Fiona keluar dari dalam ruang ganti khusus office girl. Pagi ini ia tidak ada kelas, jadi untuk kerja paruh waktu nya ia lebih memilih menjadi office girl pada saat pagi hari saja dan atasannya juga tidak melarang
Gadis cantik itu ingin mengepel loby, ia masuk kedalam lift dengan membawa ember berisi air beserta kain pel.
Ting..
Brukk...
" Ah.. ma.. maaf." Ujar Fiona
" Cih ganggu saja." Ujar seorang pria dengan menggunakan kemeja, ia langsung memungut Beberapa berkas dan langsung pergi dari sana.
Fiona hanya geleng-geleng, dia yang salah tapi dia juga yang marah-marah 'Dasar aneh'. Gerutu Fiona dalam hati. Ia melihat sekitar lift yang basah karena tumpahan air di embernya, terpaksa ia lebih dulu membersihkan nya sebelum turun ke loby.
Sedangkan pria tadi ia segera pergi ke ruangan sang bos, setelah sampai ia mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan CEO room.
Tok... Tok.. tok..
Setelah terdengar sahutan dari dalam ia pun masuk kedalam ruangan.
Di dalam terlihat seorang pria tampan nan gagah tengah duduk di kursi kebesaran nya dengan wajah datar. Sedangkan di sampingnya berdiri seorang pria yang juga tampan melihatnya dengan datar juga, walaupun pria yang duduk di kursi lebih mengintimidasi.
Dengan perasaan yang campur aduk, pria itu mendekat " Permisi Tuan Detrick. Ini berkas yang anda minta tadi." Ucap pria itu memberikan sebuah map kepada atasannya.
Pria yang di sebut mengambil map itu lalu membukanya. Keningnya mengerut, ia kemudian menghempaskan map itu ke depan wajah bawahannya
" Apa kau bercanda!." Suaranya rendah namun penuh penekanan
Pria yang di lemparkan map gelagapan dan langsung memungut map serta berkas-berkas yang berjatuhan di bawah kakinya. Dengan tangan bergetar ia mengambil salah satu kertas yang basah.
" Ma.. maaf tuan Ta.. tadi ada seorang office girl yang menumpahkan air ke berkas ini." Ia tiba-tiba mengingat seorang wanita yang tadi dia tabrak. Dari pada di pecat disini, lebih baik menyalahkan orang lain. Pikir nya
Dengan wajah dingin Detrick membuka suara " Menyedihkan." Sarkasnya dengan aura yang tiba-tiba menjadi lebih mengintimidasi.
Membuat pria yang sedang di landa ketakutan itu menjadi pucat pasi dengan peluh keringat yang membashi dahinya. Ia semakin menunduk tidak berani menatap sang bos
" Kau menimpahkan kesalahan mu pada orang lain."
Mendengar perkataan dingin yang keluar dari mulut sang bos membuat pria itu menyadari kesalahannya dan langsung berlutut " Ma.. maafkan saya tuan.. Tolong ampuni saya." Bibirnya bergetar, tangannya ia katupkan di dada sembari mulutnya yang terus mengatakan perkataan maaf
Detrick berpangku dengan satu tangannya di lengan kursi sembari menatap bawahannya dengan tatapan datar tanpa iba.
Siapa yang tak mengenal seorang Detrick Reventoon, seorang pengusaha yang membangun Dbr kingdom saat masih muda tanpa bantuan keluarga nya, sampai saat ini dimana Dbr kingdom sudah sangat besar. Ia juga di takuti orang-orang. Sifatnya yang kejam melebihi seorang mafia, siapa pun akan takut dengan nya saat sudah di tandai, dan satu hal lagi ia sama sekali tidak kenal ampun.
Detrick melirik asistennya yang ada di samping. Dan yang di lirik hanya mengangguk, seperti mengetahui apa yang di inginkan bosnya.
