...***...
Kisah yang sangat menyeramkan terjadi di masa lalu. Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Nakamoto Sakurai. Begitu banyak rintangan yang ia alami, hingga ia masuk rumah sakit jiwa beberapa kali karena trauma yang ia rasakan. Dan beberapa kali juga ia diselamatkan oleh Inuzuka Kira. Seorang polisi yang memiliki kemampuan mata iblis yang dapat melihat masa lalu. Dengan kemampuan itu ia dapat mengungkapkan kebenaran itu. Apakah ia bisa memecahkan kasus undangan berdarah?. Kasus yang menewaskan begitu banyak orang di dalam ruangan itu. Temukan jawabannya dalam kisah ini.
Inuzuka Kira, apakah ia bisa memecahkan masalah yang terjadi?.
...---...
Menurut informasi di sinilah, salah satu anggota pembunuhan undangan berdarah menyembunyikan diri. Informasi yang cukup akurat juga sebagai anggota kepercayaan seorang polisi ternama bernama Nakamoto Sakurai.
Inuzuka Kira on.
Hai pembaca sekalian. Perkenalkan namaku adalah Inuzuka Kira, dan aku seorang polisi hebat killer yang memiliki mata iblis yang dapat melihat kejadian masa lalu. Selain itu aku juga dapat menembus penglihatan seseorang melalui tatapan matanya. Dalam kisah ini aku akan membantu nakamoto sakurai menyelidiki kasus yang ia alami. Anggap saja dia adalah klienku, dan aku adalah orang yang akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi padanya. Tidak akan aku biarkan dia tenggelam dan kembali ke rumah sakit jiwa lagi. Aku bersumpah akan menyelamatkan masa lalunya yang menyakitkan itu.
Tapi saat ini kami sedang bermain kejar kucing anjing. Karena kami telah menemukan salah satu pelaku yang terlibat dalam kasus itu.
Inuzuka Kira off.
"Bagaimana menurutmu kira?." Ia sedikit bingung. "Apakah masih lama? Jangan terlalu bermain-main." Sakurai menatap Partner nya yang kini sudah siap menangkap mangsa. "Aku sudah bosan bermain kucing anjing seperti ini." Keluh Sakurai dengan kesalnya.
"Lihatlah pembaca tercinta? Dia bilang lelah bermain kucing anjing? Apalagi aku?." Dalam hati Kira merasa kesal dengan sikap Sakurai yang berubah-ubah.
"Hoi! Kira!." Ucapnya jengkel. "Apa kau tidak dengar, apa yang aku katakan?." Sakurai terlihat kesal dengan sikap Kira yang seakan-akan mengacuhkan dirinya.
"Itu terserah kau saja Sakurai." Balasnya cuek. "Aku hanya mengikuti apa yang kau inginkan."
Kira hanya mengikuti apa yang diinginkan oleh Sakurai, apalagi jika menangkap orang-orang yang terlibat dalam kasus mengerikan itu.
"Kalau gitu, kau kepung sebelah sana, dan akan aku blok dia si sana."
Sakurai memberi instruksi pada Kira, orang yang sangat ia percayai untuk penangkapan ini.
"Mari kita tangkap, orang-orang yang telah berani bermain-main dengan hukum." Sakurai sangat kesal dengan mereka semua.
"Ryoukai, mari lakukan."
Balas Kira dengan semangatnya, ia tidak pernah membantah apapun yang dikatakan oleh Sakurai padanya, ia selalu menuruti apapun yang dikatakan oleh Sakurai.
"Lihat kan? Dia suka memerintah, dan tidak suka dibantah." Ia menghela nafas pelan. "Memang sangat egois bukan? Jika saja aku tidak kasihan dengan masa lalunya? Mungkin aku tidak akan bersamanya saat ini."
Kira malah narasi kisahnya sendiri?. Jika memang mengeluh lalu untuk apa dia membantu Nakamoto Sakurai?.
Itu semua karena Sakurai tidak pernah percaya pada siapapun selain Kira, sebab ia pernah mengalami kepahitan ketika ia memberikan kepercayaan pada rekan kerjanya. Yang ada ia hampir saja kena batunya jika saja waktu itu Kira tidak cekatan membantunya. Sudah beberapa kali ia masuk rumah sakit jiwa karena trauma dalam yang ia rasakan karena kasus itu.
Sakurai dan Kira bersiap-siap sesuai dengan rencana yang mereka atur. Tapi tunggu, ada yang ganjal di sini. Apakah tidak ada polisi lain yang membantu mereka berdua dalam penangkapan ini?. Ada, mereka ada, hanya saja mereka tidak terlalu menanggapinya, hanya menganggap ini hanyalah balas dendam pribadi saja. Karena itulah Sakurai selalu gagal menangkap pelakunya. karena mereka tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Sakurai.
Di sisi lain, ada dua anggota kepolisian lainnya yang sedang menunggu di dalam mobil. Mereka sebenarnya sangat keberatan dalam penangkapan ini, toh kejadian itu sudah dilupakan oleh semua orang, termasuk keluarga yang merelakan kematian korban tanpa menuntut kejadian tersebut.
"Huuuuuf kenapa aku harus ikut coba?." Keluh Ryoma sambil menunggu di mobil, ia sangat bosan melakukan pekerjaan yang selalu gagal, dan gagal, akan tetapi Sakurai Nakamura tidak pernah menyerah.
Ryoma on.
Hai samal kenal. Namaku Ryoma. Salah satu polisi yang terlibat dalam menyelesaikan kasus undangan berdarah. Tapi sepertinya aku sama sekali tidak peduli. Aku tidak akan melibatkan diri dalam masalah yang telah terjadi sepuluh tahun yang lalu. Anggap saja aku jahat karena tidak menanggapi masalah itu.
