NovelToon NovelToon

You Are My Destiny

Awal

"Jangan salahin gue, karena elu bener-bener udah menguji kesabaran gue!" Ucap Kaisar, seraya mendorong tubuh ramping itu ke dinding kamar. 

"Kakak!" 

Wanita belia itu mendorong dada yang pelukable itu agar menjauh. Tapi kekuatan Kaisar jauh lebih besar dari gadis bergaun biru muda. Selanjutnya gadis itu merasakan tengkuk dan pinggang kecilnya ditarik oleh tangan kekar pria berkemeja biru muda yang senada dengan yang ia kenakan.

Perlahan dan pasti bibir seksi milik pria tampan itu menyentuh bibir seksualnya milik gadis cantik bermata bulat tersebut.

Dia mengerjap, gadis itu begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Kakak sahabatnya. Kaisar menghisap lembut bibir merah jambu yang terasa begitu manis untuknya. Ah, sial, dia terbuai permainannya sendiri. Dan inilah awal dimulainya konflik batin dalam dirinya.

"Ganti pose!"

Cekrek,,, 

Cekrek,,, 

Cekrek,,,

Puluhan kali kilatan lampu blitz kembali menerpa wajah cool dengan tatapan mata tajamnya. 

"Oke. Bungkus!" ucap seorang fotografer mengakhiri sesi pemotretan sebuah produk pakaian pria merek ternama yang selalu jadi incaran kaum milenial negeri ini. 

Wajah yang tampan, rahang yang kokoh dan kilatan matanya yang tajam membuat tampangnya yang keren menjadi modalnya dalam dunia modeling, ditambah dengan tingginya yang menjulang, dadanya yang bidang yang teramat menawan juga postur tubuhnya yang berotot menjadi nilai plus untuknya. 

Kaisar, dia kini tengah menjadi model brand fashion bermerek yang dikeluarkan oleh anak perusahaan ayahnya yang ia kelola. 

Dunia modeling bukan hal baru untuknya, ini sudah jadi pekerjaannya sejak kecil bahkan sejak masih Batita. Wajahnya yang lucu dan menggemaskan ketika bayi berhasil menjadikannya bintang iklan susu formula, popok bayi, makanan bayi bahkan dia pernah menjadi wajah di salah satu merek makanan pendamping asi yang cukup populer di negeri ini. Hal itu tak lepas dari dukungan sang Mommy yang memang memiliki jiwa narsis tingkat dewa yang kemudian dia turunkan kepada anak-anaknya. 

Di usia yang sudah menginjak 27 tahun dia masih belum menikah, walaupun sebenarnya dia sudah memiliki seorang kekasih yang berprofesi sebagai dokter, tapi entah karena alasan apa dia selalu malas jika mengungkit masalah pernikahan. 

Pria Lulusan Monash University ini bukan orang yang gila kerja, tapi setiap apa saja yang dia kerjakan selalu mendapatkan hasil yang memuaskan. Sebabnya Sang Ayah sudah mempercayakannya untuk mengurus salah satu anak perusahaan yang bergerak di bidang fashion. Dan dengan kepercayaan dirinya tingkat dewa yang diturunkan dari sang Mommy dia menjadikan dirinya sendiri sebagai wajah dari setiap produk yang perusahaannya luncurkan. 

Sikapnya yang tegas namun ramah kepada siapa saja membuatnya dijuluki 'Si Seksi yang baik hati' oleh para karyawan wanita. 

"Om, aku balik dulu yah," ucapnya pada kepala bagian pemasaran yang sekaligus sahabat dari ibunya yang bernama Fery. 

"Sekalian bilangin sama Mommy kamu, besok Om ulang tahun jangan lupa kado yang udah dia janjiin!" ucap Fery dengan senyum tiga jarinya. 

"Dih, kado request. Sedikasihnya aja lah. Emang Om mau traktir kita makan-makan dimana ampe minta kado segala? Paling juga di restoran murah terus ujung-ujungnya Daddy yang bayarin." Ucapan laknat itu keluar dari bibir seksi seorang pemimpin perusahaan fashion terbesar di negeri ini. Kaisar.

"Masya Allah, dasar ponakan durhaka. Kagak ada sopan-sopannya ngomong sama orang yang lebih tua." Fery ngotot. 

