Randu merapikan jasnya sebelum masuk ke dalam gedung, tempat acara pernikahan temannya digelar. Randu sebenarnya juga lupa temannya yang mana yang mengirim undangan. Tapi berdasarkan informasi, ini adalah teman SMA Randu.
Baiklah, mungkin nanti setelah melihat wajahnya Randu akan ingat.
"Eh, maaf, Pak!" Sepasang tamu undangan tak sengaja menyenggol pundak Randu hingga pria itu sedikit terhuyung.
"Tidak apa-apa!" Jawab Randu ramah seraya tersenyum. Randu melanjutkan langkahnya, dan masuk ke dalam gedung, lalu menghampiri penerima tamu untuk menuliskan namanya di sana.
Beres!
Sekarang tinggal masuk ke dalam gedung.
Astaga!
Randu sedikit meringis saat pria itu merasakan perutnya yang sedikit mulas. Sepertinya tadi Randu terlalu banyak makan sambal buatan Mayra sebelum ia pergi kemari. Sudah menjadi hobi Randu belakangan ini untuk numpang makan di rumah Haezel, sahabat baiknya. Masakan Mayra selalu enak rasanya.
Randu buru-buru mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan toilet.
"Itu dia!" Gumam Randu saat melihat tanda yang menunjukkan arah toilet. Bergegas pria dua puluh enam tahun itu menuju ke toilet untuk menunaikan panggilan alam yang sudah sangat mendesak.
****
"Kamu dimana, Rayyen? Acaranya dimulai sebentar lagi dan kenapa kamu malah tak kunjung datang?"
"Jawab telepon aku!"
"Angkat telepon aku dan jangan jadi pengecut begini!"
"Ini hari pertunangan kita!"
Randu baru keluar dari salah satu bilik toilet,saat samar-samar pria itu mendentar suara seorang wanita yang berbicara sendiri sembari menangis di bilik toilet paling ujung.
Lah, apa Randu salah masuk toilet tadi?
Randu buru-buru melihat gambar di pintu toilet untuk memastikan dan gambarnya memang toilet pria. Lalu kenapa ada wanita yang menangis di dalam toilet pria?
"Jawab teleponku, Rayyen! Atau kau mau aku mengiris nadiku sekarang?"
Randu baru saja akan keluar, saat pria itu mendengar suara wanita tadi berteriak frustasi dan membawa-bawa tentang mengiris nadi.
Mengiris nadi!
Berdarah...
Bunuh diri?
Sial!
Ada wanita frustasi yang tersasar di toilet pria dan dia mau bunuh diri!
Randu tak tinggal diam dan seketika jiwa kepeduliannya langsung meronta hebat. Secepat kilat, Randu menghampiri bilik toilet yang paling ujung, lalu pria itu mendobrak pintu dengan keras, hingga seorang gadis yang berada di dalamnya terlonjak kaget.
Randu lebih kaget lagi saat mendapati kalau ternyata gadis yang berada di dalam toilet itu adalah...
Mempelai perempuan?
Gaun yang ia kenakan mirip gaun pengantin dan rambutnya juga disanggul rapi ala pengantin.
"Sedang apa kau disini-" gadis itu hendak menjerit saat Randu sudah secepat kilat membungkam mulutnya.
"Ssstttt! Kau salah masuk toilet!" Randu berbisik dan memberitahu gadis asing tersebut. Kaki Randu juga sigap menutup pintu bilik toilet sebelum ada yang memergoki mereka berdua.
"Salah bagaimana? Kau siapa?" Tanya gadis itu setelah berhasil melepaskan bekapan Randi di mulutnya.
"Aku Randu! Teman SMA-mu! Kau mempelai perempuan hari ini kan? Kau juga yang mengirim undangan pernikahanmu padaku," tutur Randu memperkenalkan dirinya sendiri, dan gadis di depan Randu itu sontam mengernyit.
"Pernikahan apa? Aku baru bertunangan hari ini dan aku tak punya teman SMA bernama Randu," ujar Gadis otu yang langsung membuat kedua mata Randu membulat sempurna.
"Dan aku juga tak mengundang teman-teman SMA-ku! Aku hanya mengundang teman dekat serta saudara saja."
"Kau penyusup darimana, hah?" Cecar gadis itu lagi yang sontak membuat Randu gelagapan.
