NovelToon NovelToon

Ibu Sambung Yang Tak Dianggap

Kenyataan

Adisti hanya bisa menatap orang-orang yang berlalu lalang membersihkan sisa-sisa pondasi resepsi pernikahan yang ia dan suami nya lakukan kemarin.

Pernikahan sudah mereka jalani sejak seminggu sebelumnya, hanya saja resepsi agak terlambat karena memang kesibukan Yudhakara nama dari pria yang sekarang adalah suami nya

Dia sangat ingin membantu tapi Eyang Sari nenek dari Adimas Yudhakara suaminya menahannya sejak tadi. sebenarnya Adisti biasa saja tapi melihat tatapan meremehkan yang di lempar oleh Acia Yudhakara putri semata wayang keluarga Yudhakara lah yang membuatnya tidak nyaman, gadis itu terlihat begitu membencinya.

Sayang sekali bayi mungil yang dulu sering merengek di pelukan nya kini menjadi begitu membenci nya, seandainya dia tidak menjadi ibu sambung nya apakah sikap Acia akan berbeda?

"Eyang benar-benar yakin menggantikan posisi Mommy Dara dengan seorang pembantu?" Adisti hanya bisa menahan nafasnya ketika mendengar perkataan kasar yang terlontar dari bibir mungil anak perempuan berusia 8 tahun itu.

"Cia! Eyang tidak pernah mengajarimu untuk berbicara kurang ajar seperti itu!" bentak Eyang marah.

Cia tidak peduli dia malah mengabaikan perkataan Eyangnya dan kembali menatap tajam ibu sambungnya.

"Tidak apa nyonya besar, saya baik-baik saja" lagipula kebencian Acia padanya sudah sangat jelas, ia hanya bis aberlapang dada menerima kebencian itu.

"Sudah berapa kali Eyang bilang?, jangan panggil eyang nyonya besar lagi, nak"

Adisti meringis lagi-lagi ia melakukan kesalahan.

"Istirahat lah sebentar lagi Yudha pulang kan?" Eyang sebenarnya berusaha menjauhkan Adisti dari Cia yang seperti nya sangat membenci mantan ibu asuhnya tersebut.

Adisti mengangguk kemudian pamit pada Eyang dan Cia untuk pergi ke kamarnya bersama dengan Yudha.

Sekarang dia bisa merebahkan tubuhnya dengan tenang tanpa adanya orang-orang yang merendahkan nya dan dia juga tau jika suaminya tidak akan pulang lagi hari ini.

Adisti memutuskan untuk masuk ke kamar mandi, walaupun sudah mandi tadi tapi rasanya gerah. Mumpung Yudha tidak pulang sebaiknya dia menghabiskan waktu nya di kamar mandi seorang diri.

Tiga puluh menit Adisti mengabiskan waktunya di kamar mandi untuk berendam air hangat, seharian ini ia sudah lelah menghadapi keluarga suaminya yang sama sekali tidak pernah menghormati nya.

Tapi satu hal yang sangat di sayangkan, Acia Yudhakara anak sambungnya.

Saat gadis itu masih berumur lima bulan dirinya lah yang merawat gadis itu hingga berumur 2 tahun, karena kondisi ayahnya memburuk pada saat itu ia terpaksa mengundurkan diri, namun siapa sangka enam tahun tidak bertemu Acia bisa berubah menjadi seperti ini.

Dan sebulan yang lalu tiba-tiba saja rumahnya kedatangan tamu tidak dikenal, ternyata saat di telaah lebih jauh mereka adalah mantan majikannya dulu, dan kedatangan mereka karena ingin melamar nya untuk menjadi bagian keluarga mereka.

Dirinya yang saat itu pulang dari kebun pun terkejut dengan kedatangan mereka di tambah lagi dia tidak mengenal siapa Yudha yang akan menjadi suaminya, karena saat ia merawat putrinya saat itu Adisti tidak pernah bertemu dengan lelaki itu.

Awalnya Adisti merasa baik-baik saja karena keluarga dari calon suaminya sudah dekat dengan nya walaupun tidak terlalu lama, tapi kebahagiaan itu harus sirna saat putri dari calon suaminya Acia dengan terang-terangan menolaknya.

Adisti mengusap rambut setengah basah nya menggunakan handuk kering setelah dirasa cukup dia meletakkan handuk tersebut di gantungan nya, dengan masih mengenakan piyama mandi Adisti berjalan menuju lemari pakaian.

