NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Kembaran Kekasihku

1. Hamil

"Tidak, ini adalah anakmu. Aku bersumpah, ini benar-benar anakmu." Ucapku.

Aku berlutut di hadapan pria ini. Memohon padanya untuk bertanggung jawab dengan anak yang belum lahir yang berada di dalam kandungan ku ini.

"Apa kau pikir aku akan mempercayai mu? Aku tidak berada di sana Zoya. Kau tahu aku, aku tidak suka pergi ke tempat seperti bar. Jadi kau jangan memohon kepadaku. Aku tidak akan mengambil tanggung jawab akan hal itu. Sekarang lebih baik kita putus."

Ucapannya itu sangat menyakitiku. Seperti seribu pisau yang menusuk diriku. Hatiku menjadi begitu sakit.

'Bisakah seseorang membantuku?'

"Zoya, katakan semua ini kepada orang tuamu dan juga katakan kepada saudara kembar ku." Ucapnya lagi.

Dia pergi, dia meninggalkan aku yang terduduk di tanah dengan penuh rasa sakit. Penuh kesedihan. Merasa sendirian.

'Dimanakah Alex Anggara yang selama ini aku cintai? Di mana dia di saat seperti ini? Di manakah dia pergi? Dia meninggalkan aku. Dia malah putus denganku. Untuk siapa? Apakah untuk sahabat baiknya itu lagi?'

Aku tahu, aku sangat tahu bahwa hubungannya dengan sahabat baiknya itu tidak normal. Tapi aku selalu mencoba untuk buta akan semuanya, karena aku selalu berpikir bahwa mereka hanya sahabat baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Dan sekarang, orang tuaku juga meninggalkan aku. Mereka adalah orang pertama yang mengetahui tentang hal gila yang terjadi padaku ini. Tapi mereka memutuskan untuk membuang ku jauh, karena mereka takut bahwa aku akan mempermalukan keluarga mereka. Mereka memilih untuk mempertahankan reputasi mereka sendiri dan membiarkan putri mereka menghadapi semua ini bersama dengan cucu mereka sendiri. Orang-orang di sekitarku sangat tidak punya hati.

Sekarang aku di sini, di sisi jalanan melihat semua bintang yang penuh di langit dan tampak begitu bercahaya. Aku hanya berharap untuk menjadi bintang, yang bisa dilihat dan dicintai oleh semua orang. Bahkan meski aku hanya bercahaya di kegelapan, setidaknya mereka akan melihat padaku. Aku juga melihat ke arah mereka. Melihat orang-orang membuat permohonan dan aku adalah bintang yang akan mewujudkan keinginan mereka.

Tiba-tiba terdengar suara mobil mengerem mendadak. Suara mobil itu mengalihkan perhatian ku. Sebuah mobil sporty berwarna hitam berhenti tepat di hadapanku.

'Ini... Ini adalah mobil Axel. Kenapa dia ada di sini?'

Aku melihat wajah tampan itu keluar dari dalam mobil mewah nya. Wajah yang sama dengan wajah yang baru saja meninggalkan aku di sini. Wajah yang sama dengan tubuh yang berbeda sekarang berada di hadapanku dengan auranya yang dingin. Dengan tangan yang berada di dalam saku celana dan tampak melihat ke arahku.

Aku hanya berharap untuk bisa ditelan oleh bumi. Namun, kemudian hujan tiba-tiba mulai turun. Dia mengeluarkan sebuah payung dan memberikannya kepada ku.

"Masuklah ke dalam mobil."

Cuaca sekarang mulai dingin dan pria ini juga sangat dingin.

'Dimana aku bisa menghangatkan diriku?'

"Ke... kemana kita akan pergi?" Aku mencoba untuk memecahkan keheningan diantara kami berdua.

Aku tidak tahu kenapa, aku mengikuti perintah pria ini begitu saja dengan masuk ke dalam mobilnya.

Hening.....

"Pergi ke villa." Balasnya.

'Apa... apakah aku salah dengar? Dia berkata villa? Oh tidak, kemana tubuhku? Apakah aku bisa melompat dari dalam mobil dan selamat? Tidak, aku tidak bisa melakukannya. Ya Tuhan itu pasti akan sangat sakit untuk tubuhku dan juga bayiku.

