Malam itu terasa sangat dingin karena hujan telah turun dari sore dan Fairi menunggu kedatangan Kenan dengan sangat sabar, walau hari sudah cukup malam. Fairi duduk dengan diam dan tenang didepan meja makan malam itu dan dia sengaja pulang dari sore untuk hari ini karena dia ingin menghormati Kenan meski pernikahan ini tak ada perasaan cinta sama sekali.
Deru suara mobil Kenan terdengar yang menandakan kalau dia sudah datang dan memasuki garansi. Dengan cepat Fairi menyalakan lilin yang sudah tertanam diatas kue didepannya.
Suara pintu terdengar sedang dibuka oleh seseorang, Fairi berdiri ingin menyambut kedatangan Kenan suaminya namun langkah kecil Fairi terhenti ditempat saat melihat Kenan masuk dan mendekatinya dengan membawah seorang wanita yang sedang menggendong bayi.
Melihat tatapan Fairi yang tak berubah membuat Kenan tak tau harus bersikap bagaimana. Pandangan Kenan tertuju pada kue tar yang ada didepan Fairi dengan lilin yang menyala diatasnya, dan Kenan baru sadar kalau ini adalah hari perayaan ulangtahun pernikahan mereka yang ke 3 tahun.
Kenan merangkul wanita disampingnya dan berjalan mendekati Fairi yang berdiri mematung ditempatnya. "Fairi, maaf aku telat datang. Dan ini kenalkan dia adalah Melinda, kekasihku yang sekarang adalah istriku juga putri kami Mayangsari yang baru berusia 5 hari." ucap Kenan mengenalkan istri dan juga anaknya pada Fairi dihari perayaan pernikahan mereka. Itu adalah sebuah kejutan yang sangat amat mengejutkan bagi Fairi namun tak ada reaksi apa pun dari Fairi mengetahui itu semua.
Dengan diam Fairi meniup lilin itu sendiri dan memotong kue itu lalu membaginya dengan Kenan dan Melinda. Fairi duduk memakan kue itu dengan sangat lahap seakan tak ada apa - apa diantara mereka bertiga.
"Fairi maaf, selama 3 hari ini aku tak pulang ke rumah karena menemani Melinda melahirkan anak kami, dan hari ini baru bisa keluar dari rumah sakit." Kenan menjelaskan kepada Fairi alasannya tak pulang selama ini.
"Hem." Fairi hanya menanggapi dengan deheman.
"Bi, bawah kue ini kebelakang makan bermasa yang lainnya dan tolong panggil Man Ayub untuk ke kamar ya." ucap Fairi pada pembantunya dan dia langsung naik keatas masuk ke kamarnya.
Kenan yang menatap Fairi tak ada reaksi apa pun merasa tenang, karena dalam hati Kenan merasa lega sebab setidaknya tak ada teriakan, amukan atau pukulan atas kedatangan Melinda dan putrinya disaat hari perayaan pernikahannya.
Kenan merasa bersalah pada Fairi dan dia tau kalau sudah menyakiti hati Fairi, namun Kenan tak bisa melepaskan Melinda wanita yang dicintainya. Sementara dengan Fairi pernikahan mereka yang berjalan 3 tahun ini tak ada apa - apa karena mereka tak saling cinta dan juga mereka hidup seperti orang asing satu sama lain.
"Mas, apa benar dia adalah mbak Fairi istri mas Kenan?" Melinda bertanya sambil menatap Kenan yang membantunya untuk duduk di sofa ruang tengah.
"Iya, dia adalah Fairi istri yang dipilihkan mama dan papa untuk ku." Kenan menjawab dengan tersenyum menatap Melinda dan mengusap punggung Melinda.
"Tapi kenapa dia tak ada reaksi apa pun. Ku pikir tadi aku akan dimaki dan dipukul olehnya, tak taunya dia hanya diam dan tak berkata apa pun." Melinda menatap Kenan dan mulai menyusui putri kecilnya yang tiba - tiba menangis.
"Iya, ku pikir tadi juga begitu. Tapi syukurlah dia tak marah dan bisa menerima kalian berdua. Dengan begitu setidaknya aku merasa tenang karena tak ada hal yang harus dibereskan dengan menguras tenaga." Kenan mengecup kening Melinda dengan mesrah.
