NovelToon NovelToon

Dendam Cinta

#Dendam Cinta Bab 1

"Shena aku talak kamu, mulai saat ini kita bukan siapa-siapa lagi. Aku sudah memutuskan untuk menceraikan dirimu karena aku akan menikah lagi dengan Susan," ucap Devan.

Perkataan Devan membuat Shena terkejut dan seketika hatinya hancur berkeping-keping.

"Apa, Mas? Mas aku gak mau kita pisah, aku sangat mencintaimu, Mas," ucap Shena dengan air mata yang tak terbendung.

"Tapi aku tidak mencintaimu lagi, Shena. Semenjak kita punya anak, kamu jadi tidak punya waktu untuk aku dan semakin hari kamu semakin jelek, kucel dan tidak terurus. Aku malu punya istri kayak kamu."

Deg!

Shena merasa seperti disambar petir di siang bolong, dua tahun menikah dengan Devan, ia baru tahu bahwa Devan tidak mencintainya dengan tulus, Devan hanya mencintai kecantikannya yang bersifat sementara.

"Mas, aku seperti ini karena aku sibuk ngurus anak kita yang sering sakit-sakitan. Kan kamu sendiri yang minta untuk tidak menggunakan babysitter untuk mengurus anak kita."

Deshyana Amaina, putri satu-satunya Shena dan Devan menderita penyakit keras sejak ia lahir ke dunia.

Bayi mungil yang baru berusia dekapan bulan itu sering sakit dan harus bolak-balik ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan sehingga membuat Shania tidak ada waktu untuk dirinya sendiri dan juga suaminya.

Karena mengurus Deshyana adalah prioritas utama bagi Shena, Shena mengesampingkan semua urusan pribadinya, ia juga jarang ada waktu berdua dengan Devan. Karena itulah mungkin Devan mulai merasa bosan dan mencari tempat lain untuk dirinya bermanja.

"Aku tidak butuh alasan, sekarang kamu pergi dari rumah ini karena aku akan menempati rumah ini bersama Susan!" ucap Devan dengan suara lantang.

Shena menatap laki-laki yang sangat ia cintai dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

"Mas, kalau pun harus ada yang pergi dari rumah ini, itu adalah kamu bukan aku. Ini rumahku, rumah peninggalan orang tuaku," ucap Shena.

"Rumah dan semua perusahaan yang kamu miliki sudah aku ambil alih, semua aset harta kekayaan yang orang tuamu berikan padamu sudah aku ubah menjadi namaku kamu tidak bisa mengambilnya sedikitpun karena itu semua sudah menjadi hak aku."

"Mas, tega ya kamu giniin aku. Aku sudah mengangkat kamu dari debu jalan dan sekarang ini balasan yang harus aku terutama?"

"Aaah diam!"

Devan mendorong Shena ke luar rumahnya hingga Shena terjatuh ke lantai.

"Pergi dan bawa anak tidak berguna itu!"

Hati Shena hancur sesaat setelah mendengar Devan mengatai putri yang sangat ia sayangi. Shena terus menangis sembari memeluk Deshyana.

"Mas, tolong jangan usir aku dan Deshyana aku gak tahu harus tinggal di mana, aku tidak punya tempat untuk pulang. Aku ikhlas atas semua keputusanmu tapi tolong jangan usir aku."

Shena memohon di kaki Devan agar mantan suaminya itu memberikan tempat di rumahnya untuk mereka tinggal.

Susan berjalan mendekati Devan lalu melepaskan tangan Shena yang memegang kaki Devan dengan kakinya! Tanpa rasa kasihan Susan menendang lalu menginjak Shena.

"Pergi! Pergi kamu dari sini. Di rumah ini tidak ada tempat lagi untukmu dan anak yang bisanya cuma ngabisin duit terus," ucap Susan dengan suara lantang.

Shena masih duduk di lantai dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Rumah itu dan derasnya air hujan menjadi saksi bisu atas perlakuan mereka terhadap Shena dan bayinya yang tak tahu apa-apa.