Masa depanku, apa yang akan terjadi dengan masa depanku?'

***********

Setelah beberapa menit kami tiba di sebuah villa yang sangat besar. Aku rasa kami akhirnya sampai di villa yang dia maksud. Dia keluar dari dalam mobil dan aku mengikutinya masuk kedalam villa.

"Duduklah." Dia begitu dingin dan tentu saja dia bukan pria yang suka bicara.

Aku duduk di sofa yang terasa begitu lembut.

1... 2... 3... 4... 5... 6... 7... 8... 9...

Plaak!!!

Setelah beberapa detik, dia kembali ke hadapanku dan menghempaskan sebuah amplop besar berwarna coklat diatas meja.

"Buka itu."

Aku mengikuti ucapannya dan membuka amplop itu. Ketika aku melihat isi dari amplop itu, aku langsung marah dan berteriak kepadanya.

"Apa kau sudah gila? Kau ingin aku untuk menikah denganmu? Apa sebenarnya tujuanmu?"

"Kau tidak tahu aku saat aku sedang marah." Ucapannya itu membuat aku takut, bahkan walaupun sebenarnya aku tidak melihatnya marah, aku dapat merasakan hal itu.

Sangat tidak mudah untuk berhadapan dengannya. Tapi tetap saja aku mencoba diriku sendiri untuk menjadi lebih berani.

"Jika ini semua untuk anak ini, maka kita tetap bisa berhubungan baik satu sama lain untuk anak ini. Tapi kau tidak bisa memaksa aku untuk menikah denganmu." Aku membalasnya dengan berani.

"Apa kau pikir kau masih punya tempat untuk pergi atau tempat untuk tinggal? Aku tidak mau anakku itu bertahan hidup bersamamu dengan menjadi gelandangan." Ucapnya panjang lebar.

Sekarang dia pria yang penuh dengan kata-kata, karena dia tengah mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Iya, dia memang benar. Aku tidak punya tempat untuk pergi dan dia hanya menghawatirkan anaknya. Tapi tetap saja, aku tidak nyaman dengan keputusannya ini.

"Tidak." Ucap ku lagi.

Aku melihat rahangnya yang mengeras, aku mulai merasa ketakutan.

Aku ingin pergi meninggalkan villa miliknya ini dengan segera. Aku harap aku bisa menemukan sebuah lubang besar dan kabur. Tapi itu semua tidak mungkin terjadi.

Hening...

Wajahnya tampak begitu suram. Setelah itu dia berbalik membelakangi ku. Aku merasa sedikit lega, namun kemudian dia kembali menghadap ku lagi.

Dia mematung, aku pikir dia sudah tenang namun setelah itu..

Prangg.....!

Sebuah vas yang begitu besar rusak. Vas itu pecah berkeping-keping di lantai. Takut. Aku merasa sangat ketakutan.

Dia mendekat ke arahku dan memegang tanganku dengan sangat keras. Sakit, aku merasa begitu kesakitan.

'Seseorang, tolong selamatkan aku!'

"Tanda tangani kontrak pernikahan ini." Ucapnya dengan suara yang begitu dalam, seolah dia memperlihatkan sosok iblis yang keluar dari dalam dirinya yang kehilangan kontrol akan dirinya.

Kemudian dia melonggarkan genggaman nya pada tanganku. Aku sekarang menjadi begitu lemah. Aku kehilangan kontrol akan diriku. Aku lalu mengambil pena yang berada di atas meja itu dan kemudian menandatangani kontrak pernikahan itu dengan segera.

Aku melihat wajahnya yang menyeringai.

"Bagus, mulai dari malam ini kita sudah menjadi pasangan."

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya merasa tubuhku keluar dari kontrol diriku sendiri. Aku duduk di sofa dan dengan lama aku menatap kearah meja dengan tatapan kosong. Pikiranku sekarang penuh dengan pertanyaan yang berkecamuk. Aku dipaksa dan aku sepenuhnya setuju dengan pria iblis ini.

