Dave POV
Burj Khalifa, Dubai
Betapa beruntungnya aku bisa menikahi seorang wanita yang telah membuat aku jatuh cinta pada pandangan pertama.
Seorang wanita yang awalnya begitu sulit untuk ku dekati dan begitu sulit untuk ku ambil hati nya.
Insiden kecelakaan yang terjadi kala itu. Seolah-olah menjadi awal pertemuan bagi kami. Yang mungkin telah menjadi takdir yang telah di garis kan oleh Tuhan.
Dan selama ia di rawat kala itu. Membuat aku bisa mengenalnya lebih dekat.
Kami saling mengobrol. Membicarakan hal hal sederhana dan ringan.
Hari obrolan obrolan itu, hubungan kami akhirnya menjadi lebih dekat.
Dan akhirnya membuat hubungan kami lebih dari sekedar hubungan teman biasa.
Valerie Florencia, dia tidak hanya cantik rupanya tapi dia juga sangat seksi di mata ku.
Seorang wanita dengan segala kerendahan hati dan kecerdasan.
Seorang wanita sempurna, seorang ibu yang luar biasa. Dan seorang pekerja keras yang sangat selalu bersemangat.
Kemandirian dan juga ketangguhannya sebagai seorang wanita single mother sangat membuat aku terpesona dengan karakter serta sifat nya.
Pembawaannya yang lembut, hangat, ceria dan juga humble selalu membuat ku mabuk dalam pesona wanita cantik berusia 26 tahun itu.
Aku tidak akan pernah melepaskan wanita yang saat ini sudah menjadi penghangat ranjang ku.
Tidak akan aku biarkan dia menangis dan tersakiti. Akan ku bahagiakan dia dengan banyak cara.
Kuciumi punggung terbuka Valerie ketika ia masih tertidur lelap di samping ku setelah percintaan kami yang begitu panas semalam.
Aku saat ini begitu menikmati moments kebersamaan kami di atas ranjang.
Aku tidak tega membangunkannya. Tapi aku terlalu gemas untuk tidak menyentuhnya.
Setelan sekian lama, Valerie akhirnya memberikan aku izin untuk benar benar bisa memiliki dirinya seutuhnya.
Dirinya kini sudah menjadi candu untuk ku. Bahkan saat ini aku terlalu malas untuk bangkit dari tempat tidur.
Aku terlalu takut jika aku akan kehilangannya. Dan aku terlalu menginginkan dia lagi dan lagi.
Punggung yang indah, kulit putih bagai pualam yang luar biasa. Ciuman posesif nya, sentuhan lembut tangannya, dan suara lenguhan yang merdu ketika ia sedang dalam puncak gairah. Sudah membuat ku gila. Dia kini benar benar sudah menjadi candu untuk ku.
Bagaimana wanita semulia ini di sakiti hati dan perasaan oleh dia (Julian, mantan suami Valerie). Dia sangat bodoh atau buta.
Tapi aku bersyukur, pada akhirnya wanita cantik ini telah aku bisa miliki. Tidak hanya raganya tapi juga jiwa nya sekarang.
Dan penyatuan kami semalaman menandakan. Jika kami akan saling memiliki satu sama lain. Dengan ikatan cinta yang kami yang suci dan besar.
Cinta yang menyatukan hasrat. Cinta yang akan mendamaikan jiwa. Cinta yang akan saling mendampingi. Cinta yang akan membuat kami saling membahagiakan. Aku berjanji akan selalu setia dengan mu Valerie.
Aku mencintaimu Valerie Ku.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Valerie POV
Aku tidak menyesali keputusan ku telah menerima. Dave. Seorang pria gentle yang telah menunjukan rasa ketertarikannya dengan diri ku sejak awal.
Dave Enderson, seorang duda berumur 36 tahun. Seorang pria matang dengan segala perlakukan lembut dan manisnya terhadap diri ku.