"Mas, sekarang hujan deras, aku mohon izinkan aku tinggal di rumah ini malam ini saja setelah itu besok aku akan pergi dari rumah ini." Shena memohon agar mantan suaminya itu mengasihani dirinya.

"Tidak. Aku tidak sudi menampung orang seperti dirimu di rumah ini. Pergi!" Devan mendorong Shena lagi.

Dengan langkah tertatih dan rasa sakit yang menusuk hati, Shena berjalan meninggalkan rumah miliknya sendiri! Ditengah derasnya hujan dan gelapnya malam, Shena terus berjalan sembari memeluk putrinya.

Bayi mungil itu menangis karena kedinginan, payung yang mereka gunakan tidak bisa menghindarkan tubuh mereka dari cipratan air hujan.

Shena mengeratkan pelukannya pada Deshyana!

"Sayang, maafkan Mama, Nak. Mama harus membawamu pergi ditengah derasnya hujan ini," ucap Shena.

Air mata Shena tidak bisa berhenti mengalir, sakit yang ia rasakan sangat dalam hingga ia tak kuasa menahan air matanya.

Shena tidak menyesali semua yang terjadi padanya, hanya saja perlakuan Devan terhadap putrinya membuat Shena merasakan sakit yang amat dalam.

Bersambung

#Dendam Cinta bab 2

Shena terus berjalan tanpa arah tujuan, tubuhnya menggigil karena kedinginan. Deshyana pun terus menangis, mungkin karena bayi mungil itu kedinginan dan kelaparan.

Shena memeluk erat sang putri ia membawanya berteduh di depan rumah salah satu warga untuk menyusuinya.

Shena sudah berusaha menenangkan bayinya dengan memberinya susu namun bayi itu tak kunjung terdiam, Shena juga sudah menimang Deshyana namun bayi mungil itu tidak juga tenang. Bayi itu terus menangis meski sudah ditenangkan.

"Sayang, kamu kenapa, Nak?" Shena mulai ketakutan dan khawatir terhadap Deshyana.

Di dalam rumah.

"Pak, bapak dengar gak ada suara bayi nangis?" ucap seorang wanita paruh baya kepada suaminya.

Suara tangisan Deshyana yang begitu keras membuat orang pemilik rumah mendengar suara tangisannya meski dibarengi dengan gemuruh hujan deras.

"Iya Bu, Bapak juga dengar. Bapak pikir itu hanya pendengaran Bapak saja yang salah," sahut laki-laki yang juga usianya sudah tidak muda lagi.

"Pak, ayo! Kita lihat bayi siapa yang nangis di depan rumah kita."

"Ayo Bu. Siapa orang yang tegar membuang bayinya sendiri."

Pasangan suami istri itu berjalan beriringan menuju pintu utama rumahnya untuk melihatmu bayi yang menangis.

"Shena berdiri membelakangi pintu rumah itu sambil terus menimang Deshyana!

"Siapa kamu?" tanya ibu itu.

Shena memutar badannya menjadi menghadap mereka.

"Saya Shena Bu, Pak. Bu, Pak tolong jangan usir saya dari sini, saya hanya numpang berteduh setelah hujannya reda saya dan anak saya akan pergi," ucap Shena.

"Memangnya kamu mau ke mana, malam-malam begini?" tanya Bapak pemilik rumah.

Shena menundukkan kepalanya, air matanya menetes membasahi pipinya.

"Pakaian kamu basah sekali, pakaian bagimu juga. Mari ganti pakaianmu dulu di dalam!" ucap Ibu itu sembari mengarahkan Shena masuk ke dalam rumahnya.

Shena tak menolak tawaran ibu itu karena memang ia sudah sangat kedinginan.

Setelah sampai di dalam rumah, ibu itu mengambil Deshyana dari tangan Shena lalu menyuruh Shena berganti pakaian di kamar yang ada di belakangnya.

"Biar Ibu yang menggantikan pakaian bayimu. Kamu masuk kamar ini dan segera ganti pakaianmu ya!" ucapan Ibu itu.

Shena tak berucap sepatah kata pun, ia segera masuk ke dalam kamar itu untuk mengganti pakaiannya.

