NovelToon NovelToon

Bukan Istana Impian

Bab 1. Kehilangan Rahim

..."Bukan seperti ini Istana yang aku impikan."...

...—Azizah—...

..."Istana impian yang aku bangun selama ini, kini menjadi rusak."...

...—Rela Ambarita—...

..."Bisakah di dalam istana yang indah punya dua orang Ratu."...

...—Irwansyah—...

***

Bab 1

"Nona Azizah, Anda mengidap penyakit miom. Dan ini ukurunnya sudah sangat besar sekali. Bagaimana mungkin Anda tidak merasakan sakit selama ini?" tanya seorang perempuan berseragam putih.

Mendengar nama penyakit yang salah satu paling ditakuti oleh kaum hawa, membuat tubuh Azizah menegang. Selama ini dia selalu menahan rasa sakit di tubuhnya, terutama di perut. Dia tidak menyangka kalau sakit yang selama ini dirasakan itu merupakan suatu penyakit yang berbahaya.

"Ja-di, a-pa yang harus kami lakukan, Dok?" tanya Pak Maulana—bapak Azizah.

"Harus dioperasi secepatnya," jawab dokter itu.

"Baiklah, Dok. Kami akan bicarakan dulu bersama keluarga besar lainnya. Kapan sebaiknya operasi dilakukan. Karena tiga bulan lagi Azizah akan menikah," ucap Maulana.

"Lebih cepat … lebih baik," kata dokter ahli kandungan.

***

Saat pikiran Azizah kacau seperti ini, dia tidak sengaja menabrak seseorang di lorong rumah sakit. Orang yang bertubuh tinggi itu menahan tubuh Azizah agar tidak jatuh.

"Hati-hati, Nona," ucap laki-laki berwajah teduh itu.

"Irwansyah?" Pak Maulana mengenali sosok yang sudah ditabrak oleh putrinya.

"Pak Maulana, apa kabar?" tanya laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.

"Alhamdulillah, baik. Kamu sedang apa di sini?" balas Pak Maulana sambil menerima uluran tangan muridnya dulu saat masih Sekolah Dasar.

"Sedang mengantar istri saya yang sakit. Ternyata sedang hamil muda," ucap Irwansyah dengan senyum bahagianya.

"Kamu sudah jadi seorang ayah ternyata sekarang," ujar Pak Maulana ikut bahagia.

"Ini calon anak kedua kami, Pak," kata laki-laki yang dikenal banyak orang sebagai sosok yang ramah dan baik hati.

"Alhamdulillah, bapak sebagai guru kamu dulu ikut bahagia, saat mendengar kamu sudah jadi orang yang sukses. Ternyata keluarga kamu juga bahagia," tukas Pak Maulana dengan senyum yang menampilkan giginya.

"Alhamdulillah, Pak. Semua itu juga karena didukung oleh istri saya," balas Irwansyah. Setelah pembicaraan singkat itu mereka berpisah.

***

"Banu, Azizah saat ini mengidap penyakit miom dan harus segera dioperasi. Bapak mau menanyakan bagaimana tanggapan kamu untuk hal ini?" tanya Maulan kepada calon menantunya.

"Lakukan saja yang terbaik menurut dokter, Pak. Saya tidak ingin sesuatu terjadi kepada Azizah," jawab Banu.

"Lalu, bagaimana dengan acara pernikahan kalian? Apa akan dimajukan atau dimundurkan? tanya Rosyidah—ibu Azizah.

"Jika, kondisi tubuh Azizah belum sehat betul saat akan menikah nanti, sebaiknya dimundurkan. Kecuali, jika kondisi Azizah dalam keadaan baik, kita akan melangsungkan pernikahan sesuai rencana awal," jawab Banu.

***

Operasi pun dilakukan dua minggu setelah Azizah divonis mengidap penyakit miom. Namun, keadaan mengharuskan dia kehilangan rahimnya karena ukuran miom itu sudah 15 sentimeter lebih sedikit.

Mengetahui rahimnya sudah diangkat, membuat Azizah menangis pilu selama beberapa hari. Sakit dari bekas sayatan pisau bedah, tidak seberapa dibandingkan dengan rasa sakit di hatinya. Kini dia bukan seorang perempuan yang sempurna karena tidak akan bisa memberikan keturunan untuk suaminya.

Mengetahui rahim Azizah diangkat dan tidak akan bisa memberikan keturunan, keluarga Banu memutuskan tali pertunangan mereka. Alasan karena Azizah sudah cacat.