" Apa kau ingat dengan office girl yang kau tabrak." Ucap Michael asisten yang terkenal tidak berbeda jauh dengan sang bos. Ia bahkan akan Langsung tahu apa yang di inginkan Detrick hanya dengan lirikan mata
Pria yang sedang berlutut itu semakin menunduk. Ia tidak melihat jelas wanita yang di tabraknya tadi membuat ia semakin di rundung ketakutan " Ma.. maaf pak Michael saya tidak melihatnya dengan jelas."
Michael kembali melirik sang tuan, dan yang dilirik hanya mengangguk. " Bereskan barang-barang mu lalu angkat kaki dari perusahaan ini. Pesangon mu akan kami berikan." Ujar Michael
" A.. apa.. sa..saya mohon jangan lakukan hal itu." Ia sampai bersujud. Dia lebih memilih turun jabatan dari pada di pecat seperti ini, jika hal itu sampai terjadi maka tidak akan ada perusahaan lainnya di luar sana yang akan menerimanya.
Detrick tak mendengarkan permohonan maaf dari pria di depannya ini. Kata-kata maaf sama sekali tak berarti bagi dirinya. Ia juga tidak suka menaruh orang-orang yang tidak kompeten apalagi yang suka berdusta di sisinya.
Sebenarnya hukuman pemecatan masih tergolong bukan apa-apa bagi Detrick Reventoon. Ia cukup paham dengan ketergesaan bawahannya tadi, walau bagaimanapun ia juga yang ceroboh disini. Seandainya Detrick lebih memperhatikan kerjasama ini dan tidak larut dalam pikiran nya mengenai permintaan kedua orang tuanya, hal ini tak akan terjadi.
Dua orang petugas keamanan datang dan menyeret tubuh pria tersebut. Setelah pria tadi pergi, kini tinggallah kedua orang kaku itu
" Michael periksa cctv dan bawa wanita itu kemari. Dan mengenai kerjasama dengan l grub batalkan, berkas nya sudah tidak bisa di pakai." Ujar Detrick tanpa melihat Michael
" Baik tuan." Menunduk. Ia segera ke ruang keamanan untuk mengambil cctv dari kejadian tadi.
Michael tak banyak tanya, apapun yang akan di lakukan sang bos ia hanya perlu mendukung dan menuruti, itulah motto hidup nya.
Tak butuh waktu lama Michael kembali dengan sebuah flashdisk di tangannya. Ia segera memasang flashdisk tersebut ke komputer dan mulai memutar cctv.
Detrick menatap tajam office girl yang ada di cctv. Senyuman licik mengembang dari bibirnya 'Lumayan.'
" Jam makan siang nanti."
" Baik tuan." Ujar Michael yang seperti tahu apa yang di inginkan tuannya. Padahal Detrick hanya mengatakan beberapa kata tapi ia sudah bisa menyimpulkan. Dan sialnya Michael tak pernah salah dalam menyimpulkan.
.........
Jam makan siang tiba, Fiona yang ingin makan siang langsung ke kantin kantor. Namun langkahnya terhenti saat atasannya dan juga Michael datang menemuinya
Rupanya Fiona di panggil CEO perusahaan ini. Tentu Fiona yang tak tahu apa-apa ketar-ketir. Belum pernah ada sejarahnya seorang Ob/Og di panggil oleh CEO langsung. Kalaupun ada pasti saat keluar ia sudah di pecat.
" Ikut saya nona." Ujar Michael dengan tatapan datar
Fiona mengangguk dan mengikuti langkah Michael. Ia mengnal Michael, asisten pribadi seorang Detrick Reventoon. Namun Fiona belum pernah bertemu dengan CEO perusahaan ini.
'apa aku berbuat salah? Tapi apa! Bagaimana ini? Kalau aku di pecat bagaimana dong? Aku masih punya tempat kerja paruh waktu yang lain, tapi gajinya tak seberapa dengan kerja satu hari disini!!?.' batin Fiona. Ia gamang, tak tahu harus apa.