Tak lama kemudian Man Ayub datang dan setelah memberi hormat pada kenan dia naik keatas untuk ke kamar Fairi, lalu 5 menit kemudian Man Ayub turun dengan membawah 2 koper dengan Fairi berjalan dibelakangnya.
Kenan yang melihat itu merasa terkejud karena dia tak menyangka kalau sikap diam Fairi dari tadi adalah bom atom yang siap meledak dengan dahsyat kapan saja. Kenan tertegun melihat Fairi berjalan kearah pintu keluar dengan ekspresi yang masih saja tetap sama dengan saat Fairi melihat kedatangannya mengenalkan Melinda.
Disamping Kenan Melinda menatap suaminya itu dari samping tak ada reaksi apa pun dan juga tak ada niatan Kenan untuk mencegah dan menghentikan kepergian Fairi. Kenan hanya diam membisu dengan tatapan lurus kepada Fairi yang melangkah semakin jauh.
Fairi menoleh sebelum dia keluar dari pintu keluar rumah itu. "Kita ketemu di pengadilan nanti Kenan, jangan lupa untuk datang!!" teriak Fairi pada Kenan lalu dia menghilang dibalik pintu.
Man Ayub membantu Fairi memasukkan koper - kopernya kedalam bagasi mobil "Terima kasih ya Man Ayub, jaga kesehatan selamat tinggal." ucap Fairi lalu dia mengemudikan mobilnya dengan cepat meninggalkan halaman rumah Kenan.
Fairi menerobos hujan ditengah malam itu dia melajukan mobilnya dengan cepat dan mencekram kuat setir mobilnya. Rasa sesak yang menghimpit dadanya tak mampu lagi untuk dia tahan. Dengan terhuyung Fairi berjalan ke tepian jembatan menatap jauh di gelapnya malam.
"Arrrhg!!" teriakan rasa sakit berpadu dengan suara guntur yang menggelegar. Fairi berusaha mengeluarkan semua rasa kesal yang sedari tadi dia tahan.
"Dasar ber*ngsek, baj*ngan, pria jahat, tak punya hati, tak punya perasaan, Kep*rat kau Kenan!!" teriak Fairi mengumpat Kenan dengan sangat kesal dan sakit hati.
Fairi menangis sejadi - jadinya, dia menengadahkan wajahnya dan membiarkan hujan mengguyur wajahnya membawah air matanya bersatu dengan air hujan mengalir ke muara sungai. "Kau sangat kejam Kenan, kau benar - benar baj*ngan dan ber*ngsek." Fairi bergumam dan terduduk di jembatan dengan tubuh yang basah kuyup.
"Kenapa, kenapa harus aku. Apa salah ku sebenarnya? Kenapa ini terjadi padaku? Bukankah dari awal aku sudah bilang untuk mengatakan semuanya sebelum terjadi terlalu jauh. Kenapa baru sekarang, setelah 3 tahun berjalan kau kejam Kenan." Fairi menangis tersedu - seduh dengan meringkuk memegangi kedua lututnya.
"Aku ingin sekali memukul dan memaki kalian berdua, menghina dan melampiaskan semua rasa kesal dan sakit hatiku. Tapi kejutan yang kalian berikan padaku begitu sangat mengejutkan ku sehingga membuat ku tak sanggup lagi untuk berkata - kata." Fairi terus saja menangis dan bertanya dalam hatinya atas semua yang terjadi pada dirinya hari ini.
...💔💔💔...
Sesampainya di apartemen jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi dan Fairi telah membiarkan dirinya diguyur hujan hingga 3 jam lamanya sampai hujan itu reda. Dengan langkah kaki yang goyah Fairi memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah itu mengambil mukenah dan mengenakannya.
Fairi bersimpuh setelah menyelesaikan sholat isya' dia meratap dan memohon pada rab-nya untuk membuatnya kuat. Air mata Fairi tertumpah lagi dan saling memburu hingga tak lagi Fairi mampu untuk menahannya.
Disetiap doanya Fairi memohon agar hatinya yang luka tak lagi bertambah luka, agar dia mampu membuat semua keputusan yang baik untuk dirinya dan semua orang. Fairi bersandar ditepi tempat tidur dan melamun, dalam ingatannya saat dia dan ibunya dibuang oleh ayahnya karena wanita kedua hingga ibunya mengalami gangguan jiwa dan meregang nyawa karena rasa sedih membuat Fairi tersenyum miris.
