"Aku berencana menjodohkan Bintang dan Syiela. Bagaimana menurutmu, Elang?"
Satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Papa Frans, terdengar seperti sambaran petir di siang bolong untuk Elang.
Menjodohkan Bintang dan Syiella?
Bintang dan Syiela?
"Elang!" Tegur Papa Frans lagi yang langsung membuyarkan lamunan Elang.
"Soal itu..." Elang tampak berpikir untuk beberapa saat.
"Kau teman baik Syiela. Jadi kau pasti tahu banyak tentang gadis itu, kan?"
"Apa menurutmu, Bintang akan cocok dengan Syiella?"
"Aku berpikir kalau mereka adalah pasangan serasi." Ujar Papa Frans panjang lebar yang hanya terdengar samar di telinga Elang yang pikirannya sudah mengambang kemana-mana.
Tak bisa dipungkiri, kalau sebenarnya persahabatan Elang dan Syiela yang sudah berlangsung belasan tahun juga sudah menumbuhkan perasaan lain di hati Elang pada gadis itu. Elang sydah lama memendam perasaan pada Syiela. Elang sudah lama jatuh cinta pada Syiela!
"Kenapa papa tak bertanya langsung saja pada Bintang atau Syiela? Bukankah ke depannya mereka berdua yang akan menjalani semuanya?" Jawab Elang akhirnya setelah pria itu bersusah payah menelan gumpalan pahit di tenggorokannya. Elang lalu bangkit berdiri dan hendak menyudahi saja obrolannya bersama Papa Frans tentang hubungan Bintang dan Syiela. Rasanya begitu menyakitkan bagi Elang.
"Kau mau kemana, Elang?" Tanya Papa Frans mengernyit pada Elang yang hebdak pamit pergi.
"Elang ada urusan bersama klien, Pa!" Jawab Elang seyakin mungkin.
Tak ada klien yang menunggu Elang!
Elang hanya sedang butuh ruang untuk meratapi rasa sakitnya.
"Kau tidak ingin bertemu Arsyiela dulu? Dia akan datang sebentar lagi-"
"Selamat sore, Tuan Frans!" Seorang maid menyela kalimat Papa Frans.
"Maaf mengganggu, tapi Tuan Goentara sudah datang dan sedang menunggu di depan," lapor maid yang langsung membuat Papa Frans mengangguk.
"Aku akan segera menemuinya," ujar Papa Frans.
"Baik, Tuan! Akan saya sampaikan." Maid sudah kembali pergu meninggalkan Papa Frans dan Elang.
"Pqpa akan mempertemukan Syiela dan Bintang sore ini?" Tebak Elang bertanya pada Papa Frans.
"Ya! Bisakah kau memanggilkan Bintang agar dia turun ke sini?" Pinta Papa Frans yang hanya mampu membuat Elang mebarik nafas dengqn berat. Elang mengangguk patuh, lalu pria itu segera naik tangga dan menuju ke kamar Bintang di lantai dua.
Baru beberapa pekan yang lalu, Bintang pulang ke rumah besar Papa Frans ini setelah beberapa minggu sebelumnya pria itu dirawat di rumah sakit akibat luka parah di kepalanya.
Bintang ditabrak oleh orang-orang suruhan dari pesaing bisnis Papa Frans. Seharusnya orang-orang itu menabrak Papa Frans, namun Bintang malah pasang badan dan menyelamatkan pria paruh baya tersebut dengan mengorbankan dirinya sendiri.
Mungkin itu yang dinamakan insting seorang anak!
Ya, kata Papa Frans, Bintang adalah putranya yang sudah lama hilang dan selama ini ia cari-cari. Tanda lahir serta hasil tes DNA adalah bukti kuat kalau Bintang memanglah putra kandung Papa Frans. Tak heran jika akhirnya Papa Frans akan menjodohkan Bintang dengan Syiela yang merupakan putri kesayangan dari sahabat baik Papa Frans.
Sedangkan Elang?
Status Elang di rumah besar ini hanyalah sebagai anak pungut dari Papa Frans. Sekalipun Papa Frans selalu mengatakan kalau ia menyayangi Elang seperti halnya ia menyayangi putra kandungnya,namun status Elang sebagai anak pungut tak akan pernah berubah sampai kapanpun.