Ting..
Fiona mengikuti Michael masuk kedalam lift. Ia berdiri di belakang Michael. 'dia tidak akan membunuhku 'kan. Tidak.. tidak.. dia tak akan dapat keuntungan dengan membunuh ku. Tapi, dia 'kan memang seperti itu ...' Teriak nya dalam hati.
Ia sering mendengar rumor kalau CEO Dbr kingdom sangat kejam, bahkan jika ada salah seorang karyawan nya yang menabraknya maka hari itu juga ia sudah tak terlihat di perusahaan.
Ting..
Lift terbuka, tapi Fiona masih melamun di dalam dengan menunduk sembari memegang erat tangan nya.
" Nona..."
" Nona.. Fiona..!." Meninggikan suaranya
" Ah! Ma.. maaf." Tersenyum kikuk
" Mari ikuti saya." Fiona mengangguk dan mengikuti langkah Michael
'Tidak! Aku harus bisa keluar dengan selamat! Akan aku lakukan apapun untuk bisa bertahan hidup, bahkan untuk bersujud di kakinya akan aku lakukan!!.' tekadnya sudah bulat
Ya motto hidup seorang Fiona de Edebenderg yaitu akan melakukan apapun demi bisa bertahan hidup, kecuali menjual tubuhnya.
Fiona de Edebenderg, wanita 23 tahun ini hidup hanya dengan mencari uang.. uang.. dan uang.., bahkan ia berkuliah untuk mempersiapkan diri agar bisa ia gunakan untuk mencari uang nantinya.
Seorang anak yatim piatu yang di adopsi oleh salah satu keluarga yang cukup terkenal. Walau begitu, hidupnya tak langsung berubah begitu saja.
Selama ini Fiona harus membiayai hidupnya hanya dengan mengandalkan kerja paruh waktu dan tabungan nya saat ia SMA. Sedangkan biaya kuliah ia tidak terlalu memikirkannya, sebab ia cukup pintar untuk bisa mendapatkan beasiswa.
Keduanya sudah sampai di depan ruangan yang bertuliskan CEO room. Dengan perlahan Michael mengetuk pintu terlebih dahulu, dan terdengar suara berat dari dalam untuk mengizinkan membuka pintu.
Ceklek..
Michael membuka pintu, ia terlebih dahulu berbicara dengan Detrick lalu setelah nya ia pun mempersilahkan Fiona masuk
" Silahkan nona..." Membuka pintu lebar-lebar
Glek...
Dengan memantapkan hati, Fiona melangkah masuk kedalam.
.
.
Saat Fiona masuk kedalam ruangan tersebut, ia dengan jelas melihat seorang pria yang sangat tampan tengah memperhatikannya dengan tatapan datar dan tajam. Sontak Fiona langsung menundukkan kepalanya.
Detrick melirik kearah Michael, dan yang dilirik hanya mengangguk " Kalau begitu saya permisi." Ujar Michael
'eh! Tu.. tunggu dulu.. jangan tinggalkan aku..' teriak Fiona dalam hati. Ia tidak tahu harus berbuat apa di hadapan sang CEO di perusahaan ini. Bukan karena apa! Tapi banyak rumor yang beredar tentang kekejamannya
Fiona menunduk, ia sama sekali tidak mempunyai keberanian untuk menatap pria di depannya.
Detrick meneliti Fiona dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. Gadis mungil yang imut dan manis menurut Detrick. Ia bahkan mengira Fiona masih SMA jika tidak sempat melihat CV nya.
" Fiona De Edebenderg." Detrick membuka suara dengan suara pelan nan basah membuat Fiona yang memang sangat menyukai pria tampan tak bisa menahan diri untuk tidak memuji dari dalam hati.
