NovelToon NovelToon

Ku Pasrahkan Takdirku Pada Mu

Alfiani Nur Azizah

Matahari mulai menyingsing kearah barat. Hawa panas mulai terganti oleh sepoinya angin sore hari. Segerombol anak kecil berusia sekitar tujuh sampai sepuluh tahun tampak duduk melingkar di sebuah gubuk yang terdapat di pinggir sungai. Seorang gadis cantik dengan kerudung berwarna hitam duduk di hadapan mereka dengan sebuah buku di tangannya.

Kisah tentang nabi sedang di bacakan oleh gadis tersebut dengan mimik wajah yang sangat menghayati kisahnya. Anak-anak begitu antusias mendengar kisah yang di bacakan gadis cantik tersebut.

Dialah Alfiani Nur Azizah,kembang desa yang memiliki paras dan akhlak yang cantik. Senyum ramah selalu terlukis dibibir merah muda meski tanpa polesan lipstik. Wajah ayu dengan kulit seputih susu dan terlihat begitu lembut. Kecantikan alami dengan pancaran aura kecantikan hatinya menambah pesona gadis tersebut.

" Bagaimana adik-adik ?,sudah mengerti kan apa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah yang Kak Alfiani bacakan ?'' tanya gadis berusia 22 tahun tersebut. Setelah menjelaskan apa pelajaran yang bisa diambil dari kisah yang ia bacakan pada anak-anak yang masih setia duduk bersama nya.

" Mengerti Kak" sahut anak-anak serentak. Anak-anak yang ke semuanya adalah perempuan itu selalu antusias saat diajari oleh Alfiani. Gadis cantik yang ramah dan mudah bersahabat .

'' Bagus ada yang ingin kalian tanyakan ?''tanya Alfiani seraya mengedarkan pandangan pada anak-anak yang duduk di hadapannya.

'' Tidak Kak '' sahut mereka nyaris serempak. Alfiani tersenyum,menatap gadis-gadis cilik yang selalu memancarkan aura kebahagiaan di wajah mereka.

''Kalau begitu kita sudahi pertemuan kali ini ya,besok kita mau belajar di mana ?'' Tanya Alfi,ia selalu punya cara untuk membuat anak-anak tidak bosan. Salah satunya dengan belajar di luar ruangan. Madrasah tempat Alfi mengajar bukanlah madrasah formal.

Madrasah itu adalah madrasah yang didirikan sang ayah untuk mengenalkan anak-anak kecil di daerah mereka tentang hal-hal mendasar dari ibadah mereka sehari-hari. Dari pengenalan huruf Hijaiyah, tajwid dan fiqih serta pendidikan akhlak yang di ceritakan dari kisah-kisah para pendahulu yang memiliki akhlak yang layak di contoh.

Alfiani sendiri adalah seorang Mahasiswi semester akhir di sebuah universitas Islam yang berada di Kabupaten daerah tersebut. Jarak yang bisa di tempuh dalam waktu satu jam membuat Alfiani memilih untuk pulang,tidak nge kost .

'' Di dekat danau saja kak '' sahut salah satu gadis kecil setelah sebelumnya mereka berdiskusi bersama. Waktu pertemuan dengan Alfiani hanya seminggu sekali. Alfiani hanya membantu saja,dan dia memilih untuk mengambil cerita keteladanan. Sehingga dia bisa mengajak anak-anak untuk belajar di luar ruangan.

''Baiklah, pertemuan selanjutnya di dekat danau ya. Sekarang kita akhiri pertemuan hari ini. Ayo Khalisa pimpin doa setelah belajar'' titah Alfiani yang langsung di iyakan oleh gadis yang duduk di hadapannya. Usai dengan doa di tutup salam,mereka beranjak dari tempat itu.

Berjalan hati-hati di tepi sungai yang menampakkan air sedikit keruh dan lumayan dalam. Karena hujan semalam yang mengguyur daerah tersebut. Langkah mereka diiringi lantunan sholawat yang di pimpin Alfiani. Suasana ceria mengiringi senja yang nampak memancarkan warna jingganya.

'' Kak,itu apa ?'' suara gadis yang berjalan sedikit jauh dari Alfiani. Membuat mereka semua menghentikan langkah dan juga lantunan sholawat dari bibir mereka. Semua mata tertuju pada gadis yang menunjuk kearah sungai. Sejurus kemudian tatapan mereka tertuju pada objek yang sama.