Mengambil baju tidur yang lumayan tipis. Adisti merasa baik-baik saja karena Yudha tidak akan pulang kerumah malam ini.

Klek!

Adisti yang sedang mengganti pakaiannya dengan gaun tidur tipis bertali miliknya amat sangat terkejut saat tiba-tiba saja pintu kamar terbuka lebar.

"M-mas?"

Yudha menatap datar istrinya yang terlihat sangat sexy malam ini, dia bukan tidak pernah melihat tubuh itu tapi karena Adisti selalu memakai pakaian tertutup makanya Yudha agak sedikit kaget melihat perubahan sang istri.

Melihat suaminya hanya diam saja di depan pintu kamar mereka dengan perasaan karu-karuan Adisti menghampiri pria tersebut.

Suasana kamar yang terang-benderang membuat Yudha bisa melihat siluet tubuh Adisti dari balik gaun tidur menerawang nya.

"Kamu pulang mas"

Adisti mengambil tas kantor milik suaminya.

Bersikap biasa wanita itu kemudian berlalu untuk menaruh tas milik Yudha di tempat nya semula.

Saking gugupnya sampai Adisti tidak sadar jika Yudha tengah mengikuti nya, tatapan intens pria itu dapat dirasakan oleh Adisti namun ia abai.

"A-aku akan menyiapkan air untuk Mas mandi" ucapnya tanpa menoleh kebelakang.

Meninggalkan Yudha yang masih menatap nya tajam di belakang sana.

Di dalam kamar mandi Adisti berusaha menormalkan laju detak jantung nya, kedatangan Yudha yang tidak di duga-duga membuat nya mati kutu.

"Malu sekali" Adisti meringis malu.

Tidak sampai beberapa menit Adisti sudah keluar dari kamar mandi, kemudian dia melihat Yudha yang sedang melepaskan jam tangan nya di atas meja.

"Air nya sudah siap Mas"

Yudha mengangguk kemudian berjalan melewati Adisti begitu saja.

"Huft..."

Wanita yang tengah memakai pakaian tipis itu hanya menghela nafas panjang, sebenarnya sudah terbiasa dengan sikap dingin suaminya namun masih ada rasa sakit yang kadang tumbuh di hatinya.

Adisti tidak menunggu Yudha setelah menyiapkan pakaian untuk pria itu pakai, Adisti langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang.

Sudah menjadi tradisi untuk pernikahan mereka jika Yudha ada di rumah maka Adisti akan tidur di sofa, tapi kabar baiknya pria itu jarang pulang kerumah karena itu Adisti juga tidak tidur di sofa.

Sofa yang di tidurinya memang khusus untuk tidur atau bersantai, jadi Adisti sama sekali merasa nyaman tidur di sofa milik Yudha.

Entah kapan pastinya kini Adisti benar-benar tertidur dengan pulas di atas sofa kamar wanita itu tidur menghadap senderan sofa dan membelakangi kasur.

Yudha yang baru selesai Mandi mengabaikan wanita itu, dia mengambil baju yang telah Adisti persiapkan lalu mulai memakai pakaian di sana tanpa repot masuk kedalam ruang ganti.

Pria itu tidak langsung tidur terlebih dahulu Yudha melanjutkan pekerjaan kantor nya yang di bawa pulang kerumah, karena sudah lama tidak pulang dia khawatir jika neneknya mengetahui hubungan Adisti dengan dirinya yang memang tidak berjalan lancar.

Yudha mulai membuka laptop lalu mengerjakan pekerjaan nya yang tertunda.

Sesekali mata elangnya melirik pada Adisti yang tengah tertidur lelap, istrinya itu tidur tanpa menggunakan selimut membuat Yudha bisa melihat dalaman Adisti karena pakaian nya tersingkap.

Cuaca memang sedang panas-panasnya mungkin itulah sebabnya wanita itu memakai pakaian tipis seperti itu.

Mengecek jam dinding ternyata Yudha sudah bekerja sepanjang malam.

Mematikan laptop nya kemudian Yudha berjalan menuju Adisti yang kini benar-benar memamerkan tubuh bawahnya, bagaimana tidak? Baju yang di pakai wanita itu sudah tersingkap ke atas perutnya.

Yudha menggeram bisa-bisanya dia tergoda dengan wanita yang tengah tertidur pulas itu.