"Cape ngomong sama lansia, bawaannya ngegas aja!" jawab Kaisar sambil berlari meninggalkan Fery yang mau melayangkan sebuah map besar ke kepalanya.

Sebelum pulang dia kembali ke ruangannya yang berada satu lantai di atas studio tempatnya melakukan pemotretan tadi. 

"Sore Pak," sapa seorang sekretaris cantik bernama Lia dengan senyum menggoda.

"Kamu belum pulang?"

Lia tersenyum, "Kan aku tuh tipe wanita setia Pak."

Kai mengernyitkan keningnya, meminta penjelasan pada sekretarisnya yang selalu bersikap genit kepadanya. 

"Mana bisa saya pulang sedangkan calon imam saya belum pulang," jawabnya sambil tersenyum malu-malu, dia memang selalu senang menggoda atasannya.

"Kamu tuh. Emang kamu mau disuntik Arsenik sama Adel?" Senyuman mengancam tersungging di bibirnya.

Adel adalah nama kekasih Kaisar, mereka sudah hampir setahun menjalin kasih, sebenarnya keduanya adalah teman sewaktu SMA. Setelah lama tak bertemu akhirnya mereka dipertemukan di acara reuni dua tahun lalu dan akhirnya menjalin kasih hingga saat ini. Semua orang yang melihat mereka pasti akan setuju bahwa mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Adele yang cantik dan Kaisar yang mempesona adalah perpaduan serasi yang membuat hati wanita teriris karena tak kuasa untuk menyetujui bahwa keduanya memang sangat serasi.

"Jangan donk Pak! Kan saya belum dibayar tunai sama Bapak." Lia masih keukeuh menggoda sang atasan. 

Kai hanya tersenyum menimpali godaan Lia yang memang benar-benar dari dalam hatinya. Dia sudah terlalu lelah seharian ini harus melakukan pemotretan dari pagi hingga sore ini.

"Eh maaf Pak, Pak Danu dari PT. Gold Textile minta pertemuannya ditunda minggu depan. Karena besok dia masih ada di luar kota."

"Oke!" jawabnya sambil berlalu.

Kai memasuki ruangannya dia langsung merebahkan dirinya di sofa empuk yang berada di sudut ruangannya.

Tak lama handphonenya berbunyi ternyata sang kekasih hati yang menelpon. 

"Kangen yaaaa?" sapanya tanpa kata halo terlebih dahulu. 

"Emang kalo aku bilang kangen kamu mau jemput aku dari sini?" Terdengar suara riang ketika Adel menimpali candaan kekasihnya. 

"Emang boleh aku culik kamu dari sana?" goda Kai, biasa ia disapa. Karena saat ini sang kekasih sedang melakukan pembekalan dan pembinaan tenaga medis yang dilakukan rumah sakit tempatnya bekerja.

Terdengar suara tawa dari sang kekasih. "Kalo udah nyulik aku emang kamu mau ngapain?"

"Mau ngapa-ngapainin kamu lah."

Adel kembali tertawa mendengar candaan kekasihnya. "Makanya cepet lamar aku supaya kamu bebas ngapa-ngapainin aku!"

Kai mendesah, ini bukan pertama kalinya sang kekasih memintanya untuk dilamar. 

"Aku takut kamu nyesel."

"Nyesel gimana maksudnya?" tanya Adele dengan nada khawatir, karena dia takut kekasihnya memiliki penyakit berbahaya, atau senjatanya tak bisa digunakan sebagaimana mestinya. Dasar dokter pikirannya pasti ga jauh-jauh dari hal medis. 

"Ya aku takut kamu nyesel ternyata setelah kita nikah aku jauh lebih mempesona daripada yang kamu liat sekarang ini," jawab Kai dengan nada yang dibuat seolah-olah itu adalah aib. 

"Ih kamu tuh ya. Aku pikir kamu kenapa-napa. Bikin aku deg-degan aja." Adel kesal.

Mengerti akan maksud sang kekasih, Kaisar semakin menggodanya. "Hayo, kamu mikirin apa tadi?"

"Aku—" Adel bingung masa iya dia bilang terus terang jika tadi dia sedang memikirkan adik kandung kekasihnya. Walaupun sebenarnya itu adalah hal yang sangat penting tapi masa iya harus bahas itu dengan kekasihnya. 

"Aku takut kamu punya penyakit yang berbahaya." Lanjutnya dengan gugup. 