Seketika mereka menjerit histeris,melihat sebujur tubuh tergeletak di pinggir sungai dengan sebagian tubuh masih terendam air.

" Tenang adik-adik,tenang dulu. Kak Alfi,cek dulu. Kalian tunggu di sini." Alfiani mencoba menenangkan anak-anak yang histeris. Dari posisi yang terlihat, tampak seperti mayat yang terdampar di pinggir sungai karena terbawa arus.

Alfiani yang mengenakan rok panjang cukup kesusahan menuruni sungai. Turunan cukup curam di tambah licinnya tanah yang ia pijak. Namun akhirnya ia mampu mendekati sosok manusia yang terdampar itu. Hatinya berdebar keras,rasa takut dan was-was menguasai dirinya. Lantunan lafadz Alloh terucap menyertai langkahnya.

" Astaghfirullah,ya Rabb " ucap Alfi yang melihat seorang lelaki dengan kemeja putih dan celana bahan panjang warna hitam tampak terpejam. Ragu-ragu Alfi semakin mendekat. Rasa gusar dan waspada melingkupi hatinya. Tapi matanya sedikit melihat pergerakan di bagian dada lelaki tersebut.

" Innalilahi wa innailaihi rojiun" lirih Alfi melihat luka di kepala lelaki itu. Dengan sedikit takut Alfi menempelkan tangan di dada lelaki itu. Karena ia seperti melihat sebuah pergerakan halus. Mungkinkah lelaki itu masih hidup ?, dan benar masih ada detak di dadanya meski samar. Alfiani meraih pergelangan tangan, merasakan nadi di tangan ya g terasa dingin itu. Masih ada denyut nadi meski lemah.

" Dek,tolong cari bantuan ! " teriak Alfiani pada anak-anak yang berdiri saling berhimpit di pinggir sungai.

" Iya kak " sahut mereka serempak. Dan mereka semua hendak pergi dari sana. Sampai Alfi kembali bersuara.

" Jangan semuanya. Bilang ada orang hanyut di sungai. Dia masih hidup " ujar Alfi lagi. Dan dua anak yang paling besar langsung berlari pergi dari sana.

Tak berselang lama,dua orang lelaki paruh baya datang tergesah.

" Dimana orangnya ?" tanya salah satu dari mereka pada anak-anak yang langsung menunjuk kearah sungai. Dengan cepat mereka turun menghampiri Alfi yang hanya berdiri dengan mulut terus menyebut asma Alloh.

" Pak Lek tolong, dia masih hidup" ucap Alfi yang langsung mundur dari tempat. Memberi jalan pada lelaki yang di panggil Pak Lik itu.

" Iya,dek Alfi keatas saja,biar pak Lik angkat " .ucap salah satu dari mereka. Alfiani menurut,ia naik ke tanggul sungai. Sementara dua lelaki itu berusaha mengangkat tubuh lelaki yang basah kuyup,agar keluar dari air. Dengan susah payah mereka bisa mengangkatnya ke atas batu. Tapi untuk bisa mengangkat hingga tanggul sungai, membutuhkan lebih banyak orang.

Dan tak lama beberapa orang datang. Tampak Fariz,kakak dari Alfiani serta Ayah Farhan ikut lari tergopoh-gopoh.

" Bagaimana Dek ?" tanya Fariz mendekati Alfi.

" Itu mas di bawah,belum bisa ngangkat ke atas. Dia masih nafas, masih hidup " ucap Alfi dengan wajah pias. Fariz langsung berlari kebawah diikuti beberapa orang lainnya.

Kegemparan terjadi sore itu. Di kampung yang biasanya tenang,sore itu gempar dengan penemuan sesosok lelaki tanpa identitas dalam keadaan tak sadarkan diri. Dengan saling bahu-membahu mereka bisa mengangkat tubuh yang tampak pucat itu.

Saat kumandang adzan Maghrib terdengar,lelaki itu telah di bawah sebuah mobil menuju klinik terdekat. Fariz ikut disertai dua orang lainnya. Alfiani bernafas lega,ia terlalu kaget dengan apa yang terjadi sore itu. Semoga lelaki tanpa identitas itu bisa terselamatkan.

Andreas Wiratama

Andreas Wiratama, seorang lelaki yang sukses di usia muda. Umurnya baru 28 tahun namun telah mampu mendirikan sebuah usaha sendiri di bidang jasa pengiriman. Di era di mana semua serba online,usaha yang didirikan lelaki berpawakan gagah ini berkembang cukup pesat. Di berbagai daerah telah memiliki anak cabang.