Setelah Shena masuk ke dalam kamar, Ibu itu segera membuka tas yang Shena bawa lalu mengambil pakaian Deshyana dari dalam tas itu.

Setelah beberapa menit Shena keluar dari kamar dengan sudah menggunakan pakaian kering! Deshyana juga sudah tidak menangis setelah ibu itu menggantikan pakaiannya.

"Pak, Bu terimakasih kalian sudah sangat baik kepada saya dan anak saya," ucap Shena.

"Duduklah, Nak!" ucap Bapak itu.

"Saya Pak Rudy dan ini istri saya namanya Bu Ayu," ucap laki-laki yang sudah tidak muda lagi itu.

"Kalau boleh tahu, Nak Shena ini mau kemana?" tanya Bu Ayu.

Shena menundukkan kepalanya lalu menggeleng pelan.

"Sebenarnya saya juga tidak tahu mau ke mana, Pak, Bu."

"Kenapa bisa tidak tahu?" tanya Pak Rudy.

Shena menangis. "Saya diusir dari rumah setelah saya diceraikan oleh suami saya, saya sudah tidak punya orang tua jadi saya tidak tahu harus ke mana karena saya tidak punya siapa-siapa lagi selain orang tua saya," jelas Shena.

Bu Ayu terus menimang Deshyana sampai bayi itu tertidur pulas.

Pak Rudy dan Bu Ayu tidak bertanya lagi, karena hari sudah malam mereka menyuruh Shena segera beristirahat di kamar tempat tadi Shena berganti pakaian.

"Sudah, jangan menangis. Kamu istirahat dulu, bawa anakmu istirahat, dia pasti kelelahan," ucap Bu Ayu sembari memberikan Deshyana kepada Shena.

"Terimakasih, Pak, Bu kalian sangat baik."

Shena segera beranjak dari duduknya lalu mulai melangkahkan kakinya memasuki kamar yang ada di ruangan itu!

...****************...

Di rumah milik Shena.

Devan dan Susan sedang berbahagia karena sudah berhasil membuat Shena angkat kaki dari rumahnya sendiri.

"Sayang, akhirnya tidak ada penghalang lagi diantara kita. Kapan kamu akan menikahi aku?" ucap Susan sembari bergelut manja pada Devan.

"Secepatnya dong sayang. Aku menceritakan Shena karena ingin cepat menikahi kamu," sahut Devan sembari membelai pipi Susan.

Mereka berdua tertawa bahagia di atas penderitaan Shena dan Deshyana si bayi kecil yang tak berdosa.

Bersambung

Rekomendasi novel yang sangat bagus untuk kalian baca dari author yang keren dan ceritanya juga pasti keren dan seru.

Jangan lupa mampir ke sana ya!

Judul: Jerat Asmara Sang Mafia

Karya: Komalasari

Blurb:

Love is blind. Sebuah quote paling terkenal dan mungkin sesuai untuk Adriano D’Angelo, bos mafia Tigre Nero yang memiliki jaringan terbesar di benua Eropa. Dia telah jatuh cinta kepada wanita bersuami yaitu Florecita Mia. Cinta yang begitu besar tak membuat Adriano mendendam, meskipun Mia telah menembaknya. Dia juga dibuang ke samudera oleh suami wanita itu.

Adriano memilih untuk menghilang dan menutup masa lalunya. Namun, takdir mempertemukan kembali dirinya dengan sang wanita pujaan. Bedanya, saat itu Mia telah menjadi janda. Wanita yang dulu pernah mencoba menghabisi nyawanya, kini menghadap dan meminta bantuan Adriano untuk mengungkap pelaku dari pembunuh sang suami.

#Dendam_Cinta_bab_3

Satu bulan setelah pergi dari rumahnya, Shena dan bayinya masih tinggal di rumah Pak Rudy dan Bu Ayu, mereka membiarkan Shena dan bayinya tinggal di rumahnya karena merasa tidak tega melihat Shena dan bayinya.