"Maafkan aku tuhan, aku tau perceraian adalah suatu hal yang kau benci, namun aku tak mampu menahan dan menanggung semuanya sendiri. Aku bukanlah wanita kuat yang sanggup untuk dipoligami dan aku bukanlah wanita Sholeha yang bisa dengan ikhlas menerima kesalahan suami, walau dari pernikahan kami tak ada cinta namun aku selalu menjaga dan menghormati pernikahan kami. Ini terlalu berat bagi ku, ku mohon maafkan aku jika aku memilih jalan yang salah." Fairi menangis dan menceritakan semuanya dalam sujud-nya berharap setidaknya sedikit dimaafkan oleh Rab-nya atas apa yang akan dilakukannya.
...💔💔💔...
Di rumah Kenan dia tak tau harus berbuat apa karena perbuatan Fairi yang meninggalkan rumah dan perkataannya yang mengatakan akan bertemu di pengadilan membuat Kenan merasa tak nyaman dan ada yang kosong dalam dirinya, walau pada dasarnya Kenan sudah menyiapkan mentalnya dari awal karena dia tau kalau perceraian akan diajukan oleh Fairi jika dia mendua, namun hal itu tak terpikir oleh Kenan pada saat itu dikatakan langsung dengan tatapan datar membuat Kenan merasa sakit dan juga sesak karena sebenarnya secara tak langsung Kenan merasa nyaman dengan Fairi walau mereka tak pernah bertegur sapa jika tak dibutuhkan. Kenan serba salah, Kenan sadar kalau dia telah menyakiti hati Fairi.
"Mas Kenan, kenapa tadi mas Kenan tak menghentikan mbak Fairi untuk pergi, kenapa mas Kenan tak mencegahnya?" Melinda bertanya pada Kenan setelah dia menidurkan putrinya yang sudah terlelap.
"Aku tak sanggup untuk melakukannya, karena aku sudah menyakiti hatinya, dulu saat kami mau menikah Fairi sudah berkata padaku, jika sampai aku mengkhianatinya dan menduakan-nya maka dia akan pergi dan memilih bercerai dariku." jawab Kenan tertunduk lesu
"Jadi sebenarnya mas Kenan sudah tau sejak awal kalau hal ini bakalan terjadi jika mas Kenan melakukannya? Lalu kenapa mas Kenan masih saja melakukannya mas? Kenapa mas Kenan menikahi ku dan membawaku pulang ke rumah ini?" Melinda bertanya lagi dengan menatap wajah suaminya yang terlihat sedih.
"Aku menikahi mu karena aku mencintaimu dan juga sudah ada Sari diantara kita. Cuma, bagaimana pun kepergian Fairi telah membuat pukulan hebat dalam diriku. Aku tak menyangka kalau dia akan mengambil keputusan itu dengan sangat cepat, dan melihatnya pergi meninggalkan rumah ini membuat ku sakit dan sesak." jawab Kenan menatap Melinda dan memeluk erat tubuh Melinda.
"Apa mas Kenan menyesal dengan keputusan mas Kenan menikahi ku?" Melinda yang dalam pelukan Kenan bertanya untuk mendengar pendapat Kenan atas pernikahan mereka.
"Tidak, mana mungkin aku menyesal. Karena aku menikahi mu dikarena aku mencintaimu dan juga aku ingin membuatmu serta putri kita bahagia dan hidup dengan memiliki orang tua yang lengkap." jawab Kenan menatap Melinda dan mengusap pipi Melinda dengan lembut.
Didalam apartemen yang sepi Fairi duduk sendiri ditepi jendela menatap langit cerah yang luas, angannya melayang pada harapan dan mimpinya akan sebuah pernikahan dan keluarga yang bahagia dan penuh dengan cinta.
"Heh, harapan hanya tinggal harapan tak ada lagi yang bisa diperbaiki selain berusaha lepas dari jerat dan cengkraman Kenan si baj*ngan itu." Fairi bergumam sendiri
Handphon Fairi berbunyi disaat dia telah menenggelamkan pikirannya dan ternyata itu adalah telepon dari temannya di media. Yang memberinya kabar kalau ada undangan untuk menjadi model sebuah majalah fashion di Singapura dan Fairi diminta untuk datang kesana sebagai model pengganti karena model yang asli tak bisa hadir karena kendala keadaan yang mendadak.
