Pintu terbuka dengan cukup lebar, seseorang tampak langsung mematung dengan apa yang ada di depan matanya. “Apa ini?” gumamnya pelan, dunianya terasa berputar. Tidak, ini semua pasti mimpi.
Dua orang yang sedang berada di atas sofa itu langsung menoleh, bola mata King langsung membulat dan dengan cepat mendorong tubuh sekertarisnya. Dia dengan cepat berdiri dan merapikan dua kancing paling atas yang terbuka. “Sayang, jangan salah paham, ini semua tidak seperti yang kau pikirkan,” ucapnya dengan nada yang masih berusaha tenang.
Namun, hati seorang istri mana yang tidak sakit dengan pemandangan seperti itu, pakaian yang tidak rapi, posisi yang tidak menyenangkan untuk dilihat, apa lagi yang harus membuatnya untuk tidak salah paham? Queen menggelengkan kepalanya pelan, dia butuh waktu untuk berpikir jernih. “Jangan jelaskan apapun, aku membutuhkan waktu,” gumamnya pelan lalu berbalik menuju lift. Rupanya ini adalah jawaban dari semua perubahan sikap King pada keluarga kecil mereka.
**
Siapa yang tidak menginginkan sebuah pernikahan impian? Memiliki keluarga harmonis yang selalu membuat nyaman di dalam rumah, dipenuhi rasa kasih sayang dan ketentraman. Namun semua pernikahan memiliki ujiannya tersendiri, entah itu dari segi ekonomi, keluarga dari salah satu pihak, keturunan dan pasangan. Pasangan? Ya, pasangan, contohnya adalah orang ketiga, kita tidak tahu jika cinta akan diuji oleh adanya orang baru.
Apa kalian masih ingat keluarga Charles, pasangan Queen dan King yang selalu bertengkar layaknya Tom and Jerry namun berakhir menjadi pasangan yang saling mencintai satu sama lain. Mereka sudah menikah selama 8 tahun dan kini dari pernikahan tersebut sudah terasa lengkap dengan 2 anak kecil lucu bernama Chloe Charles yang berusia 7 tahun dan Matthew Max Charles, biasa dipanggil Max yang berusia 5 tahun.
“Sayang,” panggil seorang pria dengan kemeja yang sudah di lengkapi dasi, dia memeluk Queen dengan begitu manja dari belakang. “Apa sudah selesai? Aku merindukan mu,” bisiknya tepat di telinga Queen.
Queen yang mendengar itu hanya bisa tertawa kecil, dia menggelengkan kepalanya pelan dan mamatikan kompor. “Bantu aku menyiapkan makanan sayang, aku yakin Chloe dan Ben sudah turun,” ucap Queen lalu berbalik menghadap King yang sedang berwajah cemberut.
“Aku benci pulang larut, kau selalu sudah tidur, sepertinya kita memerlukan waktu berdua sayang,” ucap King terdengar begitu manja, bahkan lebih manja dari anak mereka yang paling kecil! Saat wajah King akan mendekat, mata Queen menangkap Chloe yang sudah rapi dengan seragamnya di pintu dapur membuat dengan cepat Queen menjauhkan wajahnya dan menahan wajah King dengan tangannya.
Saat melihat King yang akan protes, Queen hanya tersenyum dan melepaskan pelukan King dengan mata yang seakan memberi kode jika anak mereka sedang ada di sini.
“Hai sayang, kau sudah cantik, di mana Max?” tanya Queen dengan nada lembut seperti biasa. Walaupun dulunya dia cukup galak, tetapi dia tidak ingin anak-anaknya merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang Mommy galak seperti yang dia rasakan. Bahkan kini Arabella masih di bilang cukup tegas pada anak Queen yang menjadi cucunya sendiri.
“Aku belum melihat dia, Mom. Mungkin Nanny sedang membangunkannya.”
Pandangan Chloe berpindah pada King. “Dad, aku ingin kau datang pada acara pertunjukkan ku minggu ini, apakah bisa?” tanya Chloe dengan nada anak kecil yang serius. Oh, sungguh cetakan Queen saat kecil dulu. Sedangkan Max, dia sosok yang ceria dan jahil, tentu saja seperti King saat masa kecil.
King menganggukkan kepalanya, dia berjalan kearah Chloe dan berlutut menatap wajah cantik yang mungil itu. “Tentu saja sayang, Daddy akan datang.”