Dia adalah seorang pengusaha yang namanya cukup familiar dalam dunia bisnis. Memiliki bisnis properti dan juga bisnis expor impor yang cukup besar.
Dave bercerai dari istrinya 7 tahun lalu. Aku tidak bertanya kenapa dia bercerai dulu dengan istrinya.
Sejak awal aku bertemu dengannya. Aku memang sudah merasakan ketertarikan dengan pria yang berjambang itu.
Rasa trauma mencintai yang sempat membuat ku takut untuk memulai hidup baru dengan seorang pria. Terpatahkan dengan kemunculan Dave dalam hidup ku.
Setelah kami sepakat untuk menikah dua bulan lalu. Kami tidak benar-benar sudah bisa saling mencintai. Dave yang mencintai terlebih dahulu. Aku menerimanya dan langsung mau untuk di nikahi olehnya karena ada beberapa alasan.
Salah satu alasannya yaitu, agar supaya julian tidak terlalu dekat dengan diri ku lagi. Dengan menikah denganya, mungkin hal itu bisa membantu ku untuk bisa benar-benar move on darinya. Dan juga untuk membuat Julian bisa menjaga jarak dengan ku.
Setelah mendapatkan restu dari putri ku Elenor. Kami pun menikah.
Saat aku mengenalkan Dave pada Elenor. Anak itu langsung memberikan aku lampu hijau untuk membina hubungan dengan Dave.
Aku pikir, menikah dengan Dave juga agar aku benar benar bisa lepas dari bayang-bayang cintanya (Julian). Aku tidak ingin lagi di curigai dengan berbagai macam alasan jika sedang bersama Julian.
Saat Dave meminang ku pada malam itu, aku hanya perlu waktu satu Minggu untuk memutuskan kan. Dan akhirnya aku menerimanya dengan beberapa syarat.
Aku yang belum benar benar siap memberikan diri ku sepenuhnya untuk Dave. Meminta waktu untuk bisa meyakinkan diri ku untuk dirinya.
Dave menerima dan mengerti persyaratan yang aku ajukan.
Dan setelah kami menikah dua bulan lalu. Kami tidak benar-benar sudah tidur satu kamar. Bahkan aku masih tinggal di rumah ku dan dia tingal di mansion nya.
Dave berbaik hati memberikan aku waktu. Untuk menyelami perasaan ku dan juga untuk meyakinkan diri ku sampai aku yakin dengannya.
Dan selama itu lah, kami sama sama memupuk dan menjalin kedekatan lebih dalam satu sama lain.
Setelah dua bulan berlalu. Akhirnya pada malam ini aku membuktikan pada Dave jika aku telah menerima dirinya untuk sepenuhnya. Mengungkap dan mengekpresikan cinta ku untuknya.
Dan di dalam kamar, di apartemen milik Dave. Kami saling menyalurkan segenap hasrat dan cinta kami.
Dan aku telah sepenuhnya menjadi milik Dave Enderson. Dengan penuh kerelaan, keikhlasan, cinta dan juga kebahagiaan.
Aku tidak pernah menyangka Jika ternyata aku bisa jatuh cinta untuk yang kedua kalinya
Aku pikir, aku tidak akan pernah lagi bisa mencintai seseorang sedalam ini.
Cinta pertamaku saat itu sudah aku berikan kepada Julian.
Bersama dia, dulu aku begitu mencintai nya dengan segenap hati dan jiwaku.
Tapi ternyata, cinta pertamaku tidak memberikan keberuntungan bagi diriku. Meski begitu, bersama Julian aku memiliki seorang anak. Dan aku tidak menyesali nya.
Kini bersama Dave, aku merasakan diriku dicintai dan disayangi. Dan begitu pula dengan diriku, aku juga bisa mencintai seseorang lagi dengan segenap hati dan jiwaku. Sehingga membuat hari-hariku menjadi lebih berwarna dan bersemangat.