Ryoma off.
"Sudahlah, toh hasilnya sama ajakan?." Naoki juga merasa bosan, ia sudah tahu hasilnya akan sama seperti sebelumnya. "Lagi pula dia memiliki anjing baru yang bisa ia ajak untuk berburu, jadi? Kita tunggu di sini saja." Dengan malasnya Naoki menanggapi itu. Hasilnya tetap tidak akan berubah.
Naoki on.
Hai pembaca tercinta. Aku Naoki, dan aku tidak mau menanggapi mereka, karena aku muak dengan apa yang mereka lakukan. Sebenarnya aku ingin mengundurkan diri dari kasus itu, tapi aku tidak memiliki alasan yang sangat kuat. Jadinya aku hanya ikut saja tanpa membantu mereka sama sekali.
Naoki off.
"Aku harap aku tidak dipecat hanya karena melakukan pekerjaan bodoh ini." Keluh Ryoma merasa miris bekerja di bawah ketua Sakurai jika yang ia kerjakan seperti ini.
"Yah kau benar." Naoki juga berharap seperti itu. "Dan aku harap sakurai yang dipecat secepatnya, aku sudah tidak tahan lagi." Lanjut Naoki sambil melihat ke arah jendela luar.
Namun matanya melihat Kira orang kepercayaan Sakurai sedang mengejar seseorang.
"Buset dah!."
Naoki tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia melihat Kira mengejar orang itu dengan cepat. Apakah mereka masih manusia?. Atau hantu yang hanya melayang saja jika berlari?.
"Hum? Apa?." Ryoma merasa heran apa yang dilihat oleh temannya itu, hingga tercengang seperti itu. Karena penasaran Ryoma membuka jendela kaca, ia juga terkejut melihat itu
Sedangkan Kira yang sedang mengejar orang itu?.
"Sangat gila sekali anjing itu! Larinya itu sangat tidak manusiawi." Dalam hatinya merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh Kira yang terlihat sangat tidak wajar.
"Jangan mendekat!" Teriak orang itu dengan nafas ngos-ngosan, ia tidak kuat lagi berlari sepanjang lorong.
"Heh!." Ia mendengus kesal. "Kau pikir? Aku akan mendengarkan, apa yang kau katakan?!."
Kira terus berusaha mengiring lelaki itu menuju tempat tujuan. Menuju tempat yang telah mereka siapkan untuk menjebak musuh.
"Apa masalahmu bajingan?!." Umpatnya penuh amarah. "Sebaiknya kau jangan mendekat!." Target terus berlari karena ia tidak mau ditangkap.
"Menurutmu aku peduli?." Balasnya cuek. "Jangan lawak kau penjahat busuk!." K menyeringai lebar. "Kau pikir? Aku akan melepaskan mu begitu saja? Setelah apa yang telah kau lakukan?."
Kira tidak peduli apapun makian yang keluar dari mulut lelaki itu, yang pasti ia melakukan apapun untuk Sakurai. Hingga mereka sampai pada tujuan, di mana Sakurai telah menunggu target pertama mereka.
"Heh! Kau datang juga kira." Wajah Sakurai terlihat menyeramkan. Senyuman itu, sangat tidak enak untuk dilihat oleh orang normal.
"Lihatlah?.Raut wajahnya yang sedang bersemangat itu membuatku berkobar membara." Dalam hati Kira merasakan hawa kobaran api mangsa yang telah menemukan targetnya.
"Hwa! Kenapa dengan kalian!."
Teriakan itu, adalah teriakan putus asa. Teriakan ketika sudah tidak ada lagi harapan untuk melakukan sesuatu. Dan hari itu, hari dimana Sakurai berhasil menangkap salah satu orang yang harus bertanggung jawab dalam kasus pembunuhan keji itu.
"Larilah sesuka hatimu." Ucapnya dingin. "Tapi jangan harap kau bisa lari dari tanggung jawab, atas apa yang kau perbuat?!."
Ucap keduanya, namun Sakurai yang memborgol tangan lelaki itu. Setelah itu keduanya membawa lelaki itu menuju ruang interogasi khusu untuk mereka.
"Ho?." Dalam hatinya memberi respon seperti itu. "Hari ini dia lebih bersemangat, apa karena ia sudah muak?." Menyeringai lebar. "Dengan mereka yang telah melakukan kejahatan?." Ia terkekeh kecil. "Namun lari dari tanggungjawab? Aku rasa setelah ini akan terlihat seru."
Dalam hati Kira memperhatikan apa yang dilakukan Sakurai. Ia menjadi saksi apa yang diinginkan Sakurai dalam kasus ini. Baginya, membantu Sakurai lebih penting dari apapun saat ini. Tidak akan ia biarkan siapapun juga menghalangi Sakurai, untuk menemukan kebenaran dalam kasus yang sangat menyedihkan itu.
"Aku akan melakukannya dengan baik." Dalam hatinya. "Lebih cepat dari siapapun juga." Dalam hati Kira mulai merasakan ada gejolak yang liar biasa yang ia rasakan saat ini.
...***...
Di sisi lain, Yamamura Tani saat ini sedang mengamati laporan yang masuk. Sebagai kepala kepolisian tertinggi yang memiliki hak kuasa atas keamanan wilayah Higashiyama, ia mengetahui apa saja yang tentang anak buahnya. Akan tetapi ia belum pernah mendengar kabar tentang Inuzuka Kira.