"Penyakit bahaya kayak gimana?" Kaisar terus menggodanya sambil membayangkan wajah cantik Adel yang merona karena malu. 

"Udah ah, gak usah dibahas."

"Tapi aku jadi semakin pengen bahas ini. Kamu lagi mikirin kalo si Kevin ga bisa berfungsi sebagaimana mestinya ya?" lanjutnya yang begitu senang membuat kekasihnya malu.

Kaisar yang berhasil mengetahui apa yang tadi dia pikirkan membuat Adel semakin merona. "Udah ah, aku harus kumpul lagi ini. Bye, luv you!" Adel menutup teleponnya tanpa terlebih dahulu mendengar jawaban dari kekasihnya. 

Wajahnya kini terasa panas setelah menelpon kekasihnya yang memang selalu senang membahas hal-hal dewasa agar membuatnya merona. 

Dilihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul Lima sore, kini suasana kantor sudah mulai sepi, hanya ada beberapa karyawannya yang sedang menyelesaikan pekerjaannya dengan khusyuk.

Kaisar melajukan mobilnya ke rumah yang selalu ramai dengan canda tawa, apalagi bila si cerewet Qiran sedang bercerita tentang sekolahnya. Ambyar sudah urusannya rumah karena pasti saja ada kelucuan dibalik cerita-ceritanya. 

Mobil sport hitam miliknya kini sudah terparkir di parkiran rumahnya, dengan jas dan tas kerja ditangan dia berjalan lunglai memasuki rumah.

"Kamu udah pulang?" sapa sang Mommy. 

"Iya Mom, aku capek banget nih, tadi abis pemotretan buat produk baru yang bakal rilis bulan depan," jawab Kaisar sambil menyalami tangan Mommynya yang terlihat masih sangat cantik di usianya yang sudah setengah abad ini.

"Aku ke kamar dulu ya Mom, kalo waktunya makan malem suruh Qiran panggil aja!" lanjutnya dan berlalu menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

...Dua jam berlalu...

"KAKAAAAK!" teriak seorang gadis sambil membuka handle pintu seperti biasanya.

Kaisar yang saat itu sedang merebahkan tubuhnya di kasur sampai melonjak mendengar teriakan adik perempuan semata wayang yang memiliki suara tinggi, yang bisa disejajarkan dengan bunyi tonggeret.

"Lu kalo ujung-ujungnya mau masuk kamar gue ga usah pake treak-treak napa!" Kaisar kesal.

"Isst punya adek satu-satunya doang aja dimarah-marahin mulu." Qiran cemberut.

Kaisar tersenyum melihat ABG centil di hadapannya cemberut. "Mau ngapain?"

"Kata Mommy masih mau idup ga? Kalo masih cepet turun makan!" jawab Qiran sambil berlalu, dan tak lupa menutup pintu kamarnya dengan sekuat tenaga.

"Astaghfirullah, dasar kampret lu Kikir!" caci Kaisar yang kembali terkejut.

******

Suasana makan malam selalu hangat dengan canda dan tawa dari cerita kisah keseharian mereka.

"Mom, besok malem ada undangan pesta ulang tahun temen aku— "

"Ga boleh!" jawab Zee tegas sebelum Qiran menyelesaikan ucapannya. 

Walaupun Qiran sudah tahu apa yang akan Mommynya katakan, tapi dia berusaha untuk merayunya, karena besok malam adalah pesta ulang tahun teman sekelasnya yang sangat kaya, jadi dia akan mengundang semua siswa di angkatannya dan itu artinya sangat pujaan hatinya pun akan datang di pesta tersebut. Tapi untuk mendapatkan izin dari nyonya besar dengan tubuh kecil itu sangat lah sulit, banyak halang rintang yang akan dia lewati untuk mendapatkan izin keluar malam. 

"Kalo aku dianterin Kakak boleh kan?" Qiran memasang wajah memelas nya kepada sang Kakak yang duduk di sampingnya.

Kaisar mencibir, seolah berkata 'siapa juga yang mau nganterin elu?'

Tapi bisikan dari adiknya membuat sikap Kaisar  berubah 180 derajat. "Aku yang anterin si Kikir deh Mom! Aku pastiin dia ga akan lepas dari tangan aku." Bujuk Kaisar pada Zee. 

...Masih penasaran?...

...Lanjuuuuuttt!!!...