"Tunggu-tunggu! Kau Montana, kan?" Tanya Randu memastikan, meskipun Randu juga sebenarnya ragu.
Montana adalah nama teman SMA Randu yang mengiriminya undangan pernikahan. Tapi sepertinya wajah Montana berbeda dengan gadis di depan Randu ini. Apa Montana baru saja operasi plastik?
"Montana siapa? Aku Azzalea!" Jawab Gadis itu tegas bersamaan dengan pintu bilik toilet yang tiba-tiba sudah menjeblak terbuka.
Ada seorang pria yang terlihat membelalak di depan pintu toilet karena mendapati Randu dan gadis bernama Azzalea tadi berada di dalam bilik toilet.
"Mami, Papi! Lea ada disini!" Seru pria yang masih membelalak di depan pintu toilet tadi.
"Kau sedang apa disini, Lea? Dan dia siapa?" Tanya pria itu selanjutnya seraya menuding pada Azzalea.
"Ini hanya salah paham, Mas! Saya dan Lea tidak-" Randu berusaha untuk menjelaskan, saat tiba-tiba sudah datang pasangan paruh baya yang menghampiri mereka bertiga.
"Lea! Kenapa kau bersembunyi disini?" Tanya pria paruh baya yang tadi baru saja datang.
"Dan dia-"
"Dia Rayyen!" Jawab Azzalea cepat seraya menggamit lengan Randu.
"What?" Pria yang lebih muda tadi bergumam tak percaya.
"Apa katamu barusan, Lea?" Pria paruh baya yang Randu tebak adalah papi Lea tadi bertanya dan terlihat tak percaya.
Tentu saja mereka tak percaya!
Yang berdiri di depan mereka memang bukan Rayyen, melainkan Randu!
Lagipula, Rayyen siapa?
"Dia Rayyen, Pi!" Jawab Lea keras kepala.
"Tapi wajahnya kenapa berbeda dengan saat video call?" Tanya wanita parih baya yang Randu tebak adalah maminya Lea. Lalu pria muda yang tadi memergoki Randu dan Lea siapa? Saudaranya Lea?
Tapi mereka semua siapa?
Randu bahkan tak kenal!
"Itu karena saat video call..."
"Rayyen..."
"Memakai filter?" Tebak pria muda yang Randu tebak sebagai saudaranya Lea tadi. Entah siapa namanya. Belum ada yang menyebut nama pria itu!
"Iya, itu!" Sergah Lea cepat.
"Filter?" Randu bergumam tak paham.
"Tadi Rayyen terlambat datang kesini karena ada sedikit masalah. Bukan begitu, Rayyen?" Jelas Lea yang masih menggamit lengan Randu. Lea menatap ke dalam netra Randu seolah memohon pada pria itu agar berakting sebagai Rayyen yang terlambat.
Rayyen siapa sebenarnya?
Tapi Randu tak tega juga melihat wajah memohon Lea, jadi mungkin tak ada salahnya Randu sedikit membantu gadis ini.
"Iya, begitu!" Jawab Randu seraya meringis.
"Lalu keluargamu dimana, Rayyen? Tidak ada yang ikut?" Tanya Maminya Lea.
"Keluarga..."
"Keluarga saya-"
"Rayyen yatim piatu, Mi!" Potong Lea cepat.
Oh, Rayyen yatim piatu?
Rayyen yang malang!
"Iya itu, Tante!" Randu sedikit salah tingkah.
"Kemarin Lea sudah menjelaskannya, Thalia!" Bisik papinya Lea yang samar-samar masih bisa didengar oleh Randu.
"Iya, aku lupa!"
"Jadi, Lea sudah ketemu dan calon tunangannya sudah datang, kan? Acara sudah bisa dimulai, kan?" Saudaranya Lea tadi memecah keheningan.
"Kau benar, Ryan!" Jawab Papinya Lea cepat.
"Tapi, Ryan! Kau antar Rayyen berganti baju dulu! Mami juga akan sedikit memperbaiki riasan Lea sebelum acara dimulai," tukas Mami Thalia memberitahu sang putra.
"Siap, Mi!" Jawab Ryan sigap.
"Ayo, Bang! Kita ganti baju, lalu acara tukar cincin akan segera dimulai!" Ajak Ryan selanjutnya pada Randu yang benar-benar masih bingung.
Ganti baju?
Acara tukar cincin?