Setidaknya Elang merasa bersyukur karena ia diadopsi oleh pria kaya dan baik hati seperti Papa Frans, hingga dirinya tak perlu menjadi gelandangan ataupun pengemis. Papa Frans juga yang sudah menyekolahkan Elang hingga jenjang S2, lalu memberikan Elang pekerjaan juga di kantor Mahardika's Group.
Dan sekarang, saatnya Elang membalas budi dengan mengajari Bintang bagaimana mengelola perusahaan. Karena bagaimanapun juga, Bintang lah yang kelak akan menjadi pewaris utama Mahardika's Group. Sedangkan Elang, selamanya hanya akan berada di bawah Bintang karena memang dirinya bukan siapa-siapa.
Elang hanya anak pungut!
Hanya anak pungut dan Elang sangat tidak pantas bersanding dengan Arsyiela.
Bintang lah yang memang pantas bersanding dengan Arsyiela.
Tok tok tok!
Elang mengetuk pintu kamar Bintang dengan hati-hati.
"Masuk!"
Tak lama, terdengar suara Bintang dari dalam kamar yang meminta Elang agar langsung masuk ke dalam.
"Hai, apa aku mengganggumu?" Tanya Elang sedikit berbasa-basi pada Bintang.
"Sama sekali tidak! Masuklah, Elang!" Jawab Bintang ramah.
"Emmm, sebenarnya Papa menyuruhku untuk memanggilmu karena ada tamu penting di bawah yang ingin berjumpa denganmu," ucap Elang akhirnya yang tak lagi berbasa-basi dan langsung mengungkapkan tujuannya saja.
"Tamu penting?" Bintang terlihat mengernyit.
"Sahabat baik Papa. Uncle Dana Goentara," ujar Elang lagi memberitqhu Bintang.
"Oh," Bintang hanya membulatkan bibirnya.
"Baiklah, aku akan ganti baju dulu, lalu turun sebentar lagi," ujar Bintang akhirnya yang langsung membuat Elang mengangguk.
"Aku akan turun duluan," pamit Elang seraya kembali berjalan ke arah pintu kamar Bintang.
"Kau mau pergi, Elang?" Tanya Bintang tiba-tiba saat Elang sudah akan keluar.
"Ya!"
"Aku ada janji dengan klien,"dusta Elang dengan wajah seyakin mungkin.
"Papa mengatakan kalau Uncle Dana punya seorang putri yang akan-"
"Dijodohkan denganmu!" Elang melanjutkan kalimat Bintang yang terlihat ragu-ragu.
"Kau kenal gadis itu?" Tanya Bintang yang terlihat cemas.
"Sangat! Kami satu SMA dan satu kampus juga saat kuliah. Dan satu fakultas juga," Elang tertawa kecil, sekalipun hatinya terasa sakit sekarang.
Entahlah!
"Syiela gadis yang baik, periang, dan pandai bergaul," ujar Elang menjabarkan tentang Syiela yang selalu membuat Elang menatap kagum pada gadis itu. Sayangnya Elang harus mengubur dalam-dalam rasa cintanya pada Syiela mulai sekarang.
"Kau berpacaran dengan Syiela?" Tanya Bintang lagi yang sepertinya sedang memastikan.
Elang langsung tertawa kecil menanggapi pertanyaan Bintang tersebut.
"Tentu saja tidak, Bintang!"
"Kami hanya bersahabat sejak dulu," jawab Elang dengan raut wajah seyqkin mungkin agar Bjntang percaya dan tak curiga padanya.
Tapi nyatanya, Elang memang tak pernah berpacaran dengan Syiela!
Elang hanya memendam perasaan saja pada gadis itu! Perasaan yang tak akan pernah sampai hingga kapanpun.
"Apa aku bisa bertanya apa saja mengenai Syiela padamu?" Tanya Bintang lagi yang langsung membuat Elang mengangguk, meskipun hati Elang sebenarnya sedang memberontak.
Bertanya apa saja?
Kenapa tak sekalian saja Bintang meminta Elang menjadi mak comblang hubungannya bersama Syiela ke depannya?