Hari itu,ia berangkat dari kotanya menuju sebuah kota kecil untuk mensurvei lokasi yang hendak ia jadikan kantor cabang baru. Bersama dengan sopir kantor ia pergi menuju bandara. Karena lokasinya berada di luar kota.

Saat kakinya menginjak bandara dering ponselnya berbunyi. Nama Yudis Pratama tertera di layar ponsel. Ia langsung menggeser icon berwarna hijau untuk mengangkat panggilan dari sahabatnya yang kini bertugas di daerah yang akan ia datangi.

" Ya ,Hallo,gimana bro ?" tanya Andreas tanpa menunggu sahabatnya menyapa.

" Lo udah jalan ?" tanya Yudis di seberang sana.

" Udah,gue udah jalan. Ini lagi di Bandara. Jadi kan Lo jemput gue ?" lanjut Andreas masih dengan langkah panjangnya dengan sebelah tangan menyeret koper. Dan tangan lainnya memegang hp.

" Jadi,ya udah gue otewe. Lumayan jauh nih dari bandara."

" Oke" dan Andreas langsung mematikan sambungan telepon. Andreas menuju tempat tunggu. Tak lama panggilan masuk untuk pesawat yang ditumpanginya menggema. Masih dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Serta topi menutupi kepala. Andreas melangkah masuk.

Tampilan Andreas hari itu cukup menyita perhatian ,apalagi perempuan. Mata mereka langsung memindai penampilan sempurna Andreas , celana jeans panjang dengan jaket kulit membalut tubuh atletisnya. Langkah tegap penuh percaya diri membius setiap mata yang memandang.

Penerbangan dari kota Andreas sampai tempat tujuan tak memakan waktu lama. Tak sampai satu jam tampak Andreas sudah keluar dari Bandara.

Tampak seorang pria gagah lainnya mendekati. Menyambut hangat kedatangan Andreas.

" Selamat datang bro !" sambut lelaki yang tak kalah tampan dengan Andreas. Keduanya saling berpelukan. Menepuk punggung satu sana lain.

" Long time no see,gimana kabar Lo ?, makin ganteng aja Lo " ucap Andreas pada sahabatnya yabg bernama Yudis itu .

" Baik-baik,Lo sendiri gimana ?, kayaknya makin sukses nih,wih makin keren aja Lo " sambung Yudis sembari menepuk bahu tegap milik Andreas.

Percakapan itupun berlangsung akrab dan hangat. Sampai Yudis menggiring Andreas masuk kedalam mobil putih yang terparkir tak jauh dari sana. Karena,memang Yudis tak menjemput Andreas sampai dalam bandara.

'' Berapa tahun ya kita gak ketemu ?'' tanya Andreas setelah duduk tenang di samping Yudis yang sedang menyetir mobil.

''Ada kali ya lima tahunan, dari aku mulai kerja di sini,belum pernah ketemu Lo. Soalnya pas balik juga cuma bentaran doang. Pas agak lama Lo yang gak di rumah'' sahut Yudis yang masih tetap fokus pada jalanan di hadapannya.

Lamanya perpisahan mereka membuat mereka memiliki banyak cerita. Terkadang tampak tawa renyah keduanya mengisi mobil yang melaju dengan kecepatan sedang itu.

Cukup lama perjalanan dari bandara sampai rumah Yudis. Namun keduanya tak kehabisan bahan cerita. Sampai mereka melewati hamparan sawah yang menghijau di tumbuhi padi-padi yang tumbuh subur di area persawahan yang terbentang luas.

Sampai Yudis menghentikan laju mobilnya di sebuah halaman rumah yang lumayan luas. Rumah bertingkat dua dengan gaya minimalis . Rumah yang tampak asri dengan beberapa pohon buah-buahan yang tampak rimbun tumbuh di depan dan samping rumah.

" Selamat datang di rumah gue,bro !'' ucap Yudis seraya turun dari mobil diikuti Andreas yang menatap sekeliling rumah sang sahabat.

" Ayo masuk !'' ajak Yudis dan diikuti Andreas masuk kedalam rumah.

✨✨✨

Pagi itu, Andreas hendak meninjau lokasi langsung. Dimana tempat ia akan membangun kantor cabang di daerah tersebut. Sayangnya orang yang seharusnya mengantar dia. Justru mendapat musibah. Salah satu anggota keluarganya ada yang meninggal. Akhirnya ia memutuskan untuk berangkat sendiri. Meski ia tak memiliki bayangan tentang tempat yang hendak ia sambangi. Yudis,sang sahabat tak bisa meninggalkan pekerjaannya.