Ya Fairi adalah seorang reporter yang direkomendasikan oleh ibu mertuanya disebuah perusahaan, namun jika ada kesempatan kosong dia juga suka menggantikan model yang menyewa jasanya karena dia akan dibayar 2 kali untuk menggantikan seorang model utama.
"Baiklah, Sri kita ketemu di bandara aku akan langsung kesana besok jadi kamu gak usah menjemputku." ucap Fairi setelah itu dia menutup teleponnya dan menghubungi seseorang lagi untuk datang ke apartemennya.
Tak lama dari itu suara bel berbunyi, dengan cepat Fairi membukakan pintu dan mempersilakan orang yang dihubungi itu masuk. Fairi menjelaskan semuanya dengan jelas kepada orang itu dan meminta orang itu untuk menangani semuanya selama dia pergi ke Singapura karena Fairi ingin masalah itu cepat selesai dengan cepat.
"Aku tak menyangka kalau nasibmu akan seperti ini Airi, apa kah kamu yakin hanya ingin bercerai saja tanpa minta apa pun dari suamimu selama kalian menikah 3 tahun lamanya?" tanya Fahmi sahabat Fairi yang sekarang telah menjadi pengacara.
"Tidak Fahmi aku hanya ingin segerah lepas dari baj*ngan itu tak ada lagi yang aku inginkan." Fairi menjawab dengan keyakinan karena dia tak ingin lebih sakit dan menderita lagi.
"Baiklah, akan ku usahakan dan akan ku kirimkan surat cerai mu padanya besok. Kamu hati - hatilah selama perjalanan nanti ok." Fahmi merasa kasian pada sahabatnya itu yang tak menyangkan akan memiliki nasib yang begitu tragis, diselingkuhin dan dipoligami oleh suaminya.
"Iya, terima kasih ya Fahmi." jawab Fairi tersenyum dengan dipaksakan.
Keesokan paginya Fairi berangkat pagi - pagi sekali untuk bertemu dengan Sri dan kru lainnya untuk pergi ke Singapura demi menjalani pemotretan disebuah majalah. Pekerjaan Fairi sebagi seorang reporter dan juga kadang sebagai model pengganti di beberapa majalah membuat dirinya harus beberapa kali pergi keluar masuk luar negri demi pekerjaannya.
...💔💔💔...
"Tuan ada tamu yang ingin bertemu dengan tuan dan sudah menunggu dari tadi." ucap bi Ningsih begitu Kenan datang habis dari rumah sakit mengantarkan Melinda kontrol setelah melahirkan.
"Masuklah dan istirahatlah." ucap Kenan kepada Melinda saat dia berada di ruang tamu didepan tamu yang menunggunya.
"Sial, pria ber*ngsek ini masih bisa bermesraan dengan istri keduanya tanpa peduli dengan Fairi yang masih merupakan istri sah-nya." gumam Fahmi dengan geram kepada Kenan.
"Anda siapa dan mau apa?" tanya Kenan berjalan menghampiri Fahmi.
"Oh iya, perkenalkan saya adalah kekasih Fairi dan akan segerah menikah dengannya bulan depan." ucap Fahmi dengan nada santai dan mengulurkan tangan didepan Kenan.
Deg, jantung Kenan berdebar kencang. Dia menatap Fahmi dengan tatapan tak suka dan marah yang ditahan, dengan tangan mengepal Kenan menggertak kan giginya.
"Jadi Fairi juga berselingkuh dibelakang ku, dan sikap tenangnya itu untuk menunggu hal ini." suara hati Kenan yang terasa sakit mendengar penuturan pria didepannya ini.
"Hahaha, kenapa anda merasa kesal dan juga sakit hati ya?" Fahmi menarik lagi tangannya yang tak disambut oleh Kenan. "Tenang saja, Fairi adalah seorang wanita yang baik, dia tak akan membalas penghianatan yang anda lakukan padanya dengan perbuatan busuk yang sama." Fahmi duduk lagi dan membuka tasnya "Aku adalah Fahmi, sahabat Fairi dan pengacaranya, aku datang kemari untuk menyampaikan gugatan cerai kepada anda, tolong anda tanda tangani berkas itu agar bisa segerah saya proses ke pengadilan masalah kalian berdua." sambung Fahmi menyerahkan berkas cerai kepada Kenan.