Birthday Party

Tak ada yang berubah darinya sejak terakhir bertemu, masih sama bahkan sekarang wajahnya jadi lebih dewasa dari dua tahun yang lalu, terlihat lebih cantik hingga semakin membuatnya tak tahan untuk tidak memeluknya. 

Pria itu hanya berdiri di salah satu sudut lift memperhatikan wanita yang selama ini menghiasi mimpi-mimpinya. Tanpa dia sadari sudut bibirnya sedikit mengulas senyum, senyum kecil yang masih bisa dilihat oleh wanita yang juga berdiri berseberangan dengannya, seolah tak ingin terlalu dekat dengan pria yang juga begitu ia rindukan.

Persetan dengan takdir! 

Persetan dengan pendapat orang lain tentangnya! 

Persetan dengan nama baik keluarga! 

Pria itu hanya ingin merasakan kebahagiaan bersatu dengan wanita yang pertama yang bisa membuat jantungnya berirama kencang, membuat perasaan aneh yang menggelitik dalam dadanya. 

"Kakak lagi di Jogja juga?" Terdengar sangat basa basi dari nada suaranya tapi cukup membuat jantungnya berpacu kencang hanya untuk mengeluarkan sapaan itu.

Bahkan suaranya pun terdengar sama persis saat terakhir kali dia memutuskan untuk berpisah dengannya. 

"Gue kangen!" Jawaban sang pria sangat tak disangka-sangka olehnya dan menarik tubuh tinggi semampai itu ke dalam pelukan hangat yang selalu membuatnya nyaman sejak pertama kali mereka berpelukan. 

Jika memang takdir tak mengizinkan kita bersama, izinkan lah aku menciumnya untuk terakhir kali sekedar melepas kerinduanku padanya. 

Ku mohon, untuk kali ini saja biarkan kami egois kepada semua orang. 

*******

Kaisar sudah memarkirkan mobilnya tepat di sebuah rumah besar tempat acaranya pesta berlangsung. Dentuman musik dari dalam rumah mewah itu terdengar cukup memekakkan telinga. 

"Dek, Kakak tunggu di mobil aja ya!" 

"Anterin sampe aku ketemu Lovie sama Rani!" Pinta Qiran atau lebih tepatnya memaksa sang Kakak, karena tangannya terus saja menarik-narik lengan kekar kakaknya. 

Kalo bukan  karena ancaman sang adik yang akan memberitahukan foto ciumannya kepada sang Mommy dia ogah harus berurusan dengan puluhan member cabe-cabean ini. 

Lihat mata mereka seperti ingin menerkam Kaisar saat memandang takjub pria yang terlihat cool hanya dengan stelan casualnya, kaos putih dengan celana jins pendek berwarna hitam membuatnya terlihat seperti es campur di tengah teriknya jalanan ibu kota. 

"Qir, kenalin dong sama kita!" 

"Pacar baru elu ya Qir?"

"Boleh kali minta fotonya buat gue pajang di instastory gue!"

Rengekan teman-temannya tak dihiraukan olehnya. Qiran terus mencari keberadaan dua makhluk cantik yang tinggal satu planet dengannya. 

"Bob, Elu liat Lovie sama Rani ga?" Qiran bertanya kepada teman prianya. 

"Noh dipojokan lagi oleng!" Jawab Boby. 

Oleng? Apa mereka juga menyediakan minuman beralkohol? 

Kaisar langsung mencari keberadaan dua teman adiknya itu, masalahnya salah satu dari mereka adalah anak dari tantenya.

Rumah yang begitu besar ini ditambah lebih dari seratus makhluk labil membuat Kaisar kesulitan mencari kedua sahabat adiknya. 

Benar saja kedua gadis itu terlihat sedang berpegangan satu sama lain berusaha menyeimbangkan tubuh mereka agar tak terjatuh. Qiran langsung berlari menangkap tubuh Rani, dan Kaisar menangkap tubuh gadis satunya yang terlihat akan tumbang.

Tawa mereka pun pecah bersamaan, membuat Kaisar semakin curiga ada yang tidak beres dengan minuman yang mereka minum.

"Kakak mau nyium Lovie?" Qiran membekap mulut Kakaknya yang terlihat akan mencium bibir sahabatnya. Padahal saat itu dia hanya mengendus bau alkohol dari mulut gadis bergaun biru toska tersebut. 