Dengan berbekal nekat Andreas mengendarai mobil yang telah ia rental. Ia bertanya pada orang saat bingung kearah mana daerah yang ia tuju. Sampai di sebuah pertigaan,dan ia kebingungan hendak melaju kemana. Dan sialnya tak ada orang di sekitar sana.

Menuruti feeling-nya sendiri,ia mengambil jalur,yang ternyata membawanya naik ke sebuah pegunungan. Ia hanya berharap bisa bertanya pada seseorang. Namun sudah cukup jauh ia melaju tak di jumpai nya orang di sana.

Ditengah kebingungannya,suara ponsel Andreas berbunyi. Sebuah nama tertera di layar ponsel. Membuat Andreas lantas mengangkat panggilan.

" Iya ,Haloo '' sapa Andreas,dan belum ada jawaban yang terdengar di seberang sana. Andreas terbelalak kaget mendapati jalan di hadapannya. Jalan tiba-tiba menurun terjal. dan berbelok cukup tajam,dan tebing yang curam.

Tanpa sengaja ponselnya terjatuh, kemudian ia berusaha mengendalikan laju mobilnya. Namun tak mampu mengendalikan mobil yang terlanjur hilang kendali. Dan seakan terbang mobil itu masuk kedalam jurang. Teriakkan Andreas terdengar nyaring sampai akhirnya tak lagi terdengar suara. Yang ternyata di bawah sana aliran sungai dengan arus yang deras menyambut di bawah tubuhnya.

Kepalanya membentur batu,karena dirinya terlempar dari dalam mobil. Kesadaran Andreas menghilang, tubuhnya terbawa arus sungai yang cukup dalam.

Sebab itulah yang menyebabkan Andreas sampai di sungai dimana ia di temukan oleh Alfiani dan anak-anak. Dan kini dirinya terlelap dalam ketidaksadaran. Alat bantu pernafasan tampak terpasang di hidung lelaki yang kini tampak pucat. Kepalanya di bebat perban putih. Dan selang infus tertancap di tangannya.

" Terus ini bagaimana Riz ?'' tanya lelaki berumur sekitar empat puluhan pada Fariz saat mereka menunggu Andreas yang sedang di tangani dokter.

" Biar dia jadi tanggung jawab keluarga saya Pak,sampai dia sadar. Dan kita bisa mengantarkan pulang." sahut Fariz bijak. Dua lelaki lain yang berada di sana saling tatap lalu sama-sama mengangguk.

"Pak Lik ,tolong di sini dulu,saya mau sholat Maghrib. Nanti gantian,takut nanti dokter mencari wali dari orang tadi " ucap Fariz yang memang belum menjalankan kewajiban tiga rakaat nya.

" Oh iya Riz, silahkan kamu sholat dulu" sahut salah satu dari mereka. Fariz berpamitan untuk menjalankan kewajibannya.

Sedang di dalam ruangan sana. Dokter sudah selesai memasang berbagai alat. Keadaan lelaki itu sudah cukup memprihatinkan. Luka di keningnya cukup parah. Entah keajaiban seperti apa yang terjadi pada lelaki tersebut. Pasalnya di lihat sekilas keadaan dirinya terasa sulit di percaya jika mampu bertahan.

Ia pun terseret arus di sungai kemungkinan cukup jauh terlihat dari kulitnya yang tampak putih pucat. Belum lagi luka di keningnya,namun tetap saja kematian adalah tentang takdir. Dan lelaki itu tak tertakdir untuk mati dalam kecelakaan maut yang fi hadapinya.

Sadar

Gemericik air mengalir di kran terdengar nyaring di pagi buta yang masih sunyi. Seorang gadis cantik tampak membungkuk membasuh bagian tubuh yang ditentukan dalam berwudhu. Seperti pagi-pagi biasanya sekitar pukul tiga dini hari. Alfiani melaksanakan sholat malam.

'' Sudah bangun nduk ?'' suara Ibu saat Alfiani telah menyelesaikan wudhunya. Alfiani menoleh kearah suara dan tersenyum manis pada sang ibu yang juga hendak mengambil air wudhu.

'' Sudah Bu, Ayah sudah bangun Bu ?'' tanya sang putri.

'' Sudah,kamu tunggu saja sebentar''.