"Aku akan menanda tangani ini nanti dan akan ku serahkan sendiri kepada Fairi." jawab Kenan duduk dan menerima berkas itu
"Maaf, tapi Fairi menyerahkan semuanya kepada saya jadi anda tandatangani sekarang saja biar saya yang bawa pada Fairi nanti." Fahmi bersih keras agar Kenan mau segerah menanda tanganinya.
"Tidak aku sendiri yang akan menyerahkan pada Fairi, tidak perlu merepotkan anda." Kenan juga sama kerasnya tak mau menanda tangani berkas cerai itu.
Melihat itu Fahmi menghubungi Fairi karena dia tau pasti Fairi sudah sampai di hotel saat ini. Fahmi menjelaskan kepada Fairi kalau Kenan tak mau menanda tangani sekarang dan dia ingin menyerahkannya sendiri kepada dirinya.
"Baiklah Fahmi terima kasih. Sekarang kamu pulang saja dari sana." jawab Fairi langsung mematikan sambungan teleponnya degan Fahmi.
...💔💔💔...
"Fairi karena ini adalah desain baju untuk bela sungkawa aku ingin dalam pemotretan kali ini kamu menunjukkan raut waja yang sedih atas kehilangan kamu bisa?" Fotografer mengarahkan Fairi agar menunjukkan mimik wajah yang sedih dalam pemotretan kali ini karena temanya untuk kali ini adalah desain baju duka yang penuh dengan kesedihan.
"Baik, saya usahakan." Fairi menjawab dengan cepat dan tersenyum, "Kebetulan sekali sesuai dengan isi hatiku yang sedang hancur dan kacau." suara hati Fairi.
Potretan pun dilakukan dengan sangat lancar dan sangat cepat karena Fairi tak mengulang dan langsung bisa menunjukkan semua apa yang diarahkan oleh fotografer dengan sangat baik.
"Bravo, hebat sekali Fairi. Kenapa kamu tak pindah profesi saja jadi seorang model dari pada jadi seorang reporter." saran fotografer pada Fairi dan yang lainnya juga menyetujuinya karena Fairi sangat profesional dan juga mudah untuk diarahkan setiap kali mengambil pemotretan.
"Kalian terlalu memuji ku, oh iya besok aku pulang mau ke surabaya jadi kita berpisah di bandara karena aku ingin berkunjung ke rumah ibuku." ucap Fairi pada teman dan kru yang lain.
...💔💔💔...
"Mas, apa mbak Fairi mengajukan permohonan cerai?" Melinda menanyakan pada Kenan yang sedang duduk sambil menatap berkas perceraian yang dikirimkan oleh pengacara Fairi padanya kemaren siang.
"Iya, dia mengirimkan lewat pengacaranya kemaren." jawab Kenan lemas
Melinda menatap sulit pada Kenan yang sepertinya merasa berat kalau dia harus menceraikan Fairi. Kenan menghela nafas beratnya berkali - kali karena dia tak pernah berfikir kalau semua akan terasa sangat menyakitkan baginya kalau dihadapi secara langsung.
Kenan menatap sulit pada berkas permohonan cerai itu, dia tak pernah berfikir kalau Fairi akan membuktikan semua ucapannya dulu, jika dia diduakan maka dia lebih memilih untuk berpisah dan tanpa mengambil apa pun dari rumah suaminya.
Setelah sekian lama Kenan menatap berkas permohonan cerai dari Fairi Kenan menghubungi Fairi, namun nomor Fairi tak bisa dihubungi karena dialihkan. Kenan duduk dikursi kerjanya sambil menyandarkan kepalanya disandarkan kursi dan menutup matanya mencoba mengingat lagi kenangan akan Fairi sebelum mereka melakukan pernikahan mereka karena perjodohan yang sudah diatur oleh papa Kenan dan papa Fairi.