Randu jadi Rayyen?
Apa maksudnya Randu akan bertunangan dengan Lea setelah ini tapi dengan berpura-pura menjadi pria bernama Rayyen?
Kenapa ini begitu membingungkan?
.
.
.
Hai!
Karya ke-38 kita bertemu bakal kapuk...
Eh, Randu maksudnya 😆😆
Randu ini sahabatnya Haezel di "Detektif Haezel", ya!
Kalau Azzalea ini anaknya Thalia Halley dan Daniel Andreas. Sepupunya Zeline somplak sekaligus kembarannya Azzaryan, suami Nona (mantan sekretaris Zeline)
Itu lagi! Itu lagi!
Iya, begitulah!
Cast-nya cuma kita puter-puter 😆😆
Konflik simpel aja nanti. Nggak bakal banyak drama.
Terima kasih yang masih setia mengikuti. Jangan lupa like, ya!
💜💜💜
Randu menatap tak percaya pada cincin yang kini melingkar di jari manisnya. Cincinnya sedikit longgar, mungkin karena pria bernama Rayyen itu punya jari yang lebih besar dari punya Randu.
Tapi tetap saja, rasanya aneh!
Randu bahkan belum mengenal Azzalea sebelum ini dan pria itu juga baru bertemu Azzalea tadi di toilet pria, saat Randu hendak mencegqh Azzalea yang ingin bunuh diri karena tunangannya kabur.
Tapi sekarang, kenapa malah justru Randu yang menyematkan cincin ke jari manis Azzalea dan menjadi tunangan Azzalea?
Apakah ada seseorang yang bisa menjelaskan semua ini pada Randu?
"Hai!" Sapaan dari Azzalea bersamaan dengan segelas minuman yang disodorkan oleh gadis itu, membuat Randu tersentak.
"Terima kasih!" Ucap Randu yang langsung menerima minuman dari tangan Azzalea, lalu menenggaknya hingga tandas.
"Kau sepertinya kehausan," Azzalea berbasa-basi pada Randu.
"Aku hanya bingung," ujar Randu seraya memutar-mutar cincin di jari manisnya yang tadi dusematkan oleh Azzalea.
"Kenapa kita bertunangan? Kita bahkan tak saling mengenal," pertanyaan yang sejak.tadi mengganjal di hatj Randu akhirnya terlontar juga.
"Iya, maaf! Kita belum berkenalan." Azzalea mengulurkan tangannya pada Randu dan mengajak pria itu untuk berjabat tangan.
"Namaku Azzalea," ujar Azzalea selanjutnya menyebitkan namanya sendiri yang Randu juga sudah tahu.
"Aku sudah tahu," gumam Randu yang langsung membuat Azzalea tertawa kecil.
"Siapa namamu?" Tanya Azzalea selanjutnya pada Randu.
"Rayyen!" Jawab Randu yang langsung membuat Azzalea mengernyit.
"Oh, itu nama palsuku," ujar Randu lagi yang ternyata sedang berkelakar. Azzalea hanya tertawa kaku menanggapi kelakaran Randu yang mungkin terdengar garing.
"Jadi, namamu sebenarnya siapa?" Tanya Azzalea sekali lagi.
"Randu!" Jawab Randu akhirnya.
"Ranu?"
"Randu! Ran dan du! Jadi Randu!" Ujar Randu memperjelas.
"Randu." Azzalea mengulangi menyebut nama Randu.
"Nama lokal karena aku tak ada keturunan bule," jawab Randu jujur yang langsung membuat Azzalea tertawa kecil.
"Nama yang unik," puji Azzalea.
"Terima kasih!" Ucap Randu lirih.
"Tapi ngomong-ngomong, Rayyen kemana?" Tanya Randu selanjutnya yang sejak tadi memang sudah penasaran.
"Aku tidak tahu!" Jawab Azzalea sedikit tergagap.
"Tidak tahu bagaimana?" Tanya Randu lagi penuh selidik. Jiwa detektif Randu seakan sedang meronta sekarang.
Hey! Tapi Randu memang seorang detektif!
"Rayyen mendadak tak bisa dihubungi," jawab Azzalea seraya memainkan bibir gelas di hadapannya.
"Apa sebelumnya hubungan kalian baik-baik saja? Lalu kenapa kau tudak mendatangi tempat tinggalnya?" Cecar Randu yang semakin penasaran.