Kehadiran Dave yang tidak pernah kusangka-sangga seperti sebuah mimpi. Karena aku tidak pernah memimpikan bertemu dengan seseorang yang sempurna seperti dia. Aku mencintainya bukan karena dia kaya. Tapi karena dia adalah seseorang pria yang tulus. Mencintai ku tanpa melihat aku ini siapa.
Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang mu pada ku Dave.
Semoga kita bisa menjalani pernikahan kita dengan penuh kebahagiaan bersama.
Burj Khalifa Dubai
flashback on
Dave dan Valerie tiba di apartemen milik Dave saat waktu sudah jelang tengah hari.
Sesampainya di apartemen milik suaminya yang berada di gedung pencakar langit tertinggi di dunia Burj Khalifa Dubai. Rencananya mereka akan tingal di sana kurang lebih lima hari.
Ini adalah kali pertama nya Vale pergi ke luar negeri bersama Dave, yang sudah menjadi suaminya sejak dua bulan yang lalu.
Valerie pun sampai rela cuti untuk bisa menemani perjalanan bisnis sang suami di Dubai. Lebih tepatnya Dave lah yang meminta di temani oleh Valerie.
Karena Vale tidak ingin membuat Dave kecewa, Vale kemudian minta izin untuk tidak masuk kerja untuk lima hari kedepan.
"Selamat datang di apartemen ku di Dubai Nyonya Enderson." ucap Dave pada Valerie, sesaat setelah ia membukakan pintu apartemen untuk Vale.
"Terimakasih Dave," ucap Vale, kemudian ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam apartemen.
"Kau tidak cerita jika diri mu punya apartemen di sini. Lokasinya sangat bagus, aku suka dengan view nya." ujar Vale, yang kemudian berjalan ke arah jendela kaca di apartemen yang menyuguhkan panorama kota Dubai yang modern dan canggih.
"Aku membeli apartemen ini sudah sejak tiga tahun lalu sayang. Karena aku sering ke Dubai untuk urusan pekerjaan. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli satu unit apartemen di sini." ucap Dave yang tau tau sudah berdiri di belakang Vale dan memeluk Valerie dengan posesif.
"Dan apartemen ini sekarang juga sudah menjadi milik mu. Apapun yang aku miliki adalah milik mu Valerie." ucap Dave yang saat itu meletakkan dagunya di pundak Valerie.
Valerie kemudian memegang kedua tangan Dave yang sudah membelit perut nya dengan begitu erat.
"Dave, bisa renggang kan sedikit pelukan tangan mu ini, please!" seru Vale pada Dave, merasa pelukan sang suami yang mengunci perut nya terlalu kuat.
"Maaf sayang, aku tidak sadar jika pelukan ku membuat mu sesak napas." ujar Dave yang kemudian mengendurkan pelukannya.
Vale kemudian berbalik dan menatap wajah sang suami dengan pandangan mata tak biasa.
Vale kemudian melingkarkan kedua tangannya ke leher Dave.
"Apa yang membuat mu begitu mencintai ku Dave. Aku hanya lah wanita biasa, seorang single mother dan seorang janda. Pria kaya raya dan sukses seperti dirimu bisa saja kan menikahi wanita yang masih gadis. Itu mungkin akan memberikan sensasi yang berbeda" ucap Vale, bertanya alasan kenapa Dave memilihnya.
Dave pun tersenyum manis, ia kemudian menyelipkan beberapa helai rambut panjang Vale yang mengganggu pandangan mata sang istri.
"Please jangan sebut diri mu janda my beloved. Aku tidak suka kau menyebut diri mu sendiri janda. Seolah olah kau adalah bekas seseorang. Bagaimana jika aku menganggap mu gadis. Bagi ku kau masih perawan. Tapi untuk mengetahui bahwa kau masih perawan. Aku tidak akan bisa mengukurnya. Karena sampai saat ini aku belum pernah memasuki mu." desis Dave, dan kata kata Dave sekarang seperti alarm. Yang mengingatkan dirinya jika kedatangannya kemari bersama sang suami memang tidak hanya untuk menemani perjalanan bisnis sang suami. Tapi juga untuk pembuktian bagi Vale jika dirinya memang sudah siap untuk di miliki Dave seutuhnya.