"Aku pergi dulu dan cepatlah ganti baju," pamit Elang akhirnya menyudahi obrolan tentang Syiela bersama Bintang. Hati Elang rasanya sudah tak karuan sekarang.
"Ya! Tolong tutup pintunya," pesan Bintang yang hanya dijawab Elang dengan anggukan.
Elang menutup pintu kamar Bintang sebelum kemudian ia kembali menuruni tangga dan menuju ke lantai bawah.
"Elang!" Sapa Syiela yang langsung memeluk Elang dengan erat.
"Hai! Bagaimana liburanmu?" Tanya Elang berbasa-basi pada Syiela yang memang baru pulang dari berlibur di luar kota. Setidaknya itulah yang dikatakan oleh Syiela.
Tak lupa Elang juga merapikan rambut Syiela yang jatuh ke wajah, meskipun Elang bukan kekasih Syiela.
Toh Elang sudah melakukan hal ini sejak dulu!
"Tolong ikatkan rambutku sekalian!" Pinta Syiela seraya menyodorkan ikat rambut pada Elang yang langsung geleng-geleng.
"Masih belum bisa mengikat rambut!" Decak Elang yang tangannya langsung sigap mengikat rambut Syiela membentuk satu ikatan ekor kuda.
"Sudah bisa! Tapi saat ada kau mendadak aku lupa caranya," kilah Syiela beralasan.
"Ngomong-ngomong, kau mau kemana?" Tanya Syiela selanjutnya yang sydah merengkuh kedua pundak Elang.
"Aku ada janji dengan klien," dusta Elang sekali lagi.
"Yah! Kita belum ngobrol-ngobrol!" Syiela langsung mendes*h kecewa.
"Masih ada besok atau lusa!" Elang mengacak poni Syiela dengan gemas.
"Lagipula, kau kesini mau bertemu Bintang dan bukan bertemu denganku, kan?" Lanjut Elang lagi seolah sedang mengungkapkan uneg-uneg di dalam hatinya.
"Kau sudah tahu tentang perjodohan itu? Aku belum pernah bertemu Bintang sebelumnya. Apa dia..." Syiela bertanya ragu pada Elang.
"Dia pria yang tampan, baik, dan tak banyak bicara. Jadi aku yakin kau akan menyukainya nanti," jawab Elang menjabarkan tentang Bintang pada Syiela.
"Benarkah? Dia di mana sekarang?" Tanya Syiela lagi yang terlihat semakin penasaran.
"Sedang ganti baju tadi di kamarnya," Elang menoleh ke arah lantai atas, dan terlihat Bintang yang sudah selesai ganti baju sedang berdiri di ujung tangga.
"Itu dia pangeranmu! Aku pergu dulu!" Pamit Elang cepat tanpa menatap lagi pada Syiela yang terlihat sangat antusias memandang Bintang yang masih berada di ujung tangga.
Yeah!
Mungkin Syiela jatuh cinta pada pandangan pertama pada Bintang yang memang tampan!
Terima saja, Elang!
.
.
.
Sudah baca "Istri Rahasia Bintang"?
Yang ini dari sudut pandang Elang Bharata, ya!
Sengaja aku pisah biar bisa agak panjang ceritanya.
Terima kasih yang sudah mampir kesini juga.
Jangan lupa like 💜💜
"Aduh!" Seorang gadis nyaris jatuh tersungkur karena menginjak tali sepatunya sendiri yang tak terpasang dengan benar. Namun Elang yang berjalan di belakang gadis tersebut dengan segap menangkapnya dan membuat gadis itu tak jadi jatuh.
"Hati-hati!" Ucap Elang pada gadis berkepang dua dengan hiasan pita warna-warni tersebut. Penampilannya serupa dengan siswi baru lainnya, karena ini masih masuk masa pengenalan lingkungan sekolah.
"Ya! Terima kasih! Tali sepatuku tiba-tiba terlepas," cerita gadis itu seraya berjongkok untuk membenarkan tali sepatunya. Rok selutut gadis itu langsung otomatis tersingkap, dan Elang bergegas menutupkan jaketnya ke kaki gadis itu.