Adisti yang sedang tertidur tidak menyadari jika Yudha sekarang tengah berbaring menghadap nya di atas sofa yang sama.

Bagaimana bisa wanita ini tertidur setelah menggoda nya?

Yudha menatap bibir merah alami milik Adisti.

Wanita yang sangat di benci oleh putri nya ini sangat cantik, namun sayangnya dia terlahir menjadi seorang pembantu.

"Pembantu akan tetap pembantu" lirih nya

TBC....

Jangan terkecoh bab pertama yaaa

Ini cerita nya romantis dengan sedikit bumbu konflik yang tidak seberapa..

Genrenya juga sedikit berbau dewasa tapi ga vulgar tenang aja 💪🏻

Sarapan untuk majikan

Pagi-pagi sekali Adisti sudah berkutat dengan pekerjaan rumah, walau banyak pembantu di rumah besar milik Yudha tidak bisa membuatnya hanya bersantai saja karena semua orang di rumah itu tau jika Adisti hanyalah.....Seorang pembantu.

Resepsi yang kemarin ia jalani hanyalah formalitas semata untuk menghormati keluarganya yang ada di kampung itupun diadakan di rumah utama jadi pelayan yang berada di tempat tinggal Suaminya pribadi tidak ada yang tau.

"Bibi kenapa Nyonya besar pulang cepat sekali?" Tanya Adisti pada Ida pembantu senior di sana, satu-satunya orang yang mengetahui statusnya sebagai nyonya di rumah ini.

Wanita paruh baya itu tau betul kenapa Istri dari majikannya ini tidak ingin nyonya besar cepat pergi dari kediaman mereka, karena selain nyonya besar tidak ada yang menganggap wanita itu di rumah ini.

"Kamu tau sendiri kan bagaimana nyonya?" Adisti tersenyum kemudian menyetujui perkataan Bi Ida. Eyang Sari sudah sangat tua di masa-masa tuanya dia hanya ingin menghabiskan banyak waktu bersama anak-anak panti asuhan, tidak jarang jika Eyang menginap bersama anak-anak itu.

Masakan yang mereka masak akhirnya siap Adisti menyusun makanan-makanan yang sudah matang di atas meja bersama dengan jus dan buah-buahan. selagi menyiapkan makanan wanita itu menyuruh salah seorang pelayan sepertinya memanggil Suami dan putrinya.

"Tari, tolong bangunkan Tuan dan Nona muda ya" Wanita muda yang di panggil Tari itu memberi hormat pada Adisti kemudian berlalu untuk membangunkan Majikannya.

Bukan maksud Adisti bersikap seperti nyonya dengan menyuruh Tari membangunkan Suami dan Putri sambungnya, tapi karena Adisti hanya menuruti perintah Putri sambungnya untuk tidak menampakkan diri di hadapan gadis itu saat pagi, Acia menganggap wajah Adisti begitu menggangu pengelihatanya.

Jangankan membangunkan, Acia akan sangat marah padanya jika dia mendekati kamar anak itu. Adisti menghela nafas lelah entah apa yang akan terjadi dengan pernikahan ini kedepannya.

Ting! Tong!

Istri dari Yudha itu menatap Bi Ida bingung, Siap yang bertamu pagi-pagi sekali?

"Biar aku saja Bibi" Cegah Adisti saat bi Ida berniat membuka pintu.

Membasuh tangannya di wastafel lalu mengeringkannya dengan handuk Adisti berjalan menuju pintu. Keluar dari dapur melewati ruang makan dan ruang tamu Adisti akhirnya sampai di depan.

Klek!

Pintu besar tersebut terbuka satu sisinya dan yang pertama kali Adisti lihat adalah seorang wanita cantik dengan seragam dokternya yang tidak asing di penglihatan Adisti. Belum sempat dia menyapa wanita itu teriakan melengking Acia terdengar begitu nyaring dari belakangnya.

"Mommy!!!"

Saat menoleh ternyata Acia berlari tergesa-gesa menuruni tangga demi menghampiri ibu nya di depan sana. Gadis kecil berusia 8 tahun itu berlari kencang menuju sang ibu dan entah sengaja atau tidak Menabrak Adisti yang tengah berdiri di depan pintu.

Karena tidak siap dengan tubrukan gadis itu membuat tubuhnya oleng dan hampir saja jatuh ke lantai jika tidak ada Yudha yang dengan segera menangkapnya, baru sadar jika suaminya itu datang bersama dengan Acia.