'' Baik Bu,Alfi masuk dulu'' sang Ibu mengangguk, mengiyakan ucapan anaknya.

Alfiani masuk dalam mushola keluarga yang terletak di halaman belakang. Mushola kecil yang tampak bersih,dengan taman bunga di sekitarnya. Duduk setelah mengenakan mukenah. Tampak tangannya memegang tasbih dengan mulut yang berucap lirih mengagungkan nama Alloh.

Tak berselang lama Ibu masuk di susul Ayah. Ibadah sholat malam yang selalu mereka lakukan bersama-sama. Namun kali ini,tanpa Fariz yang masih menunggui lelaki yang mereka tolong kemarin.

Dengan khusu' mereka sholat berjamaah, menjalankan ibadah sholat Sunnah ,beberapa rakaat sholat Tahajjud diakhiri sholat witir. Menengadah memohon ampun atas segala khilaf yang mereka perbuat dalam sadar atau tidak sadar. Dan doa-doa untuk kebaikan lain terlantun indah di pimpin Ayah. Dan seseorang yang tak mereka tahu namanya pun terselip dalam doa,semoga di beri keselamatan dan segera tersadar.

Menunggu waktu subuh datang mereka membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Suara merdu Alfiani mengisi pagi yang sunyi. Ia yang memang pernah menjuarai lomba Tartil Al-Qur'an se kabupaten,sangat lancar dan terdengar jelas dalam pengucapan setiap ayat yang ia baca. Tajwidnya sangat bagus,tak salah banyak yang mengagumi dara cantik itu. Kepribadian yang baik seiring dengan kepintaran yang di milikinya.

Sampai kumandang Adzan subuh menggema. Mereka beranjak dari mushola kecil di rumah mereka. Ketiganya berjalan beriringan menuju masjid yang terletak di samping rumah. Ayah di percaya orang di desa itu untuk menjadi imam masjid desa.

Usai melaksanakan ibadah sholat wajib dua rakaat tersebut, mereka kembali ke rumah. Baru beberapa langkah Alfiani masuk ke dalam rumah. Nyaring suara ponselnya terdengar . Ia buru-buru masuk ke dalam kamar. Nama mas Fariz tampak di layar ponselnya.

" Assalamualaikum "

" Wa'alaikumussalam dek,udah pulang dari masjid ?" tanya sang kakak dengan nada lembut.

" Baru masuk rumah mas,ada apa ?" tanya Alfiani pada kakak yang berjarak hanya dua tahun dari dirinya.

" Kamu ada kuliah hari ini ?" pertanyaan di balas pertanyaan oleh Fariz.

" Gak ada,kenapa ?"

" Tolong anterin baju kerja Mas,mas gak bisa libur hari ini. Ada pekerjaan yang harus mas selesaikan. Terus kamu ajak Salwa atau Salsa ke sini. Sampai mas kembali tolong kamu jaga di sini. Takutnya nanti pas gak ada yang jaga dia sadar. Kasihan sendirian " ucap Fariz panjang lebar tanpa sedikitpun di sela oleh adiknya.

'' Harus jaga juga ya mas ?" tanya Alfiani yang merasa bimbang. Bagaimana ia harus menjaga seorang lelaki yang tak ada hubungan darah dengannya ?.

" Gak apa-apa Al,toh dia juga belum sadar. Dan kamunya juga ada yang nemenin,gak sendiri."

"Iya Mas"

" Jangan lupa sana tas kerja mas juga ya !"

" Iya, kalau gitu Alfi nyiapin dulu pakaian mas Fariz. Assalamualaikum " pungkas Alfiani.

" Iya wa'alaikumussalam " dan panggilan berakhir. Alfiani bergegas keluar dari kamarnya,hendak ke kamar sang kakak untuk menyiapkan keperluan kakaknya.

✨✨✨

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya Alfiani ditemani dengan Salma pergi menuju tempat di rawatnya lelaki tanpa identitas itu. Selain perlengkapan kerja kakaknya Alfiani juga membawa sebuah tas berisi makanan yang di siapkan ibu untuk sarapan anak-anaknya. Karena Alfi pun tak sempat sarapan,keburu siang dan Fariz akan terlambat sampai tempat kerjanya.

Dengan berboncengan sepeda motor yang di kendarai Salwa,kini mereka berdiri di klinik yang cukup besar. Hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam sampai di sana.