"Hah?" Gadis itu terlihat bingung.
"Perhatikan posisimu saat berjongkok! Kenapa rokmu pendek sekali? Kau bisa kena hukum kakak kelas nanti," tukas Elang mengingatkan.
"Panjangnya lima centi di bawah lutut, jadi masih sesuai peraturan," kilah gadis itu yang nasih berusaha mengikatkqn tali sepatunya. Namun tak kunjung bisa.
"Ck! Kau tidak bisa mengikat tali sepatu?" Tebak Elang yang langsung mrmbiat gadis itu terkekeh.
"Aku lebih suka memakai yang model perekat sebenarnya. Tapi peraturan mewajibkan pakai yang bertali! Sepertinya tadi bibik tidak mengikatnya dengan benar," cerita gadis itu yang hanya membuat Elang geleng-geleng kepala.
"Sudah selesai dan sudah aku ikat dua kali agar tak terlepas lagi," lapor Elang yang sudah selesai mengikatkan tali sepatu gadis itu.
"Terima kasih-" Gadis itu memeriksa tanpa pengenal yang tergantung di leher Elang.
"Elang Bharata," ucap gadis itu membaca nama lengkap Elang.
"Elang saja," ujar Elang memberitahu nama panggilannya.
"Arsyiela! Atau kau bisa memanggilku Syiela," ucap gadis itu seraya mengulurtangannya pada Elang sebagai tanda perkenalan.
"Nama yang cantik," puji Elang yang langsung membuat Syiela mengulas senyum.
"Terima kasih!"
"Itu sudah ada panggilan. Ayo!" Ajak Elang selanjutnya seraya menarik tangan Syiela. Dua siswa baru itu segera berlari ke arah lapangan dan bergabung bersama suswa baru lain yang akan mengikuti kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah.
****
"Elang!" Panggil Syiela pada Elang yang baru saja akan mengambil motornya dari tempat parkir sekolah.
"Hai! Mau pulang bareng?" Tawar Elang pada Syiela.
"Tidak! Aku pulang bersama pacar baruku!" Pamer Syiela seraya menarik tangan siswa kelas tiga yang Elang ketahui adalah kapten tim futsal sekolah.
Wow!
Baru beberapa bulan yang lalu Syiela mengenalkan ketua OSIS sebagai pacarnya pada Elang, sekarang gadis itu sudah ganti menggandeng kapten tim futsal.
Selanjutnya siapa yang akan jadi pacar Syiela?
Kapten tim voli? Atau kapten tim basket? Yang pasti bukan Elang yang hingga detik ini tak ada keberanian untuk mengungkapkan perasaannya pada Syiela.
Ya, sebenarnya sudah sejak pertemuan pertamanya dengan Syiela di kegiatan MPLS, Elang menaruh perasaan pada Syiela. Namun saat tahu kalau Syiela ternyata adalah putri dari pemilik yayasan sekolah, Elang mendadak ragu untuk mengungkapkan perasaannya pada Syiela. Belum lagi sikap Syiela yang sangat mudah akrab dengan siapa saja membuat Elang semakin merasa insecure.
Dan hingga detik ini, Elang hanya mampu memendam perasaannya pada Syiela. Elang yang hanya dianggap sebagai sahabat oleh Syiela hingga detik ini juga alasan lain Elang tak pernah berani menyatakan cinta pada Syiela.
Biarlah perasaan Elang pada Syiela, Elang simpan rapat. Toh nanti misalnya mereka berjodoh, akan ada jalannya.
Dan jika pada akhirnya Syiela jatuh ke pelukan pria lain,itu artinya Syiela bukanlah jodoh Elang.
"Ini pacar baruku. Kau sudah kenal, kan?" Ujar Syiela lagi mengenalkan pacar barunya pada Elang.
"Ya! Dia kapten tim futsal sekolah, kan?" Jawab Elang seraya mengulas senyum dan berjabat tangan dengan pacar baru Syiela tersebut.
"Kami pulang duluan, ya! Bye!" Pamit Syiela selanjutnya pada Elang.
"Bye!" Jawab Elang yang balas melambaikan tangan pada Syiela.
"Eh," Syiela berbalik dan kembali menghampiri Elang.