Sudah jatuh tertimpa tangga itu adalah hal yang dirasa oleh Azizah saat ini. Dia kehilangan rahim dan laki-laki yang dicintai olehnya sejak di bangku kuliah.

***

5 tahun kemudian ….

Banyak sekali laki-laki yang ingin menikahi Azizah karena dia merupakan sosok wanita muslimah yang sholehah. Tipe idaman para laki-laki untuk mencari calon seorang istri. Namun, mereka semua langsung mengundurkan diri begitu tahu Azizah tidak bisa memberikan keturunan.

Seperti hari ini, datang laki-laki beserta keluarganya yang ingin meminang Azizah. Mereka beramah tamah saat awal datang. Sampai mereka tahu kondisi tubuh Azizah.

"Maaf, kami tidak jadi meminang Azizah. Aku ingin punya menantu yang normal. Bisa memberikan anak untuk putraku," kata seorang wanita paruh baya yang berdandan dengan rapi dan cantik seperti ibu pejabat.

"Tidak apa-apa, Bu. Semoga putra Ibu dan Bapak segera mendapatkan jodoh yang terbaik," balas Pak Maulana.

Azizah hanya diam sambil menunduk menahan tangis. Lagi-lagi ucapan seperti itu terlontar dari mulut orang-orang yang datang ke rumahnya. Tujuan mereka awalnya memang ingin meminang dirinya. Namun, akan berakhir dengan kata-kata hinaan untuk dirinya.

Meski sudah ratusan orang yang ingin melamar dirinya dan berakhir gagal. Azizah selalu yakin kalau Tuhan sudah menciptakan pasangan untuk dirinya. Entah itu siapa? Atau kapan jodoh itu akan hadir? 

Luka-luka yang ditorehkan oleh orang-orang itu, terobati oleh senyum dan tawa anak didiknya di PAUD. Tempat dia mengabdikan ilmu selama 7 tahun ini.

"Bersabarlah, Iza. Nanti akan ada laki-laki sholeh yang meminang dirimu dengan menerima kekurangan kamu," kata Pak Maulana menghibur Azizah.

"Iza tahu kalau Allah itu menciptakan makhluknya secara berpasang-pasangan. Nanti bila sudah waktunya, jodoh Iza akan datang juga," ucap Azizah dengan senyum yang getir.

"Meski begitu, ibu selalu bangga kepada kamu, Iza. Kamu selalu menolak dengan tegas para lelaki yang ingin menikahi kamu secara siri," pungkas Ibu Rosyidah sambil mengusap punggung anaknya.

"Iza tidak mau kalau ada masalah kedepannya, Bu. Bukannya tujuan kita menikah itu untuk menyempurnakan sebagian dari agama kita. Kalau laki-laki itu melakukannya tidak dengan niat itu, Iza tidak mau. Dengan menyembunyikan sebuah pernikahan itu sudah membuktikan kalau dia menikah karena napsu bukan karena Allah," ujar Azizah.

Mendengar ucapan putri semata wayangnya, Pak Maulana dan Ibu Rosyidah meneteskan air mata. Mereka juga ikut merasakan sakit yang sama dengan Azizah setiap ada laki-laki yang ingin meminangnya. Kalau tidak ingin menjadikan sebagai istri simpanan pasti mereka akan menolak melanjutkan hubungan itu dan yang ada malah menghina kekurangannya. Banyak juga laki-laki hidung belang yang terpesona oleh kecantikan fisik dan hati Azizah ingin menjadikan dia sebagai istri siri yang disembunyikan dari istri pertama. Tentu saja hal ini selalu ditolak oleh Azizah dan keluarganya.

***

"Anak-anak sebelum tidur jangan lupa kita harus …?"

"Berdoa!" teriak anak-anak berusia 4-5 tahun dengan kompak.

"Pinter. Biar apa?" tanya Azizah.

"Tidak diganggu oleh setan," jawab salah seorang anak laki-laki.

"Biar dijaga oleh malaikat," jawab anak perempuan di waktu yang hampir bersamaan.

 Bel pun berbunyi tanda kegiatan belajar mengajar untuk hari ini sudah selesai. Azizah pun mengakhiri itu dengan berdoa bersama. Sosok Azizah yang sabar dalam mengajar pada anak-anak, membuat dirinya disukai oleh murid maupun orang tua mereka.

"Heh, pelakor!" teriak seseorang saat Azizah keluar pintu gerbang.

