantor hari itu. Ruangannya terus tertutup sampai jam pulang kerja.
***
Melihat laki-laki yang kita sukai pastinya akan merasakan euforia yang akan sulit untuk diungkapkan. Apalagi setelah sehari kemarin tidak melihatnya. Hal ini yang dirasakan oleh Allura saat melihat Xavier berjalan melewati dirinya.
Hanya melihat dari kejauhan saja sudah membuat dirinya senang. Allura tidak pernah bisa memalingkan pandangannya dari Xavier sampai bayangan laki-laki menghilang.
'Tuan Xavier kenapa, ya? Dia terlihat agak berbeda dari biasanya,' kata Allura dalam hatinya.
Hari itu sangat melelahkan bagi Allura. Saat dia diminta untuk membawakan berkas di ruang penyimpanan, oleh Cedric. Allura yang harus menaiki kursi untuk mengambil berkas yang diperlukannya. Tiba-tiba saja dia merasa pandangannya menjadi gelap dan tubuhnya limbung.
Allura hari itu bangun kesiangan dan tidak sempat sarapan. Makanan terakhir yang masuk ke perutnya adalah makan siang kemarin. Efek kelaparan membuat dirinya hampir pingsan.
Namun, saat dia jatuh bukan keras dan dinginnya lantai yang dia rasakan. Melainkan dia merasa sedang di pelukan oleh seseorang. Serta sesuatu yang wangi memabukkan dirinya.
Begitu juga dengan bibirnya yang merasakan sakit sesaat karena terbentur. Aluura merasakan benda lembut dan kenyal yang sedang menghisap bibirnya. Dia pun memaksa matanya untuk terbuka. Betapa terkejutnya dia saat melihat sang pujaan hati berada di bawah tubuhnya dengan bibir mereka yang saling bertautan.
'Tuan Xavier!' jantung Allura seakan berhenti.
'Siapa wanita ini?' Xavier penasaran akan sosok perempuan yang berada di atas tubuhnya kini.
***
Apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya? Baca terus kelanjutannya, ya!
Teman-teman dukung karya aku dengan baca sampai selesai. Lalu, kasih like dan komentar. Semoga hari kalian menyenangkan dan sehat selalu.
***
Bab 2
Xavier yang baru saja menghabiskan satu kantong labu darah, dikejutkan dengan kedatangan seorang karyawannya. Dia pun memperhatikan wanita yang memiliki tubuh sedang, tidak pendek juga tidak tinggi.
Perempuan itu menaiki kursi untuk mengambil sesuatu di rak bagian atas. Tanpa sengaja tangannya terluka kena goresan kayu rak.
'Wangi apa ini? Sesuatu yang segar dan tercium bau yang sangat kuat,' batin Xavier.
Rasa penasaran dan insting dalam diri Xavier, membuat kaki dia melangkah mendekati Allura yang sedang berdiri di atas kursi. Namun, saat dia sampai sana, kejadian tidak terduga menimpa Xavier.
Tubuh Allura jatuh dari kursi dan menimpa tubuh Xavier yang baru saja sampai di arah samping. Bibir Allura membentur bibir Xavier dan menghasilkan luka karena terkena gigi.
Xavier yang seorang vampir pun tanpa sadar menjilat dan menge_mut bibir Allura yang terluka dan mengeluarkan darah sedikit. Hal aneh mulai dirasakan pada tubuh Xavier. Dia merasakan energi kuat menjalar di dalam tubuhnya. Badannya beberapa menit yang lalu terasa sakit dan lemah, kini merasa kuat dan rasa sakit itu hilang.
Mata biru kelabu milik Xavier menatap tajam pada mata hijau milik Allura. Keduanya tidak ada yang bergerak sama sekali, masih pada posisi berbaring di lantai dengan bibir yang masih saling menempel.
'Tuan Xavier!' jantung Allura seakan berhenti.
'Siapa perempuan ini?' Xavier sangat penasaran karena rasa darah yang keluar dari bibirnya terasa sangat nikmat dan segar. Dia menginginkan lagi darahnya.
"Tuan, apa Anda ada di sini?" Terdengar suara Cedric masuk ke ruang penyimpanan.
Baik Allura maupun Xavier langsung memisahkan diri. Lalu, dengan cepat Xavier pergi tanpa di ketahui oleh Allura.
'Eh, ke mana perginya tuan Xavier?' Allura tidak melihat keberadaan atasannya lagi di sana.
***
"Cedric, cari tahu data dari seorang karyawan perempuan yang bernama Allura!" perintah Xavier pada orang kepercayaannya itu.
"Kenapa dengan wanita itu, Tuan?" tanya Cedric penasaran.