Saat itu Shena hanya bisa menumpang hidup kepada Pak Rudy dan Bu Ayu, ia tidak bisa bekerja karena memiliki seorang anak yang masih bayi terlebih Deshyana sering sakit-sakitan sehingga Shena tidak bisa meninggalkannya bersama orang lain.

Saat itu Deshyana demam tinggi keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Bayi itu terus menangis meski sudah diberi susu oleh Shena, tidak ada yang bisa menenangkannya meski semua orang di rumah itu sudah bergantian menimangnya.

Shena ikut menangis karena tak tega melihat bayinya.

"Pak, Bu bagaimana ini? Kenapa Deshyana terus menangis?" ucap Shena.

"Kita bawa lagi saja ke rumah sakit," ucap Pak Rudy.

"Tapi, Pak kita tidak punya uang lagi," ucap Bu Ayu.

Keadaan ekonomi keluarga itu memang tidak seperti yang lainnya. Penghasilan Pak Rudy yang hanya sebagai buruh pabrik membuat mereka tidak banyak memiliki uang simpanan.

"Deshyana masih punya Ayah, coba kamu minta pada Ayahnya untuk biaya pengobatannya," ucap Pak Rudy pada Shena.

"Kalau gitu cepat kita bawa ke rumah sakit dulu," ucap Bu Ayu.

Keluarga itu pun membawa Deshyana ke rumah sakit dengan menggunakan angkutan umum.

...****************...

Di rumah Shena yang kini beralih kepemilikan kepada Devan.

"Sayang, aku minta duit lagi dong," ucap Susan merengek kepada Devan.

"Uang lagi? Yang kemarin sudah habis?" tanya Devan.

"Sudah. Uang yang kemarin aku pakai untuk beli tas baru dan juga kebutuhan fashion lainnya."

"Kamu jangan beli barang-barang yang tidak penting terus, nyampah tau gak."

"Jadi kamu gak mau ngasih aku uang?" ucap Susan dengan nada kesal.

Susan membelakangi Devan! Ia marah terhadap suami yang baru menikahinya dua minggu lalu itu.

"Sayang-sayang jangan marah gitu dong," ucap Devan.

Devan mengusap lengan Susan dari belakang dengan dagunya yang ia benamkan di pundak Susan!

Susan menggerakkan bahunya yang dijadikan topangan dagu oleh Devan.

"Kamu pelit! Kamu gak cinta kan sama aku?" ucap Susan.

"Cinta dong, sayang kalau tidak cinta mana mungkin aku ceraikan Shena dan mengambil semua hartanya. Semua aku lakukan demi kamu," jelas Devan.

Susan tidak merespon perkataan Devan, dia masih duduk membelakangi Devan tanpa suara dan pergerakan.

"Kamu mau minta berapa? Satu juta, lima juta atau berapa? Sebutkan saja, nanti aku kasih," ucap Devan dengan suara yang dibuat sedemikian lembut.

"Benarkah?" Susan kembalikan tubuhnya menjadi menghadap Devan.

Devan mengangguk dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

"Aku mau lima juta saja."

Devan mengeluarkan dompetnya lalu mengambil sejumlah uang yang Susan minta!

"Ini untuk kamu," ucap Devan sembari menyodorkan uang itu.

Susan segera mengambil alih uang itu lalu memeluk Devan!

"Terimakasih, sayang," ucap Susan.

"Sama-sama, sayang. Apa sih yang tidak ada buat kamu."

Susan melepaskan pelukannya lalu beranjak dari duduknya!

"Aku mau pergi sama temen-temenku. Apa boleh?" ucap Susan.

"Pergi saja, aku juga mau ke restoran mau ngecek pemasukan bulan ini," ucap Devan.

"Aku siap-siap dulu deh, habis itu kita berangkat bareng," ucap Susan.

Susan langsung memasuki kamarnya untuk segera mengganti pakaiannya!

...****************...

Dengan tangis yang tanpa henti, Shena menumpangi angkutan umum untuk tiba di rumah mantan suaminya.

Pandangan orang-orang yang menatapnya aneh tidak dihiraukan oleh Shena, saat itu bertemu dengan Devan adalah prioritas utama baginya.