Saat itu Jun Hayama masuk ke dalam raungannya sambil membawa sebuah dokumen tentang Inuzuka Kira yang merupakan seorang anggota kepolisian yang baru saja bergaung di wilayah Higashiyama?.
"Ini adalah dokumen yang bapak minta."
"Terima kasih jun kun." Yamamura Tani tersenyum kecil sambil melihat dokumen tentang Inuzuka Kira. "Kau yang terbaik."
"Saya akan melakukan apapun yang bapak minta." Jun Hayama memberi hormat pada Yamamura Tani.
"Namanya memang inuzuka kira?." Senyumannya mengembang saat melihat nama itu?. "Mari kita lihat, siapa yang saat ini? Sedang membantu nakamoto sakurai." Ia mengamati nama itu. "Untuk menyelesaikan masalah undangan berdarah?." Lanjutnya. "Apakah ia memiliki kemampuan khusus?."
Hatinya sangat penasaran dengan apa yang akan ia lihat tentang Kira yang tertulis di dalam dokumen itu.
"Bagaimana menurutmu jun kun?." Ucapnya. "Apakah kau telah membaca dokumen ini?." Ia memasukkan kembali dokumen itu . "Katakan padaku bagaimana pendapatmu tentang kira? Apakah dia orang yang cukup berbahaya?."
"Maafkan saya pak." Jawabnya. "Saya tidak berani membaca dokumen itu." Ia sedikit menghela nafas berat. "Saya hanya mengambilnya saja, jadi? Saya tidak mengetahuinya dengan pasti, bagaimana tentang inuzuka kira?."
"Baiklah." Responnya dengan senyuman kecil. "Setelah ini kau pelajari dokumen ini." Ia menyerahkan pada bawahannya. "Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang inuzuka kira."
"Baik pak." Ia kembali memberi hormat. "Permintaan bapak akan saya turuti."
"Aku tunggu laporan baik darimu Jun kun."
"Baik pak."
...**...
Di sisi.
Seorang wanita mengenakan topeng sedang mengamati seorang pemuda yang sedang melakukan kejahatan. Saat ini ia sedang membunuh seorang wanita yang tidak mau membayar hutang pada wanita bertopeng itu.
"Kegh!."
Wanita itu malah menggigit bibirnya dengan tatapan penuh lapar ketika pemuda itu mengayunkan tongkat baseball ke kepala wanita yang sudah tidak berdaya itu.
"Sungguh kematian yang sangat enak untuk dilihat."
Dalam hatinya menikmati bagaimana darah itu memuncrat kemana-mana. Kenapa itu bisa terjadi?. Apakah ia bukan manusia?. Sehingga ia begitu menikmati apa yang telah ia lakukan?.
"Ahaha!." Ia tertawa keras. "Mati kau makhluk tidak berguna!." Pemuda itu juga terlihat sangat senang ketika membunuh seseorang. "Percuma saja kau hidup!." Gejolak kesenangan yang ia rasakan saat ini membuatnya semakin bersemangat, dan tidak bisa dihentikan oleh apapun.
"Sial! Aku terlalu menikmati proses kematian yang ada di depan mataku saat ini!."
Matanya memerah seperti darah yang kini mengalir kemana-mana. Ada hasrat yang tidak wajar yang ia rasakan saat ini.
"Hasrat ini sangat membara sekali, rasanya aku tidak bisa menahan diriku lagi, ini terlalu indah." Ia meracau tidak menentu. "Kerja bagus." Ia terlihat menyeringai lebar, dan merasa puas atas apa yang telah ia lihat saat itu.
"Itu salahmu sendiri!." Ia mendengus kesal. "Kenapa kau berhutang dalam jumlah yang sangat besar?!." Hatinya semakin jengkel. "Dan sekarang kau tidak bisa membayarnya?! Dasar tidak berguna!."
Umpatnya dengan suara yang sangat keras, lantang, melampiaskan semua yang ia rasakan saat itu.
"Jika kau tidak mampu membayarnya? Kenapa kau malah berhutang? Dasar tidak berguna!." Hatinya sangat kesal. "Kau hanya menambah pekerjaan ku saja." Umpatnya dengan sangat kesalnya.
"Ahahaha!." Ia tertawa keras melihat itu. "Ini adalah kematian yang sangat indah! Lanjutkan lagi naota chan!." Teriaknya dengan penuh nafsu yang tidak wajar. "Lakukan dengan baik naota chan!." Teriak wanita bertopeng itu dengan penuh semangat. "Lakukan lebih banyak lagi!." Hatinya semakin terasa panas dan membara. "Aku ingin menikmati kematian mereka! Aku sangat menikmati ketakutan mereka, ketika kematian itu menyapa mereka! Hahaha!." Ada kepuasan yang tidak bisa ia bayangkan saat itu.
"Tentu saja nyonya." Jawabnya dengan senyuman menyeramkan. "Saya akan melakukan apapun yang nyonya inginkan." Ia menjilati darah di sudut bibirnya. "Masih banyak calon korban yang akan menjadi santapan kita."
"Hahaha!." Tawanya begitu keras. "Kerja bagus! Mari kita kejar mereka!." Ia semakin bersemangat. "Aku masih belum puas!." Ungkapnya. "Aku masih ingin melihat darah!."
"Baiklah kalau begitu, mari kita temui mereka."
"Ya, mari kita temui mereka." Ia sangat senang dengan ucapan itu. "Aku masih ingin melihat darah merah yang mengalir dari tubuh mereka." Ada sensasi aneh yang ia rasakan saat itu. Apakah ia masih manusia normal?. Mengerikan sekali.