Grep!

Adisti bernafas lega tatapannya bertemu dengan sang suami yang kini juga tengah menatapnya.

"Hati-hati" Yudha bergumam lirih namun dapat di dengar jelas oleh Adisti yang berada di dekapan pria itu.

"Maaf kan saya" ucap Adisti langsung menjauhkan dirinya dari Yudha.

Yudha hanya diam melihat respon istrinya yang seperti enggan bersentuhan dengan dirinya, dalam hati Yudha jadi bertanya-tanya, siapa yang pembantu disini? kenapa Adisti seolah enggan bersentuhan dengannya?

Tanpa kedua orang itu sadari jika sejak tadi ada yang melihat kemesraan itu dengan emosi yang menggebu-gebu.

.

.

Semua pelayan mulai menyiapkan hidangan yang telah mereka masak, kedatangan Dara mantan istri dari Yudha membuat mereka terpaksa menyiapkan piring lebih.

Bi Ida hanya bisa menatap Adisti kasihan walaupun sudah menjadi bagian dari keluarga kara, itu tidak membuat Adisti di hormati selayaknya nyonya rumah, bahkan wanita itu tidak bisa ikut duduk untuk makan bersama dengan suami dan putrinya. Malah wanita lain yang mengisi tempat yang seharusnya Adisti tempati.

Bukan dirinya yang di layani sebagai istri dari Yudhakara melainkan mantan istri dari pria itulah yang di hormati semua orang saat ini. Mirisnya lagi sebagian pelayan di rumah ini tidak mengetahui jika Adisti adalah istri dari Yudha.

"Aku baik-baik saja bi" seakan tau apa yang Bi Ida pikirkan Adisti mengatakan dengan jujur bahwa dia baik-baik saja lebih tepatnya berusaha baik-baik saja.

"Adisti teruslah bersabar" bi Ida menepuk lembut punggung wanita yang sudah ia anggap seperti putri nya sendiri.

Wanita itu tersenyum lembut, "Aku akan mengantarkan ini" ucap nya berlalu sambil membawa gelas berisi air mineral.

Di meja makan yang sangat luas tersebut sudah terisi Yudha yang duduk di bagian pojok khusus kepala keluarga di sebelah kirinya terisi Dara sang mantan istri dan sebelah kanannya terisi Acia yang tengah menatap kedatangan Adisti tajam.

Berusaha mengabaikan tatapan tersebut Adisti kemudian meletakkan jus yang dia bawa dari dapur untuk mereka bertiga.

"Silahkan dinikmati Tuan dan Nyonya" Adisti memberi hormat.

"Saya permisi"

Adisti pergi dari sana tanpa menatap salah-satu dari ketiga orang itu, membiarkan ketiga orang tersebut menatap nya dengan pandangan beragam.

"Mom! Kenapa baru kesini?" Acia membuka suaranya bertanya pada ibu, walau tidak sering berkunjung biasanya ibunya itu akan mampir walau sebentar, tapi belakangan ini ibu nya tidak pernah datang.

Sebelum menjawab pertanyaan anaknya terlebih dahulu dia menatap mantan suaminya, Yudha tidak bergeming pria itu hanya fokus pada makanan yang sudah di siapkan.

"Maafkan Mommy sayang, beberapa hari ini Mommy sibuk"

Acia mengerucut kan bibirnya selalu saja seperti itu.

Melihat wajah Sedih sang putri Dara tidak tega.

"Bagaimana jika Minggu depan kita jalan-jalan?" Usulnya langsung membuat binar bahagia terpancar dari wajah kecil gadis itu.

"Benarkah?"

Dara mengangguk, kemudian beralih menatap mantan suaminya.

"Daddy! Kita bertiga akan jalan-jalan kan?" Yudha tidak menjawab tapi dia mendengar jelas pembicaraan anak dan mantan istrinya.

Acia terus membujuk Yudha yang sama sekali tidak menanggapi pembicaraan mereka, namun sayang nya itu tidak berangsur lama karena Yudha bentakan pria itu berhasil membungkam celotehan gadis kecil itu.

"Makan Cia!" Desis Yudha terganggu.

Bukan kebiasaan nya berbicara saat di meja makan seperti ini, sebenarnya itulah yang dia ajarkan pada Acia tapi karena kedatangan ibu gadis itu membuat putrinya melupakan kebiasaan mereka saat di meja makan.

