Di sebuah hotel milik keluarga Adha nampak sedang ramai sekali. Hari ini pernikahan Aya Shopia Arkarna menikah dengan pujaan hatinya bernama Daren.
Aya mengenal Daren semenjak bangku kuliah. Aya sangat mencintai Daren sehingga dia tidak bisa lepas dari Daren. Aya bahkan menolak ketika di jodohkan dengan Azzam anak sahabat mamanya om Alan.
Hari ini dia menikah di hotel milik keluarga Azzam. Mereka memang terbiasa menikah di hotel mewah milih keluarga Adha. Selain memang terkenal dengan fasilitas lengkap yang di sajikan oleh hotel, mereka juga di berikan diskon oleh pemiliknya sendiri. Hubungan mereka sudah seperti keluarga sejak dulu.
Aya nampak cantik menunggu di kamar hotel yang telah di sediakan. Dia sangat bahagia sekali akhirnya kedua orang tuanya menyetujui pernikahannya dan sang pacar.
Di dalam kamar juga nampak sang sahabat Aya yaitu Shena. Mereka berteman sejak masa SMA. Shena sebenarnya kurang menyukai Daren. Akan tetapi temannya begitu menyukai sang pacar sehingga tidak menerima penjelasan apapun tentang Daren.
"Akhirnya kamu menikah juga." ucap Shena duduk di kursi yang ada di sebelah kanan Aya.
"Kamu segera menyusul ya." jawab Aya sambil tersenyum.
"Jika sudah bertemu dengan jodohnya."
"Ada kok yang gagah jika kamu mau aku kenalkan."
"Siapa?"
"Ada Gala anaknya uncle Amar, atau kamu sama Azzam aja gimana?"
"Azzam? kamu aja nolak kenapa kasih ke aku?"
"Aku sama dia tuh sering bersama, jadi rasanya aneh jika harus menikah."
"Tapi dia sangat mencintai kamu, mana mau dia bersama aku."
"Ih sudah minder duluan, mau coba nggak?"
"Nggak ah, aku takut patah hati terlalu dalam."
"Belum apa-apa sudah patah hati."
"Lebih baik mencegah daripada mengobati."
"Macam slogan obat aja."
"Eh mana Daren, kenapa belum muncul juga?" tanya Shena melihat jam di tangannya.
"Iya ya, kenapa dia belum sampai juga."
"Gih sana kamu telepon, apa jangan-jangan dia kabur."ucap Shena dengan asal ceplos.
"Hus mulutmu." ucap Aya sambil memukul lengan Shena dengan pelan.
"Mana tau aja dia berpaling, sudah menemukan wanita yang lebih kaya." Shena mengusap lengannya bekas pukulan Aya.
"Kamu ini nggak pernah berubah, selalu curiga sama Daren, kami berdua sudah lama berpacaran, aku sangat tahu karakter Daren, maka jangan sesekali kamu menjelekkan dia lagi, aku tidak mau mendengar hal yang seperti tadi terucap lagi di mulutmu." ucap Aya agak kesal.
"Ya sudah maaf, semoga aku memang salah paham saja." jawab Shena tidak mau berdebat dengan sahabatnya di hari bahagia wanita itu.
Aya mencoba menelpon Daren tapi tidak satupun panggilan dijawabnya. Aya agak kesal Kenapa Daren tidak menjawab panggilan teleponnya. Dia juga mengirimkan pesan kepada lelaki itu.
Ting
"Maaf aku tidak bisa menikahi kamu, aku sudah punya wanita lain yang lebih dari kamu, saat ini dia sedang hamil anak kami."
Aya sangat kaget membaca pesan yang dikirim oleh Daren.Dia tidak percaya apa yang terjadi dengan peristiwa ini. Apalagi jika lelaki itu berselingkuh darinya selama ini.
Shena melihat Aya syok ketika membaca pesan yang ada di ponselnya. Shena langsung membaca pesan yang ada di ponsel sahabatnya itu.
"Kan aku sudah bilang, dia memang tidak setia, aku juga pernah melihat wanita ini bersamanya saat itu menuju hotel." ucap Shena juga tidak kalah terkejutnya.
"Kamu yakin? aku harus bagaimana lagi Shen?" tanya Aya semakin panik.