“Kau mengatakan ini juga bulan lalu Dad, tapi pada kenyataannya hanya Mommy yang datang,” ucapnya mengingatkan membuat King dan Queen saling menatap satu sama lain. Queen mengangkat bahunya sebagai tanda dia tidak bisa membantu apapun.
King kembali menatap Chloe dengan senyum yang lebih lebar. “Untuk kali ini Dad berjanji dengan benar sayang,” ucap King membuat senyum pada wajah tanpa ekspresi itu mengambang.
“Baiklah, aku memegang janji mu Dad, aku akan menyanyikan lagu ini untuk mu,” ucapnya cukup riang.
“Wow, lagu apa itu? Apakah aku akan menyukainya?” tanya King dengan wajah yang seolah tak yakin, namun semua itu hanyalah bercanda.
“Tentu saja, kau akan tahu jika minggu ini datang," kekehnya pelan.
King memasuki ruangan kerjanya, dia langsung membuka laptop dan tersenyum pada sebuah foto keluarga kecil yang selalu menjadi penyemangat kerjanya selama ini. "Sepertinya pagi ini jauh lebih baik dari pagi kemarin Sir," ucap Sam yang baru saja membuka pintu ruangan King dengan wajah datarnya. Sejak lulus, King langsung mengajak Sam untuk bekerja di perusahaan milik Daddy nya, dia cukup yakin jika Sam bisa di andalkan untuk berkerja cepat.
"Karena hari ini aku tidak akan mengijinkan mu memberikan pekerjaan yang banyak padaku Sam. Aku ingin makan malam romantis dengan istri ku dan aku tidak ingin ada gangguan sedikit pun," ucap King dengan tegas.
Sam hanya mengangguk pelan dan memberikan berkas yang ada di tangannya. "Baiklah, aku mengerti Queen sangat merindukan mu, untuk hari ini biar aku saja yang lembur, aku membebaskan mu," ucap Sam kemudian.
King berdecak pelan, dia menoleh kearah Sam dengan alis yang bertaut. "8 tahun bekerja dengan mu membuat ku sedikit bingung Sam, sebenarnya kau atau aku yang boss di sini," gumam King lalu kembali menoleh pada berkas yang baru saja diberikan Sam.
"Itu hanya perasaan mu saja King, aku hanya mengikuti Daddy mu agar sedikit tegas pada mu, kau ingat 5 tahun yang lalu? oh tidak, 4 tahun yang lalu. Sebentar, aku lupa kapan tepatnya, saat Max berusia 1 tahun, kau datang selalu di atas jam makan siang, kau pulang lebih awal dengan alasan Max terlalu menggemaskan untuk di tinggalkan. Kau 2 kali tidak menghadiri rapat penting yang membuat perusahaan ini gagal mendapatkan proyek dengan artis populer sebesar ratusan ribu dollar dan—"
"Sudah cukup Sam, jangan mengingatkan hal itu. Aku harus kembali bekerja, kau bisa kembali keruangan mu," ucap King pada akhirnya, terlalu banyak kesalahan yang dia buat dan sepertinya dalam perdebatan pun dia tidak bisa mengajukan pembelaan sedikit pun.
Sam menghembuskan nafasnya pelan, dia pun berbalik dan hendak pergi meninggalkan King. Namun, langkahnya berhenti dan berbalik menghadap King. Raut wajahnya tampak ragu untuk mengatakan sesuatu, dia memejamkan matanya pelan lalu menggelengkan kepalanya jika ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan tentang dirinya. "Jam 2 ada perwakilan agensi besar dari Korea Selatan," ucap Sam.
King mengangguk. "Ya, aku ingat," jawab King acuh sambil fokus pada tulisan yang ada pada kertas di tangannya.
Sam pun menatap King seakan sedih, dia berbalik dan keluar dari ruangan King. Hatinya cukup ragu untuk mengatakan jika Sam harus mulai bekerja di perusahaan Pamannya yang ada di Kanada, dia tidak bisa menolak keinginan keluarganya di sana, tetapi hatinya tidak siap meninggalkan perusahaan yang di dalamnya terdapat orang-orang sudah dia anggap sebagai saudara sendiri, dia tidak yakin apakah sekertaris King yang baru nantinya akan siap dengan sikap King yang terkadang menyebalkan, sulit diatur dan seenaknya. 'Sampai kapan kau akan mengurusi perusahaan orang lain? lebih baik kau mulai bekerja di perusahan keluarga Sam, Mom mengkhawatirkan mu di sini, kau terlalu sibuk bekerja sampai tidak bisa mencari pasangan hidup mu, orang-orang sudah memiliki menantu dan cucu, Mom sangat iri dengan itu Sam.' ucapan orangtunya kembali memenuhi kepala Sam, dia cukup bingung dengan langkah yang harus dia ambil. Dia sudah nyaman dan tidak tahu harus bercerita kepada siapa.