" Al,aku denger ada berita kecelakaan di dukuh atas,mungkin gak sih kalau dia ?" tanya Salwa yang kini berbagi bawaan dengan Alfiani. Berjalan bersisian menuju ruang rawat yang telah Fariz beri tahukan tadi lewat chat.

" Memangnya kecelakaannya di mana ?"

" Persis di hulu sungai,dan korban tidak di temukan hanya mobil yang sudah terjun bebas ke jurang ".

" Terus ada warga sana yang hilang gak ?"

" Gak sih,menurut berita yang aku denger sih,bukan orang sini."

Alfiani mangut-mangut, tak kembali bertanya pada sahabatnya itu.Mereka berjalan sampai di ruang rawat. Diketuknya daun pintu yang tampak tertutup.

" Assalamualaikum " ucap Alfiani dan Salwa bersamaan.

" Wa'alaikumussalam,masuk dek " sahut Fariz seraya membuka pintu untuk dua wanita di hadapannya. Alfi langsung menyerahkan barang bawaannya,sedang Salwa tampak menunduk. Ia tak pernah biasa saja jika berhadapan dengan lelaki tampan nan gagah itu.

" Masuk Sal " titah Mas Fariz yang melihat Salwa masih mematung di dekat pintu.

" Iya Mas" sahutnya gugup. Alfiani yang tahu sahabatnya itu menaruh hati pada sang Kakak tersenyum tipis seraya menyiapkan sarapan yang di bawahnya. Fariz segera berlalu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti dengan pakaian kerjanya.

Alfiani melirik sedikit kearah lelaki yang masih terpejam dengan beberapa alat terpasang di tubuhnya. Ganteng,satu kata yang tersirat di batinnya. Namun cepat- cepat ia beristighfar dan kembali menunduk memindahkan makanan dalam wadah yang ia bawa juga dari rumah.

Tak berselang lama,mereka sarapan bersama. Makan dalam diam dan setelah selesai Fariz langsung pamit pada adiknya dan juga Salwa.

" Hufhhh " Salwa menghela nafas lega saat ucapan salam pamit dari Fariz berakhir dengan menghilangnya sosok itu di balik pintu. Alfiani tertawa lirih sembari membereskan bekas makan mereka.

" Kenapa Sal ?"

" Ah gak tahu, pokonya selalu gini kalau deket sama mas mu itu " sahut Salwa yang membantu Alfiani memasukkan peralatan bekas makan mereka ke dalam kantong.

" Nikmati saja,itu anugerah dari Alloh ketika kita mengagumi seseorang. Yang penting kita bisa mengendalikan perasaan kita. Jangan kita yang di perbudak oleh rasa. Selalu sisipkan nama Mas Fariz di doa-doa mu Sal,siapa tahu Alloh memang menjadikan dia jodohmu. Aku seneng kalau seandainya kalian berjodoh". tutur Alfiani di akhiri sebuah senyum tulus yang terasa menentramkan bagi yang melihat senyum itu.

" Alfi,kamu emang sahabat terbaikku,makasih ya selalu mendukungku dan selalu ada buat aku " ucap Salwa sembari memeluk Alfiani. Dua gadis berjilbab itu saling berpelukan.

"Aku mau ambil wudhu dulu ya " pamit Alfiani setelah melepas pelukan sang sahabat. Salwa mengiyakan dan ia duduk di kursi yang ada di ruangan itu. Menatap sekilas pada lelaki yang masih saja terpejam.

Suara pintu kamar mandi terbuka,Alfiani keluar dengan wajah basahnya.

" Kita baca Al-Qur'an yuk,biar adem. Siapa tahu bisa jadi wasilah sadarnya dia " ucap Alfiani seraya mengambil Al-Qur'an kecil di dalam tasnya.

" Aduh aku lagi palang merah Al "

" Owh,ya udah aku aja " ucap Alfiani yang kemudian duduk dan mulai membaca Al-Qur'an dengan suara lirih namun terdengar indah karena Tartil dan bacaannya yang fasih.

" Euggghh " suara lenguhan membuat Salwa langsung menoleh pada sumber suara. Tampak mata yang terpejam itu sedikit mengerjap.

" Masya Alloh Al,dia... dia sadar". reflek Alfiani menoleh dan segera mengakhiri bacaan Al-Qur'an nya.

" Aku panggil dokter dulu " ucap Salwa sembari berjalan cepat meninggalkan Alfiani. Sejenak,keduanya saling tatap. Alfiani langsung menundukkan wajah. Mereka masih Saling diam,sampai dokter diikuti beberapa perawat masuk ruangan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!