"Kamu harus bilang kepada keluarga kamu, ini masalah serius, apalagi menyangkut Marwah keluarga Arkarna." jawab Shena.
Shena tidak tau apa yang ia rasakan saat ini. Apakah ia senang atau bersedih untuk sahabatnya ini.
Tiba-tiba pintu terbuka,nampak mama Dita masuk kedalam kamar.
"Ai kenapa Daren belum datang?" tanya mama Dita.
Mama Dita kaget saat melihat anaknya menangis di kamar.
"Kamu kenapa?" tanya mama Dita.
"Daren nggak datang ma." jawab Aya menangis di depan mamanya.
Mama Dita nampak begitu shock mendengar cerita anaknya. Tiba-tiba tubuhnya terasa lemas ketika mendengar bahwa calon menantunya tidak hadir.
"Mama."
"Tante." panggil Aya dan Shena bersamaan ketika melihat Aya ambruk di lantai.
"Panggil papaku." ucap Aya memerintahkan Shena.
Shena berlari keluar dari kamar mencari Abian atau Daffin. Dia lega ketika mendapati anak dan ayah itu sedang berbarengan.
"Om,Tante...." ucap Shena dengan napas tersengal-sengal.
"Kenapa Tante?" ucap Daffin.
"Tente lemas di kamar kayak mau pingsan."
Daffin dan Abian berlari menuju kamar yang di maksud oleh Shena. Merek berlari karena begitu kuatir dengan kondisi mama Dita.
"Kenapa mama kamu ai?" tanya Abian sang papa.
"Mama tiba-tiba lemas pa." jawab Aya masih menangis.
"Ya kenapa mama bisa seperti itu?" tanya Abian lagi.
"Tante begitu karena Daren tidak jadi datang om." jawab Shena di belakang Abian.
"Daffin cari tau di mana keberadaannya." perinta Abian.
"Baik pa."
"Jika dalam waktu 30 menit dia tidak ketemu maka kamu harus siap di nikahkan dengan calon pilihan papa."
"Tapi pa."
"Papa sudah menerima pilihan kamu, saatnya sekarang kamu ngikut pilihan papa jika tidak mau membuat kacau lagi."
Aya terdiam karena papanya sudha bicara dengan tegas. Dia tau jika papanya bicara seperti ini maka sudah tidak bisa di bantah lagi. Dia juga tau siapa lelaki pilihan papanya saat ini.
Aya mencoba diam tapi dia berpikir bagaimana caranya mencari solusi di tengah kekacauan ini. Sang mama nampak duduk sambil minum yang di berikan oleh sang papa.
Aya mencoba menghubungi Daren lagi. Ia mencoba selagi ada waktu 30 menit. Dia menarik Shena agak menjauh dari papa dan mamanya.
"Gimana ini? ada ide nggak?"
"Ide apalagi? kamu patuh saja dengan papa kamu, takutnya mama kamu semakin parah." jawab Shena.
"Kau nggak mau menikah dengan Azzam, aku tau Daren ada sesuatu hal, aku nggak yakin Daren tidak sejahat itu."
"Di saat begini kamu masih membela lelaki itu?" tanya Shena kesal terhadap sahabatnya.
"Kamu nggak ngerti, kamu nggak kenal Daren dengan baik, dia tidak akan meninggalkan aku tanpa ada alasan yang pasti, aku yakin dia di paksa melakukan hal ini."
"Siapa yang memaksa dia ha?" Shena nggak habis pikir lagi.
"Mungkin aja papa."
"Kamu nggak percaya dengan papa kamu sendiri, kamu nggak liat bagaimana mama kamu tadi shock? kamu mau bilang bahwa itu akting?"
Aya terdiam mendengar jawaban sahabatnya. Dia juga tidak percaya bahwa mamanya sedang akting saat ini.
"Baiklah, jika Daren salah maka aku tetap tidak mau menikah dengan Azzam."
"Apa kurangnya Azzam?"
"Aku nggak mau, aku nggak suka dengan dia."
"Ya sudah silahkan kamu cari lelaki pengganti pengantin pria."
"Ide bagus."
Aya tersenyum ketika melihat sosok Alfa melewatinya menuju sang papa.