"Dia memiliki darah yang sangat langka. Aku rasa dia pemilik darah suci," jawab Xavier.
"Maksud Tuan, darah yang bisa mengembalikan kekuatan seorang vampir dan menyembuhkan luka yang meski parah atau banyak sekalipun itu?" tanya Cedric lagi.
"Iya. Kamu lihatlah tubuhku ini!" titah Xavier sambil membuka baju kemeja yang sedang dia kenakan.
Terlihat tubuh milik Xavier sudah mulus kembali, padahal tadi pagi luka-luka yang ada pada tubuhnya masih tampak merah sekarang hilang tanpa bekas. Jika, saja dirinya tidak melihat secara langsung, mungkin Cedric tidak akan percaya.
"Jadi, ada pemilik darah suci yang sangat langka itu berada di dekat Anda saat ini?" Cedric tidak percaya kalau perempuan yang bodoh menurutnya itu pemilik darah yang dia kita hanya ada di dalam dogeng legenda.
"Kita harus mendapatkan dia. Jangan sampai kelompok Shadow menemukannya," ucap Xavier sambil memakai bajunya kembali.
"Apa yang harus kita lakukan agar bisa memiliki dia? Menculik dan menyekapnya?" tanya Cedric.
"Kamu bodoh! Jangan sampai dia takut kepada kita. Justru pemilik darah suci itu harus merasa bahagia hati dan pikirannya," jawab Xavier.
"Jadi, apa rencana Tuan?" tanya sang pelayan abdi itu.
"Menjadikannya pengantinku!" jawab Xavier dengan tegas.
"Apa?" teriak Cedric yang terkejut.
"Itu satu-satunya cara agar dia tidak curiga. Kita juga bisa mengambil darahnya dengan secara teratur nantinya," balas Xavier dengan alis terangkat.
"Anda pintar sekali. Otak jenius Anda itu tiada duanya," puji Cedric sambil tersenyum penuh kekaguman pada tuannya itu.
"Jangan remehkan aku yang sudah hidup selama 300 tahun," kata Xavier dengan rasa bangga.
***
Allura masih merasakan kebahagiaan yang tidak terperi karena kejadian di ruang penyimpanan data tadi. Ciuman pertama miliknya ternyata dia lakukan dengan orang yang disukai olehnya.
Senyum diwajahnya terus terukir, seakan tidak akan pernah hilang. Bahkan kedua sahabatnya pun merasa ikut bahagia dengan kejadian yang sudah terjadi padanya.
"Sudah, jangan tersenyum terus. Nanti gigi kamu kering," ucap Sera sambil tertawa jahil menggoda sahabatnya.
"Sudah, kamu jangan iri begitu kepada Allura. Dia itu baru saja merasakan ciuman pertamanya," ujar Edmond melirik ke arah Sera.
Aksi canda mereka terhenti saat Cerdic masuk ke ruangan itu. Semua orang langsung terdiam saat melihat asisten komisaris yang tiba-tiba saja datang ke sana.
"Allura berkas yang kamu ambil tadi ada yang salah. Kamu di panggil oleh Tuan Xavier ke ruangannya!" perintah Cedric pada Allura dan membuat semua orang bertanya-tanya.
Allura pun mengikuti langkah Cedric menuju ke lantai paling atas. Lantai 30 itu hanya ada ruang kerja milik Cedric dan Xavier.
***
Kini Allura berdiri di ruangan yang luas dengan dinding kaca sekelilingnya. Desain interior ruangan itu sangat indah dan membuat nyaman orang yang berada di dalamnya.
"Tuan, Nona Allura sudah datang," kata Cedric sambil mengetuk pintu ruang khusus milik sang komisaris.
"Masuklah!" perintah Xavier dari dalam.
Kaki Allura bergetar saat masuk ke ruang khusus milik laki-laki yang disukainya itu. Dia sangat terkejut saat melihat Xavier hanya menggunakan kimono handuk karena baru selesai mandi.
"Allura apa kamu tahu kenapa kamu dipanggil ke sini?" tanya Xavier yang matanya menatap pada gadis polos dan enerjik itu.
"Apa ada hubungannya dengan berkas yang saya bawa tadi?" Allura malah balik bertanya.
"Bisa jadi. Aku hanya ingin meminta maaf karena sudah lancang mencium bibir kamu tadi. Sebagai permintaan maaf, aku akan mengajak kamu makan malam di Fairy Garden," kata Xavier.
Mulut Allura sampai mengaga karena merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Tiba-tiba saja dia merasa kalau dunia ini sedang berpihak kepadanya.
"Benar-kah itu, Tuan?" tanya Allura tergagap.
"Atau kita makan malam di rumah aku saja?" tawar Xavier.