Dara menatap sendu Yudha pria itu sama dingin nya saat mereka masih menjadi sepasang suami istri dulu.

.

.

Di dapur seluruh pelayan juga sedang sarapan bersama-sama.

Semula saat Adisti baru menjadi istri Yudha dia sempat mengira akan kesepian jika berada di rumah besar ini, tapi dia salah walaupun Yudha tidak menganggap nya sebagai seorang istri, dia baik-baik saja karena semua orang menyambut nya begitu hangat.

Bukan sebagai istri Yudha melainkan sebagai pembantu baru, tidak apa setidaknya ini lebih baik daripada menjadi seorang istri yang diabaikan.

"Makan banyak-banyak" Angga Menyendok penuh centong berisi nasi untuk Adisti. Wanita yang tengah tertawa bersama dengan pelayan lain melotot tidak terima saat pria itu mengusili nya dengan sendokan nasi yang begitu banyak, padahal Adisti sudah sangat kekenyangan.

"Angga! Apa yang kamu lakukan?! Siapa yang akan habiskan ini?"

Semua orang menggelengkan kepala mereka lagi-lagi pria yang menjabat sebagai supir pribadi Yudha itu Mengganggu Adisti.

Plak!

"Berhenti mengganggu Adisti"

Angga Mengusap kepalanya, Bi Ida tidak tanggung-tanggung memukul kepalanya dengan keras untung saja wanita.

"Rasakan" sahut Adisti

Mereka duduk di lantai membentuk lingkaran di tengah-tengah sudah ada lauk pauk seadanya yang akan menjadi menu sarapan mereka semua, walaupun bukan makanan mewah namun mereka semua sudah cukup dengan semua itu. Canda tawa begitu terdengar mereka saling bercengkerama tanpa membeda-bedakan. Angga Terus mengganggu Adisti membuat semua orang menjadi gemas oleh keduanya.

Diantara mereka yang sangat senang dengan kedekatan Angga Dan Adisti ada Bi Ida yang khawatir dengan hubungan keduanya. Hanya dia dan beberapa orang Eyang Sari lah yang mengetahui hubungan Adisti dan Yudha, karena itu para pelayan yang lain tidak menganggap hubungan Adisti dan Angga adalah salah.

Tapi yang ia khawatir kan adalah saat pria itu Tau jika Adisti sudah milik Yudha entah apa yang akan di rasakan nya, pria itu pasti akan terluka saat mengetahui hal itu.

"Setelah ini mau jalan-jalan?" Angga bertanya pada Adisti. Wanita itu menoleh sejenak kemudian berfikir.

"Baiklah, lagipula semua bahan masakan sudah hampir habis" jawabnya menyetujui ajakan Angga.

Memang jalan-jalan antara mereka adalah membeli barang keperluan rumah, Angga sendiri Sebenarnya ingin sekali mengajak Adisti ketempat yang indah berdua saja, namun wanita itu selalu menolak permintaan nya.

"Kalau begitu hari ini jalan kaki?" Usul Angga random.

Yang langsung di setujui oleh Adisti dengan anggukan kepala girang.

TBC.......

Cocok

Tidak seperti hari biasanya Yudha sekarang lebih sering pulang ke rumah daripada lembur ataupun tinggal di kantor selama berjam-jam, karena itulah Adisti sebagai istri harus lebih memperhatikan keperluan suaminya daripada hal yang lain. Sama seperti malam-malam sebelumnya pelayan yang bekerja di rumah ini akan pulang ke rumah masing-masing pada pukul lima sore, hanya dirinya dan Bi Ida-lah yang menginap. Itu sebabnya dia harus bekerja tanpa bantuan pelayan lain.

Selepas menghidangkan makan malam untung keluarga nya Adisti bergegas menuju lantai atas di mana letak kamar tidurnya dan Yudha bersama, Wanita itu pergi untuk menyiapkan air untuk suaminya mandi dan juga pakaian yang akan pria itu gunakan.

klek!

Pintu kamar terbuka menampilkan Yudha yang tengah membawa berkas-berkas di tangan nya, melihat hal itu Adisti langsung mendekati suaminya berinisiatif membantu.

"Biar saya simpan Mas, airnya sudah siap jika Mas ingin mandi" ucap Adisti sambil mengambil alih berkas di tangan suaminya.

Pria itu diam tanpa menjawab namun tetap mendengarkan perkataan sang istri. di rasa Yudha tidak perlu bantuan nya lagi Adisti berniat keluar menuju dapur namun suara Yudha mennghentikannya.