Seorang wanita dengan dandanan full make up mengguyurkan segelas minuman ke muka Azizah. Tentu saja semua orang yang ada di sana terkejut melihat kejadian itu.

***

Akankah Azizah menemukan kebahagiaan dalam hidupnya? Tunggu kelanjutannya, ya!

Sambil menunggu up bab berikutnya. Yuk, baca juga karya teman aku ini. Ceritanya nggak bagus dan seru, loh.

Bab 2. Izin Minta Poligami

Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan lupa kasih like dan komentar. Semoga hari kalian menyenangkan dan sehat selalu.

***

Bab 2

Teriakan seorang wanita yang berdiri di depan Azizah, membuat langkahnya terhenti. Dilihatnya seorang wanita dengan dandanan full make up. Lalu, dia mengguyurkan segelas minuman ke muka Azizah.

"Hei, pelakor! Berani-beraninya kamu menggoda suami aku," teriak wanita itu.

Beberapa murid dan orang tuanya, juga pedagang yang ada di depan sekolahan, langsung melihat ke arah keduanya. Mereka sangat terkejut mendengar perkataan wanita yang memiliki tubuh gempal dengan memasang wajah murka.

"Apa maksud Anda?" balas Azizah dengan nada tinggi. Dia tidak merasa sudah menjadi perebut suami orang.

"Aku dengar kamu menggoda suami aku dan ingin dijadikan istri kedua!" teriaknya sambil menarik jilbab dan baju bagian depan milik Azizah. Untungnya tersemat bros, sehingga tidak terlepas kain yang menutup kepalanya itu.

"Sepertinya Anda salah orang. Saya tidak kenal dengan suami Anda," ujar Azizah sambil menarik tangan wanita itu agar terlepas dari jilbabnya.

"Bohong! Mana mungkin tiba-tiba suami aku minta izin untuk poligami agar bisa menikah dengan kamu," hardik wanita itu.

Azizah teringat laki-laki yang pernah meminta dirinya untuk menjadi istri siri. Tentu saja dia sudah menolaknya. Laki-laki itu hanya menginginkannya sebagai pemuas napsunya saja, bukan niat untuk beribadah.

"Maaf, dari dulu saya menolak laki-laki itu. Dan saya juga tidak punya keinginan untuk menjadi istri kedua dari suami Anda. Sebaiknya perhatikan suami Anda jangan sampai mengajak menikah seorang perempuan lajang lainnya," tukas Azizah dengan tegas dengan tatapan mata tajam.

***

Kejadian di sekolahan itu menjadi bahan gosip orang-orang di kampung Azizah. Mereka ada yang simpati ada juga yang mencibir dirinya. 

Hal yang paling membuat Azizah dan keluarganya semakin muak adalah semakin banyak laki-laki yang tidak jelas dan buruk perangainya menginginkan Azizah menjadi istrinya. Mau itu duda, perjaka tua, berondong, bahkan yang menginginkan untuk jadi istri kedua atau ketiga juga semakin banyak.

Saat Azizah dan keluarganya menolak pinangan mereka karena bukan niat karena Allah. Sumpah serapah dan hinaan keluar dari mulut mereka untuk Azizah. Tentu saja ini membuat dirinya semakin sedih dan terluka.

"Pak, apa tidak ada laki-laki sholeh dan baik yang mau menikahi Azizah?" Ibu Rosyidah menatap nanar ke arah suaminya.

"Bapak akan cari laki-laki dan keluarganya yang mau menerima Azizah apa adanya," ujar Pak Maulana dengan mata berkaca-kaca.

Orang tua mana yang tidak sakit saat mendengar orang-orang menyebut putrinya sebagai perawan tua, pelakor, dan matre karena ingin mencari laki-laki kaya dan masih muda.

***

     Pak Maulana pergi ke Masjid Agung Hidayatulloh di kecamatan, hari ini ada bagian pengajian bulanan. Semenjak sudah pensiun jadi kepala sekolah setahun yang lalu. Dia aktif di pengajian sampai tingkat kecamatan. Biasanya dia hanya aktif di masjid-masjid yang ada di desanya karena lumayan jauh jika harus ke kecamatan.

"Assalamualaikum, Pak Maulana," salam Irwansyah saat mereka berpapasan keluar dari masjid.

"Wa'alaikumsalam. Eh, Irwansyah? Kamu juga suka ikutan pengajian di sini?" tanya Pak Maulana yang tidak menyangka bisa bertemu dengan salah satu murid kesayangannya dulu.