Aya dan keluarganya berkumpul di kamar tempat aya menginap. Begitu juga dengan Azzam juga berada di sana. Setelah kurang lebih 30 menit kakaknya Daffin pergi mencari Daren, tetapi tidak ada hasil seperti yang sudah diprediksi oleh Aya.
"Karena kami tidak mau malu maka kami terpaksa menikahi Aya dengan Azzam, apa kamu keberatan lan?" tanya Abian dengan agak sedih.
"Itu keinginan aku sejak dulu, tapi aku kembalikan kepada mereka, Apakah mereka setuju?" jawab Alan.
"Dulu kami di jodohkan tanpa cinta, tapi lama kelamaan cinta itu tumbuh karena kebiasaan." ucap Abian.
"Sepertinya Azzam tidak masalah bang, karena sejak dulu dia memang sangat menyukai Aya." jawab Bella sang istri Alan.
"Bagaimana dengan Aya?" tanya Azzam karena dia tau bahwa wanita itu sangat tidak menyukainya.
Dia tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"Dia sudah tidak punya pilihan kali ini." jawab Abian.
"Mohon maaf pa, ai nggak setuju menikah dengan Azzam., ai tidak mau, jika itu terjadi maka ai akan pergi dari rumah." jawab Aya.
"Kamu tidak punya pilihan lagi saat ini." ucap Abian tegas.
"Jika Aya tidak bersedia maka saya mohon maaf om, saya juga tidak bersedia."jawab Azzam.
Aya sedikit senang ketika Azzam menolak permintaan sang papa. Dia yakin bisa mengelak kaki ini, walaupun ada yang akan di korban sedikit.
"Pa, pa ai mohon, ai yakin papa tidak akan pernah membuat hidup air menderita seumur hidup." ucap Aya memulai aksi manjanya.
"Tapi kamu tetap menikah hari ini." jawab sang papa.
"Kamu tidak bisa menolak sampai kamu membawa pengantin pengganti saat ini juga, karena sebentar lagi acara akan di mulai." jawab sang papa yakin bahwa Aya tidak akan menemukan solusinya.
"Baik pa, ai lebih memilih Alfa sebagai suami di banding Azzam." jawab Aya menyakiti perasaan Azzam.
Saat Azzam merasa sakit hati dengan jawaban Aya, berbeda dengan Alfa. Dia merasa jantungnya berdetak lebih cepat ketika namanya dibawa-bawa oleh Adik majikannya.
"Apakah kamu bersedia Alfa."
Alfa bingung harus menjawab apa. Baginya menolak akan membuat harga diri sang nona hancur. Sedangkan Jika ia menerima, dia lebih takut lagi dengan bosnya Daffin.
"Kamu tidak usah segan sama saya." Jawab Daffin melihat Alfa bingung.
Daffin mengerti dengan perasaan Alfa. Dia juga paham Kenapa adiknya memilih Alfa dibanding Azzam yang kaya raya.
"Jika ai memang nyamannya sama Alfa nggak apa-apa pa, yang penting pernikahan ini tetap berjalan dengan baik, Alfa anak yang baik kok pa." ucap Daffin.
"Kamu benaran dengan keputusan kamu tadi?" tanya Abian.
"Iya pa, aku yakin."
"Baik, tapi setelah kamu menikah maka kamu tidak boleh tinggal beberapa bulan di rumah, kamu harus ikut Alfa sementara waktu." ucap sang papa.
"Baik pa, aku akan sanggup."
Abian dan Dita saling menatap ketika putrinya menjawab tanpa ragu. Aya Menang sudah terbiasa tidak tinggal di rumahnya. Namun tetap aja ditinggal di rumah mewah milik karena di luar negeri.
"Bagaimana Alfa, kamu bisa membantu saya menjadi menantu saya?" tanya Abian.
"Gimana ya om, aku hanya ingin menikah satu kali seumur hidup." jawab Alfa semakin bingung dengan jawabannya sendiri.
"Ya kamu dan ai juga begitu, siapa yang suruh kamu main - main pernikahan, atau nikah kontrak segala, di sini tidak ada yang namanya nikah kontrak." jawab sang papa yang paham tentang nikah kontrak.
"Apa yang membuat nona Aya memilih saya?" tanya Alfa.
"Karena kamu pilihan yang cocok selain Azzam."
"Aya, di sini masih ada Azzam." tegur sang mama.