"Aku tidak tahu Rayyen tinggal dimana!" Jawab Azzalea jujur.
"Bagaimana bisa?" Randu mengernyit dan semakin tak mengerti. Hubungan macam apa yang sebenarnya dijalani oleh Azzalea dan pria bernama Rayyen itu?
"Aku dan Rayyen menjalin hubungan jarak jauh beberapa bulan kemarin. Tapi Rayyen selalu mengatakan kalau dia sungguh-sungguh mencintaiku-"
"Jadi kalian belum.pernah bertemu secara langsung?" Randu menyela cerita Azzalea.
"Pernah!" Jawab Azzalea cepat.
"Iya, pernah beberapa kali saat Rayyen ada di kota ini!"
"Rayyen selalu menemuiku di tempat kerja, lalu kami makan di luar atau nonton." Cerita Azzalea.
"Lalu?" Randu semakin penasaran.
"Lalu Rayyen pamit padaku untuk pergi ke luar kota karena ada proyek penting yang harus ia tangani-"
"Rayyen bekerja sebagai apa?" Sela Randu lagi.
"Kontraktor," jawab Azzalea cepat. Randu mengangguk.
"Lalu setelah Rayyen di luar kota hubungan kalian bagaimana?" Tanya Randu lagi yang benar-benar sudah mirip sebuah interogasi.
"Hubungan kami tetap berjalan baik. Kami sering video call, lalu Rayyen juga mebgatakan kalau dia ingin serius. Jadi dia ingin kami bertunangan saat dia pulang."
"Lalu Rayyen minta izin melamarku pada Mami dan Papi meskipun hanya lewat video call," Azzalea bercerita panjang lebar.
"Dan Rayyen juga minta agar tanggal pertunangan kami ditentukan hari ini. Ia berkata kalau dia akan langsung ke tempat acara begitu dia tiba di kota ini." Azzalea bercerita panjang lebar dan gadis itu terlihat menundukkan kepalanya di bagian akhir cerita.
"Lalu tiba-tiba dia tak datang dan dia tak bisa dihubungi?" Tebak Randu yang sepertinya sudah mengerti arah cerita Azzalea.
"Semalam kami masih mengobrol di telepon," Azzalea beralasan seolah sedang membela Rayyen.
"Aku benar-benar tak paham dengan jalan pikiranmu, Lea!"
"Kenapa kau mau saja saat diminta oleh Rayyen untuk membuat acara pertunangan semewah ini, padahal pria itu saja masih belum pulang," Randu geleng-geleng tak mengerti dengan sikap polos Azzalea.
"Rayyen tak pernah ingkar janji sebelum ini!" Azzalea kembali beralasan.
"Dan kami saling mencintai!" Sambung Azzalea lagi tetap beralasan.
"Saling mencintai?" Randu berdecih.
"Kau yakin? Dia bahkan tak datang ke acara pertunangannya sendiri dan membuatmu nyaris bunuh diri!"
"Apa menurutmu yang seperti itu yang dinamakan mencintai?" Cecar Randu pada Azzalea yang kini menundukkan wajahnya.
"Dan kenapa juga kedua orang tuamu langsung menyetujui permintaan konyolmu ini," lanjut Randu masih tak paham.
"Aku yang memaksa dan sedikit mengancam mereka," jawab Azzalea jujur.
Randu sontak geleng-geleng tak paham dengam pemikiran gadis di depannya tersebut.
"Aku yakin kalau Rayyen hanya sedang berhalangan untuk pulang hari ini. Dia pasti akan pulang secepatnya dan menjelaskan semuanya," sergah Azzalea yang sepertinya begitu tergila-gila pada Rayyen Rayyen itu.
"Dan sampai saat itu tiba, aku mohon agar kau mau membantuku, Randu!" Azzalea menangkupkan kedua tangannya pada Randu.
"Membantumu bersandiwara konyol begini dan menipu kedua orang tuamu?" Randu menatap tak percaya pada Azzalea.
"Ini hanya sementara!" Azzalea tetap keras kepala.
"Lalu kalau selamanya Rayyen Rayyenmu itu tidak pulang kesini, apa aku juga yang harus menggantikannya menjadi suamimu?" Cecar Randu mengungkapkan kemungkinan terburuk.
Azzalea diam untuk beberapa saat dan gadis itu yak langsung menjawab.