"Apa itu artinya kau ingin menagih itu?"
"Aku tidak pernah memaksa mu sayang. Sudah bisa memilikimu saja sudah membuat aku menjadi pria yang paling beruntung di dunia ini. Mengagumi mu saja sudah membuat aku bahagia. Aku tidak mau memaksa mu sampe kau benar-benar siap dan yakin dengan cinta mu untuk ku." Dan kata kata Dave cukup membuat Valerie terkesan.
Suami yang sudah menikahi dirinya dua bulan lalu itu bahkan rela menunggu untuk berhubungan badan dengan dirinya, sampai Vale merasa siap dan iklas.
Vale kemudian berjinjit dan mendekatkan wajahnya ke wajah Dave. Sambil meraih kerah baju Dave, Vale menarik kerah sang suami agar sang suami yang berpostur tinggi itu bibir nya bisa ia gapai.
Dave kemudian membungkukkan sedikit tubuhnya agar Vale bisa menjangkaunya.
Vale kemudian melabuhkan ciuman manis ke bibir sang suami.
Mencium bibir Dave dengan dalam dan lembut. Menguasai bibir itu dengan posesif dan mendominasi.
"Kenapa kau diam saja Dave. Biasanya kau menyambut ciumanku?" tanya Vale yang saat itu melepaskan pagutan ciumannya.
Dave kemudian terkekeh kecil.
"Aku ingin sekali kali menjadi korban mu." jawab Dave.
"Kau curang, padahal aku tadi sudah bergairah." jawab Vale.
"Kalau begitu ayo kita ulangi." jawab Dave yang kemudian langsung memeluk lagi tubuh Vale dan mendekatkan wajahnya. Tapi kali ini Vale yang menghindar.
"Kenapa sayang."
"Aku lapar, aku butuh makan. Kau belum memberikan kan makan siang." ujar Valerie, dah hal itu sungguh membuat Dave merasa sangat gemas dengan istrinya itu.
"Maafkan aku sayang, aku lupa. Ayo kita turun ke bawah. Ada restoran terkenal yang kau harus cicipi menunya di sana."
"Let's go." ajak Vale.
Dave kemudian mengandeng tangan wanita yang sangat ia cintai itu untuk makan siang bersama.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Sepanjang perjalanan menuju restoran. Dave tak sedetik pun melepaskan genggaman tangannya pada tangan ku.
Setiba kami di restoran, ia pun langsung melakukan reservasi meja.
Saat Dave menanyakan apa menu yang ingin aku makan siang itu. Aku menyuruhnya untuk memilihkan menu makanan yang paling enak.
Setelah semua menu pesanan semua telah tersaji di meja restoran. Kami pun menikmati makan siang saat itu dengan sedikit lahap, karena kami memang sudah sama sama lapar.
Honey, hati hati makannya, tidak ada yang minta." ledek Dave pada ku. Saat aku dengan lahapnya menyantap makanan itu dengan sedikit rakus.
"Ini enak sekali Dave, kau harus mencobanya. Apa nama menu makanan ini?" tanya ku padanya.
"Itu shawarma sayang," jawab Dave lembut.
"Yang ini." tanya ku lagi, sambil menunjuk salah satu menu yang sudah tersaji di meja.
"Ini manaosheh," jawabnya.
"Kau sampai hafal dengan berbagai makanan khas negara ini."
"Kau lupa, Dubai sudah menjadi rumah ke dua ku Valerie. Aku punya banyak bisnis di sini. Itu sebabnya aku membeli tempat tinggal di negara ini. Kapan kapan kita harus kesini lagi dengan mengajak Elenor. Dia pasti kan senang." ungkapnya.