'bukannya dia terlalu tampan. Ah.. bahkan suaranya sangat seksi. Aku ingin membawanya pulang.' tentu perkataannya ini hanya dapat ia katakan dalam hati
" Sa.. saya tuan." Jawab Fiona, ia tetap menunduk
" Apa kau tahu kesalahan mu." Perkataan Detrick mampu membuat Fiona membeku dan langsung membungkuk
" Ma.. maafkan saya tuan." Ujar nya dengan membungkuk sejajar. 'mana aku tahu apa kesalanku.' pekiknya dalam hati. Tapi, agar ia tetap bisa bertahan hidup. Fiona harus melakukan apa saja.
Ia mengingat perkataan seniornya saat Fiona di panggil tadi. "Hal pertama yang kamu lakukan saat berhadapan dengan tuan Detrick adalah meminta maaf terlebih dahulu. Siapapun yang salah, bahkan jika kamu tidak tau apa kesalahan mu, meninta maaflah." Perkataan seniornya itu akan selalu ia ingat dan simpan
" Memang nya apa kesalahan mu?." Detrick bertanya, ia juga heran kenapa tiba-tiba wanita di depannya ini langsung minta maaf padahal Detrick bahkan belum mengatakan kesalahan nya.
Tapi pertanyaan Detrick di salah artikan oleh Fiona. Dengan otak kecilnya, ia mengira Detrick sengaja memancingnya agar mengakui kesalahannya.
'mana aku tau apa kesalahan ku.' ingin sekali rasanya ia berteriak seperti itu. " Maaf.. tuan." Ya, ajaran seniornya kini melekat dengan erat dalam dirinya
Detrick semakin di buat bingung " Sudahlah angkat kepala mu." Ujarnya dengan nada datar
Perlahan Fiona mengangkat badannya. Namun ia sama sekali tidak mempunyai keberanian untuk menatap pria di depannya ini. Walaupun sangat Tampan 'Ahh aku harus merelakan waktu berharga ini. Seandainya aku bisa menatapnya sedikit saja'
" Apa kau ingat dengan pria yang menabrak mu tadi pagi."
Fiona sedikit berfikir, ia lalu mengangguk " Iya tuan." Jawabnya. Ia mengingat apa yang terjadi tadi pagi. 'tapi, apa hubungannya?. Tunggu...' ia menjeda dan kembali berpikir. 'astaga... Aku ingat ada salah satu kertas yang basah. Mampus pasti gara-gara itu aku di panggil.' ia bahkan sampai menepuk jidatnya
" Oh.. sepertinya kau sudah ingat apa kesalahan mu."
" Maa.. maafkan saya tuan." Sungguh hanya itu yang ia bisa katakan
" Memangnya dengan meminta maaf semuanya akan selesai?! Gara-gara kecerobohan mu, kerja sama yang telah terjalin harus di batalkan. Kompensasi dan kerugian yang harus di bayar perusahaan juga sangat banyak." Ucap Detrick dengan nada rendah namun penuh penekanan.
Padahal ia berdusta. Detrick lah yang sengaja membatalkan kerja samanya, karena kertas kontraknya juga sudah basah dan ia juga terlalu malas untuk melakukan kerja sama ini. Tapi, ada satu tujuan yang ingin ia dapatkan sekarang dari wanita di depannya ini.
Brukk..
Fioan ambruk, ia langsung berlutut dengan menengadahkan tangan di depan dada. Ia sangat tahu berapa kerugian yang harus di tanggung oleh perusahaan besar ini.
" Ma.. maafkan saya tuan. Maaf."
Detrick menatap rendah Fiona yang langsung berlutut seperti itu, menggambarkan tak ada harga dirinya sama sekali. Dan Detrick sangat amat tidak suka dengan hal seperti itu.
Apakah harga diri tak berarti baginya?