"Bagaimana, Azzalea?" Tanya Randu mendesak.
"Rayyen pasti pulang!" Jawab Azzalea yang ternyata masih berkutat dengan kebodohannya.
"Kau hanya perlu menjadi Rayyen sampai Rayyen pulang dan aku akan membayarmu!" Ujar Azzalea lagi yang langsung membuat Randu berdecih.
Randu hanya geleng-geleng kepala dan menatap ke dalam wajah Azzalea yang sebenarnya terlohat masih polos. Hanya saja, kenapa wanita ini malah tergila-gila pada pria yang salah!
Kenapa dia malah jatuh cinta pada pria sejenis Rayyen?
"Simpan saja uangmu-"
"Kau tidak mau membantuku, Randu?" Wajah Azzalea sudah berubah melas.
"Aku tak berkata seperti itu!" Sergah Randu cepat.
"Aku akan membantumu tapi kau tak perlu membayarku! Aku bukan pria bayaran dan aku sudah punya penghasilan sendiri," lanjut Randu seraya menggenggam tangan Azzalea. Hal sederhana tersebut sontak membuat Azzalea tersentak kaget.
"Kita adalah tunangan, jadi tak perlu bersikap kaku begitu!" Randu mengingatkan Azzalea yang langsung terlihat salah tingkah.
"Iya, kau benar!" Ucap Azzalea tergagap.
"Tapi aku punya syarat sebelum kita melanjutkan sandiwara ini, Lea," ujar Randu selanjutnya yang langsung membuat Azzalea menatap ke dalam wajah Randu.
"Syarat apa?" Tanya Azzalea merasa ragu.
"Kau harus memanggilku Randu mulai sekarang dan jangan memanggilku Rayyen! Terserah kau mau mengarang cerita apa ke keluargamu tentang nama panjangku. Tapi yang jelas aku tak mau kau panggil Rayyen!" Ujar Randu mengungkapkan syaratnya pada Azzalea.
"Tapi tak ada nama Randu di nama panjang Rayyen!" Azzalea merasa keberatan.
"Kau bisa mengarang cerita!" Sergah Randu memaksa.
"Atau kita sudahi saja sandiwara ini," Randu ganti mengancam Azzalea.
"Tidak!"
"Maksudku jangan, Randu! Aku nanti yang akan menjelaskan pada keluargaku!" Sergah Azzalea cepat
"Bagus!" Randu langsung tersenyum senang.
"Jadi, kita deal dengan perjanjian ini? Kau akan bersandiwara sebagai tunanganku sampai Rayyen pulang!" Azzalea mengajak Randu berjabat tangan sebagai bukti persetujuan.
"Deal!" Jawab Randu mantap seraya membalas jabat tangan Azzalea.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
"Deal!" Randu dan Azzalea baru saja berjabat tangan sebagai bentuk kesepakatan, saat tiba-tiba terdengar celetukan dari pria yang Randu tebak sebagai saudara Azzalea tadi.
Siapa namanya?
Ah, iya!
Ryan!
"Deal apa ini?" Tanya Ryan penuh selidik seraya menatap bergantian pada Randu dan Lea.
"Bukan urusanmu! Tidak usah kepo!" Jawab Lea cepat seraya mendengkus pada Ryan.
"Kau mau memberitahu atau tidak, aku akan tetap tahu, Saudara kembar!" Ryan sudah menyandarkan lengannya di pundak Lea. Namun Lea langsung dengan cepat menyentak tangan pemuda tersebut.
"Saudara kembar?" Randu bergumam penuh tanya seraya menatap bergantian pada Lea dan Ryan.
"Pria menyebalkan ini saudara kembarku! Tapi aku lebih tua karena aku lahir duluan," cerita Lea pada Randu.
"Kau belum menceritakan pada abang Rayyen?" Tanya Ryan mengernyit heran, saat mulut Randu refleks mengoreksi panggilan Ryan padanya.
"Randu!" Ujar Randu cepat seolah sedang memberitahu Ryan.
"Apa, Bang?" Tanya Ryan yang langsung mengernyit.
"Randu! Itu namaku," jawab Randu lebih jelas.
"Kok Randu? Bukannya Rayyen?" Tanya Ryan bingung. Pria itu juga sudah menatap pada Lea seolah sedang minta penjelasan.
"Jadi..."