"Nggak apa-apa tante, sama saya santai aja." jawab Azzam tersenyum.
"Kamu anak yang baik, tapi sayang hatinya tidak memilih kamu." jawab mama Dita.
"Nggak apa-apa tante, hati tidak bisa dipaksakan, mungkin Alfa memang pilihan yang tepat."
"Alfa juga anak yang baik, baiklah siapkan diri kamu saat ini Alfa." perintah Abian.
"Saya ini tidak pantas bersanding dengan nona tuan." jawab Alfa merasa tidak enak.
"Kamu jangan banyak basa-basi dengan saya, kamu juga bagian dari kami, dan kamu memang anak yang baik, maka ayo nikahi. anak saya." ujar Abian.
"Ini perintah." ucap Daffin.
"Baik bos."
"Mulai saat ini hilangkan kata bos, panggil aku Abang ipar." ucap Daffin tersenyum kepada Alfa.
"Kamu yakin dengan pilihan kamu?" tanya Shena bingung dengan pilihan sang sahabat.
"Kenapa memang?" tanya Aya.
"Kenapa harus memilih dia yang asisten padahal ada Azzam sang calon CEO Adha.?" tanya Shena.
"Selagi di bumi ini ada pilihan lain selain Azam."
"Hater abadi Azzam." ucap Shena tersenyum.
"Biarin."
"Yuk keluar, mumpung papa belum berubah pikiran." ajak Shena.
Saat mempelai di panggil, di situlah Aya keluar dengan sedikit senyum. Aya didampingi oleh Shena dan mamanya.
Aya duduk di sebelah kursi yang sudah di tempatkan oleh Alfa. Dia agak sedikit tersenyum karena dia sudah posisi mau menikah.
Setelah menikah dengan Alfa maka rencananya akan berhasil. Dia yakin bahwa semua rencana yang tersusun rapi akan menjadi kenyataan.
Setelah menikah nanti, dia merasa akan dengan mudah menjalankan misinya mencari Daren kembali. Ia yakin bahwa Daren di cekal oleh papanya.
Aya akan meninggalkan Alfa setelah enam bulan pernikahan. Dia setuju tinggal di apartemen Alfa agar lebih memudahkan dia dalam mencari keberadaan Daren.
Jika papanya terbukti berbuat seperti ini maka dia akan kecewa sekali.
"Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan puteriku Aya Shopia Arkarna dengan mahar seperangkat alat sholat dibayar tunai".
"Saya terima nikah dan kawinnya Aya Shopia Arkarna dengan mahar tersebut tunai."
"Bagaimana saksi?"
"Sah." jawab lara saksi kompak.
Tanpa terasa air mata Alfa menggenang di pelupuk matanya. Saat pernikahannya tidak ada satupun pihak keluarganya yang datang. Dia memang tidak meminta keluarganya hadir karen akan lebih panjang juga urusannya. Alfa berjanji akan mengenalkan secepat mungkin.
"Ayo salam terlebih dahulu." nasehat penghulu.
Aya menyalami Alfa untuk pertama kalinya. Begitu juga dengan Alfa, walau sering melihat Aya tapi ini pertama kali dia mencium kening wanita itu.
Setelah bersalaman mereka menghampiri tempat duduk Abian dan mamanya. Mereka lansung memeluk anaknya dan menantunya.
"Selamat bergabung menjadi anggota keluarga Arkarna." ucap Abian.
"Terimakasih telah menerima saya pak."
"Hey jangan panggil bapak lagi, panggil saya papa." ucap Abian.
"Dan saya Abang."ucap Daffin juga.
Setelah bersalaman, nampak Alfa sedang asyik berbincang dengan papanya Aya. Sedangkan Aya tetap bersama dengan Shena berbisik - bisik pelan.
"Saya menangkap di sini akan ada keliru dengan pernikahan kamu dan Alfa."
"Ahwn kamu tau aja, aku hanya bikin rencana sedikit saja."
"Apa?" tanya Shena.
"Sementara aku tidak masalah dengan pernikahan ini, tapi tiba waktu yang pas, Mak aku akan tinggalkan Alfa." jawab Shena.
.
"Kamu gila?"
"Hanya itu rencana saya menuju bertemu Daren, kamu tidak boleh memberitahu yang lainnya." ancam Aya.