'apa aku ganti saja' batinnya kembali berfikir. Ia jadi ragu saat melihat mental wanita di depannya ini yang terlalu lemah, menurut dia. Tapi ia sudah terlanjur memanggil wanita ini, jadi mau bagaimana pun tetap ia harus lanjut
" Ma.. maaf tuan, saya akan membayarnya. Ta.. tapi mungkin saya butuh waktu untuk itu, dan apa bisa saya membayarnya dengan cara mencicil?." Tanya Fiona. Ia tidak menyangka gara-gara kejadian tadi pagi ia harus terjebak dengan semua ini.
" Memangnya kau tahu berapa harga yang harus di bayar?."
Fiona kembali diam, ia sangat tahu kalau dengan menjual ginjalnya saja itu tidak akan cukup, tapi ia tetap harus hidup " Ma.. maafkan saya tuan." Hanya itu yang ia bisa katakan
" Baiklah aku tidak akan menyebutkan nominalnya. Tapi, hanya dengan menjual salah satu ginjal mu saja itu masih seujung kuku untuk melunasinya." Seperti mengetahui isi pikiran gadis di depannya
Sontak perkataan Detrick membuat Fiona sangat terkejut, ia bahkan langsung mendongak melihat Detrick dengan wajah tak percaya. Apa-apaan! Padahal harga sebuah organ sangat besar. Jika hal itu masih seujung kuku, sebenarnya sebesar apa utang yang tiba-tiba menimpa dirinya. 'Mati aku.' kembali menunduk
'tidak! Bagaimana pun aku harus bisa tetap hidup!.' tekadnya sudah bulat. Ia kembali melihat sang bos, namun nyalinya langsung menciut hanya dengan menatap mata elang itu 'Aku masih belum membuat surat wasiat sialan!!' pekik Fiona dalam hati
" Saya akan melakukan apapun untuk bisa membayarnya." Perkataan itu spontan keluar begitu saja
Detrik tersenyum tipis, sangat tipis hingga tak Fiona tak menyadarinya. Hal inilah yang sedari tadi Detrick ingin dengar. " Bagaimana dengan tubuhmu." Ucapan itu sontak membuat Fiona yang sedari tadi menatap Detrick dengan tatapan memelas langsung berubah datar.
" Maafkan saya. Saya akan melakukan apapun tapi tidak dengan menjual tubuh saya." Ucap Fiona cepat dengan datar. Bahkan Fiona langsung kembali berdiri
Tentu perubahan ini membuat Detrick terkejut tapi ia masih bisa menunjukkan wajah datar nan dingin. " Tenang saja aku tidak tertarik dengan tubuhmu." Seperti tidak pernah mengatakan hal yang pertama tadi
Fiona langsung bernafas lega dan kembali menatap sang bos dengan tatapan memelas.
'gadis aneh.'
" Aku akan membuat kesepakatan Dengan mu. Tidak perlu pakai surat kontrak, cukup dengan kesepakatan lisan. Jadi, ingat dengan baik-baik!." Tanpa bertanya lebih Fiona hanya mengangguk cepat. Jika hal ini memang bisa membuat ia terbebas maka akan dia lakukan
" Jadilah pelayanku. Mengatur semua kebutuhan ku dari pagi hingga aku ingin tidur. Kau harus siap sedia 24 jam saat aku membutuhkan mu. Tinggal di mansion ku, dan yang paling penting Perkataan ku adalah mutlak." Jelas Detrick tanpa jeda membuat Fiona harus mencernanya satu persatu
" Tu.. tunggu dulu tuan. Maksudnya saya harus jadi pelayan anda? Dan tinggal di mansion anda? Tapi, Bagaimana Dengan orang tua saya?."
Detrik tersenyum miring " Orang tua? Kau benar-benar menganggap mereka orang tua mu?." Perkataan sarkas itu membuat Fiona terdiam
'dia sudah menyelidiki ku.' Fiona tak bisa membantah lagi.