Dia lalu menunduk dan berbisik, "gantilah pakaian mu dan tidurlah denganku malam ini.

'Aa... Apa... Apa yang?

Dia katakan!?

Aku akan tidur dengannya?

Tidak akan pernah!!!!

Aku masih hamil!

Atau aku hanya berpikir berlebihan?'

Aku tidak mengenalnya dengan baik jadi aku hanya merasa begitu khawatir.

Bersambung....

2. Tidur Bersama

Aku tidak bergerak sedikitpun. Aku benar-benar sama seperti patung saat ini. Aku tidak berani, aku tidak berani sedikitpun untuk bergerak satu senti saja. Pria dihadapan ku ini sangat berbahaya. Aku sangat takut untuk memikirkan jika aku sampai tidur dengannya.

Setelah beberapa saat, dia lalu menarik tangan ku. Mungkin dia menyadari bahwa aku tidak bergerak sedikitpun sejak tadi.

"Sayang, apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak bergerak sama sekali? Apakah kau takut?" Ucapnya.

'Sayang???!! Ini terlalu cepat dan tempramen nya tiba-tiba berubah begitu cepat. Apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya?'

"Apa kau masih belum sadar juga? Apa kau mau aku yang mengganti pakaian mu?" Ucapnya lagi.

'Apa-apaan pria ini?'

Aku lalu menarik lengan ku dari pegangan tangan nya.

"Aku tidak mau membuat dirimu menjadi repot." Ucap ku kemudian berbalik dan berjalan menjauh setelah membelakangi nya.

Berhenti, tak lama aku pun berhenti berjalan.

"Di.... di mana ruang gantinya?"

Aku merasa begitu malu. Aku pun mencoba untuk berpura-pura marah padanya, meskipun sebenarnya aku memang sangat marah padanya tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya untuk marah dengan seseorang.

Aku adalah tipe orang yang yang tidak suka marah. Jadi aku tidak terbiasa untuk menjadi wanita pemarah, bahkan saat aku memang marah dari dalam hati. Aku mengekspresikan kemarahan ku dengan sebuah tindakan.

Bagaimana caranya? Misalnya seperti dengan mengepalkan tanganku, kemudian tersenyum palsu. Setelah itu, aku akan mendengarkan musik hingga lelah.

"Belok kanan dan kau akan melihat pintu berwarna biru. Disana adalah ruang ganti." Balas Axel.

"Hmmpphh..." Balasku.

Aku lalu mendengar suara tawa nya yang cekikikan kecil.

Aku lantas berbalik menatapnya. Aku melihat wajahnya sudah tampak serius. Mungkin aku hanya berhalusinasi saat aku mendengar suara tawa kecilnya tadi.

'Arrrgghhh!'

Aku kemudian berjalan kearah kanan dan melihat pintu berwarna biru. Aku tiba-tiba menyadari bahwa aku tidak punya pakaian ganti. Aku kemudian berlari dengan cepat ke arah dirinya.

Dia menatapku dengan wajah yang penuh tanda tanya.

"Aku tidak punya pakaian ganti." Ucap ku malu.

Axel lalu berdiri dan mengambil sebuah sweater yang sepertinya tampak sangat cocok denganku. Aku mengambil sweater itu darinya dan berterima kasih kepada nya dengan rasa malu. Kemudian aku bergegas berlari kembali ke ruang ganti.

'Jantungku.... Apakah jantungku berdegup kencang?

Oh tidak, apa yang sedang terjadi?'

Aku kemudian kembali ke kesadaran ku dan mulai mandi. Setelah beberapa menit aku merasa lebih segar, aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dan melihat wajahnya yang tampak serius.

'Eh! Jangan bilang bahwa dia mengintip dari luar pintu ini! Iihh... dasar mesum!' umpat ku dalam hati.

"Hei... kau... kau... apa yang kau lakukan?" Ucapku dengan perasaan gugup.

Wajah Axel semakin dekat dan dekat kepadaku dan...

Cup!

Mataku membulat sempurna. Dia... dia memberikan ciuman kilat padaku.

Wajahku berubah merah. Dia tersenyum padaku dan aku sangat, sangat... sangat terkejut dengan tindakan yang baru saja dia lakukan padaku.