Shena terdiam sesaat setelah mendengar jawaban dan visi serta misi Aya. Tiba-tiba terlindas sesuatu di pikirannya. Ia yakin bahwa cara yang ini akan membuat rencana Aya gagal.
Daffin nampak sedang berbincang dengan papanya Abian. Mereka nampak serius sekali dengan pembicaraannya di ruangan kamarnya papanya.
"Jadi gimana pa? apa nggak apa-apa karena tidak sesuai dengan skenario awal kita." ucap Daffin bertanya kepada papanya mengenai apa yang terjadi tadi.
"Tidak masalah, semua sudah terjadi, papa yakin bahwa Alfa juga bukan pilihan yang jelek." jawab Abian.
"Kenapa Aya tidak mau dengan Azzam ya pa? padahal Azzam lelaki yang mapan dan gagah, semua kita juga tau dia juga baik."
"Papa nggak tau, mungkin memang bukan jalan jodohnya." jawab Abian.
"Lalu bagaimana dengan Daren?"
"Untuk sementara kamu tahan dulu, nanti setelah beberapa bulan baru di biarkan dia bebas, tapi tetap harus di pantau pergerakannya." jawab Abian.
"Baik pa, tapi tipe Daren ini tidak mudah menyerah."
"Ya, sebelum dia mendapatkan apa yang dia mau maka dia akan tetap mengincar Aya, Aya terlalu polos sehingga dia bisa di manfaatkan oleh lelaki itu begitu lama."
"Papa yakin pernikahan Aya dengan Alfa pa?" tanya Daffin agak ragu dengan pernikahan ini.
Daffin sangat paham karakter adiknya dan karakter Alfa. Alfa sangat tidak menyukai gadis manja seperti Aya. Walaupun Aya sudah hidup terpisah di luar negeri, akan tetapi dia tetap di manjakan lewat fasilitas milik keluarganya.
"Papa yakin bahwa suatu saat nanti Alfa bisa menerima Aya, seperti papa menerima mama kamu dulu, papa melihat karakter papa ada di Alfa saat muda."
Daffin paham maksud pembicaraan papanya. Dia juga tau bagaimana papanya merintis usaha di waktu muda sampai bertemu dengan mamanya.
"Mari keluar, nanti yang lain pada curiga." ajak papanya mengajak Daffin.
Ayah dan anak itu keluar dari kamar yang ditempati. Mereka berjalan menuju tempat resepsi berlangsung.
Sedangkan Alfa masih nampak kaku berdiri di sebelah Aya. Betapa malunya dia saat ini, semua orang tau bahwa dia hanyalah pengantin pengganti hari ini.
"Netizen Indonesia mana bisa di bohongin, mau bayar wartawan pun pasti bakal ketahuan, nasib anakmu Mak." gumamnya dalam hati.
Aya bingung menghadapi Alfa yang nampak memasang wajah kakunya.
"Ini manusia apa kulkas ya? kok dingin banget." gumam Ayah di dalam hatinya ketika melihat wajah Alfa.
Sejak tadi wajah lelaki ini tanpa tenang namun semakin dingin. Ekspresi lelaki yang berdiri di sampingnya itu tidak bisa ditebak saat ini.
"Gila, masa dia nggak bahagia gua nikahin, dia itu menikahi anak konglomerat kaya tapi kok wajahnya nggak bisa tebak." gumam Aya lagi.
"Saya yakin bahwa dalam hatinya Dia sangat bahagia, tapi dia pura-pura kalem aja di depan Papa dan bang Daffin." gumamnya lagi.
"Nggak mungkin asisten yang nggak senang menikah dengan Aku seorang wanita yang sangat cantik ini, apalagi posisinya aku adalah anak orang kaya."
Aya melihat sekilas ke wajah Alfa. Namun lelaki itu tidak bergeming sedikitpun. Sedangkan Aya semakin nggak karuan pikirannya karena tidak bisa menebak apa yang dirasakan oleh Alfa.
"Ihhhh, dia bahagia apa nggak ya?" ujarnya pelan semakin gundah gulana.
Ketika pikirannya kemana-mana, tiba - tiba nampak mamanya menghampirinya.
"Ai kamu kenapa? kok mama liat kamu kayak panik gitu?" tanya Dita kepada anaknya.