"Mmmm, aku belum mengerjakan peer matematika untuk besok dan sore ini pacarku mengajakku nonton, Elang! Bisakah kau," Syiela sudah menunjukkan puppy eye-nya pada Elang.
"Besok kau bisa menyalin punyaku. Aku akan datang pagi-pagi," janji Elang pada Syiela.
"Yess! Kau memang sahabat terbaikku, Elang!" Syiela menangkup wajah Elang sekilas, sebelum kemudian gadis itu kembali menghampiri pacarnya dan melambaikan tangan pada Elang sekali lagi.
"Bye! Hati-hati!" Seru Elang seraya menahab rasa cemburu yang membuncah di hatinya.
Ya, ya, ya!
Bukankah sejak dulu hanya ini yang bisa Elang lakukan?
Meratapi rasa cemburunya tanpa bisa berbuat apapun.
Mencintai dalam diam sungguh menyakitkan, Elang!
Terlebih jika Syiela hanya menganggapmu sebagai sahabatnya!
Hanya sahabat dan tak lebih!
"Melamun lagi?" Tegur Timmy yang merupakan bartender di kelab malam yang Elang kunjungi. Timmy menyodorkan segelas minuman ke hadapan Elang.
"Hanya sedang memikirkan tentang pekerjaan," jawab Elang beralasan.
"Jadi, sudah berapa banyak uang yang kau kumpulkan sekarang? Kau selalu memikirkan pekerjaan hingga tak pernah sekalipun memikirkan tentang pacar," tanya Timmy selanjutnya seraya terkekeh.
"Aku tak harus memberitahumu jika aku memikirkan tentang pacar. Kau siapa memangnya?" Jawab Elang seraya terkekeh.
"Ya! Aku bukan siapa-siapa! Aku hanya bartender yang sering kau berikan tip," jawab Timmy ikut-ikutan terkekeh. Timmy sudah meninggalkan Elang dan lanjut melayani pelanggan lain. Elang sendiri sesekali akan mengedarkan pandangannya, lalu fokus melihat orang-orang yang tengah berjoget dibatas lantai dansa.
Elang lanjut menyesap minuman yang tadi disajikan oleh Timmy, saat pria itu merasakan ponselnya yang berada di saku celana bergetar.
Ada pesan masuk dari Syiela.
[Kau benar! Bintang pria yang menyenangkan! Pertunangan kami minggu depan!] -Arsyiela-
Elang memejamkan matanya untuk beberapa saat setelah pria itu membaca pesan dari Syiela. Gumpalan pahit seketika langsung memenuhi kerongkongan Elang. Segera Elang menenggak minuman di gelasnya hingga tandas.
"Aaarrghh!" Elang mengerang saat cairan tadibterasa membakar tenggorokannya. Tapu itu lebih baik ketimbang Elang harus menelan ganjalan pahit karena pesan Arsyiela tadi.
Secepat itu Syiela dan Bintang akan bertunangan.
Hhh!
Mungkin Syiela selamanya tak akan pernah tahu perasaan Elang yang begitu dalam kepadanya!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
Elang masih berkutat dengan beberapa berkas di kantor Mahardika's Company, saat telepon internal di atas meja kerjanya berdering.
"Halo!" Sambut Elang yang langsung dengan cepat mengangkat telepon.
"Elang, kau bisa ke ruanganku sebentar? Ada sedikit masalah."
Itu adalah suara Bintang di ujung telepon.
"Ya!" Jawab Elang singkat, sebelum krmudia pria itu beranjak dan krluar dari ruang kerjanya, lalu segera menuju ke ruang kerja Bintang.
Beberapa bulan yang lalu, ruangan itu adalah ruang kerja Elang. Namun kini, semuanya sidah kembali ke pemilik yang seharusnya.
Bintang Mahardika!
Putra kandung dari Papa Frans Mahardika!
Elang yang hanya berstatus sebagai anak pungut, harus legowo untuk pindah ruangan serta menjadi bawahan Bintang. Meskipun beberapa kali Bintang membuat masalah dan Elang yang terpaksa menyelesaikannya.
Ya, sudah biasa!