"Cuma bau cola. Kok kalian bisa oleng gitu?" Jiwa Kakak pada diri Kaisar terpanggil untuk menginterogasi kedua gadis cantik pecinta oppa-oppa tersebut. 

"Kita ikut lomba nari sambil muter berpasangan kayak yang ada di film Titanic itu loh Kak!" Jawab Lovie yang tak henti-hentinya tertawa membayangkan keseruan perlombaan yang berhasil mereka menangkan tadi.

"Mr. Baek datang kan?" Mata Qiran berkeliaran mencari keberadaan pujaan hatinya yang saat itu terlihat tampan dan menggemaskan dengan kaos berwarna biru cerah sama dengan warna gaun yang Qiran pakai saat itu.

Sebenarnya nama cowok itu adalah Baehaki, tapi Qiran menganggap nama pujaan hatinya itu terlalu kolot dan gak kekinian jadi dia seenak jidatnya memanggil kekasih halunya itu Mr. Baek sama seperti nama Oppa pujaan hatinya Baekhyun. Ingat kekasih halu, berarti tak ada hubungan apa-apa diantara Qiran dan Mr. Baek. Hanya dia saja yang memproklamirkan diri sebagai kekasih Mr. Baek kepada warga sekolah. Dari yang berwujud hingga tak berwujud. 

"Awas lu kalo sampe ngapa-ngapain sama cowok lembek itu, gua kawinin kalian sekarang juga!" Ancam Kaisar pada adik centilnya. 

Bukannya takut Qiran malah terlihat berbinar mendengar ancaman kakaknya. "Beneran? Awas kalo boong!" Qiran berlari menghampiri Mr. Baek.

"Lah si pe'a!"

"Yang!" Teriak Lovie yang masih berpegangan pada lengan Kaisar. Dia melambaikan jemari lentiknya ke arah pria yang lumayan tampan.

"Kakak makasih ya udah jadi senderan aku!" Dia pun berlalu. 

Kini tinggal ada Rani, anak dari Flower dan Baim yang juga sekaligus guru di tempat mereka bersekolah. "Kakak jangan bilang ke Papa ya!"

Kaisar mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Beb!" Rani berlalu meninggalkan Kaisar seorang diri.

"Cih, kejang-kejang deh tuh Om Baim kalo tahu anaknya punya pacar."

Akhirnya dia memilih ke teras rumah besar tersebut, duduk di salah satu kursi menikmati hisapan rokoknya sambil memperhatikan ketiga bocah yang tengah asik mengobrol dengan pasangan mereka masing-masing. 

Sudah bukan waktunya lagi Kaisar menghadiri acara seperti ini, sekarang ini dia lebih cocok diundang ke acara nikahan atau sunatan dari pada harus ikut bergabung dengan alayers-alayers itu. 

*****

"Ngapa muka lu kisrut? Kurang cip*k?" Kelakar Haris sahabat dan juga konsultan hukum perusahaannya. 

Kaisar melempar sedotan ke arahnya. "Kurang tidur gue, semalem abis ikut party sama cabe-cabean." Jawabnya malas. 

"Ris pesenin gue kopi." Pintanya pada Haris yang baru akan menempelkan bokongnya di kursi. 

"Hissst, bukannya dari tadi." Jawabnya. 

Kedua sahabat Kaisar yang sedang mengobrol dengannya bernama Haris. Abdul Haris dan Muhammad Kemal Haris dan keduanya biasa dipanggil Haris. 

"Kalo bukan karena si Kikir punya foto cip*kan gue sama Adel, ogah gue harus gabung sama para Cabe-cabean yang ga jelas itu. Hiiii." Kaisar bergidik sambil membayangkan dandanan Teman-teman adiknya yang menandingi para ibu-ibu sosialita. "Lu semalem lagi ngapain? Gue telponan kagak lu angkat!"

Haris nyengir. "Ma ayang. Lagi anget-angetan."

Kaisar memasang ekspresi jijik di wajahnya mendengar jawaban vulgar sahabatnya itu. 

"Diangetin mulu, kapan lu ngawinin dia?"

"Udah. Tinggal nikahnya doang. Hehehe…" Jawabnya tanpa rasa berdosa.

Tak lama Haris datang membawakan kopi hitam dengan sedikit gula pesanan Kaisar. 

"Ris!"

"Hemmmm?" Jawab keduanya kompak.