'Apa yang sudah dia lakukan?'

Beberapa saat kemudian hal itu masih terus menghantui pikiranku.

"Apa kau mau lagi? Sial, kau tampak begitu seksi!" Ucapnya padaku.

'Apa? Apa yang baru saja dia katakan.... Dia sangat...'

"Mesum." Teriakku padanya dan aku berlari ke arah kamar dan langsung naik tempat tidur.

Aku lantas menutup seluruh tubuhku dengan selimut tebal karena rasa malu.

Dia benar-benar pria mesum, pria itu semakin membuatku gugup.

Aku mulai berpura-pura untuk tidur, ketika aku mendengar suara pintu kamar terbuka.

"Sayang..." Ucap Axel dengan suara yang serak.

'Sial!

Zoya, jangan bergerak...

Jangan bergerak...

Ah, dasar sialan...

Dia adalah maniak!'

Axel tengah mengusap kakiku.

'Argh!' ingin rasanya aku berteriak.

"Sayang, kau mau ini hah?" Axel mencoba menggodaku.

'Arghh, situasi seperti ini benar-benar menggoda. Sangat... Ah!'

"Hentikan itu." Ucapku dengan berteriak.

"Oh, kau belum tidur juga ternyata. Kau berpura-pura ya?" Ucapnya.

"Tidak, aku sebenarnya sudah tidur tadi. Tapi, bagaimana aku bisa beristirahat jika kau terus melakukan hal itu ingat aku perlu istirahat karena aku tengah hamil oke? Tolong jaga sikapmu." Ucap ku dengan suara yang tenang.

Aku melihat kebahagiaan di matanya. Dan aku, aku tidak tahu kenapa dia terus menatapku.

"Apa?" Tanyaku.

"Tidak ada, tidur saja." Balasnya.

Dia kemudian menutup tubuhku dengan selimut dan mematikan lampu tidur.

Aku mulai untuk menutup mataku. Kemudian aku merasakan lengannya memeluk tubuhku.

Aku tidak mengatakan apapun. Aku terus menutup mulutku rapat-rapat aku hanya merasa...

Merasa...

Nyaman....

Bersambung...

3. Bertemu Mantan Kekasih

Bulan demi bulan berganti. Perutku sekarang sudah membesar. Aku tidak pernah berpikir bahwa pria seperti Axel bisa bersikap begitu manis disamping sikapnya yang begitu posesif.

Kami memperlakukan satu sama lain seperti pasangan yang seharusnya. Aku rasa, hatiku mulai merasa nyaman bersama dengan dirinya.

Aku tidak tahu juga, apakah aku sudah jatuh cinta dengan nya. Tapi sensasi ini, perasaan ini sangat berbeda dengan bagaimana yang aku rasakan bersama dengan Alex, mantan kekasihku, kembarannya itu.

Setiap saat dia pulang ke rumah dari tempatnya bekerja, aku selalu memasak untuk dirinya. Hal itu sudah menjadi rutinitas ku sehari-hari. Kemudian dia akan berbicara dengan perutku.

Dia benar-benar manis dan sosok seorang pria yang penuh perhatian.

Sekarang aku tengah menonton sebuah drama di televisi kemudian...

Tin.... Tin....

Suara klakson mobil mengganggu aktivitasku. Aku lantas membuka pintu. Dia masuk dengan wajahnya yang tampak serius. Benar-benar wajah dengan ekspresi yang dingin. Aku tidak pernah melihat wajahnya seperti itu selama beberapa bulan ini aku bersamanya. Namun sekarang aku melihatnya lagi.

"Apakah kau baik-baik saja? Apa yang terjadi? Tanyaku dengan suara yang khawatir.

Aku hanya khawatir karena aku tidak tahu apa yang terjadi kepada nya dan tentu saja wajahnya yang serius itu tampak berbahaya bagiku.

"Kemasi barang-barang mu, kita akan pulang ke rumah." Ucap Axel singkat.

'Hah?'

"Ini adalah rumah kita." Balas ku.

Aku tidak mengerti apa yang dimaksudkan olehnya.