"Nggak apa-apa ma, ai hanya sedikit pusing aja." Jawab Aya.
"Ya udah sana istirahat, Alfa segera bawa istri kamu istirahat." ujar Dita.
"Loh kok sama dia ma?" tanya Aya.
"Panggil yang sopan Ai, mulai hari ini nak Alfa ini suami kamu, dan jelas sama nak Alfa toh dia suami kamu, apa kamu lupa?"
"Ya udah ma, Ai pergi istirahat dulu." Pamit Aya.
Ketika Aya dan Alfa berjalan meninggalkan pelaminan. Mata Shena langsung mengikuti kemana arah gerak pasutri itu.
Shena mulai melancarkan semua misinya. Dia tidak ingin semua gagal berantakan.
Sedangkan Daffin sejak tadi berdiri di sampingnya Mezza. Kedua pasangan itu semakin romantis semakin hari. Tidak ada yang sanggup memisahkan keduanya.
"Maaf kok bisa Aya memilih Alfa dibandingkan Azzam ya?" tanya Mezza masih bingung sejak kejadian tadi.
"Mas juga kurang tau juga sayang." jawab Daffin dengan lembut.
"Masa mas nggak tau?"
"Emang mas ini Tuhan yang bisa baca isi hati Aya sayang?"
"Baik, tapi kan mas bisa memprediksi kemana gitu." jawab Mezza agak kesal.
"Mungkin karena tipe papa ada di Alfa, itu yang membuat dia merasa nyaman." jawab Daffin asal.
"Jadi kemana si Daren itu? ini nggak mungkin mas nggak tau."
"Ya memang nggak tau, jika mas tau mungkin sudah mas tarik dia kesini." jawab Daffin.
"Masa mas nggak tau karakter calon adik iparnya, mas kan bisa mencari tau apa saja."
"Nggak juga, emang mas sehebat itu apa?"
"Iya hebat, ayolah mas kenapa Aya lebih memilih Alfa daripada Azzam sepupu aku?"lensa mengulangi pertanyaannya lagi.
"Mas nggak tau."
"Masa mas nggak tau adiknya sendiri." jawab Mezza bete sendiri.
"Mas memang tidak tau Aya seperti mas tau kamu sayang, jika tentang kamu maka mas hafal luar dan dalam." jawab Daffin sambil mengerlingkan matanya.
"Apaan sih mas, omongannya nggak pernah di saring." jawab Mezza.
"Kita malam ini nginep di sini juga kan?"
"Iya tapi sama anak-anak."
"Anak - anak titip Beby sister aja, atau titip neneknya." jawab Daffin dengan seribu idenya.
"Maunya kamu, emang kamu pikir neneknya nggak mau istirahat, udah waktu kecil ngasuh aku, sekarang cucunya pula." jawab Mezza.
"Kasih omata aja."
"Sama aja, dah buang jauh-jauh otak kamu yang kotor."
"Kan sama......"
Belum sampai ucapan Daffin akan tetapi tiba-tiba telinganya di jewer oleh mamanya.
"Apa kamu bilang tadi? kamu kira mama nggak denger apa ucapan kamu."
"Ucapan apa ma?" tanya Daffin pura - pura tidak paham.
"Kamu suruh istri kamu nitip anaknya kalian ke mama." jawab Dita.
"Kan katanya mau cucu yang rame ma, biar cepat jadi." jawab Daffin.
"Nggak usah jika menyusahkan orang lain."
"Iya ma, tadi juga cuma bercanda, mana mungkin anak - anak titip mama."
"Pandai sekali menjawab." pikir Mezza dalam hatinya sambil tersenyum.
Detik berganti menit, menit berganti Jam. Pesta pernikahan sudah selesai karena sudah malam. Masing-masing beristirahat di kamar yang sudah di sediakan.
Ketika yang lainnya makan malam bersama, berbeda dengan Aya dan Alfa. Mereka di suruh makan malam berdua di kamar. Sebelum mereka turun, makan malam sudah diantar oleh waiters ke kamar mereka.
Mereka berdua makan dalam keadaan canggung. Di lain sisi Alfa segan kepada adik bosnya. DI satu sisi Aya merasa bingung mau bicara apa. Karena sejak tadi mereka hanya diam dengan kesibukan masing-masing.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!