"Maksud gue si Kemal Haris. Hissst lagian kalian tuh kenapa sih harus punya panggilan yang sama?"

"Tanya emak bapak gue sono! Ngapa lu marah ke gue?" Salah satu Haris marah.

"Elu mau nanya apa ke gue?" Tanya yang satunya. 

"Kapan lu mau pindah ke kantor gue? Gue butuh lagi banget jongos buat gue suruh-suruh."

"Ih si Bangke. Lu tuh ya, manusia paling ga singkron antara wajah sama kelakuan lu. Pa lagi bacot lu. Muka keren abis, tatapan mata tajam, eh pas buka mulut, sampah doang isinya."

"Sultan mah bebas mau ngomong apapun. Emang rakyat jelata kayak kalian!"

Dan toyoran pun mendarat di jidat pria tampan tersebut. 

"Aset berharga perusahaan ini, jangan maen toyor-toyor aja lu pada! Rakyat kecil kaya kalian emang ga bisa ngebedain mana barang berharga dan barang tidak berharga. Pala boleh sama, isinya beda Bro, kalo diibaratin nih ya, kalo gue itu roti isi daging yang ada di hotel berbintang, kalian tuh singkong parut yang diisi oncom." Kaisar mengusap-usap jidat bekas toyoran kedua sahabatnya. 

Dan kali ini mereka mendaratkan pukulannya di kepala si tampan. 

"Cih, Kai gue curiga kenapa elu belum nikah juga." Haris menjeda ucapannya, sambil memperhatikan pangkal paha sahabatnya itu. "Kevin ga bisa tegak lurus yah?"

Spontan Kaisar meninju lengan sahabat sablengnya itu. "Dasar kampret. Elu kagak tau aja kalo pagi sinyalnya kuat banget. Udah kayak menara sutet."

Kedua sahabatnya itu malah mencibir ucapan pria tampan di hadapan mereka seolah meragukan ucapannya. 

"Yakin? Kok diajakin kawin ma si Adel ngulur-ngulur waktu mulu?"

Seperti biasa Kaisar menghembuskan nafas kasar lewat mulutnya, seolah bosan dengan pertanyaan tersebut. "Entahlah gue belum siap aja. Kalo harus nikah dalam waktu dekat. Lah elu juga, kapan lu ngawinin si Nanda?"

"Yeay gue bilang kawin mah udah tinggal nikah doang. Lagian gue sih tinggal nunggu dia wisuda doang, lagian si Jack udah terbukti keampuhannya." Jawab Kemal Haris dengan bangga. 

"Lagian lu pacaran sama anak kuliahan. Dasar pedofil lu!" 

"Eits, pedofil itu yang nafsu sama anak kecil. Lah cewek elu bisa liat sendiri kan ukurannya. 36D." Jawab Haris sambil mempraktikkan seolah sedang memegang sebuah benda yang besar di depan dadanya.

Dan obrolan unfaedah antara ketiga pria tampan itu pun berlanjut mengisi akhir pekan ketiga pria lajang. 

Obrolan absurd di meja makan

Bertemu sang kekasih yang telah lama tak jumpa memang momen yang berharga untuk sekedar dilewatkan begitu saja, apalagi Kaisar dan Adel sudah hampir  satu bulan tidak bertemu, karena kesibukan mereka, terutama jadwal kerja Adel yang padat, ditambah saat ini dia sedang melanjutkan sekolahnya untuk mengambil gelar spesialis bedah. Rasanya ingin sekali menghabiskan waktu sepanjang malam hanya untuk bersama dengan orang yang mereka rindukan selama ini. 

"Kangen!" Adel memeluk mesra sang kekasih saat memasuki mobil Kaisar. 

"Sama!" Balas Kaisar yang juga menyambut pelukan sang kekasih. 

"Kawinin dong! Supaya kita bisa barengan terus." Rayuan seperti biasanya menjurus ke arah pernikahan. 

"Yakin dikawinin doang, ga usah dinikahin?" Godanya, mengecup mesra kening kekasih cantiknya itu. 

"Ih kamu mah, ya nikahin dulu lah baru dikawinin!" Rengekan manja keluar dari mulut dokter cantik yang kini dalam pelukan sang kekasih. 