Dia pun tersenyum, wajahnya yang berbahaya itu berubah secara tiba-tiba.

"Kita akan pulang ke rumah yang lainnya." Balas Axel kemudian dengan wajahnya yang tampak serius lagi.

'Apa-apaan itu?'

Tentu saja aku tidak bodoh untuk tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan rumah yang lainnya itu.

'Oh tidak. Itu sudah pasti adalah rumah orang tuanya.'

Aku merasa begitu gugup. Banyak pertanyaan yang terus menghantui pikiranku.

'Apakah keluarganya akan menyukaiku? Bagaimana dengan karakter dan sikap orang tuanya kepadaku. Apakah mereka akan melihat masa laluku?'

Dan semua pertanyaan itu membuatku gemetar.

'Apakah aku akan bertemu dengan Alex? Apakah aku akan bertemu dengan mantan kekasihku, yang merupakan saudara kembarnya?'

Sial!

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus pergi dengannya atau tidak. Tentu saja dia akan membawaku pergi bersamanya bahkan jika aku berkata tidak.

'Sial, hari ini menjadi kacau. Arrgghh...!'

Hari ini adalah hari dimana aku akan bertemu dengan orang tuanya.

"Jangan gugup, aku ada disini bersamamu." Ucap Axel yang selalu mencoba untuk membuatku merasa lebih nyaman.

Entah kenapa aku menjadi lebih berani.

Setelah beberapa jam lamanya menempuh perjalanan, kami akhirnya tiba di sebuah rumah besar. Lebih besar dari villa milik Axel. Ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi rumah keluarga Anggara. Alex bahkan tidak pernah membawaku kemari sebelumnya, saat kami masih berpacaran. Mungkin karena dia berpikir bahwa aku akan mempermalukan dirinya.

Axel memegang tanganku. Rasa gugup, aku... Aku merasakan semua itu pergi begitu saja karena dirinya.

Kami berjalan bersama dengan kedua tangan kami yang bergandengan. Saat kami berjalan masuk, aku melihat seorang pria tengah berciuman dengan seorang wanita di hadapan kami berdua. Pria itu mencium wanita itu dengan penuh hasrat. Mereka terlihat begitu bahagia. Kemudian aku merasa Axel meremas tanganku. Jadi aku melihat ke arahnya.

Dia melihat kearah pria dan wanita yang tengah berciuman dengan penuh hasrat itu.

"Kenapa?" Tanyaku kepada Axel.

Axel tidak menjawab pertanyaan ku. Tapi dia hanya melihatku dengan tatapan dingin. Aku menatap dirinya, dia juga menatapku. Setelah beberapa detik, dia lalu mengalihkan matanya dariku.

'Apa sebenarnya masalahnya?' pikirku.

Aku kembali melihat kearah pria dan wanita yang tengah berciuman itu. Namun mereka sudah berhenti berciuman sekarang. Mungkin mereka menyadari kehadiran kami. Aku tidak bisa melihat wajah mereka, karena aku hanya bisa melihat punggung pria itu yang menutupi wajah wanita itu.

Setelah beberapa detik mereka melihat kearah kami.

Aku begitu terkejut dan mereka juga tampak terkejut. Mungkin itulah alasan kenapa Axel melihat ke arahku tanpa memperlihatkan ekspresi apapun karena dia melihat kembarannya.

"Alex..." Ucap ku dengan pelan.

Dan hal yang paling membuatku terkejut adalah, dia dengan tengah berciuman dengan sahabat baiknya, Almira.

'Aku mengerti sekarang, hahaha...'

Alex benar-benar mempunyai hubungan dengan sahabat baiknya itu.

"Zo.... Zoya...." Suara Alex terdengar begitu pelan, tapi itu cukup bisa didengar oleh semua orang yang berada di sini.

Wajahku muram, aku merasa atmosfer menjadi dingin di sekeliling ku. Aku menahan amarah ku, bukan karena aku cemburu. Tapi karena selama ini aku benar, bahwa Alex selama ini benar-benar berselingkuh dengan sahabatnya, dia membohongi aku.

"Kapan ini semua dimulai?" Tanyaku.