"Mari nyonya." Ia merasakan kekuatan aneh.
Sebenarnya apa yang mereka lakukan dengan itu?. Apakah mereka mereka lakukan?. Sepertinya mereka telah melakukan pembunuhan yang sangat sadis. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah tidak ada yang akan menghentikan apa yang telah mereka lakukan pada hari itu?. Temukan jawabannya.
...***...
...***...
Di kantor tertinggi kepolisian.
Yamamura Tani baru saja selesai membaca dokumen mengenai Inuzuka Kira. Hanya seorang polisi yang memiliki pengaruh yang cukup luas di wilayah Nishikawa.
"Tapi bagaimana mungkin? Dia mengetahui tentang nakamoto sakurai?." Ucapnya aneh. "Bahkan dia membantunya? Untuk menyelesaikan masalah? Yang sedang dihadapi nakamoto sakurai?."
Tok!. Tok!. Tok!.
"Masuk!."
"Permisi pak, maaf jika saya mengganggu bapak."
"Apa yang ingin kau laporkan padaku?." Balasnya. "Katakan saja, maka aku akan mendengarkannya dengan baik."
"Ini mengenai nakamoto sakurai." Jawabnya. "Juga anjingnya, yang telah berhasil menangkap salah satu pelaku dari undangan berdarah."
"Sakurai nakamoto." Yamamura Tani mengingat dengan jelas bagaimana kondisi Sakurai. "Kondisi mental lelaki itu sangat terpuruk karena kejadian itu." Ia mendengus kecil. "Bagaimana gilanya lelaki itu, setelah kejadian itu?." Kali ini ia tertawa kecil. "Juga kegagalannya dalam menyelesaikan kasus itu." Senyumnya sedikit pahit. "Namun lelaki itu tidak menyerah, ia datang kembali padaku." Ingatannya kembali ke masa itu. "Dengan membawa seorang anak buah bernama kira."
Untuk sesaat ia diam, seakan-akan kejadian itu menari-nari di dalam kepalanya, agar mengingat kembali apa yang telah terjadi pada hari itu.
"Mereka menyebutnya anjing penjaga sakurai." Hatinya kembali merasa aneh. "Sebab, setelah bekerja sama dengan kira? Sakurai tampak lebih hidup?." Ucapnya aneh. "Lebih memiliki jiwa semangat, buktinya ia berhasil menemukan salah satu pelaku?."
Jun Hayama hanya diam saja, ia tidak memberi tanggapan apapun atas apa yang ia dengar dari atasannya itu.
"Bagaimana pendapatmu jun kun?."
"Seperti itulah kabar yang beredar." Jawabnya. "Selain itu? Bukankah beberapa kali dia membantu nakamoto keluar dari rumah sakit?." Jelasnya. "Bahkan terakhir dia yang menjamin nakamoto, jika dia kambuh lagi."
"Ya." Responnya. "Beberapa kali dia masuk rumah sakit, namun keluar lagi karena bantuan kira."
"Sepertinya kehadiran inuzuka kira membawa dampak yang baik baginya."
Keduanya tampak berpikir atas apa yang telah terjadi pada Sakurai, begitu terlihat perubahan saat mereka menduga bahwa tidak ada harapan lagi untuk pemuda itu untuk hidup.
"Sebenarnya, siapa si inuzuka kira bagi nakamoto sakurai?." Ucapannya aneh. "Sehingga ia begitu bersegigih menyelamatkannya dari kegelapan?."
Tidak ada jawaban dari Jun Hayama.
"Aku masih ragu, entah ini kebetulan? Atau sakurai sedang melakukan drama?." Suasana hatinya terasa bimbang. "Untuk menutupi kebodohannya, agar tidak terlihat gagal." Kali ini malah terkekeh kecil. "Dengan menyewa aktor bodoh dalam dialog yang ia mainkan."
"Bisa jadi seperti itu pak." Responnya. "Dia putus asa, karena kejadian besar itu, seakan-akan dilupakan oleh semua orang."
"Sakurai, perlihatkan padaku, bagaimana kau berperan?." Ia terkekeh kecil. "Dalam drama mu ini? Juga anjingmu itu." Lanjutnya. "Sejauh mana, dia akan menggonggong untukmu?."
...***...
Kira dan Sakurai baru saja keluar dari tempat tahanan. Tentunya mereka meminta penjara khusus, karena mereka tidak ingin tahanan itu kabur. Akan sangat berbahaya jika tahanan sampai kabur, maka pekerjaan mereka akan bertambah rumit karena aksi kejar-kejaran nantinya.
"Apa yang membuatmu gelisah sakurai?." Kira melirik ke arah Sakurai. "Katakan saja padaku."
"Aku telah berhasil menangkap salah satu pelaku karena bantuanmu kira." Sakurai sama sekali tidak senang, dan tidak tenang?. "Ini sama saja bukan usahaku sendiri." Ungkapnya. "Rasanya aku tidak berguna sama sekali."
"Hum." Ia menghela nafas. "Jangan dramatis dalam keadaan seperti ini sakurai." Kira merasa aneh dengan ucapan Sakurai. "Kau harusnya menyadarinya sakurai, jika kau saat ini memang tidak sendirian." Ia tersenyum kecil. "Karena aku memang ingin menyelamatkan dirimu." Ia menepuk pelan pundak Sakurai. "Karena itulah jangan merasa sendirian."
"Huuffh." Sakurai menghela nafasnya dengan pelan. "Terima kasih, inu chan." Dengan wajah datar seperti itu ia mengucapkan terima kasih?.