"Iya, Pak. Sejak pindah dan tinggal di sini, aktif lagi di Masjid Agung Hidayatulloh," jawab Irwansyah dengan senyum simpulnya.

"Sudah berapa lama kamu tinggal lagi di sini?" tanya laki-laki yang sudah mulai memasuki usia senja itu.

"Satu tahun yang lalu. Setelah papa meninggal dan mama tidak mau diajak ke ibu kota. Sekalian meneruskan usaha papa yang sempat terbengkalai semenjak beliau sakit dahulu," jawab Irwansyah.

"Bagaimana kabar istri dan anak-anak kamu?" 

"Alhamdulillah, semua dalam keadaan baik."

"Mama, kamu?"

"Alhamdulillah, sama dalam keadaan baik. Bahkan masih mampu mengejar-ngejar putri saya yang masih kecil."

"Alhamdulillah. Irwansyah apa boleh bapak membicarakan sesuatu yang bersifat pribadi?"

"Mengenai apa, ya, Pak?"

"Sebaiknya kita bicara di teras masjid. Takut agak lama," ajak Pak Maulana.

     Kedua orang itu pun duduk di teras masjid sebelah samping yang menghadap ke arah taman masjid. Suasana di sana sudah sepi karena para jemaah sudah pulang.

"Irwansyah, apa kamu punya niat ingin punya istri lebih dari satu?" tanya Pak Maulana dengan gugup dan pelan suaranya.

"Astaghfirullahal'adzim. Tidak, Pak! Saya sangat mencintai Rela. Tidak ada niatan untuk mempoligami dirinya," jawab Irwansyah.

"Ah, maaf sudah mengganggu waktu kamu," ucap Pak Maulana, lalu dia pun berdiri.

"Kenapa Bapak membicarakan soal poligami kepada saya?" tanya Laki-laki yang masih terlihat sangat muda meski sudah punya dua orang anak.

Kemudian Pak Maulana pun menceritakan tentang Azizah dan perlakuan orang-orang yang dilakukan terhadap putrinya. Mendengar hal ini membuat Irwansyah terenyuh hatinya. Bahkan dia pun sangat marah pada laki-laki yang sudah kurang ajar terhadap gadis yang baik itu.

"Setelah kejadian dia hampir diperkosa, Azizah tidak pernah lagi keluar rumah seorang diri. Bapak juga sekarang yang antar jemput dia ke sekolah," kata Pak Maulana.

"Astaghfirullahal'adzim, semoga Azizah disegerakan dan dipertemukan dengan jodohnya," ucap Irwansyah dengan lirih.

"Tadinya bapak mau meminta kamu untuk menikahi Azizah. Tentu saja harus dengan izin dari istri kamu," ucap Pak Maulana.

"Istri mana yang ingin dimadu, Pak. Pastinya akan ada perselisihan dari mereka nantinya. Ada yang merasa cemburu atau merasa diperlakukan secara tidak adil," balas Irwansyah. Dia tidak mau menyakiti hati dari wanita yang sudah menemani hidupnya selama 10 tahun ini.

"Hanya kamu yang terlintas dalam pikiran bapak. Seorang laki-laki baik yang bisa menjadi imam untuk Azizah," ujar Pak Maulana dengan air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

"Maaf, Pak. Saya akan bantu carikan laki-laki sholeh yang mau menikah dengan Azizah. Aku punya beberapa karyawan toko yang masih lajang ada juga yang duda tanpa anak. Siapa tahu ada jodohnya Azizah di antara mereka," kata Irwansyah.

"Terima kasih, sudah mau membantu. Bapak merasa senang sekarang," ucap Pak Maulana dengan senyum menghiasi wajahnya.

***

Ternyata tidak ada seorang pun karyawan toko yang mau meminang perempuan mandul. Bahkan yang duda juga tidak mau. Irwansyah pun menghubungi beberapa kenalannya yang tidak punya pasangan hidup dan mereka juga sama saja.

"Abang, kenapa melamun?" seorang wanita cantik menghampiri Irwansyah.

"Ada yang sedang abang pikirkan," balas Irwansyah dan merangkul istrinya.

"Apa itu? Ayo, berbagi dengan aku, Bang. Biar bisa cari solusinya bersama-sama," ucap Rela pada suaminya.

Irwansyah menadang wajah istrinya, lalu bertanya Irwansyah dengan hati-hati. "Sayang, jika abang minta izin untuk melakukan poligami, apa kamu akan menyetujuinya?" 

"Apa? Abang punya niat untuk berpoligami!" teriak Rela Ambarita saking terkejutnya.