'Apa? Gila! Tuan Xavier mengajak aku ke rumahnya.' Saking bahagianya Allura sampai tidak bisa bicara.
"Baiklah, Tuan. Saya akan menerima undangan untuk makan malam nanti. Hanya saja tempatnya terserah Anda," ujar Allura dengan senyum manis tercipta di bibirnya.
'Aku harus mendapatkan dia malam ini juga,' batin Xavier.
***
Akankah Allura dengan mudah jatuh pada keinginan Xavier? Atau Xavier harus berjuang keras untuk mendapatkan Allura? Tunggu kelanjutannya, ya!
Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan lupa kasih like dan komentar. Semoga hari kalian menyenangkan dan sehat selalu.
Bab 3
Malam ini Allura berdandan secantik mungkin dan memakai pakaian paling bagus yang dia miliki. Itu karena malam ini dia akan makan malam bersama dengan Xavier di rumahnya. Allura sendiri menyebutnya dengan kencan.
Tadinya mereka akan makan malam bersama di Fairy Garden. Namun, Allura menginginkan makan malam di rumah saja. Sebenarnya dalam hati sangat dia penasaran ingin mengetahui di mana rumah Xavier.
"Ternyata aku ini sangat cantik sekali," gumam Allura sambil mematut di depan cermin. Senyum bahagianya terus tercipta sejak dia keluar dari ruangan Xavier tadi siang di gedung kantornya.
"Apa aku harus memakai minyak wangi?" Allura pernah mendengar kalau lelaki itu pernah memarahi seorang wanita karena memakai parfum yang baunya menyengat.
"Sudahlah, tidak perlu memakai minyak wangi aku juga sudah mandi dan tubuhku tidak bau," ada Allura bermonolog.
Begitu Allura keluar dari rumah ternyata sudah ada sebuah mobil yang menunggu di depan pintu gerbang. Ternyata mobil itu sengaja dikirim oleh Xavier untuk menjemput dirinya.
***
Mata Allura terbelalak saat mobil itu memasuki sebuah bangunan kastil yang berada di puncak bukit. Tempat yang tidak pernah dia tahu sebelumnya. Begitu masuk ke pintu gerbang ada taman yang luas dan begitu indah tertata dengan rapi. Ada sebuah kolam air mancur yang berukuran besar di tengah-tengah taman itu. Bunga-bunga yang bermekaran tertata rapi mengelilinginya.
"Indah sekali taman di rumah ini," gumam Allura dengan tatapan tidak bisa berpaling dari keindahan taman itu.
Semakin ke dalam memasuki halaman itu nampak kemegahan yang terlihat di sana. patung-patung tinggi dan pohon-pohon yang rimbun dan rindang berjajar di dekat bangunan kastil.
"Selamat datang, Nona Allura," sambut Cedric di depan pintu.
"Selamat malam, Tuan Cedric," balas Allura dengan senyum tipisnya.
Begitu masuk ke dalam kastil itu terdapat ruang yang sangat luas dan hanya ada satu kursi yang berada di atas anak tangga. Layaknya kursi singgasana seorang raja.
Cedric pun membawa Allura ke ruangan lainnya. Sebuah ruangan yang mirip seperti ruang tamu atau ruang keluarga lainnya dengan sofa yang saling berhadapan. Ada banyak lukisan yang terpajang di dinding dan ada juga foto yang berukuran sangat besar.
'Siapa mereka? Kenapa wajahnya mirip dengan Xavier. Apa itu leluhurnya karena wajah mereka sangat mirip bagai pinang dibelah dua,' kata Allura dalam hatinya.
Allura mengira akan disuruh menunggu di ruangan itu. Ternyata Cedric masih mengajaknya ke ruangan yang lain. Dia dibawa ke sebuah ruang makan yang begitu megah dan elegan. Meja makan yang berukuran besar dan panjang dengan banyak anak kursi yang mengelilinginya.
"Nona Allura, mohon tunggu sebentar. Tuan Xavier akan turun untuk menemui Anda," kata Cedric sambil menarik satu kursi agar Allura duduk di sana.
Setelah menunggu sekitar lima menit, terlihat Xavier memasuki ruang makan dengan penampilannya yang cool dan fresh. Laki-laki berwajah dingin itu terlihat sangat tampan dan gagah di mata Allura. Dia sampai tidak berkedip saat melihat sang pujaan hati berjalan ke arahnya.
"Selamat malam, Allura. Selamat datang di rumahku," kata Xavier sambil tersenyum.
Jantung Allura seakan berhenti saat melihat senyum Xavier. Seumur hidupnya dia baru pertama kali melihat laki-laki itu tersenyum dan itu terlihat sangat menawan, sampai rasanya lupa akan segalanya.