Kira menghela nafasnya dengan pelan, rasanya ia tidak tahan melihat raut wajah Sakurai yang seperti itu.
"Aku tahu hidupmu sangat berat, tapi setidaknya ikhlas lah sedikit." Rengek Kira. "Saat mengucapkan terima kasih padaku sakurai." Kira menepuk pundak Sakurai dengan pelan. "Jangan panggil aku seperti itu."
"Hum." Sakurai hanya menanggapinya dengan pelan, tidak membalas Kira atau pun berkomentar banyak.
"Tenang saja sakurai senpai." Dalam hatinya menahan segala amarah. "Dengan kekuatan mataku ini? Akan aku buat dia mengakui, bahwa dia memang salah satu pelakunya." Ada bara api dendam di dalam hatinya. "Karena itulah kau harus bersabar, aku pasti tidak akan mengecewakanmu." Dalam hati Kira berjanji. "Kau cukup diam saja, dan perhatikan dengan baik apa yang akan aku lakukan." Ia berusaha tenang. "Kau hanya perlu menjadi saksi saja."
Kira telah melihat segala masa kelam yang disimpan oleh Sakurai, ia tidak bisa diam begitu saja, setelah melihat penderitaan dari Sakurai selama ini.
"Bagaimana? Kalau kita berjalan-jalan sebentar?." Ucapnya ringan. "Sambil meregangkan otot-otot kita setelah berlari seharian?." Kira kembali menepuk pundak Sakurai. "Rasanya sangat kaku sekali, karena memaksa lari terlalu cepat."
"Baiklah." Responnya. "Tapi setelah itu? Aku ingin pulang." Ia menggeliat pelan. "Aku ingin istirahat, supaya besok bisa melakukan interogasi dengan baik."
"Yeiy! Aku suka dengan yang itu." Kira terlihat semangat dengan apa yang dikatakan oleh Sakurai. "Kau baik sekali sakuai, hahaha!."
"Berisik."
"Hahaha!."
Sementara itu Naoki dan Ryoma saat itu memperhatikan mereka dengan tatapan aneh. Meskipun mereka hanya melihat penangkapan itu, mereka merasa heran.
"Apa yang akan kita lakukan ryoma?." Ucapnya dengan nada lelah. "Sepertinya mereka sangat bersemangat sekali." Naoki sangat heran melihat mereka yang seperti itu. "Rasanya aku sangat malas terlibat dengan urusan mereka."
"Aku tidak tahu harus berbuat apa?." Jawabnya. "Kita lihat saja nanti." Ia menghela nafas pelan. "Karena kau tidak tahu, jadi? Jangan tanyakan aku naoki."
"Jawaban macam apa itu?." Ucapnya jengkel. "Tidak membantu sama sekali."
"Sudah lah, aku lelah sekali."
"Kalau begitu kita balik ke kantor saja."
"Baik."
Setelah itu mereka juga meninggalkan tempat, karena malas berada di sana lama-lama.
***
Di sebuah tempat.
Wanita bertopeng itu sedang berada di sebuah tempat yang sangat sepi. Hanya ada ia dan anak buahnya yang setia menemaninya kemana saja. Sepertinya mereka sangat menikmati apa yang mereka lakukan saat ini. Apakah mereka tidak takut, jika suatu hari nanti mereka akan bertemu dengan seseorang yang menuntut keadilan pada keduanya?.
"Heh! Aku tidak peduli!." Bantah wanita bertopeng itu dengan sangat kesalnya. "Tidak mungkin, ada yang bisa menghentikan, apa yang telah aku lakukan selama ini?." Dengan percaya diri ia berkata seperti itu?. "Itu pasti kebetulan saja."
"Nyonya benar." Responnya. "Saya sangat yakin, tidak ada yang berani menghadapi kekuatan nyonya." Ucapnya dengan senyuman lebar yang sangat menakutkan. "Termasuk anjing bodoh itu."
"Kalau begitu? Mari kita lakukan dengan baik." Wanita itu terlihat sangat bersemangat, hingga ia ingin menikmati pembunuhan lagi. "Aku tidak mau berhenti."
"Tentunya saja nyonya." Balasnya. "Saya akan melakukannya dengan baik untuk nyonya."
"Kalau begitu? Mari kita cari target berikutnya." Wanita itu menyeringai lebar. "Karena aku sangat lapar."
"Dengan senang hati, saya akan melakukannya."
"Aku menunggunya dengan baik." Ia malah menyeringai lebar.
...**...
Kira seakan-akan kembali ke masa lalu.
Ia ingat di mana dulu sekolah ia sangat mengagumi sosok Sakurai.
"Sakurai senpai?."
"Oh? Ada apa inuzuka kun?."
"Ayolah sakurai senpai." Ucapnya setengah kesal. "Aku telah memanggil nama belakangmu, kau masih saja kaku padaku!."
"Hahaha!." Sakurai tertawa kecil.
"Sebentar lagi kau juga akan lulus." Kira terlihat cemberut. "Tidak bisakah kau memanggil aku dengan sebutan kira?."
"Baiklah, kira chan."
"Hmph!."
"Haha!." Tawanya pecah begitu saja.
"Hm!." Kira mencoba tenang, menahan segala perasaan jengkelnya. "Oh? Iya senpai." Ucapnya sambil memperhatikan keadaan sekitarnya. "Apa yang akan senpai lakukan setelah lulus?." Lanjutnya. "Apakah akan kuliah? Atau bekerja?."
"Kau penasaran?."
"Tentu saja."
"Baiklah." Balasnya. "Aku akan kuliah di akademi militer."
"Kau ingin jadi tentara?."
"Aku ingin menjadi polisi."