Seperginya Sam, senyum King mengembang dan melirik ke arah foto keluarga kecilnya. Dia menjadi ingat saat Queen baru melahirkan Max, dia sangat menggemaskan dan setiap bekerja pun King selalu meminta foto terbaru Max pada Queen, tidak hanya Max, saat kelahiran Chloe pun King bersikap seperti itu, menurut King bayi berusia sampai 0-2 tahun sangat menggemaskan, cara bicara yang tak jelas membuat King ingin merekamnya dan mendengarkannya terus menerus.
Contohnya seperti saat itu, saat Max masih berusia 1 tahun. King menghampiri dua anak kecil yang sedang bermain di halaman belakang. "Hallo sayang ku, Mom sedang sibuk memasak, biar Daddy yang memandikan mu hari ini," ucap King pada Chloe kecil berusia 3 tahun. Sedari kecil Chloe memang tidak pernah tersenyum jika sedang tidak bahagia, wajahnya tampak fokus pada beberapa balok plastik yang sedang dia mainkan.
"Tidak mau Dad, aku masih ingin bermain," tolaknya seperti biasa.
"Kau bisa meneruskannya nanti, sekarang kau harus mandi Chloe, Abuelos sebentar lagi sampai," bujuk King. Di Mexico nenek dan kakek sering disebut Abuelos, sedangkan pemanggilan kakek adalah Abuelo dan pemanggilan nenek adalah Abuela.
Kali ini Chloe tidak menjawab ucapan King, dia hanya mendapatkan gelengan kepala dari anak perempuannya itu. "Daaaaaa," teriakan kecil dari samping membuat King menoleh dan melihat Max yang sedang sibuk bermain bola plastiknya.
"Lihat Chloe, adik mu di sini sekarang, beri contoh yang baik untuk Max, kau harus mandi oke," ucap King yang masih cukup sabar. Nanny yang biasa menjaga Chloe dan Max tadi malam izin untuk pulang dan akan kembali lagi besok pagi, bagi King dia cukup baik dan sabar dalam menghadapi anak-anaknya.
"Aku akan mandi jika Mom yang memandikan ku," jawab Chloe pelan sambil dengan hati-hati menyimpan balok plastik pada bangunan abstrak yang sedang dia buat.
King menarik nafasnya dalam, dia menoleh pada Queen yang sedang memasak di dapur. Untuk rumah mereka yang menghadap ke halaman belakang memiliki dinding kaca yang bisa memantau kapan saja ke arah halaman belakang yang sudah di desain indah dan cukup aman untuk anak-anak bermain. "Lihat, Mom sedang memasak Chloe. Ayo dengan Daddy saja," ucap King yang kali ini benar-benar tidak dihiraukan oleh Chloe. Dia tetap melanjutkan kegiatannya dan mengabaikan King yang tampak memohon. "Baiklah, kalau begitu Daddy akan memandikan Max saja," lanjut King yang langsung menghadap ke arah Max.
"Daaa Daaa Daaa," gumam Max sambil memainkan bola-bola kecil di hadapannya. King tersenyum pelan, kali ini dia harus berhasil membujuk anaknya.
"Ayo sayang kita mandi, Max sayang Daddy?" tanya King sambil memeluk Max lalu berdiri dan Max yang tidak mengerti apapun hanya tertawa dengan girang saat King menggendongnya membuat King ikut tertawa dan masuk ke dalam rumah meninggalkan Chloe yang masih sibuk seorang diri.
Queen yang sedari tadi memperhatikan menggelengkan kepalanya pelan. "Gagal membujuk Chloe lagi?" tanya Queen.
"Aku menyerah sayang, kau yang bisa mengendalikannya," ucap King.
Kembali pada masa sekarang, senyum King mengembang mengingat masa-masa hangat seperti dulu, kini semuanya berbeda, saat King di tetapkan sebagai CEO semua tugas seakan dilimpahkan kepadanya, tidak ada waktu untuk bersantai seperti dulu. Hal yang paling membuat King sedih jika ada rapat yang diadakan lokasinya jauh dan membuatnya harus berangkat pagi sekali, dimana dia belum melihat anak-anak dan saat pulang anak-anak sudah tertidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!