" Tenang saja kau hanya harus ada di mansion ku. Aku memberimu waktu 3 hari untuk berkemas dan menyampaikan salam perpisahan dengan orang-orang terdekat mu."
" A.. apa.. sa.. salam perpisahan." Gumam Fiona 'apa aku benar-benar akan mati begitu saja. Huaaa aku tidak mau.'
" Kenapa?."
" Ti.. tidak tuan.. ta..__." Fiona menghentikan perkataan nya saat Detrick mengangkat satu tangannya.
" Kalau ada pertanyaan tanyakan saja dengan Michael."
" Ta.. tapi.."
" Ini bukan penawaran."
Akhirnya Fiona hanya mengangguk. " Aku tunggu kedatangan mu di mansion lusa nanti." Lanjutnya
" Eh! Bukannya saya di beri waktu 3 hari yah tuan. Kenapa jadi Lusa?."
" Hmm?." Menatap Fiona dengan tajam
Sontak Fiona langsung menunduk " I.. iya lu.. lusa. Pasti telinga saya yang salah dengar. Kalau begitu saya permisi tuan." Ucapnya dengan menunduk
Detrik hanya berdehem. Setelah itu Fiona pun keluar.
Saat di luar ia melihat Michael yang sepertinya dari tadi memang tidak berpindah tempat dari depan pintu. " Tu.. tuan.."
" Ada yang bisa saya bantu nona?."
" I.. itu, kata tuan Detrick saya harus bertanya lebih pada anda."
Michael mengangguk " jika memang itu yang di katakan tuan Detrick, maka itu benar." Ucapnya dengan wajah datar
'what! Jadi kamu tidak yakin toh...' ah rasanya ia ingin berteriak. " Hmm apa saya boleh meminta alamat mansion tuan Detrick?."
" Tenang saja nanti saya akan mengirimkan nya lewat email. Anda tunggu saja." Fiona mengangguk. Ia tidak ingin bertanya lebih
Dan percakapan canggung dan kaku selesai.
.
.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, like, komen dan votenya 😘 banyakin hadiah nya juga biar othor tambah semangat nulis nya ✌️
Setelah makan siang yang menguras pikiran dan mental akhirnya Fiona bisa pulang. Siang ini ia ada kelas, jadi setelah dari perusahaan ia langsung ke kampus
Fiona menunggu bus di halte. Huhhh ia menghela nafas. " Hidup ku huaaaa." berteriak, Fiona sama sekali tidak menghiraukan sekitarnya yang melihatnya dengan tatapan aneh
Ia merogoh ponsel di dalam tas, lalu menelpon sang kekasih. Hanya itu yang membuat nya tenang. Kekasihnya yang hangat dan juga lembut, selalu memberikan semangat untuk nya.
Tut.. Tut.. tut..
Satu panggilannya tidak terjawab " Akhir-akhir ini Geo sangat sibuk." Ucapnya dengan nada lesu. Ia kembali mencoba
Tiga kali bunyi akhirnya yang di seberang mengangkat. Senyum Fiona langsung mengembang. " Ha.."
" Aku sedang sibuk. Aku tutup dulu ahk.." ujar di seberang dan langsung menutupnya
Fiona membeku ia menatap ponselnya. " Apa kamu sangat sibuk sampai-sampai memutuskan nya sepihak." Ia menatap nanar ponselnya
" Tunggu.. tadi aku mendengar ia mengerang? Apa terjadi sesuatu dengan Geo? Ah.. semoga saja tidak ada. Aku yakin dia memang hanya sibuk." Masih berpikir positif.
Fiona memutuskan untuk mengirim pesan pada sang kekasih, berharap agar saat ia memeriksa nya nanti sudah ada balasan yang datang.
Hingga bus yang ia tunggu-tunggu pun datang. Fiona menaruh ponsel di dalam tas dan naik ke atas bus.