"Kenapa?."
Sakurai belum menjawab pertanyaan itu, ia hanya menatap lurus ke depan.
"Tentunya ada alasan yang kuat, kenapa kau ingin menjadi polisi bukan?."
"Aku ingin menghukum orang-orang seperti kau."
"Apa?." Ia terkejut. "Memangnya aku seperti apa?!." Ucapnya jengkel.
"Kau tidak sadar ya?." Ia melotot lebar pada Kira. "Tukang bolos, suka mengganggu teman." Ia menekan kuat kening Kira, hingga membuat juniornya itu meringis sakit. "Bahkan kau berani terlihat tawuran!."
"Kegh!." Kira meringis sakit, ketika sebuah jitakan mendarat di kepalanya.
"Akan aku hajar orang-orang seperti kau!." Tunjuknya dengan perasan geram.
"Ok, ok, pak polisi." Responnya kesal. "Saya mengerti." Ia merenggut. "Tapi? Kalau untuk bela diri? Tidak apa-apa, kan?."
"Akan aku pertimbangkan."
"Ha?."
"Hahaha!." Sakurai kembali tertawa melihat reaksi Kira.
Ya, itu adalah masa SMA mereka. Kira di bawah Sakurai 2 tahun, tapi bagi Kira yang bandel saat itu?. Tidak memiliki tempat untuk bernaung?. Baginya Sakurai adalah kakak yang baik, dan selalu sabar menghadapi sikapnya yang seperti ini.
"Senpai, kau sangat menderita." Hatinya terasa sakit. "Aku pasti akan membalas semua, perasaan sakit yang membuat kau seperti ini."
Bagi Kira, penderitaan yang dialami oleh Sakurai itu sama saja dengan menyakiti dirinya.
"Mereka akan menerima hukuman dariku, senpai tenang saja."
Apakah yang akan dilakukan oleh Kira untuk menangkap pelaku undangan berdarah?. Simak dengan baik kisahnya. Next.
...***...
...***...
Di kantor cabang.
"Aku hargai kerja kalian." Ia menatap bosan pada kedua anak buahnya yang memelas. "Meski hanya menonton saja dari dalam mobil, ketika aku dan kira sedang mengejar pelaku."
Deg!.
Keduanya terkejut mendengar ucapan Sakurai yang menusuk hati.
"Setidaknya kalian menjadi saksi, bahwa apa yang aku lakukan? Itu sangat serius."
"Maafkan kami ketua."
"Kami tidak bisa membantu saat itu."
"Kami-."
"Ya sudah." Responnya. "Kembalilah bekerja."
"Baik ketua."
Keduanya mencoba tenang, karena suasana saat itu merasa tidak enak sama sekali.
"Matanya cukup jeli juga." Dalam hati Ryoma merasa kesal. "Meski sedang mengejar pelaku? Tapi masih sempat mengamati sekitar?." Dalam hati Ryoma berusaha bersikap biasa saja, apalagi tatapan Kira yang tidak bersahabat.
"Mengerikan juga ni orang." Dalam hati Naoki. "Aku harus berhati-hati padanya." Ia mencoba duduk dengan tenang di kursi miliknya.
"Tentunya kalian telah mengetahuinya." Ucap Sakurai. "Aku dan kira, telah berhasil menangkap salah satu terduga dari pelaku kasus undangan berdarah." Ia menekan perasaan sakit di hatinya. "Aku akan melakukan interogasi." Ia kepal kuat tangannya. "Aku tidak mau ada gangguan sama sekali, jadi?." Matanya menatap tajam. "Larang siapa saja yang berusaha untuk masuk, kalian mengerti?."
"Kami mengerti."
"Baguslah."
Tidak ada tanggapan dari Ryoma dan Naoki, mereka hanya nurut saja untuk saat itu.
"Kira, kau sudah menyiapkan semuanya?." Sakurai segera meninggalkan tempat duduknya.
"Tentu saja." Kira segera menyusul. "Kau tidak perlu cemas untuk masalah itu."
"Baguslah."
"Kau tidak mau melibatkan mereka?."
"Untuk apa?."
"Tentu saja untuk menyaksikan, betapa ganasnya kau nantinya."
Bletak!.
"Aduh!." Kira meringis sakit, kepalanya terasa berdenyut.
"Kau ini bodoh atau apa?." Ucapnya kesal. "Mereka tidak berniat sama sekali membantuku." Ia terlihat merenggut. "Untuk apa? Aku melibatkan orang seperti mereka?."
Kira tersenyum puas mendengar ucapan itu. "Kalau begitu, teruslah andalkan diriku, sakurai senpai."
Tidak ada jawaban dari Sakurai, ia terus berjalan menuju sebuah ruangan tempat menyimpan dokumen penting.
...***...
Sementara itu.
Daisuke Watanabe saat ini sedang berada di luar. Meskipun ia satu Kantor dengan Sakurai, ia tidak menduga sebelumnya. Akan tetapi ia sedang mencoba untuk menikmati hidupnya sebagai orang biasa tanpa adanya beban. Tapi tetap saja ia tidak bisa melakukan itu, apalagi selama sepuluh tahun setelah kegagalan yang ia rasakan pada saat itu telah membuat hatinya sakit.