Apa yang aku maksud dalam pertanyaan itu adalah kapan sebenarnya mereka mulai mempunyai hubungan yang seperti saat ini.

Alex tidak menjawab pertanyaan ku dia hanya melihat ke arahku dengan matanya itu, aku melihat kesedihan, tidak, matanya seperti mengasihani aku.

"1 tahun dan setengah bulan."

Itu bukanlah ucapan dari Alex, namun Axel lah yang menjawab pertanyaan ku.

'Hahahahaha...

1 tahun dan setengah bulan?

Satu tahun...

Satu tahun...

Mereka berhubungan saat aku dan Alex masih berpacaran? Mereka berselingkuh dariku? Hah!'

Mungkin itulah kenapa Alex selalu bertingkah dingin terhadapku. Mungkin itulah kenapa dia tidak pernah punya waktu yang cukup untukku. Karena dia selingkuh dariku, aku benar-benar di selingkuhi.

Lalu kenapa dia harus menyakiti aku? Jika saja dia memberitahu aku kebenarannya, aku siap untuk melepaskan dia pergi. Mungkin dia ingin aku merasakan rasa sakit yang paling sakit dalam hidupku. Hah benar-benar pria berhati iblis.

Dia selalu tidak hadir di saat kencan kami. Aku selalu menunggu kehadirannya setiap kali aku membutuhkan bantuan nya.

 

'Sayang, Almira tengah sakit. Aku harus pergi ke rumahnya tidak ada orang yang menjaga dirinya.'

'Oke, kau melupakan kencan kita.'

'Sayang, sekarang adalah ulang tahun Almira. Aku mau menemaninya. Apakah kau baik-baik saja?'

'Oke, kau melupakan hari jadi hubungan kita.'

'Sayang, Almira sekarang pindah ke rumah barunya. Aku harus pergi membantunya.'

'Oke, aku tengah sakit. Tidak bisakah kau melihat itu.'

'Sayang, ada pesta perayaan di rumah baru Almira.'

'.....' aku tidak membalas pertanyaan mu.

'Sayang, kumohon.'

'Oke, ini adalah hari ulang tahunku. Apakah kau melupakannya?'

'Sayang...' aku menghentikan ucapan mu.

'Alex, apakah kau mencintai Almira?' tanyaku.

'....' kau tetap terdiam.

'Apakah kamu mencintai nya?'

'Tidak...' aku merasa ada keraguan dalam suaramu.

'Kau mencintai dia Alex. Setiap kali hari jadian kita datang, kau selalu melupakannya. Saat ulang tahunku dan bahkan saat aku sakit, setiap kali aku membutuhkanmu, aku tidak bisa merasakan kehadiran mu karena kau selalu bersama Almira. Jadi aku menebak bahwa kau sangat mencintai sahabat baik mu itu bukan? Kau jatuh cinta dengan sahabat mu itu Alex.' ucapku kala itu.

'Berhentilah bicara omong kosong Zoya.' kau berteriak kepadaku.

Kemudian kau menutup pintu dan meninggalkan aku sendirian lagi.

Kadang-kadang aku ingin berkata 'tidak', setiap kali kau ingin pergi bersama dengan Almira, karena aku lah kekasihmu.

 

Setelah pertengkaran kita saat itu, aku lalu pergi ke bar malam itu. Dan mimpi buruk ku dimulai. Malam penuh romansa itu yang dimana aku pikir saat itu aku bersama dengan dirimu.

Aku pernah berpikir bahwa kau melakukan kesalahan malam itu sebagai alasan untuk putus denganku. Dan kau malah membawa sahabat baikmu itu pergi ke rumahmu dibandingkan diriku. Saat kita masih berada berpacaran, kau tidak pernah membawa aku ke rumah ini.

Akulah satu-satunya orang yang berusaha untuk mempertahankan hubungan kita, dan kau malah mendorong ku menjauh dalam kesendirian.

Akulah orang yang selalu mengatakan, 'aku mencintaimu, aku merindukanmu, aku membutuhkanmu'. Tapi kau berkata, 'aku lelah terhadapmu, ayo kita putus saja.'

Aku ingin berkata 'persetan dengan dirimu karena sudah menyakiti aku.'

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!