"Rayyen itu sebenarnya nama tengah Randu." Lea meringis ragu,dan menatap pada Randu yang hanya berekspresi datar.
Oh, ya ampun!
Sepertinya memang Lea yang harus mengarang indah!
"Jadi nama panjang Rayyen-"
"Maksudku Randu." Lea mengoreksi dengan cepat.
"Nama panjangnya adalah Randu Rayyen Foster. Dan dia ternyata lebih nyaman dipanggil Randu ketimbang Rayyen, jadi mulai sekarang kita akan memanggilnya Randu!" Jelas Lea panjang lebar yang langsung membuat Ryan membulatkan bibirnya.
"Baiklah! Setidaknya nama kita tak akan terdengar mirip lagi dan tak akan menimbulkan kebingungan juga!" Ryan menepuk punggung Randu yang hanya mengangguk.
"Abang Randu," Ryan mengulangi memanggil nama Randu.
"Iya, seperti itu!" Jawab Randu yang raut wajahnya sudah terlihat senang. Tentu saja Randu senang, karena setidaknya orang-orang tak akan memanggilnya Rayyen lagi mulai sekarang.
Siapa memangnya Rayyen?
Randu juga tak kenal dan tak mau kenal!
"Aku permisi dulu, Lea!"
"Kak Lea!" Geram Lea pada Ryan yang langsung cengengesan.
"Kita seumuran, oke!" Kekeh Ryan mengingatkan, seraya pemuda itu berlalu meninggalkan Randu dan Lea.
"Randu Rayyen Foster," gumam Randu menahan tawa.
"Kau yang menyuruhku mengarang indah! Jadi tak perlu protes!" Sergah Lea yang hanya membuat Randu mengangguk.
"Nama hasil karanganmu boleh juga!" Ujar Randu yang entah sedang memuji atau sedang meledek Lea.
"Itu nama Rayyen yang sebenarnya! Rayyen Foster! Aku hanya menambahkan namamu di depannya," jelas Lea yang langsung membuat Randu menyesal karena telah memuji nama karangan Lea barusan.
"Baiklah! Namanya tak jadi bagus!" Ujar Randu yang langsung membuat Lea mengernyit heran.
"Tadi katanya bagus, sekarang bilang tidak bagus! Kenapa pria ini plin plan sekali?" Gumam Lea merasa heran.
"Kau bergumam apa barusan?" Tanya Randu yang sepertinya mendengar gumaman Lea.
"Tidak ada!" Sanggah Lea cepat.
"Hanya sedang bersenandung," lanjut Lea lagi berdusta.
Tak mungkin juga Lea mengatakan kalau ia tadi bergumam tentang sikap plin plan Randu!
"Apa acaranya sudah selesai? Kapan aku bisa pulang?" Tanya Randu selanjutnya pada Lea.
"Belum selesai masih ada acara dansa sebagai penutup." Lea baru selesai menjawab pertanyaan Randu, saat lampu ruangan tiba-tiba sudah meredup.
"Sudah mulai acara dansanya?" Tanya Randu bersamadengan lampu sorot yang mengarah pada Randu dan Lea.
Oh,ya ampun!
"Ayo!" Ajak Lea seraya bangkit berdiri.
"Tetaplah duduk dan biarkan aku yang mengajakmu berdiri!" Ujar Randu sembari memberikan kode pada Lea agar duduk kembali.
Lea tak protes dan kembali duduk. Sedangkan Randu langsung bangkit berdiri, lalu mengulurkan tangannya pada Lea sembari membungkuk. Suara tepuk tangan langsung menggema berkat sikap sederhana Randu tersebut.
"Kau sepertinya pengalaman sekali," ujar Lea setelah gadis itu menyambut tangan Randu, lalu keduanya berjalan ke tengah ruangan untuk memulai dansa.
"Kau sudah punya kekasih?" Tanya Lea lagi yang sepertinya mulai penasaran dengan kehidupan Randu.
"Belum! Tapi aku punya seorang tunangan," jawab Randu yang mulai meletakkan tangannya di pinggang Lea.
"Benarkah?" Lea langsung terlihat kaget dengan pengakuan Randu.
"Apa tunanganmu tak akan marah, jika tahu kau melakukan sandiwara ini?" Tanya Lea lagi merasa khawatir.