"Kenapa jadi begini? Kenapa rasanya ada sesuatu yang hilang dari diriku setiap kali aku menatap berkas permohonan cerai ini? Apa yang terjadi padaku sebenarnya ya?" Kenan terus saja bergumam dalam diamnya.
"Fairi hati - hati ya." ucap semua teman dan kru yang ikut pergi ke Singapura.
"Fairi tersenyum dan masuk ke pintu keberangkatan untuk menuju penerbangan ke kota tujuan Surabaya.
Didalam pesawat Fairi duduk dengan diam dan melamun, karena saat sendirian Fairi lebih banyak melamun. Pandangan Fairi kosong dan dia menatap awan yang terlihat menyeruak dari balik jendela kaca pesawat itu.
Terlihat seorang pramugari sedang berjalan mengantarkan makanan dan minuman kepada beberapa penumpang lainnya, Fairi terlihat tersenyum saat ada seorang anak kecil yang duduk disebelahnya sedang menatapnya dengan senyum manis dan polosnya.
Fairi mengalihkan pikirannya yang kacau dengan berbincang sama ibu anak kecil itu sambil bermain dengan anak kecil yang usianya 1 tahun dan mulai pandai bicara, Fairi tertawa setiap kali anak itu menanyakan sesuatu pada Fairi dengan bahasa cadelnya yang masih belepotan dan sulit dipahami, tak terasa waktu penerbangan pun dilalui Fairi dengan sangat senang berkat anak kecil itu.
Begitu sampai di bandara Fairi menaiki taksi menuju ke Surabaya menuju rumah alm. ibunya, dan dalam perjalanannya Fairi mengenang semua jalan yang dilewatinya sewaktu dia masih kecil dulu bersama dengan ibunya.
"Non Ayu, ya Allah beneran non Ayu bibi kangen sekali non." Bi Mina langsung memeluk Fairi begitu melihat Fairi turun dari taksi.
"Bibi sehat?" Fairi membalas pelukan bi Mina yang selama ini menjaga dirinya dan merawat rumah peninggalan ibunya.
"Oh iya non, kemaren lusa sekretaris tuan besar menghubungi ke rumah ini katanya nomer non Ayu tak bisa dihubungi. Dan katanya tuan besar sedang sakit." jelas bi Mina pada Fairi setelah mereka masuk kedalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu.
"Biarkan saja bi, dia yang dulu membuang aku dan ibu dan mengatakan putus hubungan dengan kami jadi sekarang aku sudah tak ada hubungan apa - apa dengan mereka, itu sebabnya aku menerima perjodohan supaya aku bisa lepas tanggung jawab dari ayah yang ber*ngsek seperti dia." jelas Fairi dengan nada lesu dan terlihat sedih walau tersenyum.
"Iya bibi tau, itu sebabnya bibi tak ngabarin pada non Ayu." bi Mina menatap Fairi sambil menggenggam tangan Fairi. "Ada apa non sebenarnya kenapa non Ayu menahan tangis?" bi Mina menatap dalam pada Fairi.
Mendengarkan perkataan bi Mina Fairi langsung menangis dan menceritakan semua masalahnya dengan Kenan. "Aku tak bisa seperti ibu bi yang bisa sabar hingga diusir oleh istri kedua suaminya tanpa pembelaan, aku gak bisa seperti itu bi. Aku memilih mundur dan keluar sendiri dari rumah dari pada nanti hatiku akan makin hancur." Fairi menumpahkan seluruh air matanya dan memeluk bi Mina dengan sangat erat.
"Ya Allah, ya Rab sabar ya non, semoga ini semua akan segerah berakhir dan tak ada lagi cobaan yang akan menyesakkan non Ayu." bi Mina memeluk Fairi dan ikutan menangis.
...💔💔💔...
Dikediaman Kenan dia sedang menyiapkan Melinda untuk ketemu sama orang tuanya karena dia ingin segerah memperkenalkan Melinda dengan orang tuannya dan menceritakan kalau mereka telah menikah dan memiliki seorang anak.
"Mas apa benar tak apa - apa? Aku takut mas." Melinda merasa gugup dan juga takut dengan orang tua Kenan.
"Jangan takut dan juga jangan gugup. Mereka pasti akan menerima kamu karena kamu telah melahirkan cucu mereka yang merupakan darah daging mereka juga." Kenan berusaha menenangkan hati Melinda dan membawah Melinda masuk kedalam mobil, yang sebenarnya hati Kenan juga tak tenang.