Bintang belajar bisnis juga hanya dadakan dan Papa Frans selalu berpesan agar Elang tak bosan membantu Bintang.
Tok tok tok!
Elang mengetuk pintu sekadarnya, lalu langsung masuk ke dalam ruangan Bintang.
"Ada masalah apa?" Tanya Elang to the point.
"Aku mengacaukannya!" Lapor Bintang seraya menunjukkan layar monitor pada Elang yang langsung mengernyit.
Elang ingin mengumpat sekarang, tapi Elang harus menahannya agar Bintang tak tersinggung.
"Bagaimana bisa?" Elang langsung dengan cepat menggantikan Bintang duduk di kursi kerja pria itu.
"Maaf!" Ucap Bintang penuh rasa bersalah.
"It's okay! Aku bisa menanganinya!" Jawab Elang seraya memijit pelipisnya dan menarik nafas panjang berulang kali. Papa Frans akan mengamuk jika Elang tak buru-buru membereskannya!
Bintang! Bintang!
Seharusnya pria ini tak duduk di belakang meja direktur begini!
Papa Frans terlalu gegabah memberikan tanggung jawab besar pada Bintang yang bahkan tak tahu apa-apa!
"Halo, Syiela!" Sapaan Bintang pada Syiela via telepon membuyarkan lamunan Elang.
"Kau sudah di kantor? Padahal aku baru saja akan menjemputmu," ucap Bintang yang lagi-lagi membuat konsentrasi Elang sedikit buyar.
Menjemput?
Bintang dan Syiela mau kemana memangnya?
Berkencan?
"Jadi kau sudah dimana?" Pertanyaan Bintang baru selesai, saat pintu ruangan tiba-tiba sudah menjeblak terbuka.
"Hai, aku disini!" Sapa Syiela yang langsung memeluk Bintang dengan hangat. Elang hanya tersenyum kecut menyaksikan adegan tersebut di depan matanya.
"Elang!" Syiela turut menyapa Elang yang masih berkutat menyelesaikan masalah yang dibuat oleh Bintang barusan.
"Hai, Calon pengantin!" Sapa Elang pada Syiela seraya mengulas senyum hangat. Senyum yang sebenarnya Elang paksakan karena hatinya yang kini dipenuhi rasa cemburu.
"Kami baru akan bertunangan, Elang!" Tukas Syiela mengingatkan.
"Tapi setelahnya kalian akan menikah, kan?" Elang mengangkat sevelah alisnya dan seolah sudah tahu.
"Kata Papa begitu!" Bukan Syiela, melainkan Bintang yang menjawab sembari melingkarkan lengannya di pinggang Syiela.
Yeah!
Pasangan yang serasi!
"Kami akan ke toko perhiasan untuk membeli cincin," ujar Syiela selanjutnya seolah sedang memberitahu Elang.
"Syiela, bagaimana kalau ke toko perhiasannya nanti saja? Ada sedikit masalah-"
"Aku bisa membereskannya, Bintang!" Sergah Elang menyela.
"Pergilah bersama Syiela dan selesaikan saja urusan kalian! Masalah ini, biar aku yang menangani," ujar Elang lagi bersungguh-sungguh.
"Kau yakin, Elang?" Tanya Bintang yang masih terlihat ragu.
"Ya! Pergilah!" Jawab Elang sesantai mungkin.
"Lihat! Elang selalu punya solusi dan dia adalah dewa penolong," celetuk Syiela yang kini sudah menggamit lengan Bintang. Dan tentu saja pemandangan tersebut tak lepas dari pandangan Randu yang hanya bisa menahan rasa cemburunya.
"Kau benar!" Jawab Bintang seraya tersenyum.
"Kami pergi dulu, Elang!" Pamit Bintang akhirnya pada Elangmenjabarkqn yang hanya mengangguk dan memaksa untuk tersenyum. Masih sempat Elang lihat bagaimana Bintang dan Syiela yang sudah bergandengan mesra, padahal baru beberapa hari yang lalu mereka bertemu.
Mungkin seperti itu yang dinamakan jodoh!
****
"Syiela!" Panggil Elang yang bergegqs menghampiri Syiela yang terlihat ketakutan.