"Aku masih harus fokus sama perusahaan. Kamu tahu sendiri Daddy nyerahin perusahaan itu kurang dari dua tahun. Aku takut fokus aku ke kamu teralihkan nantinya." Jawabnya seperti biasa, selalu saja ada alasan untuk tidak membahas pernikahan. "Kita jalan sekarang yuk! Mommy udah kangen banget sama kamu katanya."

Kaisar mulai melajukan mobilnya membelah jalanan malam yang terlihat ramai pada akhir pekan ini, berusaha mengalihkan perbincangan mereka. 

Obrolan yang diselingi canda tawa pun mengiringi perjalanan mereka ke rumah orang tua Kaisar, momen romantis tercipta saat kedua jari tangan mereka saling bertautan dan saling membalas senyum saat mata mereka saling bertatapan. Hal itu sudah cukup membuat Adel yakin jika kekasihnya juga mencintai dirinya walaupun mungkin tak sebesar cinta Adel untuknya. 

Acara makan malam dengan kedua orang tua Kaisar selalu menjadi momen menyenangkan untuknya, selain karena semua masakan yang dibuat sang calon ibu mertua itu memang sangat lezat, momen mengobrol dan bercanda di tengah meja makan selalu menjadi momen berkesan yang selalu ia nanti-nantikan. 

"Del lagi sibuk nanganin pasien apa sekarang?" Tanya Zee Mommy Kaisar. 

"Itu rahasia dokter lah Mom, ga boleh dikasih tau, itu namanya kode etik kedokteran." Jawab Kaisar. 

"Diem! Orang Mommy nanya ke Adel, kamu yang jawab." Nyonya sewot. 

Adel hanya bisa tersenyum melihat kekasihnya dipelototi sang calon mertua. "Aku kan masih dokter umum jadi aku ikut nangani banyak pasien dengan berbagai penyakit baik pria maupun wanita." Jawab Adel lebih universal. 

Disaat itu Qiran yang baru pulang dari toko buku bersama sahabatnya Lovie dan ikut bergabung dengan mereka. 

"ASSALAMU'ALAIKUM!" Suara cempreng Qiran menggema di ruang makan. 

"Waalaikumsalam." Jawab semua makhluk yang ada di meja makan. 

"Elu ngucap salam kayak ibu-ibu penagih kontrakan tau Dek! Berisik!"

"Diem lu!" Qiran dengan santainya mendorong belakang kepala Kakaknya ketika melewatinya. 

"Wah songong nih bocah. Minta diruqyah nih kayaknya." Kaisar terlihat akan menghampiri untuk membalas gadis bertubuh mungil itu. 

"Daddy!" Seperti biasa manusia yang selalu mengaku-ngaku jika dirinya adalah warga planet EXO ini selalu bersembunyi di ketiak Ayahnya jika dalam keadaan terancam. 

Zee yang kesal melihat tingkah kedua anaknya ini langsung berubah menjadi seorang ibu negara yang memiliki kekuasaan atas segala hal. 

"Udah! Bisa diem gak kalian? Ga malu apa ada Adel sama Lovie disini? Ayo Vie ikut gabung makan malem sama kita. Kebetulan kita juga baru mulai. Dan kalo kamu minta ditemenin, ntar Mommy nambah sepiring lagi." Zee mengajak teman anak gadisnya yang juga tidak kalah cantik dengan putrinya untuk bergabung bersama mereka. 

Lovie yang sudah biasa datang dan makan di rumah keluarga Zee langsung memposisikan dirinya di meja makan. Dia dengan sigap mengambil makanannya sendiri tanpa malu-malu. 

Dan mereka pun kembali makan dengan tenang, kecuali Qiran yang ingin makan disuapi oleh Mommynya. 

"Tadi kita ngobrol sampe mana ya? Mommy lupa." Zee bertanya pada calon menantu cantiknya.

"Aku sekarang lagi sibuk nanganin banyak pasien." Jawab Adel mengingatkan. 

Zee mengangguk. "Semuanya? Pasien laki-laki juga kamu tanganin?"

Adel mengangguk, tapi hal itu membuat Zee semakin penasaran. 

"Semuanya?" Zee terlihat semakin penasaran. 

Adel kembali mengangguk, tapi kali ini dengan wajah sedikit bingung. 

"Kamu juga meriksa pasien dengan penyakit hernia dong?" Tanya Zee penasaran bahkan dia sudah menyimpan sendok dan garpunya di piring.

Adel kembali mengangguk. Memang apa salahnya menangani pasien hernia? 