Xavier menatap Allura karena tidak mendapat balasan dari gadis itu. Dia melihat gadis itu hanya diam sambil menatapnya.
'Ada apa? Apa ada yang aneh dengan wajahku?' tanya Xavier di dalam hatinya.
"Hem!" Xavier pun berdeham untuk menyadarkan kesadaran Allura.
"Eh, maaf Tuan. Sepertinya saya sudah melamun karena terpesona dengan ketampanan wajah Anda," jujur Aurora dengan tersenyum dan tersipu malu.
Xavier pun hanya diam saja, ini bukan pertama kalinya ada seorang gadis memuja akan ketampanan yang dia miliki. Sudah ada ratusan ribu bahkan jutaan perempuan sejak dulu mengagumi dan memberikan pujian akan wajahnya yang begitu tampan di atas rata-rata.
"Duduklah! Kita akan memulai makan malam bersama. Semoga kamu suka akan menu yang kami sajikan," ucap Xavier dan masih melayangkan senyuman tipis kepada Allura.
'Ya Tuhan, kenapa Engaku menciptakan makhluk seperti ini. Dia ini terlalu tampan seakan bukan manusia saja,' kata Allura dalam hatinya.
Mereka makan dalam keadaan diam. Namun, sesekali Xavier memberikan makanan yang dianggap enak menurutnya kepada Allura.
"Allura bolehkah aku menanyakan sesuatu yang pribadi kepadamu?" tanya Xavier sambil menatap lekat ke arah wajah Allura.
Ditatap secara intens seperti itu oleh Xavier, membuat jantung Allura berdebar kencang. Dia pun hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Apa kamu sudah punya seorang kekasih?" tanya Xavier.
"Belum, Tuan. Kenapa?" tanya Allura balik dengan gugup.
"Sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak dulu. Hanya saja aku takut kalau kamu sedang menjalin hubungan dengan Edmond," jawab Xavier dengan wajah yang serius dan tatapan mata masih mengarah kepada Allura.
"Kami hanya berteman." Allura menimpali.
"Benarkah?" tanya Xavier dan Allura pun mengangguk.
Allura sangat bahagia sekali saat mendengar apa yang dikatakan oleh Xavier barusan. Seakan hatinya berubah menjadi sebuah taman bunga yang sangat indah, dengan berjuta kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya.
"Aku sangat menyukai (darah) kamu," ucap Xavier.
"Maksud Anda ... Anda mencintai saya?" tanya Allura dengan tergagap karena tidak percaya.
"Iya, itu benar. Aku sangat mencintaimu Allura. Maukah kamu menjadi istriku?" tanya Xavier.
"Istri?" tanya Allura mengulangi ucapan Xavier karena takut salah dengar.
"Iya. Saya ingin menjadikan kamu sebagai istriku," balas laki-laki yang kini mengeluarkan sebuah kotak yang berisi cincin permata berwarna merah darah.
Air mata Allura langsung menggenang di pelupuk netranya yang memiliki bulu mata lentik. Dia sangat terharu dan tidak percaya karena laki-laki yang dia cintai itu kini sedang melamar dirinya.
"Anda saat ini sedang bersungguh-sungguh? Tuan tidak sedang bercanda, 'kan?" tanya Allura masih tidak percaya dengan yang dialaminya saat ini.
"Iya. Kalau kamu tidak percaya, ayo kita menikah minggu depan!" balas Xavier.
***
Acara pernikahan Xavier dan Allura digelar secara megah dan membuat orang tidak percaya akan adanya pernikahan ini. Bahkan banyak orang-orang di kantor yang langsung bertanya kepada Allura akan acara pernikahan mereka. Berbagai macam pertanyaan mereka tanyakan kepada Allura soal hubungannya dengan Xavier.
Pasangan pengantin yang bagaikan raja dan ratu itu kini sedang berdiri di altar pelaminan dan mendapat berkat dari seorang pendeta. Semua orang menahan nafas saat melihat Xavier mencium bibir Allura dengan sangat mesra.
Allura yang hanya hidup sebatang kara itu merasa bahagia, walau hanya dengan kehadiran para sahabatnya di hari pernikahan dia dan orang yang dicintainya.
"Apa kamu bahagia Allura?" tanya Xavier.
***
Sementara itu, di tempat lain Zero mengumpulkan beberapa orang untuk mencari tahu identitas siapa Allura sebenarnya.
"Apapun yang berhubungan dengan gadis itu semua laporkan kepadaku!" perintah Zero.
'Aku yakin pasti wanita itu memiliki nilai yang spesial di mata Xavier yang selama ini belum pernah menjalin hubungan asmara selama hidupnya.'
***
Akankah kelebihan yang dimiliki oleh Arora diketahui oleh Zero? Tunggu kelanjutannya ya!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!