***

Apakah akan terjadi pertengkaran suami istri? Atau Rela malah mendukungnya? Tunggu kelanjutannya, ya!

Sambil menunggu up bab berikutnya, yuk baca juga karya teman aku ini. Ceritanya oke punya. Kepoin, yuk!

Bab 3. Azizah dan Rela Bertemu

Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan lupa kasih like dan komentar. Semoga hari kalian menyenangkan dan bahagia selalu.

***

Bab 3

Rela Ambarita menatap tajam pada Irwansyah. Dia harap kalau suaminya saat ini sedang mengigau atau cuma bercanda saja.

"Ada seorang guru Abang yang sudah sepuh usianya. Dia punya seorang anak perempuan yang belum menikah. Bahkan usianya kini sudah dua puluh delapan tahun," kata Irwansyah memulai ceritanya.

"Tidak, Bang. Aku tidak rela, jika harus hidup berumah tangga dengan berpoligami," ujar Rela sambil berdiri dan menatap sengit pada suaminya.

Seumur-umur Rela mengenal Irwansyah, baru kali ini dia menatap laki-laki itu dengan sengit, tajam, dan marah. Selama ini dia selalu bersikap baik, lemah lembut, dan agak manja pada suaminya ini.

Irwansyah juga agak kaget mendengar suara Rela yang tinggi dan tatapan tidak suka juga terluka di waktu yang bersamaan. Dia tahu betul istrinya itu berhati lembut dan perasa. Selain itu Rela juga adalah istri dan menantu yang penurut.

"Maaf kalau abang sudah membuat hati kamu terluka bahkan tersakiti. Abang hanya ingin menolong perempuan itu dari fitnah dan melindunginya dari para penjahat yang berusaha menodai kehidupan gadis baik hati itu," ucap Irwansyah.

"Menolongnya? Melindunginya? Kenapa tidak minta saja bantuan pada polisi?" Rela memberondong suaminya dengan urat saraf yang terus menegang.

Irwansyah pun terdiam, dia tidak mau membuat wanita yang sangat dicintainya itu semakin terluka lagi hatinya. Lalu, dia pun berdiri dan menarik tubuh Rela ke dalam pelukannya.

"Maafkan abang, Sayang. Tadi karena sedang bingung, jadinya punya kepikiran untuk melakukan hal itu," kata Irwansyah.

"Apa aku masih banyak kekurangan di mata kamu, Bang?" tanya Rela yang masih berada di dalam pelukan suaminya.

"Tidak, Sayang. Kamu adalah wanita terbaik dari semua wanita yang abang kenal," jawab Irwansyah dengan berbisik di telinga Rela.

"Kalau begitu jangan duakan diriku, Bang!" pinta Rela dan laki-laki itu pun mengangguk.

***

Azizah menjalani hari-harinya dengan rasa tertekan oleh cibiran orang-orang yang menggosipkan dirinya. Bahkan semakin ke sini gosip itu semakin ngawur karena fitnah keji yang dibuat-buat entah oleh siapa.

Sekarang bukan hanya orang-orang yang tidak dikenal atau cuma tahu olehnya saja, yang bergosip dan membicarakan sesuatu yang tidak benar itu. Orang tua murid dan muridnya sendiri juga ikut membicarakannya. 

Hal yang aneh menurut dia adalah anak kecil yang baru berusia 4 dan 5 tahun itu juga membicarakan dirinya yang mandul dan pelakor. Dia sering memberikan nasehat pada murid-muridnya asal jangan bicara atau asal mendengar tanpa tahu kebenarannya. Mungkin karena faktor lingkungan yang begitu kuat, membuat anak-anak seperti itu.

***

Hari ini Pak Maulana janjian mau bertemu dengan Irwansyah, setelah bubar acara pengajian. Keduanya akan duduk di teras samping seperti biasa.

"Bagaimana, apa ada laki-laki yang mau menikah Azizah?" tanya Pak Maulana.

"Maaf, Pak. Dari sekian banyak orang baik yang aku tanya dan juga aku hubungi, tidak ada seorang pun yang mau," jawab Irwansyah dengan sendu. Hati dia pun ikut tersayat saat melihat sorot mata gurunya itu sarat akan kesedihan.

"Ya Allah, aku tahu ini ujian bagi Azizah. Dan Engkau tidak akan menguji seorang hamba-Mu melebihi batas kemampuan mereka. Tentunya Engkau tahu kalau Azizah akan mampu melewati semua ujian ini," lirih Pak Maulana mengadu kepada Tuhannya dengan mata yang berair.