Saat mobil Kenan melaju dengan kecepatan sedang untuk menuju rumah kediaman orang tua Kenan, Melinda hanya diam tak berkata apa pun, didalam hatinya dia terus saja merasakan takut dan pikirannya memikirkan banyak hal, Melinda mendekap erat putri kecilnya.
Kenan yang melihat Melinda merasa gugup pun menggenggam tangan Melinda dengan erat "Jangan takut, mereka pasti mau menerima kalian." suara Kenan berusaha menyakinkan Melinda dan dirinya sendiri.
Melinda menatap Kenan "Aku benar - benar gugup dan takut mas, dulu saja kamu tak berani mengenalkan aku pada mereka lalu bagaiman sekarang tiba - tiba aku muncul dihadapan mereka?" Melinda berkata dengan nada suara bergetar karena dia benar - benar merasa takut dengan orang tua Kenan.
"Tenanglah, mereka tak akan menolak karena sudah ada putri kita." Kenan berusaha menyakinkan Melinda dan juga dirinya sendiri.
Kenan tau betul kalau papa dan mamanya sangat menyayangi Fairi hingga Kenan merasa kalau Fairi adalah anak kandung mereka bukan menantu, tapi dalam hati Kenan meyakinkan diri kalau orang tuanya pasti akan menerima Melinda dan juga putrinya karena putrinya adalah cucu mereka.
"Ayo turun sudah sampai." Kenan mengajak Melinda turun dari mobil karena mereka sudah sampai didepan rumah orang tua Kenan.
"Tuan muda silakan masuk dan tunggu dulu saya akan panggilkan nyonya dan tuan besar." ucap pembantu di rumah itu.
Kenan membawah Melinda masuk dan duduk di sofa ruang tamu, tak lama kemudian turun dari tangga seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan tatapan mata tajam dan wajah kaku berjalan mendekati Kenan dan Melinda.
"Ma, dimana papa?" Kenan berdiri dan menanyakan soal papanya.
Melihat Kenan berdiri Melinda ikut berdiri disamping Kenan sambil memeluk putrinya dengan erat dalam gendongannya. Melinda menunduk tak berani menatap mama Kenan yang terlihat tak ramah padanya.
"Kenapa kau mencari papa, apa ada sesuatu yang ingin kau katakan pada kami." suara yang menggelegar datang dari arah samping rumah dan berjalan mendekati Kenan.
"Dimana Fairi, kenapa kau tak membawanya kemari." suara mama Kenan terdengar sangat dingin. "Apa Fairi baik - baik saja?" sambung mama kenan lagi.
"Fairi ada di rumah, dia baik - baik saja." jawab Kenan menatap mamanya.
"Kenapa kau tak membawahnya kemari?" mama Kenan bertanya lagi tanpa mempersilakan duduk pada Kenan dan Melinda.
"Em, itu ma. Aku kesini untuk mengenalkan Melinda pada mama sama papa, dia adalah istri kedua kenan."
Mendengar itu papa Kenan langsung menarik tangan Kenan dan memukulnya dengan sangat kuat sehingga Kenan jatuh tersungkur. Tak cukup itu, papa Kenan masih saja memukuli Kenan walau Kenan sudah jatuh dan tak bisa bangun lagi.
"Anak kurang ajar, kau benar - benar mempermalukan ku sebagai papa mu." teriak papa Kenan sambil terus melemparkan pukulannya pada Kenan hingga keluar darah dari sudut bibir Kenan.
"Ceraikan dia. Sampai kapan pun aku tak akan sudi menerima pelacur sepetinya sebagai menantu." teriak mama Kenan menatap Kenan yang terduduk dilantai setelah dihajar oleh papanya.
"Ma, tapi Melinda bukan wanita seperti itu, dia adalah istri Kenan dan juga ibu dari anak Kenan." ucap Kenan dan berusaha untuk berdiri.
"Kalau dia bukan pelacur lalu dia apa?! Wanita yang merebut suami orang adalah wanita tak benar dan sampai kapan pun aku tak mau menganggapnya sebagai menantu dan juga cucu. Karena aku tak sudi menerimanya." kesal mama kenang dengan amarahnya.