"Dia sedang berlibur dengan Daddy nya di Italia." jawab ku singkat. Tidak ingin membicarakan tentang Julian. Karena Dave sepertinya tidak suka dengan Daddy-nya elenor.
"Elenor sepertinya sangat dekat dengan Julian. Aku sampai iri melihat kedekatan mereka." ujar Dave sambil menikmati makanannya.
Di saat aku tidak ingin membahas Julian. Tapi Dave malah penasaran dengannya.
"Tentu saja Elle dekat dengan Julian, dia kan Daddy-nya." sahut ku.
"Aku berharap bisa memiliki keturunan dengan mu. Sepertinya diri ku akan terlihat lebih gagah jika sudah di pangil Daddy. Aku sudah sangat siap untuk jadi Daddy sekarang." ucapnya dengan raut wajah penuh harap.
Saat ia berkata seperti itu, ada perasaan rasa bersalah yang menggelayuti diri ku terhadap Dave.
Karena sampai saat ini, aku belum memberikan hak nya. Meleburkan diri ini bersama dengan dirinya.
Dan saat ini mungkin adalah moment yang tepat untuk membuktikan bahwa aku sudah siap untuk di miliki seutuhnya oleh Dave. Dia sudah sangat baik memberi ku waktu.
"Honey, kok malah diam." sapa Dave, ketika aku sedang memikirkan sesuatu untuk hal itu.
"Kau kenapa, sakit?" tanyanya panic.
"Tidak Dave, aku tidak apa apa. Aku sudah kenyang."
"Setelah ini kita kembali ke apartemen ya. Atau kau ingin jalan jalan dulu." tanya Dave memberikan opsi.
"Kita kembali ke apartemen saja." sahut ku.
Setelah kami selesai menikmati makan siang. Kami kemudian kembali ke apartemen.
Sesampainya di apartemen, aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sebenarnya sejak menjejakkan kaki di apartemen ini. Aku sudah sangat siap untuk memberikan hak Dave atas diriku.
Aku sudah sangat yakin dan percaya. Jika aku memang sudah mencintai Dave dengan sepenuh hati.
Sesampainya di dalam kamar mandi. Langsung ku menyalakan kran air shower. Dan ku mengguyuri tubuh ku dari kepala sampai kaki dengan air hangat.
Sengaja ku menuangkan banyak banyak cairan sabun pada sebuah spong untuk mensabuni tubuh ku.
Setelah selesai membersihkan diri di bawah guyuran air shower. Ku raih sebuah bathrope dan ku kenakan sebagai penutup tubuh ku yang polos.
Di depan kaca wastafel yang ada di kamar mandi. Aku mengeringkan rambut dengan hair dryer.
Ku pandangi wajah ku yang terpantul di kaca yang ada di depan ku.
Aku meyakinkan diri ku bahwa, saat ini adalah waktunya aku melupakan semua kenangan kenangan percintaan yang pernah aku lakukan bersama Julian.
Aku harus membuktikan pada Dave. Jika aku telah siap untuk menjadi miliknya sepenuhnya.
Dan meyakinkan dia jika aku juga mencintainya.
Setelah sejenak bergumam dengan diri ku sendiri. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.
"Dave aku datang."
Aku pun kemudian berjalan kearah pintu kamar mandi dan keluar dari sana dengan kaki telanjang.
Dave kini sedang berdiri di sisi jendela kaca sambil menikmati segala minuman anggur yang baru saja dia beli.
Sepertinya ia sedang asik menikmati pemandangan sore hari di kota Dubai yang luar biasa indah dari dalam kamar kami.
Sejak aku hanya terdiam terpaku di tempat ku.
Karena aku sudah siap untuk memberikan hak nya atas diriku. Maka akulah yang harus menawarkan diri terlebih dahulu pada nya.