Sesampainya di kampus, Fiona yang memang tidak memiliki teman semasa kuliah gara-gara adik angkatnya, membuat Fiona hanya sendiri. Bahkan tempat duduknya paling pojok. Walau begitu, ia tetap menjadi mahasiswi yang pintar dan layak mendapatkan beasiswa.
Fiona duduk di bangkunya. Ia menggunakan handset lalu membaca buku. " ah.. sialan kenapa dosennya harus tidak masuk sih." Gerutu nya dengan menggumam
Setelah mereka hanya di beri tugas, Fiona memutuskan untuk pulang lebih dulu untuk mengistirahatkan tubuh.
.........
Sesampainya di rumah, ia menatap rumah besar itu dengan helaan nafas yang panjang. Ia masuk kedalam rumah.
Setelah kedua orang tua Fiona meninggal, ia di adopsi oleh keluarga Eren. Keluarga yang cukup terkenal dengan beberapa bisnis restoran nya. Walau seperti itu, bukan berarti kehidupan Fiona berubah, ia tetap mencari uang sendiri.
Fiona di adopsi saat berumur 3 tahun, yang ia tahu ia di adopsi untuk memancing agar nyonya Eren bisa mengandung dan melahirkan anak perempuan.
" Memangnya ikan di pancing!."
Fiona sama sekali tidak di perlakukan sebagai keluarga, yang memperlakukan nya seperti itu hanya anak sulung laki-laki dari keluarga Eren, namun sekarang ia sedang menjalankan bisnis di luar negeri membuat Fiona benar-benar di jadikan seorang pembantu di rumah besar ini.
Bahkan nama keluarga Eren sama sekali tidak melekat pada namanya. Tapi banyak orang yang mengira Fiona mempunyai nama belakang keluarga Eren. Fiona de E, terkadang hanya seperti itu yang di perlihatkan. Padahal E di belakang itu berarti Edebenderg bukannya Eren.
Fiona masih bertahan di rumah ini bukan karena ia takut pada keluarga nya, ia melakukan itu sebab tidak ingin mengeluarkan uang lebih hanya untuk tempat tinggal
" Jika bisa gratis kenapa harus cari yang berbayar."
Kamar Fiona berada di bagian atap. Untuk naik ke atas ia harus melewati kamar majikan berkedok adiknya.
Dengan hati-hati Fiona melewati kamar sang adik.
" Ah... Ah..."
Fiona memegang kepalanya saat mendengar desahaan dari dalam kamar sang adik. " Astaga baru berumur 19 tahun tapi sudah jadi maniak ****." Gerutu nya. Suara desahann-desahann seperti ini sudah tidak asing lagi ia dengar.
Ia mencoba untuk tidak terlalu memusingkan nya sampai.
" Ah.. Geo.. faster.. ah.. " suara itu mampu membuat Fiona membatu di tempat.
Geo? Apa mungkin Geo sang kekasih? " Tidak! Aku yakin itu Geo yang lain." Menggeleng 'kan kepala kuat
" Erin euhh ahh.. ini nikmat.. ah.. "
Fiona kembali membatu mendengar suara itu. Iyya, dia sangat mengenal suara itu. Suara yang selalu menenangkan nya, suara yang lembut dan hangat yang selalu ia dengar tapi sekarang suaranya menjadi menijikan di telinga Fiona.
Dengan perlahan Fiona mendekat ke pintu, dan kebetulan pintu kamar sang adik sedikit terbuka. Fiona pun memutuskan untuk mengintip
Jeder...
Bagai di sambar petir, tangannya bergetar. Fiona menutup mulutnya, matanya membola melihat live action didepannya.
Dia melihat kekasihnya berhubungan intim dengan adik angkatnya. Bukan hanya itu, terlihat kekasihnya yang sangat menikmati hal itu.
Fiona mengepal kuat " Kamu harus kuat Fio! Jangan goyah." Ia mengambil ponsel lalu memotret hal yang terjadi di dalam sana, bahkan ia juga merekamnya.