"Maafkan saya, karena kami saling mencintai." suara Melinda dengan bergetar.
"Diam.! Kau tak pantas bersuara di rumah. Sebagai seorang wanita kau telah menodai citra mu, jika kau adalah wanita baik dan bukan pelacur maka kau tak akan mau menggoda pria yang sudah beristri." ucap mama Kenan menatap Melinda dengan kebencian yang amat sangat.
Melihat itu papa Kenan yang duduk berusaha untuk menahan dirinya agar tak menghajar Kenan lagi karena dia bisa membunuh anak satu - satunya itu. "Kau benar - benar pria yang tak bermoral Kenan, papa tak menyangka kau bisa memiliki pikiran yang begitu keji dan tak berperasaan pada Fairi. Kau sungguh sangat kejam pada istrimu yang tak pernah menuntut apa pun darimu itu." suara papa Kenan melemah karena dia merasa sangat sedih dengan anaknya yang memiliki sifat begitu kejam pada seorang wanita.
"Aku tak pernah mengajarimu berbuat kejam dan keji seperti ini. Sampai sekarang aku sungguh sangat menghormati mamamu sebagai istri yang selalu aku butuhkan, bahkan aku sangat patuh dan rela menyerahkan nyawaku pada istriku, namun apa dosa yang sudah ku perbuat sehingga aku diberikan anak yang begitu tak bermoral dan memiliki mental sampah sepertimu." papa Kenan meneteskan air matanya merasa kesal dan juga sakit hati pada Kenan, karena dia merasa telah gagal mendidik anak ya sebagai orang tua.
"Tinggalkan dia dan kembalilah pada Fairi, papa tak sudi menerima wanita murahan dan anaknya itu masuk ke keluarga ini." sambung papa Kenan yang sudah tak sanggup menahan tangisnya dan pergi meninggalkan ruang tamu itu.
Melihat itu Kenan merasa terkejud, karena selama 27 tahun dia tak pernah melihat papanya menangis dan hancur seperti itu, baru hari ini papanya menangis karena Kenan menyakiti Fairi dengan menduakan Fairi, Kenan merasa bersalah pada Fairi dan juga orang tuanya namun dia tak bisa berbuat apa - apa karena sudah ada anak diantara dia dan Melinda.
"Tapi Kenan tak bisa meninggalkan Melinda ma. Karena kami sudah memiliki seorang putri dan itu adalah cucu mama dan papa." Kenan mencobak meluluhkan hati orang tuanya.
"Dia bukan cucuku dan tak akan pernah menjadi cucuku sampai kapan pun, kalau pun harus ada seorang cucu itu hanya anak yang akan lahir dari rahim Fairi saja bukan wanita penggoda dan pelacur sepertinya." ucap mama Kenan dengan sangat benci.
"Tapi dia bukan wanita seperti itu ma? Kami sudah bersama sebelum Kenan menikah dengan Fairi." jelas Kenan.
"Lalu kenapa? Kenapa setelah tau kamu punya istri dia masih mau kau dekati hingga melahirkan anaknya? Kalau bukan karena ada tujuan yang dia pikirkan dan dia rencanakan dari awal." ucap mama Kenan dan itu memukul tepat di hati Melinda.
"Pergilah jangan mengotori rumahku dan kamu hanya punya dua pilihan, tinggalkan wanita pelacur ini atau pergi dari keluarga ini dan menggelandang lah." ucap mama Kenan dengan sangat kejam.
Mendengar penuturan mamanya Kenan kaget karena dia tak menyangka kalau mamanya akan berkata seperti itu pada dirinya dan juga anaknya yang merupakan cucunya sendiri.
"Ma, jangan begitu nanti anak Kenan bagaimana masa depannya ma." Kenan memelas pada mamanya.
"Aku tak peduli karena dia bukan tanggung jawab ku dan aku juga tak peduli dengan mu. Jadi silakan kau menjadi gelandangan." jawab mama Kenan dan duduk dengan sombong.
"Pergilah dan bawah Fairi kemari. Ingat hanya Fairi saja tanpa wanita penggoda itu, karena aku tak sudi melihat wajah wanita yang menjijikkan itu, nanti rumah ini terkena sial jika dia datang lagi." suara mama Kenan terdengar sangat marah besar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!