"Bagaimana mungkin? Orang gila itu bisa mengatasi masalah?." Dalam hatinya heran. "Apakah dia ingin mencoba? Menghibur dirinya yang pernah gagal?." Ia mencoba untuk memikirkan ke arah sana. "Lagipula dia tidak akan bertahan lama." Ia mendengus kesal. "Meskipun saat ini ia memiliki anjing penjaga baru bernama inuzuka kira." Ia menghela nafas pelan. "Aku yakin hasilnya akan tetap sama saja. Tidak ada perubahan sama sekali." Dalam hatinya terus memikirkan ke arah sana. "Heh!." Kembali ia mendengus kesal. "Setelah ini aku yakin, dia akan kembali ke rumah sakit untuk bersiap-siap menjadi gila!." Suasana hatinya terasa bergejolak. "Karena ia gagal melakukan interogasi itu!."
Di sisi lain ia merasa sangat senang karena membayangkan jika Nakamoto Sakurai disingkirkan tanpa disentuh olehnya.
"Aku saja mengalami kegagalan dalam melakukan itu!." Hatinya semakin panas. "Bagaimana mungkin? Kau si bodoh bisa melakukannya?! Jangan banyak bermimpi kau!."
Ingin rasanya ia berteriak seperti itu, jika ia tidak ingat saat ini berada di tempat umum.
"Heh!." Rasanya ia tak henti-hentinya mendengus kesal. "Aku akan menikmati hariku dengan baik, setelah itu aku akan merayakan kegagalan orang bodoh itu." Ucapnya penuh amarah. "Rasanya hidupku bahagia sekali!." Ucapnya dengan penuh semangat.
...***...
Di sebuah tempat.
Kegelapan yang sangat kentara, tidak ada cahaya, tapi mereka mampu melihat di dalam kegelapan itu?.
"Bagaimana nyonya?." Pemuda itu menyeringai lebar. "Apakah nyonya masih haus?."
"Hufh!." Ia menghela nafas pelan. "Biarkan aku istirahat sebentar."
"Tidak biasanya." Ia memiringkan kepalanya. "Nyonya sedang memikirkan sesuatu?."
"Hanya sedikit."
"Tentang apa?."
"Si anjing sialan itu."
"Apa yang nyonya pikirkan tentangnya?."
"Matanya."
"Matanya?."
"Entah kenapa, aku merasakan tatapan matanya begitu aneh."
"Nyonya takut padanya?."
"Bukan takut." Ia tersenyum aneh. "Hanya saja, mata itu seakan-akan menembus kegelapan yang lebih dalam lagi."
"Apa artinya itu?."
"Dia adalah kegelapan yang berbeda." Jawabnya. "Aku dapat merasakan sensasi yang tidak biasa." Suasana hatinya terasa aneh. "Meskipun aku tidak dekat dengannya, tapi aku bisa melihat kegelapan di hatinya!."
"Apa yang akan nyonya lakukan padanya?."
"Aku? Lakukan padanya?." Hatinya bergetar aneh. "Aku belum memikirkannya."
Pemuda itu hanya diam saja, seakan-akan ia juga sedang memikirkan apa yang akan dilakukan oleh perempuan itu pada Inuzuka Kira.
...***...
Kembali ke masa lalu.
Kira on.
Hari itu, aku benar-benar marah, dan kesal. Rasanya aku ingin membunuhnya, dia berani merencanakan hal cabul pada Sakurai Senpai.
Kira off.
Kira saat itu kelas 1 SMA dan Sakurai kelas 3 SMA. Kira memang memiliki kemampuan aneh bawaan dari lahir. Setiap ia menatap mata seseorang dengan lekat, maka ia bisa melihat masa depan, dan masa lalu seseorang, jika mengancam nyawanya, atau nyawa orang yang telah dekat dengannya. Kebetulan saat itu Kira melihat hal buruk yang akan dilakukan oleh Takagi pada Sakurai.
Deg!.
"Hahaha!."
Tawa mereka begitu menekan suasana sekitar Kira, membuatnya merasa sesak.
"Dia itu memang tidak berguna, hanya mengandalkan tampang saja."
"Sebaiknya kita habisi saja dia."
"Caranya?."
"Kita buat dia menikmati awang-awang ke surga."
"Maksudnya?."
"Ini."
"Hahaha!."
Tawa mereka semakin keras, ketika Takagi memberi kode hal tak senonoh pada teman-temannya.
"Bajingan cabul!." Dalam hati Kira merasakan panas yang luar biasa. "Tunggu saja kalian!."
Kira melihat bagaimana rencana mereka pada Sakurai, hatinya terasa bergejolak luar biasa. Ia merogoh saku celana, mengambil sebuah smartphone, mengetik sesuatu dan mengirimnya pada Sakurai.
Drrrrrrt.
Sakurai sedang berada di ruangan olahraga, ia baru saja selesai mengganti pakaian, karena setelah itu ia akan mengikuti pelajaran olahraga.
"Ada apa si inu?."
Sakurai memeriksa ponselnya yang berbunyi notifikasi.
Dari Kira.
Senpai, pulang sekolah nanti sebaiknya pulang memutar saja.
"Ha?." Reaksinya aneh.
Tadi ada anjing gila di sana, kau bisa terkena rabies jika memaksa jalan di sana.
"Apa sih ni anak?." Sakurai merasa heran.
Tapi senpai tenang saja, aku akan mengusirnya, setidaknya besok saja melalui jalan biasa.
"Terserah kau saja inu." Ucapnya kesal sambil menyimpan kembali ponselnya. "Semoga saja kau tidak melakukan hal aneh-aneh." Sakurai menghela nafas pelan.
...***...
Pukul 17.30 Kira berjalan sendirian di jalan biasanya ia lewati. Jalan yang cukup sepi untuk di lalui, dan agak suram jika hampir malam.
"Hei! Anjing sialan!."
Kira segera membalikkan badannya, melihat ke arah belakang.