"Aku rasa tidak! Dia sedang berdansa denganku sekarang dan sama sekali tak terlihat marah," jawab Randu yang langsung membuat Lea menghentikan dansanya sejenak.
"Apa maksudmu?" Tanya Lea menatap tak paham pada Randu.
"Kau tunanganku! Apa masih kurang jelas?" Randu menahan tawa.
"Ck! Ini hanya sandiwara! Semuanya akan selesai begitu Rayyen kembali!" Sergah Lea mengingatkan Randu dan nada bicara gadis itu terdengar kesal.
"Sudah sangat jelas! Tapi tetap saja aku akan menganggap kalau kau adalah tunanganku sampai Rayyen Rayyenmu itu kembali!" Ujar Randu meng-klaim. Lea memilih untuk tak menanggapi dan gadis itu melanjutkan dansanya bersama Randu.
****
"Kau tinggal dimana, Rayyen?" Tanya Papi Daniel setelah acara pertunangan Lea dan Rayyen palsu alias Randu usai.
"Randu, Pi!" Ujar Lea cepat mengoreksi panggilan Papi Daniel pada Randu.
"Apa? Randu siapa?"
"Itu nama depan saya, Uncle!" Jawab Randu cepat.
"Tapi bukankah nama kamu Rayyen? Rayyen Foster?" Mami Thalia ikut bertanya bingung.
"Rayyen itu nama tengah saya, dan kebetulan hanya saya pakai saat berkenalan dengan Lea."
"Namun untuk panggilan sehari-hari, saya lebih suka dipanggil memakai nama depan saya! Randu!" Jelas Randu panjang lebar yang langsung membuat semua anggota keluarga Andreas mengangguk.
"Namanya perpaduan lokal dan bule, Pi!" Celetuk Ryan sok tahu. Saudara kembar Lea itu terlihat merangkul seorang gadis dengan mesra. Mungkin pacar atau malah tunangannya?
"Itu pacarmu, Ryan?" Tanya Randu penasaran.
"Oh, ya! Kenalkan ini Nona! Dan iya benar, dia pacarku," jawab Ryan pamer.
"Hai, Nona! Aku Randu!" Randu langsung mengajak Nona berkenalan sekaligissaling menjabat tangan.
"Aku Nona!" Jawab Nona seraya tersenyum ramah.
"Jadi, Ray-"
"Maksud Papi, Randu!" ujar Papi Daniel mengoreksi kalimatnya dengan cepat.
"Iya, Pi?"
"Kau tinggal dimana sekarang? Karena kata Lea kau baru tiba di kota ini siang tadi," papi Daniel mengulangi pertanyaannya dan membuatnya lebih jelas.
"Saya tinggal di apartemen, Uncle!" Jawab Randu mantap.
Hei, tapi Randu memang tinggal di apartemen sekarang! Dan masalah tempat tinggal ini seperti nya Randu tak perlu berdusta atau berakting. Toh kedua orang tua Lea sepertinya juga tak tahu banyak informasi mengenai Rayyen bodoh!
"Oh, syukurlah kalau memang kau sudah punya tempat tinggal, Rayyen-"
"Maksudku Randu! Sorry!" Papj Daniel sedikit terkekeh karena lagi-lagi salah memanggil nama Randu.
Ya, ya, ya!
Sudah biasa!
"Tadinya kami khawatir kalau kau belum punya tempat tinggal," sambung Papi Daniel lagi.
"Lalu pekerjaanmu? Kau bekerja sebagai.." Mami Thalia tampak mengingat-ingat.
"Detektif!" Jawab Randu cepat yang langsung membuat semua orang menatap heran ke arahnya.
"Bukannya kontraktor, Bang?" Tanya Ryan bingung.
"Eh, iya!" Randu langsung salah tingkah.
"Maksud saya, jadi detektif itu adalah cita-cita saya, Uncle! Dan untuk pekerjaan saya saat ini adalah sebagai seorang kontraktor," jelas Randu pada semua keluarga Andreas yang masih menganga heran.
"Cita-cita jadi detektif tapi kerja kontraktor! Melencengnya luar biasa juga, ya!" Gumam Ryan serata terkekeh.
"Jangan meledek seperti itu, Ryan!", nasehat Mami Thalia pada Ryan yang masih terkekeh.
"Siap, Mi!" Jawab Ryan seraya mengacungkan ibu jarinya ke arah Mami Thalia.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!