Agar dia percaya aku melakukan ini tanpa ada paksaan dan terpaksa.
Ku dekati Dave dengan langkah perlahan-lahan..Aku sengaja ingin mengagetkannya, dengan memeluk nya dari belakang.
Aku ingin memberikan dia kejutan. Dan sepertinya saat ini dia tidak menyadari kedatangan ku.
"Dave." sebut ku memanggilnya, sambil memeluk dia dari belakang dengan erat dan ku tempelkan wajah ku ke punggungnya yang lebar.
Dave sepertinya kaget dengan apa yang aku lakukan terhadapnya. Karena sebelumnya aku hampir tidak pernah bersikap romantis.
Meksipun kami sudah dua bulan menikah. Aku belum berani menunjukkan sikap romantis terhadapnya.
Karena aku masih perlu waktu untuk meyakinkan diri.
Dave kemudian berbalik dan menatap dengan tatapan misterius.
"Bagaimana jika kita mencobanya." kata ku padanya. Dave nampak bigung.
"Mencoba apa honey, katakan lebih jelas." tanyanya penasaran. Sambil melayangkan pandangan mata tajam ke arah ku.
"Making love with me my husband." desis ku padanya. Sambil ku tatap bola matanya yang berwarna cokelat dalam dalam.
Flashback on
Valerie POV
Sepanjang perjalanan menuju restoran. Dave tak sedetik pun melepaskan genggaman tangannya pada tangan ku.
Setiba kami di restoran, ia pun langsung melakukan reservasi meja.
Saat Dave menanyakan apa menu yang ingin aku makan siang itu. Aku menyuruhnya untuk memilihkan menu makanan yang paling enak.
Setelah semua menu pesanan semua telah tersaji di meja restoran. Kami pun menikmati makan siang saat itu dengan sedikit lahap, karena kami memang sudah sama sama lapar.
"Honey, hati hati makannya, tidak ada yang minta." ledek Dave pada ku. Saat aku dengan lahapnya menyantap makanan itu dengan sedikit rakus.
"Ini enak sekali Dave, kau harus mencobanya. Apa nama menu makanan ini?" tanya ku padanya.
"Itu shawarma sayang," jawab Dave lembut.
"Yang ini." tanya ku lagi, sambil menunjuk salah satu menu yang sudah tersaji di meja.
"Ini manaosheh," jawabnya.
"Kau sampai hafal dengan berbagai makanan khas negara ini."
"Kau lupa, Dubai sudah menjadi rumah ke dua ku Valerie. Aku punya banyak bisnis di sini. Itu sebabnya aku membeli tempat tinggal di negara ini. Kapan kapan kita harus kesini lagi dengan mengajak Elenor. Dia pasti kan senang." ungkapnya.
"Dia sedang berlibur dengan Daddy nya di Italia." jawab ku singkat. Tidak ingin membicarakan tentang Julian. Karena Dave sepertinya tidak suka dengan Daddy-nya elenor.
"Elenor sepertinya sangat dekat dengan Julian. Aku sampai iri melihat kedekatan mereka." ujar Dave sambil menikmati makanannya.
Di saat aku tidak ingin membahas Julian. Tapi Dave malah penasaran dengannya.
"Tentu saja Elle dekat dengan Julian, dia kan Daddy-nya." sahut ku.
"Aku berharap bisa memiliki keturunan dengan mu. Sepertinya diri ku akan terlihat lebih gagah jika sudah di pangil Daddy. Aku sudah sangat siap untuk jadi Daddy sekarang." ucapnya dengan raut wajah penuh harap.
Saat ia berkata seperti itu, ada perasaan rasa bersalah yang menggelayuti diri ku terhadap Dave.
Karena sampai saat ini, aku belum memberikan hak nya. Meleburkan diri ini bersama dengan dirinya.
Dan saat ini mungkin adalah moment yang tepat untuk membuktikan bahwa aku sudah siap untuk di miliki seutuhnya oleh Dave. Dia sudah sangat baik memberi ku waktu.