Melihat itu Irwansyah pun ikut menangis. Seandainya istrinya mau dimadu, dia pun bersedia menikahi Azizah. Meski dia tidak menjamin akan bisa mencintainya secara sama rata dengan Rela. Bagaimana pun juga wanita itu sudah menemani dirinya sejak masih di zaman bangku kuliah. Rela juga merupakan sumber penyemangat dirinya sejak dari saat mereka berkenalan.

***

Irwansyah mengunjungi Rela di butiknya. Dia ingin mengajak makan siang bersama dengan kedua anaknya. Selain menjadi seorang ibu rumah tangga, Rela juga membuka butik. Sejak masih jadi mahasiswa, dia suka mendesain pakaian meski dia kuliah di jurusan bisnis. Cita-citanya juga ingin membuat sebuah perusahaan pakaian terbaik dan disukai oleh semua orang dan dari semua golongan.

"Ukasyah … Oliv, ayo! Nanti Bunda tinggal, loh!" Rela memanggil kedua anaknya yang sedang asik menggambar di atas karpet yang tidak jauh dari meja kerjanya.

"Sebentar, Bun!" jawab Ukasyah sambil membereskan kembali pensil warna miliknya, juga dengan kertas-kertas yang berserakan di atas karpet.

"Adik, cepat! Mau ikut nggak sama Ayah dan Bunda?" Ukasyah menyimpan semua itu di laci bawah meja kerja milik Rela.

"Tunggu, Kakak! Adik bereskan dulu kertas sama pensil warnanya," ucap anak perempuan berusia 4 tahun lebih itu dengan wajah yang cemberut karena dia masih ingin mewarnai.

    Saat Irwansyah dan keluarganya makan bersama di rumah makan lesehan, mereka bertemu dengan Pak Maulana dan keluarganya yang juga sedang makan siang bersama di sana.

"Assalamualaikum, Pak Maulana," safa Irwansyah pada gurunya itu.

"Wa'alaikumsalam. Eh, Irwansyah. Apa kamu dan seluruh keluarga juga suka makan siang di sini?" tanya Pak Maulana.

"Sesekali, Pak. Jika, sedang ingin makan bersama sekaligus jalan-jalan bareng keluarga saja," jawab Irwansyah dan melanjutkan lagi ucapannya, "apa bapak juga suka makan di sini bersama keluarga?"

"Jika, tidak ada yang masak di rumah, baru kami makan di sini. Karena masakan di sini tidak beda jauh dengan masakan ibu sama Azizah," puji Pak Maulana.

Rela melihat ke arah Azizah yang sedang melihat ke arah suaminya. Dalam hatinya dia merasa tidak suka jika ada seorang perempuan menatap pada Irwansyah.

'Apa laki-laki ini yang Bapak ceritakan dulu itu, ya? Kalau tidak salah namanya juga Irwansyah,' batin Azizah.

'Kenapa dia menatap Abang? Atau jangan-jangan dia adalah perempuan yang ingin dinikahi oleh Abang!' teriak Rela dalam hatinya.

 

Mereka pun jadinya makan bersama di meja yang panjang. Semuanya pun menikmati masakan yang terkenal enak dengan racikan bumbu yang pas dan membuat orang ketagihan makan di sana.

"Nak Rela, bolehkah bapak bicara sesuatu?" Pak Maulana melihat ke arah perempuan yang sedang membersihkan mulut putrinya yang belepotan.

"Tentu saja boleh, Pak," balas Rela.

"Akan lebih baik jika kita bicara agak jauh dari sini," kata Pak Maulana meminta izin padanya juga pada Irwansyah.

"Boleh. Tapi, ada apa, ya, Pak?" Rela menjadi semakin curiga.

Setelah pindah meja, Pak Maulana dan Rela pun bicara dengan pelan. Seakan tidak mau kedengaran oleh orang lain.

"Nak Rela, bolehkan suami kamu menikahi putriku, Azizah?" Pak Maulana bertanya dengan tidak enak hati.

Bagai disambar petir, Rela diam mematung saking terkejutnya. Hatinya terasa di sayat oleh sembilu. Dadanya juga terasa sesak saat mendengar itu.

***

Apa yang akan dikatakan oleh Rela kepada Pak Maulana? Tunggu kelanjutannya, ya!

Sambil menunggu up bab berikutnya. Baca juga karya teman aku ini. Ceritanya bagus dan seru, loh. Cus meluncur ke karyanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!