"Kamu liat 'itu' nya mereka dong?"

Kini Adel mengerti mengapa sang calon ibu mertua begitu penasaran. Jadi ini masalahnya. 

Bluuuuussshhh wajah Adel langsung memerah mendengar pertanyaan Zee. Adel kembali mengangguk kecil, menanggapi pertanyaan Zee. 

"Waaah, paraaahh!" Nyonya besar geleng-geleng kepala.

"Kamu masih gadis tapi mata kamu udah ga gadis lagi. Mata kamu bener-bener udah tercemar." Zee berbicara tanpa memikirkan perasaan Adel yang malu mendengar ucapannya. 

"Mommy!" Guntur dan Kaisar membentak Zee. 

"Apaan sih kalian ngomongin apa?" Pertanyaan itu keluar dari mulut si Cantik Qiran. 

"Mommy masih gak percaya dan Mommy yakin bukan cuma satu dua pasien yang udah kamu periksa. Kamu anak gadis tapi udah liat yang berbagai macam bentuk dan ukuran." Zee berbicara pada dirinya sendiri.

"Ukuran apa sih Kak?" Kali ini pertanyaan keluar dari bibir mungil Lovie. 

Kaisar hanya bisa menggelengkan kepalanya kepada sang Mommy agar tidak menjelaskan kepada kedua gadis yang otaknya masih polos ini.

Bisa ngejengkang kedua gadis centil itu jika tahu apa yang sedang Zee pikirkan. 

"Mata Kak Adel udah tercemar dengan berbagai macam bentuk tutut!" Ucapannya Zee tanpa sadar. 

Untungnya kedua gadis itu sudah ditutup telinga mereka oleh Kaisar dan juga Guntur yang duduk paling dekat dengan mereka. Sedangkan Adel merasakan panas di seluruh wajah hingga telinganya. 

"Mommy aja seumur-umur baru liat dua bentuk Tutut, si Otong sama si Kevin doang. Itu juga si Kevin udah lama ga pernah mommy tengok, tau udah segede apa dia sekarang?" Zee terus saja meracau, tanpa mempedulikan kedua anak gadis yang tidak mengerti arah perbincangan mereka. 

"MOMMY!!!!" Wajah Kaisar sudah semerah wajah Adel. 

*****

Acara makan malam vulgar itu pun berakhir dua jam yang lalu, Adele sudah kembali lagi ke rumahnya, dan kini Kaisar berjalan menaiki tangga menuju kamar sambil meregangkan otot-otot lehernya yang terasa kaku. 

Kaisar sangat terkejut ketika menyalakan lampu kamarnya saat kembali sehabis mengantarkan Adel. Qiran si adik perempuannya sedang duduk bersila di atas ranjangnya. 

"Astaghfirullah, Deeeek! Elu ampir bikin jantung gue copot. Dasar pe'a!" Kaisar melempar kaos yang dipakainya ke wajah cantik adik perempuannya itu. 

"Isstt Kakak jorok!" Protes si Cantik yang melempar kembali kaos Kakaknya. 

"Mau minta tolong apa lagi lu?" Tanya Kaisar yang sudah hafal tabiat adiknya. "Kuota?"

Tapi Qiran masih tak menjawab, bahkan seperti gugup ingin mengutarakan maksudnya. 

"Ngapa sama muka lu? Kok dibikin jelek gitu?" Kaisar mencubit manja pipi mulus adiknya.

"Aku mau minta tolong, sebenarnya ini buat Lovie." Qiran memulai ceritanya.

Menceritakan bagaimana sulitnya kehidupan Lovie saat ini setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan satu tahun lalu dan semua aset milik keluarganya dibekukan karena dijadikan jaminan hutang orang tuanya, sekarang dia hanya hidup bersama pengasuhnya yang dulu bekerja dengan keluarganya. Lovie si Anak Sultan harus rela menjadi upik abu untuk melewati masa akhir sekolahnya dalam beberapa bulan terakhir sebelum mereka melewati masa ujian nasional. 

Bahkan saat semua siswa sibuk memilih universitas, si Mantan anak Sultan itu sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kuliah seperti sebuah hal yang sulit dijangkau untuknya, tapi hebatnya dia tidak pernah menunjukkan kesedihannya kepada teman-temannya bahkan sahabatnya sekalipun, termasuk Qiran.

Tinggalkan Jejakmu...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!