Setelah mendapatkan cukup bukti Fiona pun berlalu masuk kedalam kamarnya. Dengan perlahan ia menutup pintu kamar.
Fiona bersandar di belakang pintu dengan menunduk. " Hiks.. kenapa?.. kenapa?.. padahal aku kira tidak akan sakit. Kenapa..." Menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Fiona menumpahkan kesedihan nya. Setelah itu ia mengusap kasar air matanya, lalu mendongak dan memandang langit-langit kamar.
" Yosh... Semuanya sudah berlalu! Ayo semangat Fio.." mengangkat tinggi-tinggi kedua tangan yang mengepal. Matanya sedikit merah dengan hidung yang juga ikut memerah.
Fiona kembali melihat ponselnya " Akan aku cetak foto ini dan melemparnya di wajah menjijikkan pria sialan itu. Yah akulah antagonis nya." Pekik Fiona lalu masuk kedalam kamar mandi.
Sakit? Jujur itu sakit. Tapi, Fiona mempunyai prinsip lain dalam bertahan hidup yaitu tidak pernah memberikan harapannya 100 persen kepada semua manusia, walau itu kekasihnya sekalipun.
Manusia adalah tempat kekecewaan. Sekali saja kamu percaya atau berharap pada seorang manusia, maka kekecewaan yang akan menanti. Itulah salah satu filosofi hidup Fiona.
Karena itu ia tidak terlalu sakit hati dengan pengkhianatan yang di lakukan kekasihnya. Ia menangis tadi sebab sudah hampir satu tahun ia dan sang kekasih menjalin kasih, tapi tiba-tiba cuman pengkhianatan yang di berikan padanya. Sungguh menyesakkan.
Ke esokan harinya
Pagi-pagi sekali Fiona sudah bangun dan menuju ke kampus. Ia muak harus bertemu dengan majikan berkedok keluarganya.
Ia biasanya selalu di suruh-suruh layaknya seorang pembantu, yah walaupun ia juga tidak mempermasalahkan nya. Selama ini Fiona selalu menganggap keluarga palsunya ini dengan majikan yang memberikan tempat tinggal.
Yang pasti Fiona tak akan terima jika di berikan kekerasan fisik. Walau saat ia masih kecil hal itu sudah biasa baginya, tapi sekarang ia sudah dewasa dan bisa melindungi dirinya sendiri.
Fiona naik ke atas bus pagi. Ia kembali menatap fotoscop dari live action yang di lihatnya kemarin.
" Dasar Erin putri Eren. Hahh untunglah namaku tidak di ganti. Nanti jadi Fiona putri Eren hoeek.. jijik." Ia memandang jijik dengan foto yang dia pegang.
Erin putri Eren adalah nama adik angkatnya, ia benar-benar merasa aneh dengan nama sang adik. " Tunggu, tapi nama kak Enhart 'kan. Enhart Putra Eren pffhhh." Ia jadi ingin ketawa mengingat nama Kakak angkat nya yang juga aneh. Kakak angkat nya yang selalu berpihak padanya, dan selalu menyayangi nya.
Selama ini Enhart selalu berkirim pesan dengan Fiona. Tapi, sekali lagi Fiona tak pernah berharap lebih pada sang kakak.
Hari ini Fiona ada kelas pagi. Sebelum ia masuk, Fiona terlebih dahulu ke bar tempat nya bekerja untuk menaruh beberapa barang. Bar yang di maksud hanyalah bar biasa yang menyiapkan alkohol tanpa ada musik atau panggung.
Bar ini adalah salah satu bar bergaya klasik Eropa. Setelah menaruh beberapa barang nya, Fiona pun ke kampus, untuk kuliah dan salah satunya ia ingin membuat drama dengan sang kekasih yang benar-benar ingin ia hapus perasaannya.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!