Setelah beberapa menit, Shena menghentikan angkutan umum yang ia tumpangi.

Shena segera turun dari mobil itu setelah mobil itu berhenti bergerak! Tak lupa ia memberikan ongkos sebelum mobil itu kembali melaju.

Shena berjalan beberapa meter untuk sampai ke depan gerbang rumah mantan suaminya!

Seorang satpam langsung membukakan pintu gerbang setelah melihat Shena datang ke rumahnya!

"Ibu, silahkan masuk!" ucap satpam itu.

Tanpa berucap Shena berlari memasuki halaman rumah itu dengan air mata yang tak pernah surut!

Satpam itu menatap Shena iba, wanita yang dulu memiliki segalanya, kini harus hidup tanpa apa pun yang dimilikinya.

"Semoga, Bu Shena menemukan kebahagiaannya yang telah hilang," ucap satpam itu didalam hatinya.

"Ngapain kamu ke sini?" ucap Devan dengan nada datar.

"Mas tolong aku. Deshyana di rumah sakit, Mas, aku butuh uang untuk biaya pengobatannya," ucap Shena.

"Tidak ada," ucap Susan ketus.

"Mas tolong, Deshyana tidak diterima oleh rumah sakit kalau belum membayar biaya administrasinya. Tolong, Mas."

Shena memohon kepada mantan suaminya demi mendapatkan uang yang sebenarnya adalah miliknya.

"Anak pembawa sial itu memang selalu merepotkan. Aku tidak ada uang, uangku sudah habis dipakai biaya pernikahan aku dan Susan," ucap Devan tanpa menatap Shena sedikit pun.

"Mas tolong!"

Shena bersimpuh sembari memegangi kaki Devan. Tubuhnya terasa lemas setelah mendengar perkataan Devan yang begitu menyakitkan.

Susan mendorong tubuh Shena dengan kakinya hingga Shena terjungkal ke belakang!

"Pergi! Kamu dan anakmu tidak akan mendapatkan sepeserpun uang dari, Mas Devan," ucap Susan dengan suara lantang.

Satpam yang melihat kejadian itu langsung berlari dan membantu Shena untuk bangun!

"Bu, Ibu tidak apa-apa?" ucap satpam itu.

Shena menggelengkan kepalanya pelan! Betapa ia merasa tersakiti oleh perlakuan Devan dan Susan kepadanya.

"Karman! Jangan sekali-sekali lagi kamu masukin orang ini ke dalam rumah," ucap Susan kepada satpam itu.

"Tapi, Bu."

"Kamu mau saya pecat!"

Satpam itu terdiam sembari menundukkan kepalanya.

Sifat Susan sangat jauh berbeda dengan Shena, sudah beberapa tahun satpam itu bekerja di rumah Shena namun ia tidak pernah dimarahi oleh shena, berbeda dengan Susan yang baru dua minggu tinggal di rumah itu sudah berani membentak bahkan mengancamnya.

"Bawa wanita itu ke luar!" ucap Devan.

Satpam itu merasa tidak enak kepada Shena, ia tidak berani mengusirnya dari rumahnya sendiri.

"Bu," ucap Karman.

"Tidak apa. Saya akan pergi," ucap Shena dengan nada lirih.

Shena pergi dari rumah itu dengan perasaan sedih dan kecewa!

...****************...

Di rumah sakit.

Pak Rudy memangku tubuh mungil Deshyana dengan tatapan sendu, disampingnya Bu Ayu berdiri sembari menangis dengan tangan terus mengelus pipi Deshyana.

"Pak," lirih Bu Ayu.

"Sudahlah, Bu. Deshyana sudah tenang disisi Allah," ucap Pak Rudy.

Deshyana meninggal dunia sebelum mendapatkan penanganan dokter, karena tidak adanya biaya, pihak rumah sakit tidak memberikan pelayanan terhadap Deshyana sebagai mana mestinya.

"Bagaimana dengan, Shena?"

"Dia harus menerima semua ini, Bu. Kita tunggu saja dia di sini," ucap Pak Rudy.

Mereka berdiri di depan rumah sakit menunggu kedatangan Shena.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!