"Ada apa Mas?"

"Saya tidak akan turun makan malam, setelah kamu selesai bawakan makanan ke kamar" Ucap Yudha, kemudian berlalu masuk ke dalam kamar mandi begitu saja.

Adisti berjalan menuruni anak tangga menuju dapur, di meja makan hanya ada Acia yang tengah menunggu kedatangan ayahnya.

"Nona, Tuan tidak akan turun untuk makan malam, sebaiknya anda makan terlebih dahulu" Adisti memberitahukan ketidakhadiran Yudha pada gadis kecil itu, karena jika di diamkan saja gadis itu hanya akan menunggu tanpa memakan makanannya.

Acia menatap tidak suka pada Adisti

"Aku tau! pergi dari hadapan ku!"

Memang tidak asing lagi jika ayahnya jarang makan bersama dengannya, karena Acia sudah sering menghadapi hal seperti ini. Makan sendirian di meja makan yang sangat besar bukan hal biasa lagi yang ia jalani, karena itulah tidak jarang dia memanggil ibunya untuk menemaninya.

Adisti meninggalkan Acia sendiri kemudian memilih mengambil makan malam untuk suaminya, berusaha tidak peduli dengan amarah Acia.

"Kamu tidak sarapan Nak?" bi Ida menatap piring berisi makanan yang sudah pasti milik Tuan besar.

Adisti tersenyum tipis, "Masih kenyang Bi, maaf tidak bisa menemani bibi makan" ucap Adisti merasa bersalah, biasanya wanita tua itulah yang menjadi teman makan malam nya.

"Aku akan antar ini dulu ya bi"

Berpamitan dengan Bi Ida, kemudian Adisti berjalan melewati meja makan yang di sana masih ada Acia seorang diri, sambil menunduk Adisti melewati gadis itu saja.

Klek!

Saat masuk ke dalam kamar ternyata Yudha sudah duduk di atas ranjang dengan punggung bersender di senderan kasur di pangkua pria itu ada Laptop yang sudah pasti di gunakan nya untuk bekerja.

"Makanannya Mas" Adisti meletakkan makanan itu ke atas meja nakas. melihat hal itu Yudha menaruh laptopnya lalu mengambil makanan yang di bawa Adisti.

"Pijat kaki saya" Titah nya pada sang istri

Istri yang baru di nikahi Yudha itu mendekat dengan patuh, naik ke atas ranjang lalu mulai memijit kaki milik suaminya, padahal wanita itu sudah terlihat sangat lelah tapi Yudha malah menyuruh nya memijat kaki pria itu.

Yudha memakan makanannya dengan tenang sesekali melirik Adisti yang memijit kakinya. Di saat-saat seperti ini Adisti selalu merasa seperti menjadi istri yang sesungguhnya, Yudha selalu seperti ini jika hanya berdua saja dengan dirinya, pria itu tidak segan bersikap seperti seorang suami yang sangat mencintai istrinya.

Adisti tidak mengerti kenapa sikap Yudha sering berubah-ubah tapi seiring berjalannya waktu Ia tau jika Yudha hanya bersikap tidak peduli dengannya saat Acia melihat mereka. Suaminya ini tidak membencinya hanya saja dia sangat menyayangi putri nya itu sampai-sampai harus bersikap berbanding terbalik dengan kebiasaannya saat hanya berdua dengan nya seperti saat ini.

Itulah yang Adisti pikirkan selama ini.

.

.

Seperti perkataan Angga kemarin hari ini Tuan Yudha sedang menjalankan bisnis keluar kota untuk beberapa hari ke depan, dan tugas menjadi supir di gantikan oleh asisten pribadi Majikannya itu. Waktu-waktu seperti inilah yang sangat di sukai oleh Angga karena bisa menghabiskan waktunya bersama dengan Adisti berdua saja.

Seperti saat ini, Angga tengah menentang barang belanjaan milik Adisti, sedangkan Wanita itu tengah memilih sayur-sayuran segar yang berada di depannya.

'Andai saja kami sepasang suami-istri, pasti seperti ini rasanya' Angga berucap dalam hatinya, bahkan saat ini dia sudah senyum-senyum sendiri.

Adisti yang baru saja selesai melakukan transaksi dengan pedagang menengok ke belakang mencari keberadaan Angga. Alisnya saling bertautan saat melihat Angga yang tengah menatapnya sambil tersenyum tidak jelas.