"Elang!" Syiela langsung menghambur ke pelukan Elang, lalu menangis sesenggukan.
"Aku takut sekali tadi!" Syiela berbicara dengan terbata-bata.
"Tapi aku senang kau langsung datang," ucap Syiela lagi. Elang segera menenangkan gadis di depannya tersebut dan menyeka airmata di wajahnya.
"Kau terluka?" Tanya Elang memastikan dan Syiela langsung menggeleng.
"Aku langsung kabur tadi saat pria brengsek itu memaksaku untuk melakukannya!" Cerita Syiela yang kembali terisak. Pria brengsek yang dimaksud Syiela disini tentu saja adalah pacar brengsek Syiela.
"Bajumu sedikit koyak," ujar Elang setelah memeriksa baju Syiela.
"Pria brengsek itu yang menariknya-"
"Pakai ini!" Elang sudah mekepaskan jaketnya, lalu ganti memakaikannya pada Syiela.
"Ayo aku antar pulang!" Ajak Elang selanjutnya seraya merangkul Syiela.
"Aku tak akan berpacaran lagi dengan para pria brengsek itu!" Tekad Syiela yang terlihat geram.
"Aku sudah mengingatkanmu sejak dulu! Tapi kau selalu saja menggubris mereka dan mau saja diajak jadian."
"Sekarang, setelah kejadian begini baru menyesal," gumam Elang seraya memakaikan helm pada Syiela.
"Ck! Kau sedang menyalahkan aku, begitu?" Rengut Syiela dengan wajah kesal.
"Mana ada! Aku tak menyalahkanmu!" Kilah Elang cepat.
"Sudah, ayo naik dan pulang!" Ajak Elang selanjutnya yang sudah naik ke atas motor dan menyalakan mesin.
"Kenapa kita tak pacaran saja, ya? Kita kan sudah lama dekat!" Cetus Syiela tiba-tiba yang langsung membuat Elang terkekeh.
"Apa kau sedang mencari pelarian sekarang?" Sindir Elang pada Syiela.
"Aku hanya bertanya! Dasar!" Syiela memukul pundak Elang.
"Lagipula, aku juga ogah jadi pacarmu!" Ujar Syiela lagi.
"Kenapa?" Tanya Elang cepat.
"Karena aku lebih suka jadi sahabatmu, agar selamanya kita tak perlu bermusuhan! Kalau kita pacaran, misalnya putus kan nggak mungkin bisa sahabatan lagi!" Jelas Syiela yang langsung membuat Elang tertawa renyah. Elang lalu menarik tangan Syiela agar melingkar di pinggangnya.
"Pegangan! Agar tak terjengkang!" Ujar Elang sebelum pria itu melajukan motornya dan membelah gelapnya malam.
"Elang!" Teguran Papa Frans, sukses menyentak lamunan Elang tentang keakrabannya dengan Syiela beberapa tahun silam.
"Iya, Pa!" Jawab Elang tergagap.
"Kenapa kau duduk disini? Bintang mana?" Cecar Papa Frans yang sudah melihat ke layar monitor di depan Elang.
"Bintang sedang membeli cincin bersama Syiela, Pa!" Jawab Elang saat tangan Papa Frans tiba-tiba menggebrak mejq di depan Elang.
"Apa yang sudah kau lakukan, hah?" Geram Papa Frans saat melihat hal amburadul yang sebenarnya tadi disebabkan oleh Bintang.
Tapi sekarang Elang yang sedang menggantikan Bintang untuk duduk di kursi kebesaran ini! Jadi wajar jika Papa Frans akhirnya marah pada Elang.
"Elang minta maaf, Pa! Elamg sedang memperbaikinya sekarang!" Jawab Elang dengan wajah penuh penyesalan.
Yeah! Seharusnya Bintang yang melakukan semua ini! Kenapa malah jadi Elang?
Ck! Tapi memang sudah nasib Elang yang hanya seorang anak pungut. Sangat berbeda dengan Bintang, si anak emas!
"Cepat perbaiki!" Perintah Papa Frans akhirnya yang hanya membuat Elang mengangguk patuh.
Terima kasih atas kekacauan yang kau buat, Bintang!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!