"Honey, kok malah diam." sapa Dave, ketika aku sedang memikirkan sesuatu untuk hal itu.
"Kau kenapa, sakit?" tanyanya panic.
"Tidak Dave, aku tidak apa apa. Aku sudah kenyang."
"Setelah ini kita kembali ke apartemen ya. Atau kau ingin jalan jalan dulu." tanya Dave memberikan opsi.
"Kita kembali ke apartemen saja." sahut ku.
Setelah kami selesai menikmati makan siang. Kami kemudian kembali ke apartemen.
Sesampainya di apartemen, aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sebenarnya sejak menjejakkan kaki di apartemen ini. Aku sudah sangat siap untuk memberikan hak Dave atas diriku.
Aku sudah sangat yakin dan percaya. Jika aku memang sudah mencintai Dave dengan sepenuh hati.
Sesampainya di dalam kamar mandi. Langsung ku menyalakan kran air shower. Dan ku mengguyuri tubuh ku dari kepala sampai kaki dengan air hangat.
Sengaja ku menuangkan banyak banyak cairan sabun pada sebuah spong untuk mensabuni tubuh ku.
Setelah selesai membersihkan diri di bawah guyuran air shower. Ku raih sebuah bathrope dan ku kenakan sebagai penutup tubuh ku yang polos.
Di depan kaca wastafel yang ada di kamar mandi. Aku mengeringkan rambut dengan hair dryer.
Ku pandangi wajah ku yang terpantul di kaca yang ada di depan ku.
Aku meyakinkan diri ku bahwa, saat ini adalah waktunya aku melupakan semua kenangan kenangan percintaan yang pernah aku lakukan bersama Julian.
Aku harus membuktikan pada Dave. Jika aku telah siap untuk menjadi miliknya sepenuhnya.
Dan meyakinkan dia jika aku juga mencintainya.
Setelah sejenak bergumam dengan diri ku sendiri. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.
"Dave aku datang."
Aku pun kemudian berjalan kearah pintu kamar mandi dan keluar dari sana dengan kaki telanjang.
Dave kini sedang berdiri di sisi jendela kaca sambil menikmati segala minuman anggur yang baru saja dia beli.
Sepertinya ia sedang asik menikmati pemandangan sore hari di kota Dubai yang luar biasa indah dari dalam kamar kami.
Sejak aku hanya terdiam terpaku di tempat ku.
Karena aku sudah siap untuk memberikan hak nya atas diriku. Maka akulah yang harus menawarkan diri terlebih dahulu pada nya.
Agar dia percaya aku melakukan ini tanpa ada paksaan dan terpaksa.
Ku dekati Dave dengan langkah perlahan-lahan..Aku sengaja ingin mengagetkannya, dengan memeluk nya dari belakang.
Aku ingin memberikan dia kejutan. Dan sepertinya saat ini dia tidak menyadari kedatangan ku.
"Dave." sebut ku memanggilnya, sambil memeluk dia dari belakang dengan erat dan ku tempelkan wajah ku ke punggungnya yang lebar.
Dave sepertinya kaget dengan apa yang aku lakukan terhadapnya. Karena sebelumnya aku hampir tidak pernah bersikap romantis.
Meksipun kami sudah dua bulan menikah. Aku belum berani menunjukkan sikap romantis terhadapnya.
Karena aku masih perlu waktu untuk meyakinkan diri.
Dave kemudian berbalik dan menatap dengan tatapan misterius.
"Bagaimana jika kita mencobanya." kata ku padanya. Dave nampak bigung.
"Mencoba apa honey, katakan lebih jelas." tanyanya penasaran. Sambil melayangkan pandangan mata tajam ke arah ku.
"Making love with me my husband." desis ku padanya. Sambil ku tatap bola matanya yang berwarna cokelat dalam dalam.
and, to be continue......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!