Puk!

Akhirnya pria itu tersadar saat Adisti menepuk dada Angga.

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya wanita itu heran

Pria itu tidak menjawab, tepukan yang dilakukan oleh Adisti di dadanya tadi sangat-lah imut.

Angga menggigit bibir bawahnya gemas.

Adisti yang tengah memasukkan sayur-sayuran ke dalam Tas khusus untuk membawa sayuran, bergidik ngeri melihat Angga yang seperti ini.

"Angga!"

"Ya?"

Pria itu masih sadar, Adisti menggelengkan kepalanya kemudian berlalu meninggalkan Angga begitu saja.

"Adisti! kenapa pergi begitu saja!" Jeritnya merasa telah di abaikan oleh sang pujaan.

Kedua orang dewasa itu-pun akhirnya memilih pulang ke rumah karena barang-barang yang dibutuhkan sudah lengkap, sebentar lagi juga waktu makan siang Adisti harus menyiapkan makanan untuk Acia.

Di perjalanan pulang mereka penuh canda tawa, Adisti yang tadinya merasa kesal sekarang tidak bisa menahan tawanya keluar karena lelucon Angga.

"Sudah cukup" Jika terus tertawa bisa-bisa rahangnya copot nanti, Melihat wajah Adisti yang memerah karena tertawa membuat Angga tidak tega. padahal canda-annya biasa saja memang dasar nya selera humor wanita itu yang rendah.

Angga kemudian menarik wajah Adisti mendekat, mengeluarkan sapu tangan dari dalam kantungnya yang kebetulan selalu ia bawa kemana-mana. di usapnya wajah cantik milik Adisti yang berkeringat.

"Angga tidak perlu" Adisti merasa tidak enak jika ada yang melihat mereka, apalagi statusnya sekarang sudah menjadi istri seseorang walaupun hanya sedikit yang mengetahuinya.

"Sstt... santai saja"

Adisti terdiam membiarkan Angga mengusap peluh keringat di wajahnya, tanpa menyadari seseorang yang berada di dalam mobil berwarna abu-abu tengah menatapnya marah.

"ja*ang" umpatnya ketika melihat pemandangan yang menjijikkan itu.

Tin!Tin!

Angga langsung melepaskan wajah Adisti saat suara klakson mobil mengagetkan nya. Begitu-pun dengan Adisti yang merasa tidak enak ketika mobil milik Acia berada di belakang mereka berdua. Kepala Gadis kecil itu menyembul dari jendela mobilnya, "Jangan bermesraan di depan rumah orang!" Sentak nya tajam.

Angga menarik Adisti mundur ke arah pinggir jalan, membiarkan mobil yang di tumpangi Anak dari majikannya lewat. Adisti menghela nafas pasti Acia tambah membencinya lagi sekarang, kesalahpahaman yang kemarin saja belum usai sekarang malah di tambah lagi.

Angga dan Adisti sampai di rumah tepat setelah Acia datang, wanita itu kemudian bergegas menyiapkan makan siang bersama dengan Bi Ida dan juga Tari, sedangkan Angga memilih membantu tukang kebun di belakang.

"Bagaimana Mbak?" Tanya Tari menggoda.

Adisti menatap Tari penuh tanya, "Apanya yang bagaimana?" Sahutnya sambil mencuci sayuran yang baru saja ia potong-potong.

"Jalan-jalan berdua dengan Angga, bagaimana rasanya?" Tari cekikikan sendiri membayangkan bagaimana si tengil Angga dan si Anggun Adisti ketika menjalani hubungan.

Bi Ida menggeleng melihat tingkah laku Tari yang sama tengilnya dengan Angga

"Urusi saja Hubungan mu dengan Doni" sahut Bi Ida, ketika melihat raut wajah tak nyaman Adisti, mana aada wanita yang nyaman di sandingkan dengan pria lain padahal dia sudah memiliki suami?

Tari mendengus sebal namun gadis itu tetap melanjutkan ocehannya

"Aku rasa Mbak akan bahagia sekali ketika menikah dengan Angga" Celetuknya yang langsung mendapatkan delik kan tajam Adisti dan Bi Ida.

Tidak ada yang salah dengan perkataan Tari, mungkin orang yang melihat kedekatan Adisti dengan Angga pun merasakan hal yang sama.

TBC.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!