"Di mana tuan mu?." Matanya menatap tajam. "Biasanya kau pulang bersamanya."
"Oh? Takagi senpai." Ia tersenyum ramah. "Kau mencari sakurai senpai?."
"Jawab saja!." Teriaknya penuh amarah.
"Owalah, tidak ramah sama sekali." Ucapnya sedikit menghela nafas. "Aku tidak tuli senpai."
"Kalian." Takagi memberi kode pada ketiga temannya agar mendekati Kira, tentunya dengan membawa pipa besi.
"Aku tahu, kau ingin menyekap Sakurai senpai." Kira tersenyum kecil. "Dan kau ingin berbuat cabul padanya."
Deg!.
Mereka semua terkejut mendengar ucapan Kira, sehingga terdiam sejenak.
"Aku mengetahui dengan jelas, jika kau ingin melakukan perbuatan bejat itu." Kali ini sorot matanya begitu tajam. "Tapi maaf saja, aku akan membunuhmu." Ia menyeringai lebar. "Sebelum kau melakukan itu pada sakurai senpai."
"Ho?." Takagi merespon demikian. "Kau benar-benar anjing penjaga yang baik." Ia maju beberapa langkah. "Rasanya sangat memuakkan sekali, dan membuat aku ingin membunuhmu terlebih dahulu."
"Kalau begitu." Respon Kira. "Lakukan."
"Dengan senang hati."
Takagi mengayun pelan pipa besi di tangannya, sebagai tanda pemanasan. Setelah itu ia maju beberapa langkah, tepat berada di depan Kira.
"Katakan padaku, bagaimana bisa?." Matanya menatap tajam. "Kau mengetahui? Jika aku akan melakukan itu pada sakurai?." Ia menahan amarahnya. "Apakah diantara mereka? Ada yang membocorkan rahasia itu padamu?."
"Sayang sekali." Jawabnya sambil terkekeh kecil. "Inuzuka kira, tidak butuh bocoran informasi apapun, untuk mengetahui kejahatan seperti itu."
"Kau seorang esper kah?."
"Bisa dikatakan begitu."
"Kurang ajar!."
Takagi segera menyerang Kira, beberapa kali ia mengarahkan pipa besi itu ke arah Kira, tetapi bisa dihindari dengan baik.
"Apakah hanya segitu saja? Kemampuan yang kau miliki takagi senpai?."
"Bajingan! Beraninya kau mengejek aku!."
Amarahnya semakin membuncah, ia terus menyerang Kira dengan membabi buta.
"Apa yang harus kita lakukan?."
"Bantu ketua."
Mereka berlima segera maju, ikutan menyerang Kira, tetapi serangan mereka tidak mempan sama sekali. Nafas mereka ngos-ngosan, merasakan sensasi tidak biasa.
"Bajingan! Rupanya kau tangguh juga!."
"Ayolah takagi senpai." Kira menatap bosan. "Dari tadi kau hanya mengumpat saja, apakah itu saja? Keahlian yang kau miliki?."
"Diam kau brengsek!." Teriaknya penuh amarah. "Akan aku bunuh kau! Hyah!."
"Rasanya bosan sekali."
Kira mengambil kuda-kuda, hendak menyerang Takagi.
Plak!.
Deg!.
"Sakit."
Kira meringis sakit, ketika kepalanya digeplak seseorang dari belakang. Sementara itu Takagi menghentikan tindakannya, terkejut melihat kehadiran Sakurai yang berdiri di samping Kira.
"Sakurai senpai?."
"Ya ampun." Responnya kesal. "Pesan mu itu isinya buruk sekali."
"Ha?." Kira bingung.
"Aku curiga kau akan melakukan hal aneh, jadinya aku memutuskan untuk mengabaikan pesan mu."
"Hei! Sakurai!."
Sakurai melihat ke arah Takagi yang tampak marah.
"Kau kenapa takagi?." Ia heran. "Apa yang membuatmu berantem dengan kira?."
Tidak ada jawaban dari Takagi.
"Hoi, inu nakal." Ia menjewer telinga Kira sendiri keras.
"Kegh!."
"Katakan padaku."
"CK!." Kira berdecak kesal. "Dia mau berbuat cabul padamu, makanya aku hajar dia."
"Hi! Seleramu seram juga takagi."
Bush!.
Takagi benar-benar bungkam, kepalanya terasa berasap.
Trang!.
Ia banting pipa besi yang ia genggam tadi.
"Awas saja kau sakurai!." Teriaknya penuh amarah. "Cabut!."
Takagi dan teman-temanya segera meninggalkan tempat, tidak melanjutkan pertarungan lagi.
"Sakurai senpai."
"Apa?."
"Mau sampai kapan? Kau mau menjewer telinga ku?."
"Sampai kau menjelaskan semuanya."
"Bagaimana bisa? Aku menjelaskan jika kau menjewer aku!."
"Baiklah." Sakurai melepaskan tangannya. "Kalau begitu jelaskan."
"Sambil pulang saja." Kira segera mengambil tas yang sempat ia buang tadinya. "Perutku lapar sekali."
"Ya sudah, ayo pulang."
Kira menjelaskan semuanya, apa yang hendak direncanakan Takagi pada Sakurai.
"Mengerikan sekali." Sakurai bergidik ngeri. "Dia itu cabul, tingkat parah."
"Makanya berhati-hatilah padanya senpai."
"Aku tidak mau jadi korban cabul orang seperti dia." Ia semakin ketakutan.
Itulah yang diingat oleh Kira di masa lalu. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah Kira memang selalu mengikuti Sakurai?. Temukan jawabannya.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!